Anda di halaman 1dari 3

Perkenalan: asssalamualaikum wr.wb.

sebelum kita mendebatkan mosi pada pagi hari ini,


izinkalah kmi dari kelompok 3 untuk memeprkenalakan diri saya Muhammad Abidzar sebagai
pembicara pertama, disebelah saya ada Jauzatil Aqmar sebagai pembicara kedua. Selanjutnya di
paling kiri saya ada Fatimah Azzahra Hamzah sebagai pembicara ketiga. Pada pagi hari ini saya
bersama dua rekan saya akan memberikan argument kontra terkait dengan mosi yang akan kita
bahas yaitu pengguna narkoba perlukah dihukum mati?

Kami tim kontra tidak setuju dengan argument tim pro karena , hukuman mati merupakan
bentuk hukuman yang merendahkan martabat manusia dan bertentangan dengan hak asasi
manusia. Atas dasar argumen inilah kemudian banyak negara menghapuskan hukuman mati
dalam sistem peradilan pidananya. Sampai sekarang ini sudah 97 negara menghapuskan
hukuman mati. Negara-negara anggota Uni Eropa dilarang menerapkan hukuman mati
berdasarkan Pasal 2 Charter of Fundamental Rights of the European Union tahun 2000.

Seperti yang kita lihat pada undang undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
adalah penghormatan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
mengemban tuugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan
penuh tanggungjawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya dianugerahi hak
asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan
lingkungannya.

Pelaksanaan hukuman mati bagi terpidana kasus narkoba tidak terbukti mengurangi jumlah
penyalahgunaan barang haram tersebut. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, pengguna
narkoba di Indonesia justru bertambah setelah dilaksanakannya proses hukuman mati di
Indonesia pada beberapa tahunn lalu.Pada tahun 2015 Indonesia telah mengeksekusi mati 14
orang yang terlibat dengan kasus Narkonba, namun pada tahun itu juga terdapat peningkatan
kasus narkoba yang terjadi di Indonesia mencapai 644 kasus. Pada juli 2016, Indonesia Kembali
mengeksekusi 4 orang yang terlibat kasus narkoba. BNN merilis data 2016 yang juga
memperlihatkan kenaikan kasus 811 kasus. Menurut kami argumentasi pelaksanaan hukuman
mati untuk mengurangi efek jera bagi pengguna narkoba tidak bisa dipakai lagi. Juga masih ada
pendekatan lain untuk memerangi narkoba. Salah satunya hukuman penjara seumur hidup bagi
terpidana kasus narkoba.

1. Memberi Efek Jera?


Pro: Hukuman mati selama ini digadang-gadang sebagai hukuman yang akan memberi efek jera
paling efektif. Seseorang tentu akan berpikir ulang untuk melakukan kejahatan jika nyawanya
jadi taruhan. Jika hanya diberi hukuman penjara atau sanksi denda, seseorang akan dengan
mudah mengulangi lagi perbuatannya. Apalagi bagi orang yang memiliki jabatan dan uang.
Hukuman kurungan atau denda tidak akan berarti besar.

Hukuman mati mungkin tidak akan mengakhiri segalanya. Tapi ada kemungkinan bagi si pelaku
untuk mengulangi perbuatannya adalah nol persen. Sementara orang lain yang berencana untuk
melakukan kejahatan yang sama akan berpikir ulang untuk melanjutkan aksinya karena contoh
terhukum mati sudah ada.
Memberi Efek Jera (c) Christian Publishers
Kontra: Jika seorang anak tertangkap basah sedang mencuri permen, kemudian orang tuanya
memutuskan untuk menghukum anak itu dengan menghapuskan jatah uang jajannya, maka si
anak akan tahu bahwa perbuatan mencuri itu salah. Dia akan berpikir ulang untuk mengulangi
perbuatannya itu. Hal ini tidak berlaku dalam hukuman mati. Bagaimana bisa seseorang menjadi
jera, sementara dia sudah tidak hidup lagi?

Siapa yang menjamin bahwa orang lain akan berpikir ulang untuk melakukan perbuatan kriminal
dengan adanya hukuman mati? Tidak ada. Itu sebabnya kejahatan masih tetap ada dan
berlangsung meski hukuman mati telah diterapkan selama berpuluh tahun lamanya

2. Memberikan Keadilan Bagi Korban?


Pro: Hukuman mati biasanya dijatuhkan kepada pelaku tindakan kriminal berat seperti
perdagangan narkoba, pembunuhan berencana dan lain-lain. Tindakan mereka menimbulkan
kerugian besar bagi korban dan tidak mungkin diganti dengan hal-hal materil seperti uang. Oleh
karena itu, mengakhiri nyawa si pelaku dirasa sebagai satu-satunya jalan paling adil bagi korban
dan keluarganya.

Memberikan Keadilan Bagi Korban (via) nypost


Kontra: Jika sang pelaku mati, apa yang didapatkan oleh keluarga korban? Apakah hukuman
mati adalah upaya kita kembali ke istilah usang “balas dendam, nyawa dibayar nyawa”? Jika
korban mati dan pelaku juga mati, maka apa yang didapatkan masyarakat? Bukankah lebih baik
jika pelaku diberi hukuman kerja sosial, dimana dia bisa diberdayakan untuk menjadi sumber
tenaga gratis untuk pekerjaan-pekerjaan yang hasilnya bisa dimanfaatkan banyak orang?

3. Sadis?
Pro: Tindakan dari terdakwa hukuman mati adalah tindakan sadis yang tidak dapat ditolerir.
Perbuatan mereka telah merugikan dan menyakiti korban dengan sangat buruk, maka dia tidak
pantas diampuni lagi. Orang seperti itu tidak akan pernah berubah dalam hidupnya, malah
berpotensi untuk melakukan kejahatan yang sama.

Sadis (via) Thejacksonpress
Kontra: Jika membunuh atau mengedarkan narkoba adalah tindakan yang sadis, mengapa kita
membunuh pelaku? Jika si pelaku bersalah karena membunuh, bukankah kita juga bersalah
karena membunuh si pelaku? Bukankah Mahatma Gadhi telah berkata, “jika mata dibayar
dengan mata, maka dunia ini akan buta”. Jika pembunuhan dibalas pembunuhan, kita tidak
ubah layaknya orang yang tidak beradab, yang saling bunuh untuk menyelesaikan persoalan.

4. Lebih Efektif Dibanding Hukuman Penjara?


Pro: Hukuman penjara tidak akan membuat seseorang jera. Banyak survei yang membuktikan
bahwa seseorang yang keluar dari penjara cenderung akan masuk lagi ke penjara karena
mengulang perbuatannya. Lagipula, tinggal di penjara tidaklah mudah. Banyak kekerasan dan
kekejaman yang terjadi di sana. Hukuman mati sama saja dengan “membebaskan” si pelaku dari
beban berat yang dia terima di penjara.

Lebih Efektif dari Hukuman Penjara (via) askmen


Kontra: Hukuman mati juga tidak berhasil menekan angka tindak kriminal. Ini membuktikan
bahwa hukuman mati memberi efek jera hanyalah mitos belaka. Salah satu negara yang
menerapkan sistem hukuman mati adalah Amerika. Di sepanjang tahun 2012 saja terdapat
sekitar 15.000 korban pembunuhan. Itu membuktikan bahwa hukuman mati tidak berhasil
membuat pelaku lain takut untuk melakukan kejahatannya.

5. Metode Eksekusi yang Tidak Kalah Sadis?


Pro: Metode eksekusi mati sudah diusahakan se-“lembut” mungkin. Dalam eksekusi dengan
regu tembak, misalnya, korban akan dieksekusi oleh penembak jitu yang menembak tepat di
jantung. Korban akan tidak sadar dalam hitungan detik dan langsung mati seketika. Sementara
di negara lain diberlakukan sistem eksekusi dengan gas beracun. Dengan menghirup gas ini
dalam-dalam, terdakwa akan tidak sadar dalam hitungan menit saja. Dengan begitu, sang
terdakwa tidak akan merasakan proses “sekarat” dan mati dalam keadaan tersiksa.

Metode Eksekusi yang Tidak Kalah Sadis (via) huffpost.com


Kontra: Eksekusi mati hampir bisa dipastikan menyiksa si terdakwa, karena tidak ada kematian
yang instan. Dalam sebuah buku tetang eksekusi mati, Profesor JE Sahetapy pernah menuliskan
proses eksekusi yang sangat sadis. seorang terdakwa dieksekusi dengan cara ditusuk
jantungnya. Namun, karena si eksekutor kurang teliti, maka pedang yang digunakan tidak tepat
menusuk jantung si terdakwa. Si terdakwa jatuh ke tanah dan menggelepar kesakitan. Kemudian
dia ditindih oleh sang eksekutor untuk kembali ditusuk hingga mati. Proses menyakitkan itu
berlangsung sekitar 30 menit.

Demikanlah beberapa sudut pandang tentang eksekusi mati yang berhasil dirangkum
Boombastis. Anda bebas untuk memilih ada di barisan pro atau kontra. Namun, anda harus
tetap menilik ke seberang barisan. Bandingkan pendapat anda dengan pendapat di seberang
anda.

Karena hanya dengan perbandinganlah kita mendapatkan pemikiran yang lebih jernih. Dan lebih
dari itu, semoga perbedaan pendapat antara kita tidak menjadi alasan untuk pertengkaran
berikutnya. Kita boleh saja berbeda pedapat, namun harus tetap saling menghormati. (HLH)

Anda mungkin juga menyukai