Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN HUKUMAN MATI DI INDONESIA

“Hukuman mati” berasal dari kata dasar hukum dan mati. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, arti kata “hukum” yaitu, peraturan atau adat yangg secara resmi

dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah, undang-undang,

peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan (kaidah, ketentuan)

mengenai peristiwa (alam dsb) yang tertentu, keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan

oleh hakim (dl pengadilan). ementara “hukuman” sendiri menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia yaitu :

(1) siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar undang-

undang dsb;

(2) keputusan yg dijatuhkan oleh hakim;

(3) hasil atau akibat menghukum.

Selanjutnya ada kata “mati” yang memiliki arti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

yaitu

(1) sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi

(2) tidak bernyawa; tidak pernah hidup .

Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi “hukuman mati” yaitu hukuman yang

dijalankan dengan membunuh atau menghilangkan nyawa orang yang bersalah menurut

peraturan yang berlaku.


2

Peraturan Tentang Hukuman Mati

Indonesia adalah negara yang sampai saat ini masih menerapkan hukuman mati.

Penerapan hukuman mati tersebut berawal dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) atau Wetboek van Strafrecht (WvS) pada masa kolonial Belanda.

Undang-undang itu disahkan 1 Januari 1918 setelah dilakukannya unifikasi terhadap

seluruh hukum pidana bagi golongan penduduk Hindia Belanda. Penerapan hukuman mati

merupakan salah satu upaya penegakan hukum di Indonesia. Hukuman mati dapat

dianggap sebagai jenis hukuman yang memiliki efek jera paling tinggi, yaitu menyebabkan

seorang pelaku kehilangan hak untuk hidup dan tidak memiliki kesempatan untuk

memperbaiki diri.

Kontroversi Hukuman Mati

Studi ilmiah secara konsisten gagal untuk memberikan bukti yang meyakinkan

bahwa hukuman mati membuat efek jera dan efektif dibanding hukuman lainnya. Survei

PBB dilakukan pada tahun 1998 dan 2002 tentang hubungan antara angka kejahatan

pembunuhan dan praktek hukuman mati menunjukan, hukuman mati lebih buruk dari pada

penjara seumur hidup dalam memberikan efek jera pada pembunuhan kriminal.

Tingkat kejahatan terkait erat dengan masalah kesejahteraan dan kemiskinan, serta

apakah kerja badan-badan penegak hukum. Dukungan untuk hukuman mati berdasarkan

argumen bahwa hukuman mati untuk pembunuhan brutal akan mencegah banyak orang

untuk membunuh karena akan mengguncang hukuman yang sangat berat. Jika penjahat

penjara bisa jera dan juga dapat membunuh lagi jika tidak jera, para penjahat hukuman mati

tidak akan bisa membunuh lagi karena dijalankan dan pada dasarnya mempertahankan

kehidupan yang lebih luas.


3

Dalam banyak kasus banyak penjahat residivis yang terus berulang kali melakukan

kejahatan karena beratnya hukuman. Seringkali penolakan hukuman mati hanya

didasarkan pada sisi manusia dari para pelaku tanpa melihat sisi kemanusiaan dari korban

sendiri, keluarga, kerabat atau orang-orang yang bergantung pada korban. Lain halnya jika

keluarga adalah korban telah mengampuni keputusan pelaku dapat diubah dengan

prasyarat yang jelas.

Sampai dengan Juni 2006 hanya 68 negara yang masih menerapkan praktik

hukuman mati, termasuk juga di Indonesia, dan hampir dari setengah negara di seluruh

dunia sudah menghapus hukuman mati. Ada 88 negara yang telah menghapuskan

hukuman mati untuk semua kategori kejahatan, ada 11 negara yang menghapus hukuman

mati untuk kejahatan, 30 negara moratorium malakukan hukuman mati, dan dari 129 negara

yang melakukan penghapusan terhadap hukuman mati

Pada dasarnya sistem hukum di Indonesia terdiri dari tiga jenis system hukum. Yaitu

hukum Eropa, hukum agama dan hukum adat. Dari ketiganya, baik pidana maupun perdata

sebagian besar hukum di Indonesia bersistem hukum Eropa.Sedangkan sistem hukum

agama dan adat biasanya berlakupada urusan perkawinan, kewarisan dan kekerabatan.

Namun kembali pada salah satu asas berlakunya undang-undang yaitu: Undang-

undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai derajat yang lebih tinggi,

sehingga apabila ada dua macamundang-undang yang tidak sederajat mengatur objek

yang sama dan saling bertentangan, maka hakim harus menerapkan undang-undang yang

lebihtinggi dan menyatakan bahwa undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat (lex

superior derogat legi inferiori). Ini berarti apabila hukumanmati diberlakukan oleh negara,

maka hukum adat perda tidak berhak menentang. Sebaliknya, jika hukum adat atau perda

memberlakukan hukuman mati tetapi negara tidak, maka tidak boleh ada hukuman mati.
4

Kesimpulan

Hukuman (piana) mati di negara kita masih diberlakukan, tetapi hasih ada saja warga

Negara yang dengan sadar/sengaja melanggar aturan tersebut. Dilihat dari aspek agama,

hukuman mati tidak mutlak ditentang. Begitu juga dalam beberapa hukum adat. Namun

demikian, beberapa pihak tertentu ingin agar hukuman mati berhenti diberlakukan di

Indonesia.Setelah memaparkan beberapa kajian mengenai tentang hukuman mati, dari segi

agama sosial dan adat, maka saya akan mengemukakan beberapa kesimpulan. Apakah

hukuman mati perlu di tidiadakan? Apabila hukuman mati dihapus dari sistem hukum di

Indonesia lalu digantikan dengan hukuman kurungan penjara dan pemiskinan, jika dikaji

secara filosofis, jika terdakwa yang melakukan kejahatan berskala besar misalnya

terorisme, maka besar kemungkinan ia akan membunuh lebih banyak lagi.

Dengan pertimbangan ini, hukuman mati perlu diberlakukan agar tidak ada korban

yang berjatuhan lagi. Tetapi hukuman mati bisa saja ditiadakan apabila aparat penegak

hukum mampu menjamin untuk memberantas tuntas seluruh jaringan yang terkait dalam

kasus itu. Kenyataannya, seorang terdakwa bandar narkoba masih bisa melakukan akses

dan menguasai jalur transaksi penjualan narkoba berskala besar di dalam lapas. Apabila

sulit mengawasi oknum lapas yang terlibat, maka hukuman mati perlu diberlakukan.

Hukuman mati bisa ditiadakan apabila terjamin bahwa tardakwa bandar narkoba tidak bisa

berkutik samasekali di lapas di mana pegawai lapas benar-benar bertanggung jawab.

Alasan HAM dan otoritas Tuhan mengenai hukuman mati, juga tidak sepenuhnya benar.

Jika membunuh terdakwa sebagai hukuman dikatakan melanggar HAM, lalu mengapa

militer membunuh penjajah tidak dikatakan melanggar HAM? Padahal keduanya sama-

sama membunuh.
5

Hukuman mati dapat ditiadakan dengan digantikan dengan hukuman kurungan

penjara seumur hidup di mana fasilitas setiap narapidana tidak dibeda-bedakan. Selain itu

harus ada jaminan atau kepastian bahwa terdakwa benar-benar jera dikurung di penjara

dan akses narapidana dengan kasus kriminal berskala besar ke dunia luar benar-benar

dijaga ketat, dibatasi dan diawasi. Setiap penjaga lapas juga harus bertanggung jawab. Bagi

kasus korupsi, pemiskinan atas aset-aset hasil korupsi harus dilakukan oleh negara.

Dengan demikian efek jera benar-benar dapat dirasakan oleh pelaku dan menjadi bentuk

preventif terhadap calon pelaku.

Anda mungkin juga menyukai