Anda di halaman 1dari 11

ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol.

6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)


KEBERADAAN PIDANA MATI DALAM KITAB UNDANG-UNDANG


HUKUM PIDANA (KUHP)

Ni Komang Ratih Kumala Dewi


Universitas Mahasarawati Denpasar
Email : Ratih_Kumala2001@yahoo.co.id

Abstrak
Pidana mati merupakan pidana terberat dan sulit untuk diterapkan dalam suatu
Negara hukum mengingat pidana mati merupakan salah satu tindakan
pelanggaran HAM, namun untuk membuat seseorang mengurungkan niatnya
melakukan suatu kejahatan perlu adanya aturan atau hukuman yang dapat
memberikan efek jera dan memberikan rasa aman bagi masyarakat dari segala
bentuk kejahatan. Tujuan penulisan diarahkan untuk mengetahui Pengaturan
Pidana Mati di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu dimana diatur
dalam beberapa pasal dalam KUHP dan Keberdaan pidana mati dalam sistem
hukum di Indonesia di tinjau dalam perspektif HAM yaitu tentu akan
bertentangan dengan HAM khususnya hak untuk hidup, Namun pidana mati
diperlukan pula sebagai upaya mencegah terjadinya kejahatan –kejahatan
khususnya yang tergolong berat.

Kata kunci : Tindak Pidana, Pidana Mati, HAM

Abstract
Capital punishment is the heaviest crime and difficult to apply in a country of law
considering the death penalty is one of the acts of human rights violations, but to make
someone discourage of committing a crime there needs to be rules or penalties that can
provide a deterrent effect and provide security for the community from all form of crime.
The purpose of writing is directed to find out the regulation of the Death Penalty in the
Criminal Law Code which is stipulated in several articles in the Criminal Code and the
existence of capital punishment in the legal system in Indonesia in terms of human rights
perspective, which of course would be contrary to human rights, especially the right to life,
however capital punishment is also needed as an effort to prevent the occurrence of crimes,
especially those classified as serious

Keywords: Criminal Acts, Death Penalty, Human Rights

Pendahuluan tertentu, tetapi juga menjadi masalah


Kejahatan merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh
kemanusiaan yang merupakan masyarakat di dunia. Kejahatan
masalah sosial, tidak hanya merupakan bentuk dari prilaku
merupakan masalah bagi masyarakat menyimpang, Perilaku menyimpang

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 104


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

itu merupakan suatu ancaman yang terhadap kasus-kasus kejahatan yang


nyata atau ancaman terhadap norma- terjadi, tidak jarang pelaku kejahatan
norma sosial yang mendasari di hukum dengan hukum mati
kehidupan atau keteraturan sosial, melihat perbuatan yang dilakukan
dapat menimbulkan ketegangan snagat berat dan merugikan banyak
individual maupun ketegangan- orang. Hukuman mati merupakan
ketegangan sosial. Kejahatan adalah pidana yang paling keras dalam
masalah manusia yang berupa sistem pemidanaan. Masalah
kenyataan sosial yang sebab- pemidanaan berhubungan erat
musababnya kurang kita pahami dan dengan kehidupan seseorang
terjadi dimana serta kapan saja dalam dimasyarakat, terutama bila
pergaulan hidup (Prodjohamidjojo, menyangkut kepentingan benda
1997). Kasus-kasus kejahatan hukum yang paling berharga bagi
disejumlah wilayah tanah air yang kehidupan bermasyarakat yaitu
menimbulkan berbagai dampak nyawa dan kemerdekaan atau
terhadap suatu lingkungan kebebasan. Hukuman mati
masyarakat seperti kita ketahui merupakan pidana yang paling keras
dengan majunya zaman saat ini dalam sistem pemidanaan. Masalah
membuat kejahatan semakin pemidanaan berhubungan erat
berkembang jenisnya seperti dengan kehidupan seseorang
kejahatan teknologi, kemanusian dan dimasyarakat, terutama bila
lain-lainnya. menyangkut kepentingan benda
Setiap bentuk kejahatan yang hukum yang paling berharga bagi
terjadi tentunya menimbulkan akibat kehidupan bermasyarakat yaitu
dari suatu perbuatan, akibat yang di nyawa dan kemerdekaan atau
peroleh seseorang dari perbuatan kebebasan.
yang dilakukan tentunya disesuaikan Di tinjauan sosiologis tentu ada
dengan jenis perbuatannya. pro dan kontra di dalam pemberian
Mengingat Indonesia merupakan hukuman mati karena hukuman mati
Negara hukum seperti yang itu dianggap bertentangan dengan
tercantum dalam Undang – undang Undang-Undang No.39 tahun 1999
Dasar Negara Republik Indonesia tentang HAM yang juga mengatur
Tahun 1945 Pasal 1 angka 3 maka bahwa tidak seorang pun boleh
hukum harus di tegakan demi ditangkap, ditahan atau dibatasi
keadilan. Melihat korban-korban dari kebebasannya, dan tidak seorangpun
kejahatan yang terjadi sangat banyak dapat dihukum dengan suatu
dan tidak melihat status atau apapun peraturan yang berlaku surut serta
misalnya orang-orang dari kelas masih banyak hak-hak dasar lain
menengah kebawah, anak-anak, yang harus dijamin, dilindungi dan
lansia, maupun pemerintah Negara. ditegakkan oleh negara. Di indonesia
Disinilah kita melihat bagaimana delik yang diancam dengan pidana
penegakan hukum di indonesia mati semakin banyak diatur dalam

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 105


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

KUHP, eksistensi lembaga pidana di Indonesia menjadi bahan


mati ditunagkan dalam KUHP secara pembicaraan yang cukup aktual dan
terperinci menyatakan bahwa polemik. Hal ini didasari bahwa
sebagaimana diatur dalam Pasal 10 penerapan hukuman mati tidak
KUHP. sesuai dengan falsafah negara yang
Berdasarkan uraian Pasal 10 menganut paham Pancasila, yang
KUHP tersebut dapatlah diketahui selalu menjunjung tinggi rasa pri
bahwa lembaga pidana mati kemanusiaan yang adil dan beradab.
merupakan salah satu hukuman yang Dalam kenyataannya, penerapan
masih jelas keberadaannya sebagai hukuman mati apapun alasan dan
bagian dari hukuman pidana yang logikanya tetap dilaksanakan di
dijatuhkan. Pengaturan tentang Indonesia dari berbagai kasus tindak
penjatuhan hukuman mati masih kejahatan yang ada.
menimbulkan perdebatan,terutama Keterkaitan pidana mati
mengenai pemberlakuan hukuman dengan hak asasi manusia sangatlah
mati. Perdebatan itu tetap muncul, erat, hal ini didasarkan pada suatu
khususnya antara negara yang telah alasan bahwasanya penjatuhan
menghapus hukuman mati dan pidana mati terkait erat dengan hak
negara yang memberlakukan yang paling asasi bagi manusia.
hukuman mati. Pihak yang pro Menurut Undang –undang No 39
hukuman mati menyatakan bahwa, Tahun 1999 yang dimaksud dengan
hukuman mati masih dibutuhkan hak asasi manusia sebagaimana
untuk kasus-kasus hukum berat yang diatur dalam Pasal 1 yang berbunyi
dapat mengancam hak asasi orang yaitu hak asasi manusia adalah
lain. Sebaliknya pihak yang kontra seperangkat hak yang melekat pada
terhadap hukuman mati menyatakan hakikat dan keberadaan manusia
bahwa, hukuman mati merupakan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
hukuman yang kejam, tidak Esa dan merupakan anugerah-Nya
manusiawi dan merupakan yang wajib dihormati , dijungjung
pelanggaran terhadap hak asasi tinggi dan lindungi oleh negra,
manusia. hukum dan pemerintah dan setiap
Pro dan kontra mengenai orang demi kehormatan serta
pidana mati bukan merupakan suatu perlindungan harkat dan martabat
pertentangan yang baru di tengah- manusia. Setiap hak asasi manusia
tengah masyarakat dan para ahli seseorang menimbulkan kewajiban
hukum namun sudah terjadi sejak dasar dan tanggung jawab untuk
dahulu. Pidana mati hanya menghormati hak asasi orang lain
merupakan alasan bagi penguasa secara timbal balik serta menjadi
Negara sebagai alat penegak untuk tugas pemerintah untuk
mempertahankan tertib hukum menghormati, melindungi,
dalam pemberantasan penjahat- menegakkan dan memajukannya. Di
penjahat. Pelaksanaan hukuman mati dalam Undang- Undang Dasar

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 106


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

Negara Republik Indonesia 1945 Pidana mati didefinisikan


sebagai konstitusi Indonesia, terdapat sebagai suatu nestapa atau
rumusan-rumusan tentang hak asasi penyiksaan yang memberikan
manusia. Hal itu dapat ditemukan penderitaan kepada manusia dan
dalam pembukaan maupun dalam melanggar norma-norma yang
batang tubuh, dengan adanya bertentangan dengan kehidupan
rumusan tersebut berarti negara manusia, dimana antara pidana mati
Indonesia mengakui adanya prinsip sangat berkaitan dengan pidana dan
perlindungan terhadap hak asasi pemidanaan. Secara substansial,
manusia (Sujatmoko, 2007). Namun hukuman mati itu merupakan salah
jika dilihat dari segi tinjauan satu bentuk sanksi yang diberlakukan
sosiologis banyak pendapat-pendapat pada pelanggar hukum, khususnya
yang menyatakan bahwa hukuman palanggaran berat. Hukuman mati
mati tidak pantas diberikan karena dikenal dengan suatu bentuk
melanggar HAM dan ada pula yang hukuman yang kejam dan tidak kenal
beranggapan bahwa hukuman mati ampun. Sebenarnya tujuan dari
pantas diberikan bagi pelaku yang pidana itu adalah untuk mencegah
melakukan kejahatan bera. timbulnya kejahatan dan
Hukuman mati adalah suatu pelanggaran. Kejahatan-kejahatan
hukuman atau vonis yang yang berat dan pidana mati dalam
dijatuhkan pengadilan (atau tanpa sejarah hukum pidana adalah
pengadilan) sebagai bentuk hukuman merupakan dua komponen
terberat yang dijatuhkan atas permasalahan yang berkaitan erat.
seseorang akibat perbuatannya. oleh Hal ini nampak dalam KUHP
sebab itu sangat menarik untuk Indonesia yang mengancam
membahas penelitian mengenai kejahatan-kejahatan berat dengan
“KEBERADAAN PIDANA MATI pidana mati. Berdasarkan pada
DALAM KITAB UNDANG- ketentuan yang ada pada KUHP
UNDANG HUKUM PIDANA menyangkut tentang macam sanksi
(KUHP) “. pidana atau jenis pemidanaan hanya
terdapat 2 macam hukuman pidana
Rumusan Masalah sebagaimana dijelaskan dalam pasal
1. Pengaturan Pidana Mati di 10.
dalam Kitab Undang-Undang Menurut Prof. Roeslan Saleh
Hukum Pidana ? mengatakan pidana mati adalah
2. Keberdaan pidana mati dalam suatu upaya yang radikal, untuk
sistem hukum di Indonesia di meniadakan orang-orang yang tidak
tinjau dalam perspektif HAM ? bisa diperbaiki lagi, dan dengan
adanya pidana mati ini maka
Pengaturan Pidana Mati di dalam hilanglah pula kewajiban untuk
Kitab Undang-Undang Hukum memelihara mereka di dalam penjara-
Pidana penjara yang demikian besar

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 107


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

biayanya. Begitu pula hilanglah 3. pengumuman putusan


ketakutan-ketakutan kita jika orang- hakim (Molejatno, 2005).
orang tersebut melarikan diri dari Pidana mati dijalankan oleh
penjara dan membuat kejahatan algojo di tempat gantungan dengan
kembali dalam masyarakat (Saleh, menjeratkan tali yang terikat di tiang
1978). gantungan pada leher terpidana
Pidana mati adalah pidana kemudian menjatuhkan papan
terberat dari semua jenis pidana tempat terpidana berdir. Berbicara
pokok, sehingga hanya diancamkan tentang pidana matai sebgaimana
terhadap pelaku kejahatan tertentu diatur dalam KUHP selanjutnya
saja. Sejauh ini perlu tidaknya pidana dituangkan dalam beberapa jenis
mati diancamkan terhadap pelaku tindak pidana sebagaimana berikut :
kejahatan menimbulkan banyak a. Makar terhadap Presiden dan
pendapat. Pidana mati sifatnya Wakil Presiden.
eksepsional artinya pidana mati itu Pasal 104 KUHP : “Makar
hanya dijatuhkan hakim apabila dengan maksud membunuh
benar-benar diperlukan. Bahkan Presiden atau wakil Presiden,
berdasarkan sejarah, ternyata pidana atau dengan maksud
mati sudah dikenal jauh sebelum merampas kemerdekaan
negara Indonesia terbentuk yaitu mereka atau menjadikan
pada masa kerajaan-kerajaan. Oleh mereka tidak mampu
sebab itu, mengenai pidana mati di memerintah, diancam dengan
Indonesia dilihat dari sejarahnya pidana mati atau pidana
adalah bukan hal yang asing. Hanya penjara seumur hidup atau
saja mengenai cara pelaksanaanya pidana selama waktu tertentu,
yang berbeda satu tempat dengan paling lama dua puluh tahun.
tempat lainnya. Mengenai b. Membujuk negara asing untuk
pengaturan Pidana Mati di dalam bermusuhan atau berperang.
Kitab Undang-Undang Hukum Pasal 111 Ayat (2) KUHP “Jika
Pidana diatur dalam Pasal 10 KUHP permusuhan atau perang
pidana terdiri atas : sungguh terjadi, diancam
a. Pidana pokok : dengan pidana mati atau
1. pidana mati pidana penjara seumur hidup
2. pidana penjara atau pidana penjara selama
3. pidana kurungan waktu tertentu paling lama
4. pidana denda dua puluh tahun.
5. pidana tutupan c. Membantu musuh saat perang
b. Pidana tambahan : Pasal 124 Ayat (3) KUHP
1. pencabutan hak-hak Pidana mati atau pidana
tertentu penjara seumur hidup atau
2. permapassan barang- selama waktu tertentu paling
barang tertentu

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 108


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

lama dua puluh tahun diancam, karena pembunuhan


dijatuhkan jika si pembuat; dengan rencana (moord),
1) Memberitahukan atau dengan pidana mati atau
menyerahkan kepada musuh, pidana penjara seumur hidup
menghancurkan atau merusak atau selama waktu tertentu,
sesuatu temapat atau pos yang paling lama dua puluh tahun.
diperkuat atau diduduki, b. Pencurian dengan kekerasan
suatu alat penghubung, yang mengakibatkan luka
gudang persediaan perang, berat atau mati.
atau kas perang ataupun Pasal 365 Ayat (4) KUHP :
angkatan laut, angkatan darat “Diancam dengan pidana mati
atau bagian dari padanya; atau pidana penjara seumur
merintangi, mengalang-alangi hidup atau selama waktu
atau menggagalkan suatu tertentu paling lama dua puluh
usaha untuk mengenangi air tahun, jika perbuatan
atau bangunn tentara lainnya mengakibatkan luka berat atau
yang direncanakan atau mati dan dilakukan oleh dua
diselenggarakan untuk orang atau lebih dengan
menangkis atau menyerang. bersekutu, pula disertai oleh
2) Menyebabkan atau salah satu hal yang
memperlancar timbulnya diterangkan dalam no. 1 dan 3.
hura-hura, pemberontakan c. Pemerasan dengan kekerasan
atau desersi di kalangan yang mengakibatkan luka
angkatan perang. berat atau mati. Pasal 368 Ayat
d. Makar terhadap Raja atau (2) KUHP :
kepala-kepala negara sahabat “Diancam dengan pidana mati
dengan direncanakan dan atau pidana penjara seumur
berakibat maut. hidup atau selama waktu
Pasal 140 Ayat (3) KUHP Jika tertentu paling lama dua puluh
makar terhadap nyawa tahun, jika perbuatan
dilakukan dengan rencana mengakibatkan luka berat atau
serta berakibat maut, diancam mati dan dilakukan oleh dua
dengan pidana mati atau orang atau lebih dengan
pidana penjara seumur hidup bersekutu, pula disertai oleh
atau pidana penjara, selama salah satu hal yang
waktu tertentu paling lama diterangkan dalam no. 1 dan 3.
dua puluh tahun. d. Pembajakan di laut, pesisir dan
a. Pembunuhan berencana sungai yang mengakibatkan
Pasal 340 KUHP : “Barang kematian.
siapa sengaja dan dengan Pasal 444 KUHP :
rencana lebih dahulu “Jika perbuatan kekerasan
merampas nyawa orang lain yang diterangkan dalam pasal

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 109


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

438-441 mengakibatkan mempidana suatu kejahatan.


seseorang di kapal yang Kepuasan hatilah yang dikejar
diserang atau seseorang yang (Prodjodikoro, 2011). Hal ini berarti
diserang itu mati, maka bahwa pidana merupakan suatu
nahkoda, panglima atau keharusan atau merupakan hal yang
pemimpin kapal dan mereka mutlak menyusul terjadinya
yang turut serta melakukan kejahatan.Pidana tidak
perbuatan kekerasan, diancam mempedulikan apakah akibat-akibat
dengan pidana mati, atau yang timbul dari dijatuhkannya
pidana penjara selama waktu pidana terhadap seseorang. Hal ini
tertentu paling lama dua puluh karena tujuan pidana ini hanyalah
tahun. untuk mengejar kepuasan hati dari
Hukuman mati merupakan sebuah pihak yang dirugikan untuk
instrumen untuk melindungi membalas orang yang telah
masyarakat dan negara baik dalam melakukan tindak pidana. Hal
bentuk preventif maupun represif. tersebut sesuai dengan semboyan
Represif di sini bukanlah menjadikan Hutang pati, nyaur pati; hutang lara,
mereka yang diperintah menjadi nyaur lara yang berarti pembunuh
rentan dan lemah (Selznick, 2007). harus dibunuh, dan penganiaya
Tujuan adanya pidana mati sendiri harus dianiaya (Prodjodikoro, 2011).
agar masyarakat memperhatikan
bahwa pemerintah tidak b. Teori Relatif atau Teori
menghendaki adanya gangguan Tujuan
terhadap ketentraman yang sangat Teori relatif ini melihat bahwa
ditakuti oleh umum. Dengan adanya penjatuhan pidana bertujuan untuk
pidana mati maka pelaku kejahatan memperbaiki si penjahat agar
akan mengurungkan niat untuk menjadi orang yang baik dan tidak
melakukan tindak pidana tersebut. akan melakukan kejahatan lagi. Teori
Berdasarkan teori pemidanaan dibagi relatif ini juga dinamakan sebagai
menjadi 3 golongan yaitu : teori tujuan. Menurut teori ini, suatu
kejahatan tidak mutlak harus diikuti
a. Teori Absolut atau Teori dengan suatu pidana. Tujuan dari
Pembalasan pidana harus diarahkan kepada
Manusia mempunyai perasaan upaya agar di kemudian hari
ingin membalas atau ada kejahatan yang telah dilakukan itu
kecenderungan untuk membalas tidak terulang lagi (Prodjodikoro,
yang merupakan efek dari suatu 2011). Penjatuhan pidana menurut
gejala sosial yang normal. Pada teori teori ini lebih mengutamakan tujuan
absolut, yang menjadi dasar pijakan dari penjatuhan pidana. Pidana
teori ini adalah pembalasan. ditujukan agar orang takut untuk
Pembalasan menurut banyak orang melakukan suatu pidana dan
dilakukan sebagai alasan untuk kejahatan yang telah dilakukan tidak

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 110


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

terjadi lagi di kemudian hari, dengan memperbaiki penjahat yang melekat


kata lain pidana bertujuan untuk pada tiap pidananya (Prodjodikoro,
memperbaiki penjahat agar menjadi 2011). Teori gabungan ini merupakan
orang yang baik dan tidak melakukan gabungan antara teori absolut dan
kejahatannya lagi di kemudian hari. teori relatif. Menurut Wirjono
Teori relatif menyebutkan bahwa Prodjodikoro :
pidana adalah alat untuk mencegah Mudah dapat diadakkan
timbulnya suatu kejahatan, dengan sintesis antara dua aliran yang
tujuan agar tata tertib masyarakat tampak ekstrem atau jauh satu
tetap terpelihara. Pencegahan atau dari yang lain itu. Sekiranya
prevensi ini ada dua macam, yaitu dalam praktek biasanya ada
prevensi khusus dan prevensi umum. persesuaian pendapat bahwa
Keduanya berdasarkan bahwa suatu kejahatan tertentu harus
dengan ancaman akan dipidana dan ditanggapi dengan suatu
kemudian dijatuhkannya pidana pidana tertentu. Jika hal ini
orang akan takut mejalankan terjadi, maka pidana tertentu
kejahatan (Prodjodikoro, 2011). Pada itu memberikan kepuasan
prevensi khusus, hal membuat takut kepada semua pihak karena
ditujukan kepada si penjahat, merupakan “pembalasan”
sedangkan dalam prevensi umum yang diinginkan oleh teori-
ditujukan agar para oknum semua teori absolut dan sekaligus
juga takut akan menjalankan memenuhi syarat dari teori-
kejahatan (Prodjodikoro;2011). Wujud teori relatif ke arah sutau
dari prevensi khusus adalah pada tujuan prevensi atau
penjatuhan pidana terhadap orang memperbaiki penjahat
yang melakukan kejahatan untuk (Prodjodikoro, 2011).
memperbaiki atau membinasakan Berdasarkan apa yang telah
orang yang berbuat jahat, sedangkan dikemukakan oleh Wirjono
prevensi umum merupakan upaya Prodjodikoro tersebut, teori
untuk menakut-nakuti masyarakat gabungan merupakan teori yang
melalui penjatuhan pidana yang didalamnya menggabungkan
dilakukan pada prevensi khusus. pemikiran yang terdapat di dalam
teori absolut dan teori relatif yaitu
c. Teori Gabungan yang menjadi dasar dalam
Tujuan pidana di samping adanya penjatuhan pidana adalah untuk
teori absolut dan teori relatif, muncul pembalasan dan pertahanan tata
juga teori ketiga yang disebut teori tertib masyarakat.Keberadaan pidana
gabungan. Teori gabungan ini mati di Indonesia sebenarnya
mengakui adanya unsur menurut saya tepat diterapkan
“pembalasan” dalam hukum pidana, mengingat pidana mati sendiri
namun di pihak lain mengakui pula diberikan kepada pelaku kejahatan
unsur prevensi dan unsur yang merupakan tindak pidana

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 111


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

kejahatan yang tergolong berat yang wajib dihormati , dijungjung


sehingga disini rasa keadilan itu ada tinggi dan lindungi oleh negra,
terutama bagi keluarga korban dari hukum dan pemerintah dan setiap
suatu tindak pidana kejahatan,apalagi orang demi kehormatan serta
mengingat beberapa masyarakat perlindungan harkat dan martabat
berpikir darah dibalas dengan darah manusia. Dalam negara Pancasila,
itulah kebanyak orang selalu berpikir pemahaman atas hakhak asasi
terutama dalam pihak yang dirugikan manusia dipandang penting sesuai
terhadap suatu kejahatan, seperti yang tercantum dalam sila kedua,
contoh kasus bom Bali hamper semua yaitu “Kemanusiaan yang adil dan
keluarga korban meminta keadilan beradab“ dengan menempatkan
mengingat banyaknya korban yang manusia dengan kodrat, harkat dan
ditimbulkan dari ledakan bom martabatnya. Pasal 2 Undang-
tersebut, orang-orang yang tidak Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang
bersalah menjadi korban dari Hak Asasi Manusi menjelaskan
kejahatan yang dilakukan oleh bahwa Negara Indonesia mengakui
beberapa otnum yang memiliki dan menjunjung tinggi hak asasi
kepntingan tersendiri. Keluarga manusia dan kebebasan dasar
korban meminta keadilan kepada manusia sebagai hak yang secara
para penegak hukum dan berharap kodrati melekat dan tidak terpisah
mereka pelaku kejahatan mendapat dari manusia yang harus dilindungi,
ganjaran yang setimpal dari kejahatan dihormati dan ditegakkan demi
yang dilakukan sehingga nyaw meningkatkan martabat
dibalas dengan nyawa. kemanusiaan, kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kecerdasan serta
Keberdaan pidana mati dalam keadilan.
sistem hukum di Indonesia di tinjau Penjatuhan pidana merupakan
dalam perspektif HAM bagian yang berperan dalam proses
Hukuman mati khususnya di pengadilan pidana harus
Indonesia memang masih menjadi mendasarkan pada perspektif
perdebatan semua kalangan halayak humanistis dan tujuan pidana
mengingat semua orang didunia ini integratif serta aliran pemidanaan
memiliki HAM untuk hidup. modern yang mengutamakan
Menurut Undang –undang No 39 perlindungan masyarakat. Ada 3 hal
Tahun 1999 yang dimaksud dengan yang menjadi titik pembicaraan
hak asasi manusia sebagaimana dalam hukum pidana yaitu tindak
diatur dalam Pasal 1 yang berbunyi pidana, pertanggungjawaban pidana,
yaitu hak asasi manusia adalah dan pengenaan pidana. Menjatuhkan
seperangkat hak yang melekat pada pidana terutama pidana mati, harus
hakikat dan keberadaan manusia memperhatikan faktor faktor yang
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha menyangkut HAM terpidana, dan
Esa dan merupakan anugerah-Nya menjadikan pidana bersifat

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 112


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

oprasional dan fungsional. menghormati, melindungi, dan


Penerapkan pidana mati terhadap memenuhi hak asasi manusia.
pelaku kejahatan dengan Adanya pidana mati dikaji dalam
mengedepankan kriteria tindak perspektif HAM tentunya merupakan
pidana yang dilakukan sebagai pelanggaran karena kita merampas
berikut: hak untuk hidup seseorang
1.Melampaui batas kemanusiaan, mengingat pemberian pidana mati itu
2.Mencelakai dan mengancam tidak sembaranagan tentunya dengan
banyak manusia, pertimbangan yang matang oleh para
3. Merusak generasi bangsa, penegak hukum. Pidana mati jika
4. Merusak peradaban bangsa, dikaitkan dalam perspektif HAM
5. Merusak tatanan di muka bumi, tentu akan bertentangan dengan
6.Merugikan serta menghancurkan HAM khususnya hak untuk hidup
perekonomian negara sebagaimana diatur dalam Undang-
Walaupun hak untuk hidup undang Dasar Negara Republik
dilindungi oleh konstitusi yang Indonesia Tahun 1945 dimana diatur
dijiwai oleh nilai kemanusiaan dalam dalam Pasal 28A yaitu Setiap orang
Pancasila, tetapi sampai saat ini berhak untuk hidup serta berhak
dalam sistem hukum di Indonesia mempertahankan hidup dan
masih menerapkan hukuman mati kehidupannya dan Undang-Undang
dalam sistem pemidanaannya. Jika No 39 Tahun 1999 Tentang HAM
dikaji lebih mendalam sesuai dengan sebagaimana diatur dalam Pasal 4
ketentuan dokumen hak asasi yaitu menjelaska Hak untuk hidup,
manusia, terdapat beberapa pasal di hak untuk tidak disiksa, hak
dalam dokumen hak asasi manusia kebebasan pribadi, pikiran dan hati
yang tidak melarang pelaksanaan nurani, hak beragama, hak untuk
hukuman mati karena bertentangan tidak diperbudak, hak untuk diakui
dengan hak hidup seseorang. sebagai pribadi dan persamaan di
Penerapan hukuman mati hadapan hukum, dan hak untuk tidak
digolongkan sebagai bentuk dituntut atas dasar hukum yang
hukuman yang kejam dan tidak berlaku surut adalah hak hak
manusiawi. Hak asasi manusia manusia yang tidak dapat dikurangi
berlaku kapanpun, di manapun, dan dalam keadaan keadaan apapun dan
kepada siapapun, sehingga sifatnya oleh siapapun. Namun pidana mati
universal. HAM pada prinsipnya diperlukan pula sebagai upaya
tidak dapat dicabut. Hak asasi mencegah terjadinya kejahatan –
manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, kejahatan khususnya yang tergolong
saling berhubungan, dan saling berat.
bergantung. Hak asasi manusia
biasanya dialamatkan kepada negara,
atau dalam kata lain, negaralah yang
mengemban kewajiban untuk

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 113


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

Kesimpulan Martiman Prodjohamidjojo, 1997,


Berdasarkan pembahasan diatas Memahami Dasar- Dasar Hukum
maka dapat diperoleh kesimpulan Pidana Indonesia, PT Pradnya
dan saran yaitu Paramita, Jakarta
1. Pengaturan Pidana Mati di dalam Andrey Sujatmoko, 2007, Hukum
Kitab Undang-Undang Hukum HAM Dan Hukum Humaniter,
Pidana yaitu dalam Pasal 104 Raja Grafindo Persada, Jakarta,
KUHP , Pasal 111 Ayat (2) KUHP , Roeslan Saleh, 1978, Masalah Pidana
Pasal 124 Ayat (3) KUHP, Pasal 140 Mati, Aksara Baru, Jakarta
Ayat (3) KUHP ,Pasal 340 ,Pasal Philip Nonet dan Philip Selznick,
365 Ayat (4) KUHP ,Pasal 368 Ayat 2007, Hukum Responsif,
(2) KUHP dan Pasal 444 KUHP . Nusamedia, Bandung.
2. Keberdaan pidana mati dalam Wirjono Prodjodikoro, 2011, Asas-
sistem hukum di Indonesia di Asas Hukum Pidana di Indonesia,
tinjau dalam perspektif HAM yaitu Cet. IV, Refika Aditama,
tentu akan bertentangan dengan Bandung
HAM khususnya hak untuk hidup,
Namun pidana mati diperlukan Peraturan Perundang-Undangan :
pula sebagai upaya mencegah Undang – undang Dasar Negara
terjadinya kejahatan –kejahatan Republik Indonesia Tahun
khususnya yang tergolong berat. 1945
KUHP
Saran Undang-Undang No.39 tahun 1999
Sebaiknya khususnya para tentang HAM
penegak hukum di Indonesia harus
lebih berani dalam mengambil
keputusan tentang penjatuhan pidana
mati terhadap pelaku kejahatan
mengingat asas kepastian hukum
yaitu suatu jaminan bahwa suatu
hukum harus dijalankan dengan cara
baik dan tepat. Kepastian hukum
merupakan tujuan utama dari hukum
dan kepastian hukum akan
mengarahkan masyarakat bersikap
positif pada hukum Negara yang
telah ditentukan.

Daftar Pustaka
Buku :

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 114

Anda mungkin juga menyukai