Hukuman mati adalah praktik yang dilakukan suatu negara untuk membunuh
seseorang sebagai hukuman atas suatu kejahatan. Vonis yang memerintahkan
seorang tersangka didakwa dengan hukuman mati dapat dikatakan telah
divonis mati, dan tindakan pelaksanaan hukuman disebut sebagai eksekusi.
Masyarakat yang kontra dengan hukuman mati menganggap bahwa pidana tersebut
tidak manusiawi dan bertentangan dengan prinsip kemanusiaan yang adil dan
beradab, seperti yang ada dalam Pancasila.
Hak ini adalah hak asasi manusia (HAM) yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun dan oleh siapa pun, termasuk negara.
Selain itu, hukuman mati dinilai tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan, yakni untuk
menghalangi orang dari perbuatan kejahatan, dan bukan balas dendam.
Setiap hari, ada orang-orang yang divonis hukuman mati atau dieksekusi di
seluruh dunia. Beberapa negara bahkan mengeksekusi anak berusia di
bawah 18 tahun, orang dengan disabilitas mental dan intelektual, dan
orang tak bersalah.
Hukuman mati melanggar hak untuk hidup dan hak untuk tidak mengalami
perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat. Hak tersebut dilindungi dalam Deklarasi Universal HAM,
instrumen HAM lainnya, dan banyak konstitusi nasional di seluruh dunia,
termasuk konstitusi Indonesia.
Alasan Kontra Terhadap Pidana Hukuman Mati :
Tentu! Mereka yang kehilangan orang yang dicintai dalam kejahatan yang
mengerikan ataupun tidak, berhak mendapat pemulihan hak mereka.
Termasuk melihat orang yang bertanggung jawab dimintai
pertanggungjawaban dalam peradilan yang adil tanpa hukuman mati.
Pernah dengar ungkapan “mata dibalas mata, seluruh dunia bisa jadi
buta”? Balas dendam bukanlah jawabannya. Jawabannya ada pada
pengurangan kekerasan dan perbaikan sistem yang abai terhadap
kejahatan, dan abai terhadap kurangnya pemenuhan hak-hak dasar,
bukan menyebabkan lebih banyak kematian.Jika terbukti bersalah,
kebijakan komutasi (perubahan hukuman bagi terpidana mati) bisa
jadi solusi alternatif. Dalam hal hukuman seumur hidup, pembebasan
bersyarat juga harus menjadi pilihan saat hukuman seumur hidup
diterapkan.
Saat ini, 142 negara sudah menghapus praktik hukuman mati. Selama
seorang narapidana tetap hidup, mereka bisa melalui rehabilitasi untuk
memperbaiki perilaku supaya tidak mengulang kejahatan di kemudian hari,
atau bahkan dibebaskan jika terbukti tidak bersalah.