Abstract
This study aims to determine the regulation of the death penalty in Indonesia, the
regulation of human rights in Indonesia and the implementation of the death penalty in
Indonesia from the perspective of human rights. This study uses a type of juridical-
normative research through a status approach and library research by conducting an
assessment of laws and regulations, books, and several scientific works related to this
research. The results of this study indicate that the legislation in Indonesia still recognizes
the death penalty as one of the main criminal offenses. The death penalty imposed by the
Indonesian government has generated mixed controversies. The death penalty in
Indonesia creates two conflicting camps between the pros and cons of the death penalty.
Abstrak
33
antara pribadi, masyarakat dan negara hukuman yaitu pidana pokok dan
dapat dijamin dan di wujudkan tanpa pidana tambahan. Salah satu pidana
merugikan pihak yang lain.1 pokok tersebut adalah pidana mati atau
hukuman mati. Pelaksanaan hukuman
Dalam mengatur hubungan mati di Indonesia menjadi bahan
hukum dan masyarakat perlu pembicaraan yang cukup actual dan
diadakanya suatu kodfikasi hukum yang polemik yang berkepanjagan. Hal ini
mempunyai tujuan luhur, yaitu didasari pada penerapan hukuman mati
menciptakan kepastian hukum dan yang dinilai tidak sesuai dengan falsafah
mempertahankan nilai keadilan dalam negara yang menganut paham
substansi hukum tersebut.2 Penerapan pancasila, yang selalu menjunjung
sanksi dalam penegakan hukum untuk tinggi rasa kemanusiaan yang adil dan
mengatur seseorang sebagai subyek beradab.4
hukum haruslah memiliki rasa
perikemanusiaan dalam menghargai Hukuman mati adalah suatu
harkat dan martabat hidup seseorang hukuman atau vonis yang dijatuhkan
sebagaimana yang telah disebutkan pengadilan sebagai bentuk hukuman
dalam pembukaan Undang-Undang terberat terhadap seseorang akibat
Dasar Negara Republik Indoensia perbuatannya.5 Pidana mati yang masih
Tahun 1945.3 Penerapan sanksi hukum diberlakukan di Indonesia
sebagai akibat dari adanya pelanggaran menimbulkan perdebatan dari berbagai
ketentuan undang-undang telah elemen masyarakat. Perdebatan
menciptakan adanya perdebatan tersebut membagi dua pihak ke dalam
sampai saat ini. kelompok pro hukuman mati
(retentionis) dan kelompok kontra
Penerapan sanksi hukum atas hukuman mati (ablosionis). Pihak yang
perbuatan tindak pidana dalam sistem menentang hukuman mati memandang
hukum Indonesia terdapat dalam Pasal bahwa penjatuhan pidana mati sangat
10 KUHP yang memuat dua macam tidak sesuai dengan Konstitusi
Indonesia yang menjamin hak hidup
1
Mansyur Effendi, Perkembangan setiap orang.
Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) dan
Prpses Dinamika Penyususana Hukum Hak Hak hidup secara filosofis
Asasi Manusia (HAKHAM), Bogor: Ghalia
adalah hak yang paling utama (the
Indonesia, 2005, hlm. 21.
2
Budi Suahri Yanto, Aspek Hukum supreme rigts) dan alamiah karena
Peninjauan Kembali Lebih dari Satu Kali merupakan hak yang diberikan Tuhan
dalam Pekara Pidana (Prespektif Penegakan kepada manusia. Dalam hal ini pihak
Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan
Hukum). Jurnal Hukum dan Peradilan, kontra sangat menentang hukuman
Mahkamah Agung RI, Vol 4, no.2 (2015), mati yang tidak sesuai dengan Hak
hlm. 339.
3
Andi Hamzah, dan A. Sumangelipu
4
dalam Hukman Reni, Hukuman Mati di Ibid., hlm. 5
5
Indonesia, Jakarta: Swakelola, 2015, hlm. 4 Ibid., hlm 8.
34
33-42
35
dengan identitas bangsa Indonesia yang menurut teori persuasif-prefentif
menjunjung tinggi hak asasi manusia hukuman mati merupakan upaya
termasuk hak hidup. mendidik pelaku kejahatan agar ia
menyadari kesalahan dan mau bertobat
Berdasarkan uraian diatas, serta mendidik masayarakat agar tidak
maka penulis menganalisis penerapan mencoba melakukan kejahatan yang
hukuman mati di Indonesia ditinjau akan merugikan dirinya sendiri dan
dari aspek hukum hak asasi manusia. orang lain.10
36
(1); pencabutan hak tertentu; (2) Pasal 44 tentang pembajakan di laut
perambasan barang tertentu; (3) yang mengakibatkan kematian dan; (8)
pengumuman keputusan hakim.12 Pasal 365 ayat 4 tentang pencurian
dengan kekerasan secara bersekutu
Dalam tatanan praktik, yang mengakibatkan luka berat atau
pelaksanaan hukuman mati diatur mati.14
dalam Undang-Undang Nomor
2/PNPS/1964 tentang Tata Cara Selain dalam KUHP terdapat
Pelaksanaan Hukuman Mati yang juga berbagai peraturan perundang-
dijatuhkan oleh pengadilan pada undangan yang mencantumkan
lingkungan Peradilan Umum dan hukuman mati seperti Undang-Undang
Peradilan Militer yang sampai saat ini 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana
tetap berlaku. Dalam undang-undang Korupsi, Undang-Undang Nomor 5
itu disebutkan bahwa pelaksanaan Tahun 1997 Tentang Psikotropika,
eksekusi terhadap terpidana hukuman Undang-Undang 26 Tahun 2000
mati dilakukan dengan cara ditembak Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia,
hingga mati. Karena sebelumnya tidak Undang-Undang Nomor 15 Tentang
pernah ada mengenai bagaimana Pemberantasan Tindak Pidana
eksekusi harus dilakukan.13 Terorisme, dan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.15
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana terdapat delapan perbuatan Meskipun KUHP Indonesia
pidana yang memuat ancaman masih mempertahankan hukuman mati
hukuman mati yaitu: (1) Pasal 104 sebagai salah satu pidana pokok, namun
tentang kejahatan terhadap keamanan apabila merujuk pada sejarah
negara (makar); (2) Pasal 340 tentang perkembangan proses kodifikasi hukum
pembunuhan berencana (3) Pasal 111 pidana di Belanda yang kemudian
ayat 2 tentang melakukan hubungan menjadi role model dari sistem
dengan negara asing sehingga terjadi pemidanan di Indonesia menunjukkan
perang; ayat 3 Tentang penghianatan di hal yang sebaliknya. Sejak 1870
waktu perang; (4) Pasal 124 (bis) hukuman mati sebagai pidana pokok di
tentang menghasut dan memudahkan Belanda telah dihapuskan dalam sistem
terjadinya hura-hura; (5) Pasal 140 ayat hukum Belanda. Lebih jauh lagi, adanya
3 tentang pembunuhan berencana hukuman penjara sebenarnya adalah
terhadap kepala negara sahabat; (6) sebagai alternatif untuk tidak
Pasal 479 k ayat 2 dan Pasal 479 o ayat menggunakan hukuman mati serta
2 tentang kejahatan penerbangan; (7) hukuman fisik yang dianggap sebagai
salah satu bentuk pemidanaan yang
12
Syahruddi Husein, Pidana Mati
Menurut Hukum Pidana Indonesia, Medan:
14
Usu Digital Libery, 2003, hlm. 6. Ibid., hlm. 60
13 15
Yon Aritono Arabai, Op.Cit. hlm. Ibid., hlm. 62
77
37
tidak manusiawi dan kejam di Belanda. sebagai hak yang secara kodrati
16 melekat dan tidak terpisah dari
Sedangkan di Indonesia setelah manusia yang harus dilindungi,
deklarasi kemerdakaan pada tahun dihormati dan ditegakkan demi
1945 ternyata tidak mempunya meningkatkan martabat kemanusiaan,
implikasi apapun untuk memutus kesejahtraan, kebahagiaan, dan
kebijakan colonial terhadap hukuman kecerdasan serta keadilan. 17
38
Maha Esa yang mengemban tugas memajukan dan mengakkan nilai-nilai
mengelola dan memelihara alam universal HAM justru tidak sesuai.
semesta dengan penuh ketaqwaan dan Upaya untuk mempertahankan
penuh tanggung jawab untuk hukuman mati sebagai sanksi pidana
kesejahtraan umat manusia, oleh untuk tindak pidana tertentu
pecipta-Nya dianugerahi hak asasi memperlihatkan politik HAM belum
untuk menjamin kebaradaan harkat dan berubah dari rezim otoriter orde baru.21
martabat kemulian diri serta
keharmonisan lingkunganya. Pidana mati yang diterapkan oleh
pemerintah Indonesia menimbulkan
Diantara hak- hak yang diatur kontroversi yang beragam.
dan dijamin dalam undang-undang No. Mendasarkan pada konsep HAM bahwa
39 Tahun 1999 tentang HAM adalah hak hak hidup adalah hak yang bersifat non-
untuk hidup. Hak untuk hidup derogable rights. Hal tersebut terdapat
merupakan hak mutlak setiap orang dalam Pasal 28A yang menegaskan
dan termasuk dalam kategori non- bahwa setiap orang berhak untuk hidup
derogable rights.20 Non-derogable rights dan mempertahankan hidup dan
artinya hak yang bersifat absolut yang kehidupannya. Sedangkan Pasal 28I
tidak dapat dikurangi pemenuhannya menyatakan bahwa hak untuk hidup
oleh negara dalam keadaan apappun. merupakan hak asasi yang tidak dapat
Pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang dikurangin dalam keadaan apapun.22
HAM menyatakan bahwa “setiap orang
berhak untuk hidup, mempertahankan Hak hidup yang terdapat dalam
hidup dan meningkatkan taraf pasal 28I ayat 1 UUD 1945 tidak dapat
hidupnya” Dengan demikian hak hidup dikurangin dengan keadaan apapun
dilindungi oleh hukum nasional. dianggap dapat disampingkan atau
dilakukan pembatasan sebagaiman
3.Implemantasi Pelaksanaan Hukuman diatur dalam Pasal 28J ayat 2 UUD 1945
Mati Di Indonesia Ditinjau Dari HAM yang menjelaskan dimana setiap orang
Sebagai salah satu negara yang wajib menghormati hak asasi manusia
telah mengalami transisi demokrasi, orang lain dan wajib tunduk
Indonesia adalah salah satu negara yang pembatasan yang ditetapkan oleh
masih mempertahankan hukuman mati undang-undang. 23
sebagai cara untuk menjalani transisi.
Momentum transisi keadilan pasca
jatuhnya rezim pemerintahan Soeharto 21
TIM ICJR, Politik Kebijakan
Hukuman Mati Di Indonesia Dari Masa ke
pada 21 Mei 1998 yang diasumsikan
Masa, Institute for criminal Justice Reform:
sebagai modalitas politik untuk Jakarta Selatan, 2017, hlm 207.
22
Amelia Arif, Problematika
Penjatuhan Hukuman Pidana Mati Prespektif
20
Rhona K.M Smith, Hukum Hak Hak Asasi Manusia, Jurnal Kosmik Hukum,
Asasi Manusia, Yogyakarta: PUSHAM UII, Vol. 19, No. 1, 2019, hlm. 88.
23
2008, hlm. 257. Ibid.,hlm 90.
39
Pemberlakuan hukuman mati di Indonesia menganut dasar falsafah
Indonesia menimbulkan dua kubu yang Pancasila yang menghormati harkat dan
saling bertentangan antara pihak pro martabat serta berke Tuhanan, karena
hukuman mati dan kontra hukuman yang paling berhak mencabut nyawa
mati. Pihak pro hukuman mati mahluk hidup hanya Tuhan.25
berpendapat bahwa hukuman mati
sangat memberi efek cegah dan rasa Hukuman mati yang diterapkan
takut bagi orang lain untuk tidak Indonesia telah pernah diajukan ke
melakukan pelanggaran, juga dapat Mahkamah Konstitusi terkait hukuman
memberikan rasa aman dan terlindungi mati dalam UU Narkotika. Bahwa
bagi setiap orang, sesuai dengan Pasal Mahkamah Konstitusi dalam
28 G UUD 1945 yang menjelaskan Putusannya menyatakan hukuman mati
“setiap orang berhak atas dalam UU Narkotika tidak bertentangan
perlindungan”. Bagaiman mungkin rasa dengan hak hidup yang dijamin UUD
aman dan terlindungi itu dapat terjadi 1945 lantaran jaminan hak asasi
bila si pelaku kejahatan tersebut masih manusia dalam UUD 1945 tidak
diberi kesempatan. Selain itu menganut asas kemutlakan. Menurut
penerapam hukuman mati juga Mahkamah Konstitusi hak asasi meski
dipandang sebagai ketegasan negara meski dipakai dengan menghargai dan
melawan tindak pidana atau negara menghormati hak asasi orang lain demi
tidak boleh tunduk kalah terhadap berlangsungnya ketertiban umum dan
kejahatan.24 keadilan sosial.26
24
Samuel Agustinus, Pelaksanaan
25
Pidana Mati Pasca Reformasi Dari Prespektif Ibid.,hlm 8.
26
Hak Asasi Manusia, Diponegor Law Journal, TIM ICJR, Op.Cit. hlm.208.
Vol. 5, No. 4, 2016, hlm. 7
40
kemudian menjadi role model dari serta perundang-undangan lainnya
sistem pemidanan di Indonesia seperti UU HAM.
menunjukkan hal yang sebaliknya.
Sejak 1870 hukuman mati sebagai
pidana pokok di Belanda telah DAFTAR PUSTAKA
dihapuskan dalam sistem hukum Buku :
Belanda.
2. Pengaturan Hak Asasi Manusia di Mansyur Effendi, Perkembangan
Indonesia pada dasarnya sudah Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM)
tercantum dalam Pancasila, UUD dan Proses Dinamika Penyususana
1945 serta UU No.39 Tahun 1999 Hukum Hak Asasi Manusia
Tentang Hak Asasi Manusia. Dalam (HAKHAM), Bogor: Ghalia
ketiga Pengaturan tersebut telah Indonesia, 2005, hlm. 21.
dijelaskan bahwa setiap manusia Andi Hamzah, dan A. Sumangelipu
memiliki hak untuk hidup. Hak untuk dalam Hukman Reni, Hukuman
hidup merupakan hak mutlak setiap Mati di Indonesia, Jakarta:
orang dan termasuk dalam kategori Swakelola, 2015, hlm. 4
non-derogable rights. Non-derogable Syahruddi Husein, Pidana Mati Menurut
rights artinya hak yang bersifat Hukum Pidana Indonesia, Medan:
absolut yang tidak dapat dikurangi Usu Digital Libery, 2003, hlm. 6.
pemenuhannya oleh negara dalam Yon Aritono Arabai, Aku Menolak
keadaan apappun. Hukuman Mati, Jakarta:
3. Pidana mati yang diterapkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia
pemerintah Indonesia menimbulkan (KPG), 2012, hlm. 57.
kontroversi yang beragam. Hukuman
mati di Indonesia menimbulkan dua Andrey Sujatmoko, Hukum HAM dan
kubu yang saling bertentangan Hukum Humaniter, Jakarta: PT.
antara pihak pro hukuman mati dan Raja Grafindo Persada, 2015, hlm.
kontra hukuman mati. Pihak pro 26
hukuman mati berpendapat bahwa Bungasan Hutapea, Alternatif
hukuman mati sewajarnya dapat Penjatuhan Hukuman Mati Di
dilaksanakan karena telah sesuai Indonesia Dilihat Dari Prespektif
dengan Pasal 28 G UUD 1945 yang Ham, Jurnal HAM, Vol 7, No 2, 2016
menjelaskan “setiap orang berhak hlm. 70
atas perlindungan”, sedangkan pihak Rhona K.M Smith, Hukum Hak Asasi
kontra hukuman mati berpendapat Manusia, Yogyakarta: PUSHAM UII,
hukuman mati dianggap sebagai 2008, hlm. 257.
pelanggaran hak asasi manusia yang TIM ICJR, Politik Kebijakan Hukuman
terdalam yakni hak untuk hidup Mati Di Indonesia Dari Masa ke
dimana hak tersebut sudah jelas Masa, Institute for criminal Justice
diatur dalam konstitusi Indonesia Reform: Jakarta Selatan, 2017, hlm
207.
41
Jurnal :
Amelia Arif, Problematika Penjatuhan
Hukuman Pidana Mati Prespektif
Hak Asasi Manusia, Jurnal Kosmik
Hukum, Vol. 19, No. 1, 2019, hlm.
88.
Samuel Agustinus, Pelaksanaan Pidana
Mati Pasca Reformasi Dari
Prespektif Hak Asasi Manusia,
Diponegor Law Journal, Vol. 5, No.
4, 2016, hlm. 7
Samuel Agustinus, Pelaksanaan Pidana
Mati Di Indonesia Pasca Reformasi
Dari Perspektif Hak Asasi Manusia.
Diponegoro Law Journal, Vol 5, No
4, 2016,hlm. 3
Velve Large Hamenda, Tinjauan
Terhadap Penerapan Hukuman
Mati Di Indonesia, Lex Crimen, Vol
2, No 1, (2013), hlm. 113
Budi Suahri Yanto, Aspek Hukum
Peninjauan Kembali Lebih dari Satu
Kali dalam Pekara Pidana
(Prespektif Penegakan Keadilan,
Kepastian dan Kemanfaatan
Hukum). Jurnal Hukum dan
Peradilan, Mahkamah Agung RI,
Vol 4, no.2 (2015), hlm. 339.
42