Anda di halaman 1dari 6

[29/4 09.

38] Anjely Sengkey PE: Alasan mengapa hukuman mati itu perlu yaitu

Dapat membuat efek jera kepada orang lain yang telah dan akan melakukan kejahatan, melindungi
masyarakat dari perbuatan orang jahat dan mendidik atau memperbaiki orang- orang yang sudah
menandahkan suka melakukan kejahatan agar menjadi orang yang baik karakter/tabiatnya sehingga
bermanfaat bagi masyarakat serta dapat memelihara wibawa pemerintah dan penegakan hukum.

Ini kta pe alasan deng persetujuan kta dalia di google tentang Hukuman mati

[29/4 09.46] Anjely Sengkey PE: (1) Dapat membuat efek jera kepada orang lain yang telah dan akan
melakukan kejahatan, (2)melindungi masyarakat dari perbuatan orang jahat dan (3)mendidik atau
memperbaiki orang- orang yang sudah menandahkan suka melakukan kejahatan agar menjadi orang
yang baik karakter/tabiatnya sehingga bermanfaat bagi masyarakat serta (4)dapat memelihara
wibawa pemerintah dan penegakan hukum.

[29/4 10.06] Marsela Sangari PE: Pidana mati masih perlu dipertahankan di

Indonesia dengan alasan : demi perlindungan masyarakat, untuk mencegah

kejahatan berat, demi keadilan dan persatuan Indonesia

Hukuman mati memang harus diberlakukan lantaran kejahatan yang dilakukan memang harus
dibalas dengan nyawa lantaran tingkat bahaya dampak kejahatannya harus dibalas dengan nyawa.

“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk


pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat

demokratis.

Dengan demikian, walaupun setiap orang memiliki hak hidup dan


kehidupan, namun hak tersebut tidak absolut adanya. Hak tersebut dibatasi
dengan penerapan pidana mati sepanjang dijalankan sesuai norma serta nilai yang berlaku. Dapat
dikatakan pula bahwa pelaksanaan pidana mati sejalan dan
dijamin oleh hukum dasar konstitusi. Pembatasan itu justru bermaksud menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, untuk
memenuhi tuntuan keadilan sesuai pertimbangan moral, nilai agama, keamanan,

dan ketertiban umum.

Pengertian hak hidup sebagaimana diatur dalam UUD 1945 adalah hak

dimana setiap orang boleh diambil nyawanya. Yang

tidak boleh adalah “perampasan hak hidup secara sewenang-wenang”

[29/4 15.07] Marnita Kakampu PE: Hukuman mati adalah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan
pengadilan (atau tanpa pengadilan) sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas
seseorang akibat perbuatannya. Hukuman mati perlu dilakukan
Alasannya : karena setiap negara mempunyai kewajiban untuk melindungi warganya, hukuman mati
efektif dalam menciptakan rasa takut dimasyarakat untuk tidak melakukan kejahatan yang sama,
adanya

peningkatan kualitas dan kuantitas

kejahatan dari waktu ke waktu maka

para penjahat yang makin mengganas

perlu diberikan terapi

kejutan berupa pidana mati terutama

bagi penjahat-penjahat tertentu yang memang tidak bisa lagi diharapkan untuk dapat berubah, demi
perlindungan masyarakat, untuk mencegah kejahatan berat, demi keadilan dan persatuan indonesia

Marsela:

Pidana mati masih perlu dipertahankan di

Indonesia dengan alasan : demi perlindungan masyarakat, untuk mencegah

kejahatan berat, demi keadilan dan persatuan Indonesia

Hukuman mati memang harus diberlakukan lantaran kejahatan yang dilakukan memang harus
dibalas dengan nyawa lantaran tingkat bahaya dampak kejahatannya harus dibalas dengan nyawa.

“Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk


pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat

demokratis.

Dengan demikian, walaupun setiap orang memiliki hak hidup dan


kehidupan, namun hak tersebut tidak absolut adanya. Hak tersebut dibatasi
dengan penerapan pidana mati sepanjang dijalankan sesuai norma serta nilai yang berlaku. Dapat
dikatakan pula bahwa pelaksanaan pidana mati sejalan dan
dijamin oleh hukum dasar konstitusi. Pembatasan itu justru bermaksud menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, untuk
memenuhi tuntuan keadilan sesuai pertimbangan moral, nilai agama, keamanan,

dan ketertiban umum.

Pengertian hak hidup sebagaimana diatur dalam UUD 1945 adalah hak
dimana setiap orang boleh diambil nyawanya. Yang
tidak boleh adalah “perampasan hak hidup secara sewenang-wenang”

Ryani :

Indonesia adalah Negara hukum siapa pun tidak boleh membantahkan akan hal itu, hal
ini di dasari pada pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang jelas menyebutkan Indonesia adalah
Negara hukum, bukan lagi the rule of law ataupun rechtstaat jadi seharusnya hukumlah
yang menjadi panglima tertinggi di Negara tercinta ini.
Sistem hukum the rule of law lebih dikenal dikalangan Negara anglo saxon dengan
salah satu ciri khasnya adalah kedudukan yang sama didepan hukum atau equality
before of the law. Sedangkan rechtstaat lebih dikenal di Negara Eropa kontinental
dengan salah satu cirinya adalah adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri. Di
Indonesia sendiri mengadopsi keduanya, dengan adanya peradilan administrasi yang
mandiri yang diatur oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, dan menjamin
kedudukan yang sama di depan hukum yang dijelaskan oleh pasal 27 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Permasalahan di negara ini, khususnya permasalahan yang berkaitan dengan hukum
semakin banyak terjadi. Tindakan pelanggaran hukum yang paling sering terjadi adalah
perbuatan kriminal. Tingkat kriminalitas yang semakin tinggi tentunya harus
mendapatkan perhatian yang serius seperti penegakan hukum yang sungguh-sungguh
untuk dapat mengatasinya. Sebenarnya negara ini sudah memiliki instrumen yang
cukup baik untuk mengatasi hal tersebut. Negara ini sudah memiliki penegak hukum
yang bisa dikatakan mumpuni meskipun masih banyak kekurangan disani sini. Menurut
keilmuan hukum, ada hukum pidana yang dapat digunakan sebagai ilmu untuk
mengatasai persoalan tersebut.
Hukum Pidana sebenarnya merupakan istilah yang mempunyai banyak pengertian.

Penjelasan terhadap pengertian hukum pidana dirasa sangat urgen, oleh kerena itu
istilah hukum pidana merupakan istilah yang mempunyai lebih dari satu makna. Hukum
pidana dapat didefinisikan sebagai bagaian dari keseluruhan hukum yang berlaku di
suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk
 Menentukan Perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,
dengan disertai sanksi atau ancaman yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa
melanggar larangan tersebut.
 Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah menggar larangan-
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah
diancamkan.
 Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang dissangka telah melanggar larangan tersebut.
Sementara pengertian hukum secara keseluruhan adalah keseluruhan kumpulan
peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan
peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Orang yang melanggar peraturan
akan dikenakan hukuman sesuai dengan perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
Segala peraturan tentang pelanggaran dan kejahatan diatur oleh Hukum Pidana. Hukum
Pidana ini termasuk dalam ranah hukum publik yang artinya hukum pidana mengatur
hubungan antara warga Negara dengan menitikberatkan kepada kepentingan umum
atau kepentingan publik.
Terkait dengan penjatuhan pidana atau pengenaan pidana, tentunya tidak lain adalah
berbicara mengenai sanksi pidana. Dalam hal ini hukum pidana memiliki beberapa jenis
sanksi pidana yang diatur di dalam pasal 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP). Salah satunya yang paling berat adalah pidana mati. Sependek pengetahuan
penulis sampai saat ini pidana mati masih diberlakukan dalam sistem hukum di
Indonesia. Meskipun terdapat pro dan kontra terhadap penerapan pidana mati tersebut.
Banyak kalangan bahkan dari ahli hukum sendiri terdapat perbedaan pendapat, ada
yang setuju dan ada yang tidak setuju dengan penerapan pidana mati.
Berbagai macam alasan yang mereka kemukaan terkait dengan setuju dan tidaknya
pidana mati. Ada yang berasalah setuju untuk memberikan efek jera yang jitu, ada yang
mengatakan setuju supaya tidak timbul atau muncul penjahat potensial, sehingga tujuan
hukum pidana bisa tercapai dengan baik. Selain itu ada juga yang berasalah hukuma
mati sah-sah saja karena memang masih berlaku di negara ini. Kemudian dari pihak
yang tidak setuju lebih sering beralasan karena hukuman mati bertentangan dengan
HAM, ada juga yang mengatakan hukuman mati bertentangan dengan Konstitusi kita.
Memang sudah diatur bahwa dalam pasal 28 A UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Dengan
demikian berarti memang tidak lah berlebihan jika pihak yang menolak hukuman mati
karena bertentangan dengan Konstitusi.
Jika kita hanya memahai pasal 28 A mungkin hal tersebut bisa jadi benar. Untuk itu
sangat wajar jika sangat banyak pro dan kontra terkait hukuman mati ditinjau dari
Konstitusi. Akan tetapi jika kita tinjau lebih luas lagi khususnya dari segi hukum
ketatanegaraan, ada pihak yang sudah pernah mengajukan uji review di Mahkamah
Konstitusi terkait dengan apakah hukuman mati bertentangan dengan Konstitusi atau
tidak. Terhadap uji review tersebut akhirnya lahirlah Putusan Nomor 2-3/PUU-V/2007.
Pengujian tersebut diajukan oleh pihak yang beberapa diantaranya adalah seorang
terpidana mati kasus narkotika yang hendak dieksekusi. Dalam putusan tersebut dari
pihak pemohon sendirir intinya adalah meraka menganggap bahwa hukum mati sangat
bertentangan dengan Konstitusi.
Pemberlakuan hukuman mati dianggap sebagai pelanggaran terhadap Konstitusi.
Sehingga mereka mengatakan bahwa dengan adanya pasal 28 A terasebut harus lah
hukuman mati ditiadakan. Sehingga sudah tidak ada lagi hal yang bertentangan dengan
Konstitusi. Selain itu mereka juga beranggapan bahwa Konsitusi itu adalah hukum yang
tertinggi, hendaknya peraturan yang berada dibawahnya yang dinilai melanggar atau
bertentangan dengan Konstitusi untuk supaya tidak mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat. Memang secara hukum, sah-sah saja mereka mempunyai argument yang
demikia, tetapi pada kenyataannya MK mengatakan melalui putusannya tersebut bahwa
hukuman mati tidak lah bertentangan dengan Konstitusi. Meskipun di dalam putusan
tersebut terdapat perbedaan pendapat diantara para hakim.
Bisa disimpulkan disini bahwa perbedaan pendapat terkait dengan hukuman mati yang
sudah terjadi berabad-abad, bahkan dalam persidangan di MK antara para hakim juga
terdapat perbedaan pendapat dengan argumentasi masing-masing. Tetapi putusan MK
tetap lah harus dihormati. Meskipun kasus yang diajukan adalah terkait dengan
hukuman mati dalam tindak pidana narkotika, tetapi menurut penulis hal ini sudah dapat
dijadikan contoh terhadap pidana mati pada umumnya. Sudah jelas menurut MK bahwa
pidana mati tidak bertentangan dengan Konstitusi.
Sementara para hakim yang lain, memiliki perbedaan pendapat bahwa hukuman mati
memang bertentangan dengan Konstitusi. Mereka beralasan bahwa hukuman mati
sudah jelas-jelas bertentangan dengan hak seseorang untuk hidup, sedangkan mereka
juga ada yang mengatakan bahwa secara filosofi moral Konstitusi tidak memberikan
wewenang kepada negara untuk memberlakukan hukuman mati. Selain itu, ada yang
berpendapat jika hukum pidana bukan lah hukum yang sempurna karena sering terjadi
kesalahan dalam penegakannnya, untuk itu hukuman mati hendaknya di dijatuhkan.
Bahkan ada juga hakim yang berpendapat bahwa tidak hanya hukuman mati yang ada
di UU narkotika, tetapi seruluh hukuman mati yang ada di UU mana pun harusnya
dihapus karena sudah bertentangan dengan Konstitusi.
Indonesia sangat menghargai adanya perbedaan pendapat. Untuk itu sangat wajar jika
di antara para pakar hukum pun terjadi perbedaan pendapat. Apalagi bagi kita sebagai
masyarakat luas dengan berbagai latar belakang suku, dan agama, serta adat
kebiasaan yang berbeda. Tentu aka nada banyak sekali perbedaan pendapat,
khususnya terkait dengan penrapan hukuman mati.
Secara subyektif penulis sendiri sebenarnya tidak setuju dengan pemberlakukan
hukuman mati. Penulis setuju dengan pendapat hakim yang berbeda pendapat dalam
putusan a quo. Penulis merasa memang hukum pidana yang sangat luhur dan mulia,
tetapi dalam pelaksanaanya masih jauh dari kata “mulia”. Penulis melihat masih banyak
oknum penegak hukum yang secara terang-terangan “menjual” hukum untuk
kepentingan pribadi mereka.
Hal ini tentu sangat buruk bagi dunia penegakan hukum di Indonesia. Apa lagi jika
terkait dengan pidana mati. Jika penegak hukum salah, atau lalai atau tidak jeli, tetapi
tersangka sudah dieksukusi mati, lalu bagaimana semua ini dapat
dipertanggungjawabkan? Apakah penulis sebagai seorang praktisi hukuk harus
mengatakan berarti penegak hukum telah melakukan delik “karena kelalaiannya
sehingga menyebabkan hilangnya nyawa seseorang”. Tentunya kan tidak lucu jika
demikian. Penulis akan dianggap orang yang tidak paham hukum. Tetapi kekawatiran ini
lah yang penulis rasakan. Jadi menurut penulis penerapan hukuman mati bertentangan
dengan Konstitusi. Terkait dengan pro dan kontra terhadap hukuman mati. Hendaknya
lebih baik kita semua behati-hati dalam bertindak. Baik dari pihak yang setuju atau pun
tidak semua mempunyai argumen masing-masing yang penulis yakin itu dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.

Joan :

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana


mengatakan pemerintah tidak perlu khawatir menghadapi kritikan dan 'imbauan' dari negara
lain tentang pelaksanaan hukuman mati.

"Ada lima alasan mengapa hukuman mati tersebut harus dilaksanakan," kata Hikmahanto
menanggapi eksekusi hukuman mati yang dilakukan terhadap enam terpidana kasus
narkoba di Jakarta, Ahad (18/1).

Kelima alasan tersebut adalah pertama, negara yang mengimbau untuk tidak dilaksanakan
adalah negara dari warga yang akan dieksekusi.

Ini hal wajar karena setiap negara mempunyai kewajiban untuk melindungi warganya di luar
negeri. Inipun yang sering dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap warganya yang
menghadapi eksekusi hukuman mati.

Kedua, lanjutnya, ada negara-negara di dunia yang hendak menyebarkan moral tertentu
kepada negara lain. Salah satunya adalah negara-negara yang tergabung di Uni Eropa.
Mereka melakukan 'lobby' kepada banyak negara untuk menghapus hukuman mati karena
tidak sesuai dengan moral yang mereka anut. Mereka akan mengkritik negara yang
melaksanakan hukuman mati.

Ketiga, penerapan hukuman mati masih dianut dibanyak negara, termasuk di sejumlah
negara bagian di Amerika Serikat. Penerapan hukuman mati sama sekali tidak terkait
dengan tingkat peradaban suatu masyarakat di suatu negara.

Keempat, adanya hukuman mati dan pelaksanaannya merupakan wujud dari kedaulatan dan
penegakan hukum suatu negara. Tidak ada negara asing yang berhak untuk melakukan
intervensi. Ini sepanjang due process of law dan dapat dipastikan tidak adanya proses
hukum yang sesat.

Sedangkan kelima Hikmahanto mengatakan meski terdapat kontroversi diterapkannya


hukuman mati di Indonesia namun karena MK sebagai lembaga yang paling berwenang
untuk menafsirkan Undang-Undang Dasar telah memutus bahwa hukuman mati tidak
bertentangan dengan Konstitusi Indonesia maka jelaslah pandangan Rakyat Indonesia
terhadap hukuman mati.

Oleh karenanya pemerintah harus tetap konsisten dan tidak mengendur dalam
melaksanakan hukuman mati mengingat ada sejumlah terpidana mati yang masih
menunggu.

"Pemerintah tidak boleh diskriminatif atau inkonsisten dalam melaksanakan hukuman mati
dengan melihat asal kewarganegaraan terpidana mati," katanya.

ALinn

Hukuman mati selama ini digadang-gadang sebagai hukuman yang akan memberi efek jera
paling efektif. Seseorang tentu akan berpikir ulang untuk melakukan kejahatan jika
nyawanya jadi taruhan. Jika hanya diberi hukuman penjara atau sanksi denda, seseorang
akan dengan mudah mengulangi lagi perbuatannya. Apalagi bagi orang yang memiliki
jabatan dan uang. Hukuman kurungan atau denda tidak akan berarti besar. Hukuman mati
mungkin tidak akan mengakhiri segalanya. Tapi ada kemungkinan bagi si pelaku untuk
mengulangi perbuatannya adalah nol persen. Sementara orang lain yang berencana untuk
melakukan kejahatan yang sama akan berpikir ulang untuk melanjutkan aksinya karena
contoh terhukum mati sudah ada. Hukuman penjara tidak akan membuat seseorang jera.
Banyak survei yang membuktikan bahwa seseorang yang keluar dari penjara cenderung
akan masuk lagi ke penjara karena mengulang perbuatannya. Lagipula, tinggal di penjara
tidaklah mudah. Banyak kekerasan dan kekejaman yang terjadi di sana. Hukuman mati
sama saja dengan “membebaskan” si pelaku dari beban berat yang dia terima di penjara.

Anda mungkin juga menyukai