“Hukuman mati” berasal dari kata dasar hukum dan mati. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, arti kata “hukum” yaitu, peraturan atau adat yangg secara resmi
peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan (kaidah, ketentuan)
mengenai peristiwa (alam dsb) yang tertentu, keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan
oleh hakim (dl pengadilan). ementara “hukuman” sendiri menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia yaitu :
(1) siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar undang-
undang dsb;
Selanjutnya ada kata “mati” yang memiliki arti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu
Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi “hukuman mati” yaitu hukuman yang
dijalankan dengan membunuh atau menghilangkan nyawa orang yang bersalah menurut
Indonesia adalah negara yang sampai saat ini masih menerapkan hukuman mati.
Penerapan hukuman mati tersebut berawal dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) atau Wetboek van Strafrecht (WvS) pada masa kolonial Belanda.
seluruh hukum pidana bagi golongan penduduk Hindia Belanda. Penerapan hukuman mati
merupakan salah satu upaya penegakan hukum di Indonesia. Hukuman mati dapat
dianggap sebagai jenis hukuman yang memiliki efek jera paling tinggi, yaitu menyebabkan
seorang pelaku kehilangan hak untuk hidup dan tidak memiliki kesempatan untuk
memperbaiki diri.
Studi ilmiah secara konsisten gagal untuk memberikan bukti yang meyakinkan
bahwa hukuman mati membuat efek jera dan efektif dibanding hukuman lainnya. Survei
PBB dilakukan pada tahun 1998 dan 2002 tentang hubungan antara angka kejahatan
pembunuhan dan praktek hukuman mati menunjukan, hukuman mati lebih buruk dari pada
penjara seumur hidup dalam memberikan efek jera pada pembunuhan kriminal.
Tingkat kejahatan terkait erat dengan masalah kesejahteraan dan kemiskinan, serta
apakah kerja badan-badan penegak hukum. Dukungan untuk hukuman mati berdasarkan
argumen bahwa hukuman mati untuk pembunuhan brutal akan mencegah banyak orang
untuk membunuh karena akan mengguncang hukuman yang sangat berat. Jika penjahat
penjara bisa jera dan juga dapat membunuh lagi jika tidak jera, para penjahat hukuman mati
tidak akan bisa membunuh lagi karena dijalankan dan pada dasarnya mempertahankan
Dalam banyak kasus banyak penjahat residivis yang terus berulang kali melakukan
didasarkan pada sisi manusia dari para pelaku tanpa melihat sisi kemanusiaan dari korban
sendiri, keluarga, kerabat atau orang-orang yang bergantung pada korban. Lain halnya jika
keluarga adalah korban telah mengampuni keputusan pelaku dapat diubah dengan
Sampai dengan Juni 2006 hanya 68 negara yang masih menerapkan praktik
hukuman mati, termasuk juga di Indonesia, dan hampir dari setengah negara di seluruh
dunia sudah menghapus hukuman mati. Ada 88 negara yang telah menghapuskan
hukuman mati untuk semua kategori kejahatan, ada 11 negara yang menghapus hukuman
mati untuk kejahatan, 30 negara moratorium malakukan hukuman mati, dan dari 129 negara
Pada dasarnya sistem hukum di Indonesia terdiri dari tiga jenis system hukum. Yaitu
hukum Eropa, hukum agama dan hukum adat. Dari ketiganya, baik pidana maupun perdata
agama dan adat biasanya berlakupada urusan perkawinan, kewarisan dan kekerabatan.
Namun kembali pada salah satu asas berlakunya undang-undang yaitu: Undang-
undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai derajat yang lebih tinggi,
sehingga apabila ada dua macamundang-undang yang tidak sederajat mengatur objek
yang sama dan saling bertentangan, maka hakim harus menerapkan undang-undang yang
lebihtinggi dan menyatakan bahwa undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat (lex
superior derogat legi inferiori). Ini berarti apabila hukumanmati diberlakukan oleh negara,
maka hukum adat perda tidak berhak menentang. Sebaliknya, jika hukum adat atau perda
memberlakukan hukuman mati tetapi negara tidak, maka tidak boleh ada hukuman mati.
4
Kesimpulan
Hukuman (piana) mati di negara kita masih diberlakukan, tetapi hasih ada saja warga
Negara yang dengan sadar/sengaja melanggar aturan tersebut. Dilihat dari aspek agama,
hukuman mati tidak mutlak ditentang. Begitu juga dalam beberapa hukum adat. Namun
demikian, beberapa pihak tertentu ingin agar hukuman mati berhenti diberlakukan di
Indonesia.Setelah memaparkan beberapa kajian mengenai tentang hukuman mati, dari segi
agama sosial dan adat, maka saya akan mengemukakan beberapa kesimpulan. Apakah
hukuman mati perlu di tidiadakan? Apabila hukuman mati dihapus dari sistem hukum di
Indonesia lalu digantikan dengan hukuman kurungan penjara dan pemiskinan, jika dikaji
secara filosofis, jika terdakwa yang melakukan kejahatan berskala besar misalnya
Dengan pertimbangan ini, hukuman mati perlu diberlakukan agar tidak ada korban
yang berjatuhan lagi. Tetapi hukuman mati bisa saja ditiadakan apabila aparat penegak
hukum mampu menjamin untuk memberantas tuntas seluruh jaringan yang terkait dalam
kasus itu. Kenyataannya, seorang terdakwa bandar narkoba masih bisa melakukan akses
dan menguasai jalur transaksi penjualan narkoba berskala besar di dalam lapas. Apabila
sulit mengawasi oknum lapas yang terlibat, maka hukuman mati perlu diberlakukan.
Hukuman mati bisa ditiadakan apabila terjamin bahwa tardakwa bandar narkoba tidak bisa
Alasan HAM dan otoritas Tuhan mengenai hukuman mati, juga tidak sepenuhnya benar.
Jika membunuh terdakwa sebagai hukuman dikatakan melanggar HAM, lalu mengapa
militer membunuh penjajah tidak dikatakan melanggar HAM? Padahal keduanya sama-
sama membunuh.
5
penjara seumur hidup di mana fasilitas setiap narapidana tidak dibeda-bedakan. Selain itu
harus ada jaminan atau kepastian bahwa terdakwa benar-benar jera dikurung di penjara
dan akses narapidana dengan kasus kriminal berskala besar ke dunia luar benar-benar
dijaga ketat, dibatasi dan diawasi. Setiap penjaga lapas juga harus bertanggung jawab. Bagi
kasus korupsi, pemiskinan atas aset-aset hasil korupsi harus dilakukan oleh negara.
Dengan demikian efek jera benar-benar dapat dirasakan oleh pelaku dan menjadi bentuk