Anda di halaman 1dari 44

Hukuman Mati

http://nationalgeographic.co.id/
Eksekusi di Indonesia terhadap enam terpidana mati perkara narkoba yang dilakukan pada
Minggu (18/1) merupakan pesan bahwa pemerintah Indonesia akan bertindak tegas dan tidak
kompromi dalam memberantas kejahatan narkoba.
Indonesia, termasuk negara yang masih mempertahankan pidana mati dalam sistem hukum
positifnya. Hal ini terlihat baik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) atau diluar
KUHP (undang-undang pidana khusus). Selain Indonesia, Tiongkok menempati urutan pertama
yang menerapkan kasus hukuman mati, dan disusul oleh Iran.
Eksekusi mati yang diterapkan di Indonesia hanya sebuah bentuk pelaksanaan penegakan
hukum biasa dari sebuah negara berdaulat dan demokratis.
Alternatif dari hukuman mati adalah satu hukuman yang dianggap dapat memberikan efek
jera tanpa harus menghilangkan nyawa yaitu hukuman seumur hidup. Namun, penerapan
hukuman ini harus sangat ketat agar tidak dimanfaatkan pihak tertentu.
Eksekusi mati yang paling tidak manusiawi
Zaman dahulu, ada beberapa hukuman mati yang tidak "manusiawi", yang menambah
kontroversi hukuman tersebut. Berikut daftar terpidana hukuman mati yang tidak manusiawi.
Jesse Tafero, terpidana atas tuduhan pembunuhan, dieksekusi mati menggunakan kursi listrik
di Florida, Amerika Serikat, Jumat 4 Mei 1990. Kursi listrik untuk eksekusinya rusak tiga kali
dan menyebabkan api muncul di atas kepala pria berusia 43 tahun itu.
Bukan cuma Tafero yang tewas dengan cara tidak manusiawi. Terpidana lain Horace F
Dunkins, juga mengalami nasib sama ketika kursi listrik yang mencabut nyawanya rusak di
Alabama. Butuh waktu 19 menit untuk Dunkins tewas.
Terpidana Allen Lee "Tiny" Davis yang berbobot 156 kilogram bahkan berteriak kesakitan
dengan darah mengucur ke baju ketika eksekusi dengan kursi listrik di Florida tahun 1998.
Darah itu berasal dari hidung Davis.
Selain itu, kematian Jimmy Lee Gray, terdakwa penculik, pemerkosa, dan pembunuh anak
berusia tiga tahun. Lee Gray terkesiap, berteriak, dan membenturkan kepalanya ke pipa besi
saat tengah dieksekusi. Ia baru tewas sepuluh menit kemudian dengan gas sianida yang
perlahan menggerogoti tubuhnya.
Cara paling "manusiawi" untuk hukuman mati
Dari sekian banyak metode, saat ini umumnya tinggal empat macam hukuman mati yang
masih digunakan di negara-negara yang masih menerapkan hukuman ini. Suntikan, kursi
listrik, tembak, dan tiang gantung merupakan 4 cara mati yang dianggap "manusiawi".
Penelitian ilmiah yang dipublikasikan di Medicalnewstoday.com menyatakan bahwa metode
suntik mati adalah jenis hukuman yang paling tidak menyakitkan. Terpidana diikat di sebuah
tempat, kemudian anggota tim eksekusi menempatkan sensor di tubuhnya. Ekskusi dilakukan
menggunakan dua jarum. Jarum pertama adalah jarum utama, jarum lainnya berfungsi
sebagai cadangan. Jarum disuntikkan ke pembuluh nadi di lengan. Setelah itu, selang yang
menghubungkan jarum dengan cairan mematikan dipasang.

Suntikan yang dipakai untuk eksekusi mati berisi tiga macam cairan yang meliputi anestesi,
pelumpuh otot, dan penghenti jantung. Anestesi dipakai agar terpidana kehilangan kesadaran
dan tidak merasakan apa-apa ketika meninggal akibat cairan yagn menghentikan denyut
jantung.

http://www.voaindonesia.com/
KEROBOKAN, BALI
Para pegiat hukum di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali, terus menyuarakan penolakan
terhadap rencana pemerintah melakukan eksekusi hukuman mati. Apalagi, dua narapidana
yang akan menghadapi eksekusi ini, kini sedang menjalani hukuman di LP Kerobokan, Bali.
Keduanya, yaitu Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, merupakan warga negara Australia.
Rencana eksekusi ini, bahkan melahirkan ketegangan diantara kedua pemerintahan.
Terlepas dari situasi yang berkembang saat ini, Ni Luh Gede Yastani, direktur LBH Bali dengan
tegas menolak rencana eksekusi hukuman mati itu. Tidak hanya bagi dua warga negara
Australia, tetapi untuk seluruh narapidana mati, yang jumlahnya sekitar 50 orang di
Indonesia.
Yastani beralasan, tujuan pemberian pidana salah satunya adalah menimbulkan efek jera bagi
pelaku kejahatan. Namun, hukuman mati sepertinya tidak melahirkan dampak yang
diharapkan itu.
Saya tidak sepakat hukuman mati ini diperlakukan, masih ada bentuk hukuman lain yang
lebih maksimal, mungkin maksimal itu dalam arti lebih lama, berapa puluh tahun. Itu tidak
melanggar hak orang untuk hidup tetapi cukup memberikan penjeraan bagi pelaku
kejahatan, kata Ni Luh Gede Yastani.
Negara mestinya menjamin hak dasar setiap manusia, yaitu hak untuk hidup. Yastani
menekankan, jika ingin memberi efek jera, hukuman kurungan bisa diberikan dalam jumlah
yang sangat lama, sehingga seseorang barangkali akan berada di penjara sampai akhir
hayatnya, tanpa harus menghadapi tim eksekutor.
Sekarang yang bisa kami lakukan adalah melakukan kampanye, bahwa hukuman mati ini
tidak menjerakan, dan hukuman mati ini harus di review lagi, dilihat lagi apakah benar-benar
seperti yang diharapkan dampaknya, lanjutnya.
Di sisi yang lain, sebagian masyarakat Indonesia justru mendukung rencana pemerintah
melakukan eksekusi hukuman mati ini. Mereka beralasan, persoalan hukum adalah bagian
dari kedaulatan negara. Sistem hukum di Indonesia masih memungkinkan pemberian
hukuman mati.
Sebagian warga pro hukuman mati ini, bahkan marah ketika Perdana Menteri Australia Tony
Abbott mengaitkan bantuan kemanusiaan negara itu dalam bencana tsunami di Aceh pada
2004, dengan keputusan eksekusi terhadap dua warganya.
Arif Susanto adalah aktivis di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Dia
menjadi koordinator posko pusat pengumpulan koin untuk Australia, yang merupakan gerakan
untuk menyindir pernyataan PM Australia.
Persoalan eksekusi saya pikir adalah persoalan hukum. Ini adalah soal bagaimana hukum
yang diatur bangsa Indonesia bisa diterapkan. Kalau kemudian mengungkit soal bantuan,
maka saya pikir, PM Australia Tony Abbott sepantasnya untuk menarik perkataannya dan
mengucapkan maaf secara terbuka kepada bangsa Indonesia, dan juga masyarakat Australia
sendiri. Karena kami yakin, bantuan yang diberikan masyarakat Australia ketika tsunami Aceh
2004 adalah bantuan yang tulus, kata Arif Susanto.

Tanggal 6 Maret 2015 nanti, semua koin yang terkumpul dari seluruh Indonesia akan
diserahkan melalui kantor Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Arif meminta masyarakat
memandang gerakan ini sebagai sebuah penanda, dimana pesan yang ingin disampaikan
lebih penting dari jumlah koin itu sendiri.
Merdeka.com - Kejaksaan Agung Republik Indonesia pada Minggu dini hari (18/1) telah
melakukan eksekusi mati terhadap 5 orang terpidana narkotika. Dari 5 orang tersebut, satu di
antaranya adalah warga negara Indonesia. Eksekusi mati ini kembali memunculkan pro dan
kontra di kalangan masyarakat yang setuju dan menolak pemberlakuan hukuman mati.
Bagi yang setuju, hukuman mati memang harus diberlakukan lantaran kejahatan yang
dilakukan memang harus dibalas dengan nyawa lantaran tingkat bahaya dampak
kejahatannya harus dibalas dengan nyawa. Sementara yang kontra hukuman mati,
menganggap tak ada satu pun pihak yang bisa menghabisi nyawa seseorang, kecuali Tuhan.
Hukuman mati juga kerap disandingkan dengan tuduhan-tuduhan melanggar HAM.
Para pegiat HAM mengemukakan Setidaknya ada tiga alasan kenapa hukuman mati harus
ditolak. Pertama, mencabut nyawa seseorang merupakan hak Tuhan semata. Dua, hakim
yang memvonis mati terhadap terdakwa adalah manusia yang tidak sempurna sehingga
selalu ada kemungkinan menghasilkan keputusan salah. Tiga, sejelek-jeleknya manusia
seharusnya diberi kesempatan untuk menjalani pertobatan atas kejahatan yang diperbuat.
Eksekusi mati para terpidana narkoba ini juga dikecam Dewan Amnesti Internasional.
Pernyataan tersebut, disampaikan lembaga tersebut melalui laman resminya di amnesty.org.
Kecaman tersebut keluar dari lembaga ini mengingat kampanye Presiden Jokowi yang terus
mengedepankan peningkatan Hak Asasi Manusia (HAM). Sedangkan, kebijakannya untuk
menghukum mati justru sangat bertentangan dengan HAM.
"Pemerintah Indonesia harus menghentikan rencana tersebut secepatnya. Presiden Joko
Widodo dalam kampanyenya berkomitmen untuk meningkatkan hak asasi manusia (HAM),
dan hukuman mati merupakan hal yang serius dalam catatan hak asasi manusia," ujar
Direktur Penelitian Pengampunan Internasional untuk Asia Tenggara dan Pasifik, Rupert
Abbott, Sabtu (6/12).
Presiden Joko Widodo terkekeh begitu mendengar desakan Dewan Amnesti Internasional yang
memintanya menghentikan eksekusi lima terpidana mati. Dia menegaskan, pelaksanaan
hukuman mati musti dilaksanakan sesuai perintah pengadilan.
"Itu hukum positif di Indonesia, dan sudah diputuskan oleh pengadilan. Ya semuanya harus
hargai bahwa setiap negara itu mempunyai aturan sendiri-sendiri," ujar Jokowi sembari
terkekeh usai menggelar teleconference di Bina Graha, Jakarta, Senin (8/12).
Bagaimana hukuman mati dilihat dari konteks agama? Sebagian besar ulama setuju dengan
pemberlakuan hukuman mati. Selain juga diatur dalam Alquran, hukuman mati juga masih
berlaku di banyak negara, termasuk Indonesia.
+ Yg kontra sama hukuman mati itu, justru dia yg lebih kejam & lebih melanggar HAM. Apa
mrk tdk berfikir, sberapa byk org bahkan remaja yg dibunuh sama mrk secara perlahan, justru
itu lbih kejam 1000 kali.
Itulah kakek moyangnya kejam & keturunan awalnya melanggar HAM.
Mereka belum terkena dampak dari narkoba atau mereka sendiri pemakai narkoba, makanya
mereka kontra sama hukuman mati krn tdk ada lagi bandar atau pemasok kegemaran
mereka.

jangan mengkambing hitamkan HAM.... HAM itu ada tempatnya .. HAM itu untuk porang yang
tidak bersalah .. bukan orang jahat seperti mereka.. kalo mereka memang pantas mendapat
hukuman itu..
Hukuman mati memang melanggar HAM .......tapi HAM sesorang bisa dicabut manakala orang
itu juga melanggar HAM orang lain
Kita manusia merasa paling adil dibanding keadilan Tuhan yang menciptakan alam ini,
sehingga kita terkadang atas nama HAM mengesampingkan keadilan dari Tuhan. Kasus
narkoba merupakan kasus besar, tidak bisa dilihat hanya dari sudut pandang HAM, HAM
didengungkan untuk tujuan keadilan saya setuju. Tapi untuk kasus bos narkoba dan pengedar
narkoba saya setuju dihukum mati karna akibat dari barang-barang itu bukan hanya satu
orang yang akan mati bahkan lebih baik itu kematian secara lahir maupun batin kematian
lahir efeknya lebih kecil daripada kematian secara batin karena orang kalau sudah batinnya
mati maka dia akan mematikan sendi-sendi sosial yang lain. Dan agama sudah dengan jelas
membingbing kita seorang pembunuh hukumannya adalah dibunuh, orang yang melukai
orang lain maka hukumannya adalah dilukai tanpa mengesampingkan asas praduga tak
bersalah, tapi kalau sudah nyata terbukti maka keadilan harus ditegakkan itulah keadilan dari
Tuhan, HAM dalam penerapannya kadang-kadang yang justru bertentangan dengan alquran
maupun hadist, contoh dengan penghilangan hukuman mati atas nama HAM justru yang akan
mematikan keadilan itu dialquran sudah dengan jelas tersurat bagi seorang pembunuh
hukumannya adalah dibunuh, bagi seorang pencuri dengan kadar tertentu hukumannya
adalah dipotong tangannya bagi sorang pezina muhson hukumannya adalah dirajam tentu
dengan tidak mengesampingkan proses hukum dan bukti kongkrit dari sebuah kasus, itulah
keadilan dari ALLAH yang maha tau daripada kita manusia yang sok tau.... itulah HAM dari
ALLAH yang sebenar benar HAM yang akan menegakkan keadilan. Wallahu allam bisshowab
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdjiatno menegaskan
Presiden Joko Widodo tidak akan tebang pilih untuk kasus narkotika. Ia menyebut Presiden
Jokowi akan menolak semua permohonan grasi dari terpidana narkotika.
Ichiro
http://bidhuan.com/
Kali ini yang menjadi hot topik adalah tentang mobil off road Ichiro, kendaraan Suzuki Vitara
berwarna putih yang sudah dimodifikasi menjadi kendaraan off road. Modifikasi di lakukan
agar terlihat sangar, lebih kokoh, kuat dan tahan benturan. Menjadi di kenal netizen karena
video youtubenya yang memperlihatkan tindakan penertiban terhadap pengendara lainnya
baik itu sepeda motor, mobil, bis maupun truk yang dianggap pengemudi Ichiro mengganggu
dan melanggar lalu lintas.
Dan berikut adalah komentar pro dan kontra dari aksi tindakan mobil Ichiro ini
Nino Octorino :
Ya memang seperti ini prilaku masyarakat kita Kurang aturan.
Ada sebagian saya setuju dengan Ichiro, tapi banyak yg kurang setuju dengan main hakim
sndiri.
Misalnya dia main berhentikan supir truk, padahal tidak menyerempet sedikitpun. Saya
sangat tidak setuju ini.
Atau pengendara motor yg sudah mengalah, tapi tetap dia tabrak, padahal didepan ada polisi,
harusnya langsung aja lapor ke polisi.
Pro Kontra nih videonya Ichiro hehehe
mahardhika arif12 :

tetep aja gimanapun dari tindakan ichiro ada yg baik ada yg jelek, mungkin gak perlu sampe
ngacungin tongkat besi juga bisa menurut saya, tapi kalo tindakan berpartisipasi menertibkan
lalin sih bagus banget
Bin Ahmad Sadari Al Seminy5 :
Contoh orang gila yang merasa paling waras sendiri. Coba aja ada dua orang macam dia
ketemu di jalan pasti langsung bacok bacokan, kedua duanya merasa paling benar menurut
versinya masing-masing.
Rahmad Suryono5 :
Coba kalian lihat lagi sejelas jelasnya.bentuk jalan tol ini yaitu dari lebar lalu menyempit,
sedangkan inova itu sudah jelas dijalurnya tetapi si Botak ini nyata nyata dengan sengaja
menginjak gas dgn cepat agar dapat menutup jalan inova. Dan ini perbuatan BEJAD yg dpt
menghilangkan nyawa seseorang, polisi harusnya bertindak dgn melihat rekaman ini.
andre arman23:
Kadang yang seperti ini diperlukan dijalan, sudah berkali2 saya juga mengalami, dipotong
jalannya, mengalah dan pada akhirnya terserempet padahal sudah hati2. Jaman bapak saya
masih aktif supir metromini ga diserempet aja, tapi sopirnya disuruh turun ditempeleng
kemudian push 100x.. Jadi Ichiro ini masih mending
JITUNEWS.COM - Beberapa waktu terakhir, berita tentang aksi 'Si algojo jalanan' Andi Wenas
dengan mobilnya bernama Ichiro sedang hangat dibicarakan. Dengan mobil Suzuki Vitara
yang disulapnya menjadi kendaraan off road tersebut, Andi mengarahkan mobil yang
bempernya sudah dimodif sehingga lebih kokoh, kuat, dan tahan benturan ini memberi
pelajaran para pelanggar lalu lintas. Tak pelak, aksi tersebut menimbulkan kontroversi dari
berbagai pihak.
Nama Ichiro sebenarnya sudah cukup terkenal di forum dan situs berbagi video. Dia kerap
mengunggah video beberapa aksinya saat bersinggungan dengan kendaraan lain yang
dianggapnya melanggar aturan lalu lintas. Contohnya, Ichiro versus metromini yang hendak
memutar, Ichiro dengan Innova yang coba menyalip di jalan bebas hambatan, dan juga Ichiro
dengan pengguna sepeda motor.
Banyak kalangan ikut berkomentar terkait aksi Andi Ichiro ini, ada yang mendukung ada juga
yang menganggap ini sebagai pelanggaran hukum.
Salah satu yang menentang aksi ini adalah Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive
Driving Center (JDDC). Ia berpendapat bahwa kondisi dan aksi yang dilakukan Ichiro adalah
situasi tidak bisa dikontrol dan bisa dikatakan merupakan sifat yang tidak lumrah yang terjadi
di jalanan umum. Kemungkinan terburuknya, aksi ini bisa membahayakan orang lain karena
menindak pengguna jalan yang salah bukanlah tugas seorang pengendara.
Sementara itu, Sosiolog Musni Umar mengatakan, munculnya Ichiro merupakan fenomena
yang menjadi pukulan halus kepada aparat penegak hukum untuk bisa lebih menertibkan lalu
lintas. Menurut Musni, aksi Ichiro juga bisa disebut sebagai upaya menyadarkan masyarakat
bahwa melanggar lalu lintas bisa membahayakan diri pengendara itu sendiri. Ia pun mengaku
kadang tak sungkan membunyikan klakson jika melihat ada pengendara melakukan
pelanggaran.
Masih banyak lagi kalangan yang ikut berpendapat aksi tersebut, baik mendukung ataupun
menentang. terlepas dari itu semua, hal ini haruslah menjadi pelajaran bagi semua pihak
tentang kesadaran penegakan hukum, baik masyarakat ataupun aparat kepolisian. Setiap
pelanggaran harus mendapatkan hukuman yang sesuai dan berdasarkan peraturan dan
undang-undang yang berlaku.
Ilegal fish
Jakarta, CNN Indonesia -- Selain mengirimkan ikan secara ilegal karena diduga tidak memiliki
dokumen yang sah melalui kapal kargo KM Pulau Nunukan, PT Pusaka Benjina Resouces (PBR)

juga disebut melakukan praktik perbudakan terhadap tenaga kerja perikanan di Benjina,
Kepualauan Aru, Maluku.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan KM Pulau Nunukan yang
dimiliki oleh PT Salam Pasific Indonesia, induk perusahaannya merupakan perusahaan asal
Thailand yang juga memiliki saham di PBR.
Hasil investigasi yang dilakukan, PBR itu melakukan slavery atau perbudakan di Benjina dan
mereka kemarin melalui KM Pulau Nunukan mencoba membawa hasil ikan hasil illegal
fishing," kata Susi saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman,
Jakarta, Rabu (25/3).
Awalnya, Susi menduga perusahaan pemilik kapal KM Pulau Nunukan adalah berasal dari
Indonesia. Namun setelah dilakukan pengecekan, ternyata dikuasai oleh perusahaan Thailand.
Selain itu, perusahaan Thailand tersebut diketahui memiliki tiga anak usaha dengan sektor
bisnis yang sama.
Informasi perbudakan yang dilakukan PBR diketahui Susi setelah membaca laporan
investigasi media asing yaitu Associated Press (AP). Dalam laporan yang dimuat oleh laman
AP.org dengan judul "AP Investigation: Are slaves catching the fish you buy?" itu menuliskan
adanya pemaksaan kerja selama 22 jam per hari tanpa hari libur kepada ABK di kapal milik
perusahaan satu grup dengan PBR.
Bahkan, AP juga mengungkapkan para pekerja paksa tersebut sampai harus mengonsumsi air
kotor untuk minum. Hasil tangkapan ikan perusahaan tersebut sampai diekspor ke Amerika
Serikat dan disalurkan ke toko ritel besar di Amerika Serikat yaitu Wal Mart.
"Orang pikir itu perusahaan Indonesia memang, tetapi beroperasi untuk perusahaan Thailand
dengan nama PT dari Indonesia," katanya.
Pilihan Redaksi
Menteri Susi Putuskan Tak Perpanjang Moratorium Kapal Ikan
Menteri Susi Minta Jaksa-Polisi Periksa Putusan Kapal Hai Fa
Jaksa Kasus Kapal MV Hai Fa akan Diperiksa
Khusus KM Pulau Nunukan, saat ini kapal kargo tersebut sedang diverifikasi sekaligus
dilakukan penyidikan oleh tim satgas anti mafia illegal fishing.
"Untuk saat sekarang kita langsung tangkap KM Nunukan, satgas akan bekerja dan
berkoordinasi dengan Kepolisian. Kami sudah tegakkan satu hal yang sudah luar biasa
hasilnya," kata Susi. (gen)
MV Hai Fa, Illegal Fishing, dan Vonis Ringan Pengadilan Ambon
Jakarta, CNN Indonesia -- Kapal berbendera Panama, MV Hai Fa, merapat di Pelabuhan
Wanam, Merauke, Papua, Sabtu, 27 Desember 2014. Belum lama bersandar, kapal milik PT
Anthartica Segara Lines itu langsung diamankan oleh satuan tugas di bawah Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) atas tuduhan mencuri ikan di Laut Arafura.
Berdasarkan keterangan KKP, kapal pabrikan Jepang ini memiliki panjang hampir 100 meter
atau setara dengan panjang lapangan sepakbola (90-120 meter). Kendati berbedera Panama,
kapal pengangkut ikan itu diawaki oleh 23 anak buah kapal (ABK) yang semuanya
berkewarganegaraan Tiongkok.
Saat ditangkap, kapal berbobot 4.306 Gross Ton (GT) tersebut kedapatan berlayar tanpa Surat
Layak Operasi (SLO). Pada lambung kapal ditemukan tumpukan beragam jenis ikan dan udang

dengan bobot muatan lebih dari 900 ton. Hasil tangkapan yang diduga ilegal tersebut berupa
ikan beku lebih dari 800 ton dan udang beku 100 ton. Sialnya, dalam tumpukan ikan tersebut
terdapat hiu martil dan hiu koboi, yang oleh Pemerintah Indonesia dilarang keras untuk
ditangkap. Muatan tersebut belakangan diketahui milik PT Avona Mina Lestari, yang
rencananya akan diekspor ke Tiongkok.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan kapal tersebut sudah tiga
kali berganti bendera. "Dari sisi administrasi sangat bingung. Tahun 2004 dia (kapal MV Hai
Fa) berbendera Tiongkok, tahun 2006 Panama, dan beroperasi sekarang berbendera
Indonesia," ungkap Susi beberapa waktu lalu.
"Kapal dari luar Indonesia tetapi berbendera Indonesia. Biasanya di dalam ada satu orang
bangsa Indonesia yang bisa bicara bahasa Indonesia. Mereka dipakai sebagai tukang cuci
piring, kapten dan radioman yang selalu standby," kata Susi.
MV Hai Fa adalah kapal tangkapan terbesar dengan barang bukti paling jumbo dalam sejarah
penindakan KKP. PT Antartica Segara Lines (ASL), sang pemilik kapal, tercatat di KKP sebagai
perusahaan kapal pengangkut atau pengumpul ikan yang selalu berlabuh di Pelabuhan
Wanam, Merauke, Papua. Akibat ilegal fishing yang dilakukannya, Zhu Nian Lee, nakhoda
Kapal Hai Fa sempat menjadi pesakitan di meja hijau. Kendati tangkapan ilegalnya jumbo,
tetapi pemilik kapal Hai Fa masih bisa tertawa lega. Sebab, Pengadilan Perikanan Negeri
Ambon baru-baru ini hanya menjatuhkan vonis denda sebesar Rp 200 juta atau subsider
enam bulan penjara kepada nakhodanya.
Valentine
Repubika.com
Larangan Peringatan Valentines Day
Saturday, 14 February 2015, 16:35 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,Pemerintah daerah di berbagai wilayah secara resmi mengeluarkan
imbauan dan regulasi berisi larangan perayaan Hari Valentine yang jatuh pada 14 Februari ini.
Mereka menilai perayaan hari kasih sayang yang bukan merupakan budaya Indonesia itu
banyak berdampak negatif pada remaja.
Daerah yang resmi melarang peringatan Hari Valentine, antara lain, Surabaya, Jawa Timur;
Makassar, Sulawesi Selatan; Kota Padang dan Payakumbuh, Sumatera Barat; Mataram, Nusa
Tenggara Barat (NTB); dan Depok, Jawa Barat. Pemprov Jawa Barat juga mengeluarkan
larangan untuk wilayah provinsi itu.
Di Mataram, misalnya, pemkot setempat melarang berbagai bentuk pelaksanaan kegiatan
perayaan Valentine's Day di sekolah- sekolah di daerah itu. Tujuannya, untuk mencegah
pelajar tidak terjebak hal-hal di luar ketentuan nilai agama serta kearifan lokal.
Larangan dibuat dalam betuk imbauan Wali Kota Mataram Nomor 008/13/II/15.
Sedangkan di Makassar, imbauan juga disampaikan kepada para pelaku usaha untuk tidak
memanfaatkan Hari Valentine untuk merusak moral bangsa.
Selain disebut tidak sesuai dengan budaya bangsa dan kaidah agama, perayaan Hari
Valentine dikhawatirkan akan memberi dampak buruk pada remaja. Kekhawatiran itu bukan
tanpa alasan.
Sejumlah lembaga pemerhati anak dan remaja mengatakan, laporan kekerasan seksual kerap
muncul selepas perayaan Valentine's Day. Karena itu mereka menilai, perlu ada upaya-upaya
khusus mencegah hal tersebut.

Women's Crisis Centre (WCC) Palembang, misalnya, menyatakan kerap menerima laporan
kekerasan seksual hingga tiga bulan selepas Valentine's Day. Para remaja itu bercerita,
kekasihnya tidak mau bertanggung jawab setelah berhubungan badan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menyatakan ada peningkatan kekerasan
seksual pada Valentine Day. KPAI pun mendapat pengaduan dari masyarakat ada pelaku
usaha hotel yang memberikan diskon 50 persen kepada pasangan yang menginap di Hari
Valentine.
Ini tentu masalah serius. Kita tentu berharap kasus-kasus seperti itu tak terulang kembali.
Karena itu kita mendukung kepala daerah yang telah mengeluarkan edaran larangan
peringatan Hari Valentine.
Namun, edaran itu selayaknya tak berhenti pada imbauan. Perlu ada upaya yang lebih nyata
bagaimana edaran itu bisa direalisasikan di lapangan. Misalnya bekerja sama dengan sekolahsekolah, lembaga keagamaan, dan pihak yang berwenang.
Tidak hanya melarang remaja merayakah Valentine's Day, kepala daerah juga harus berupaya
keras untuk mencegah pelaku bisnis memanfaatkan situasi ini. Misalnya, pengusaha hotel
tidak boleh membiarkan hotelnya digunakan untuk seks bebas bagi anak usia sekolah di Hari
Valentine dengan iming-iming diskon khusus. Atau promosi penggunaan kondom yang masif
pada remaja dengan menggunakan ajang Valentine's Day.
Kita berharap akan lebih banyak lagi kepala daerah yang peduli dengan nasib para remajanya
dengan mengeluarkan aturan pelarangan peringatan hari kasih sayang itu. Jangan sampai
remaja- remaja kita menjadi rusak moralnya karena mengikuti acara-acara yang tidak sesuai
dengan budaya kita.
VALENTINE DAY: HARI KASIH SAYANG YANG TAK PERLU DILARANG
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah
akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.
(Q.S Maryam [19]: 96)
Pro-kontra boleh tidaknya umat Islam mengikuti perayaan valentine sudah lama terjadi, di
mana keduanya saling beradu argumen yang sama-sama menganggap dirinya berada di
pihak yang benar. Mereka yang kontra dengan valentine mengklaim bahwa mengikuti
perayaan itu adalah haram karena dapat merusak keyakinan kita sebagai umat Islam dan
dianggap telah menodai agamanya sendiri karena telah melakukan ritual agama lain.
Sedangkan, yang lain berpandangan bahwa valentine hanyalah budaya yang telah menjamur
di masyarakat luas yang tidak ada hubungannya dengan ritual maupun keyakinan dalam
beragama maupun beraqidah. Memang dalam sejarah awal mula konon perayaan ini berasal
dari barat yang diambil dari nama seorang yang dikuduskan St Valentine. Namun sebenarnya,
perayaan hari kasih sayang ini bukanlah lahir dari inisiasi Gereja Katholik pada masa itu,
melainkan budaya yang memang telah dikembangkan oleh sebagian besar masyarakat barat
di Eropa dan Amerika. Maka, valentinesebenarnya bukanlah sebuah hari raya dari ajaran
agama tertentu, tapi budaya barat yang telah menyebar keseluruh dunia yang dalam
perjalanan sejarahnya berevolusi menjadi budaya kasih sayang.
Apakah segala sesuatu yang tidak ada di dalam agama adalah haram dan dilarang? Belum
tentu. Perbedaan pendapat mengenai hal ini hanya terjadi dan terletak pada pemahaman
manusia terhadap sesuatu. Bukankah di Indonesia kita banyak mengadopsi perayaan hari
tertentu seperti hari ibu misalnya, yang tidak terdapat didalam agama tapi toh kita tetap bisa
menerimanya. Namun, kita telah melihat bahwa pelarangan valentine tersebut marak
dilakukan dibeberapa daerah. Meskipun sebenarnya pelarangan tidaklah menyelesaikan

permasalahan. Karena hanya mendorong para remaja untuk melakukannya secara


tersembunyi. Benarkah valentine seringkali digunakan sebagai ajang untuk berbuat maksiat
sehingga melanggar norma susila dimasyarakat dan agama? Belum tentu juga, karena
kemaksiatan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja.
Kasih sayang justru tidak berhubungan dengan kemaksiatan atau tindakan asusila. Bahwa,
ajaran kasih sayang inilah yang sebenarnya dibawa oleh Rasulullah saw. Dan, sama sekali
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada didalam Islam. Rasulullah saw mengajarkan
kita agar senantiasa menyalakan lilin kasih sayang di dalam jiwa. Beliau bersabda, bahwa
aku diutus untuk memperlihatkan kasih sayang (H.R bukhari). Inilah ajaran Islam yang mulia,
sampai beliau berkata kepada umatnya, Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka
Allah tidak akan menyayanginya. (H.R. Tirmidzi).
Kasih sayang bukanlah sebuah produk dari ajaran agama tertentu. Kasih sayang adalah nilainilai ketuhanan yang ada di dalam jiwa manusia. Itulah fitrah manusia. Dan, itulah yang
menjadi misi Rasulullah dalam mengajarkan Islam sebagai ajaran mulia yang tidak pernah
membedakan satu orang dengan orang yang lain di dalam memperoleh kasih sayang.
Ketika di masa Nabi Muhammad saw masih hidup, Arab merupakan wilayah agama yang
terdiri dari beragam budaya dan pemikiran berbeda. Yahudi, Kristen, Sabiin, Zoroaster dan
pemuja berhala semua hidup berdampingan bersama banyak suku bangsa yang berlawanan
satu sama lain. Namun, terlepas dari perbedaan dan keberagaman itu semua, Rasulullah
bersabda, Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum kalian mengasihi. Wahai Rasulullah,
Semua kami pengasih, jawab mereka. Berkata Rasulullah,Kasih sayang itu tidak terbatas
pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi
bersifat umum (untuk seluruh umat manusia) (H.R. Ath-Thabrani). Inilah yang mesti kita
jadikan landasan moral di dalam merayakan kasih sayang. Kebudayaan yang memiliki nilai
positif tak perlu dihapus dan dilarang. Semua tinggal diarahkan kedalam bentuk aktifitas yang
memiliki nilai positif dan manfaat. Sebagaimana dengan ajaran Islam yang membumi di tanah
jawa tanpa menghilangkan nilai-nilai kearifan lokal yang ada.
Keberhasilan dakwah Sunan Kalijaga di tanah jawa bukanlah dengan melarang suatu budaya
yang telah berkembang. Melainkan menjadikan budaya sebagai media untuk menyampaikan
nilai-nilai Islam. Beliau memperkenalkan agama Islam secara luwes dan fleksibel tanpa
menghilangkan adat-istiadat/ kesenian daerah yang ada. Banyak sekali mahakarya beliau
dalam bidang budaya, di mana semuanya beliau gunakan sebagai media dalam
menyampaikan ajaran Islam. Baik dalam bentuk kesenian wayang, tembang jawa, grebek
mulud dan sekaten. Selama kita tidak mudah membidahkan dan mengahramkannya, maka
kita akan menemukan nilai-nilai dan mutiara spiritual didalamnya.
Sama halnya dengan valentine day atau hari kasih sayang yang sudah menjadi tren- budaya
didalam masyarakat luas. Penulis sangat menyayangkan adanya banyak pelarangan dari para
majelis ulama. Karena kita tahu semua bahwa Islam datang untuk mengajarkan amar maruf
dan nahyi munkar, bukan datang untuk mengharamkan ini dan itu. Dalam kajian fikih, seluruh
jenis ibadah (mahdah) adalah haram hukumnya kecuali yang ada perintahnya di dalam al
Quran. Sedangkan perihal keduniaan, semuanya halal kecuali ada larangan dalam al Quran
dan Hadits. Jika
semua itu dikaitkan dengan momen perayaan valentine day yang hanya merupakan masalah
duniawi, maka itu artinya tak ada seorang pun yang berhak menyatakan pengharamannya.
Terlebih lagi karena di dalamnya tidak terdapat ritual dari ajaran agama tertentu. Maka, sahsah saja selama tidak melanggar norma dan etika yang berlaku di dalam agama maupun
masyarakat khususnya bangsa Indonesia. Tidaklah tepat jika valentine day diidentikan
dengan ritual agama lain, karena momen berbagi cinta dan kasih sayang ada disemua

agama. Setiap agama demikian juga Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa
berbagi cinta dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia dan alam semesta.
Memang, sebagian besar masyarakat merayakannnya dengan berpesta maupun berbagi
coklat, tukar kado dan bunga dengan pasangan hidupnya atau kepada orang yang kita
sayangi. Meskipun demikian, hal itu dapat kita jadikan sebagai media untuk berbagi kasih
kepada saudara kita yang masih kekurangan dan butuh pertolongan kita. Bukannya tidak
boleh untuk berbagi berpesta atau berbagi coklat bersama pasangan hidup atau orang-orang
yang kita cintai, akan tetapi berbagi kebahagiaan kepada saudara kita yang butuh mungkin
itu akan jauh lebih berarti dan bermakna.
Valentine day sebagai hari kasih sayang juga bisa diarahkan kedalam bentuk kegiatan positif
lainnya, seperti perayaan kasih sayang orang tua dan anak, perlombaan puisi, merangkai
bunga dan lain-lain. Makna cinta perlu kita perluas lagi, bahwa cinta tidak hanya ditujukan
pada pasangan hidupnya saja. Tapi juga orang-orang disekitar kita yang kekurangan maupun
lingkungan alam sekitarnya.
Maka dari itu, yang terpenting adalah perayaan valentine itu sendiri tidak menjurus kearah
kriminal dan melanggar norma-norma susila bangsa Indonesia. Sudah menjadi kewajiban bagi
kita semua, para guru, orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mengajarkan etika dan
norma sosial bagi bangsa Indonesia. Etika dan norma sosial bagi suatu bangsa sangatlah
penting. Karena, etika dan norma sosial itulah yang mengikat kebersamaan seluruh bangsa
ini, terlepas dari perbedaan kepercayaan maupun agamanya. Maka kembali kepada moral
dan budi pekerti yang mesti diajarkan disekolah-sekolah. Tidak hanya menjadi bahan
formalitas dan teori belaka. Agama sebagai tuntunan moral dan budi pekerti harus menjadi
jalan hidup bagi kita semua. Agar selamat dan memperoleh kedamaian dunia akhirat.
Apapun adanya valentine day, lihatlah sebagai kebudayaan manusia yang esensinya adalah
kasih sayang. Islam adalah ajaran universal yang mendorong umatnya untuk menjadi rahmat/
kasih bagi sesama manusia dan alam semesta. Kita tak perlu takut dan ternodai akidahnya
selama kita masih yakin berada di dalam keimanan yang kokoh. Rasulullah pernah berwasiat
bahwa segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, innamal amalu binniyat. Niat
dalam hati inilah yang perlu kita jaga. Sehingga akidah tetap terpelihara dalam setiap
tindakan dan perbuatan. Sikap kedewasaan dan kearifan masih sangat diperlukan dalam hal
ini. Apa yang diinginkan Al Quran dan Rasulullaah saw kepada kita umatnya sebenarnya
sangatlah sederhana adalah agar kita menjadi rahmat bagi semesta alam. wam arsalanka
ill rahmatan lil `lamn. Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat
(kasih) bagi semesta alam. (Q.S Al Anbiya [21] :107). Wallahu alamu bi ash-showb.
MEA
http://finance.detik.com/
Hadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Ini Persiapan Pemerintah
Maikel Jefriando - detikfinance
Rabu, 12/03/2014 17:22 WIB
Hadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Ini Persiapan Pemerintah
Jakarta -Indonesia akan menghadapai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN
Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Pemerintah membentuk sebuah komite
sebagai titik awal pengawasan pelaksanaan MAE.
"Kita perlu bentuk komite sebagai dapurnya AEC. Nah untuk mem-feeding apa saja. Regulasi
apa yang menghambat, ini, itu, dan lain lain. Supaya kita lebih kompetitif dari negara lain,"
ungkap Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai rapat MAE di kantornya, Jakarta, Rabu
(12/3/2014).

Komite ini nantinya yang akan menyoroti persiapan dan pelaksanaan MEA ke depan. Terutama
dalam persoalan daya saing yang saat ini masih perlu untuk ditingkatkan. Hatta pun
optimistis dalam menghadapi era perdagangan tersebut.
"Kita tak bisa mengatakan tidak siap karena itu sudah di depan mata kita dan sudah berjalan
komitmen. Yang paling penting adalah kita terus meningkatkan daya saing kita. Karena ada
empat pilar di situ. pertama, pasar tunggal. Kedua, daerah berdaya saing. Ketiga, equitable
development. Keempat, integrasi ke ekonomi dunia. Nah, dari sini kita harus meningkatkan
daya saing kita," papar Hatta yang sekaligus sebagai Ketua Komite.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Kemenko
Perekonomian Rizal Affandi Lukman menambahkan komite ini akan dimasukkan dalam sebuah
Keppres sebagai landasan hukum.
"Nantinya akan diusulkan jadi bagian dari Keppres dan komite nasional ini bergerak tidak
hanya untuk persiapkan sampai MEA, tapi beyond 2015 karena sekarang ini di kerja sama
ASEAN sudah dipikirkan post 2015. Artinya, komite nasional rumuskan kebijakan-kebijakan ke
depan," ujarnya.
Pada tugasnya, komite tersebut juga akan menginventarisir peluang pada MEA. Karena ini
tidak hanya persoalan pasar dalam negeri yang bejumlah 250 juta orang. Tapi ASEAN yang
memiliki 600 juta orang di dalamnya.
"Pasar MEA bukan 250 jt tapi adalah 600 jt penduduk ASEAN. PDB per kapita naik 3 kali lipat
sejak 1998. Ini tunjukkan daya beli masyarakat meningkat. Menurun penduduk miskin dari
45% ke 15%. Kelas menengah dari 15% jadi 37%. Jadi, kawasan ASEAN adalah kawasan
menarik. Jadi jangan liat pasar domestik tapi lihat the other side," jelasnya.
(mkl/ang)
http://www.uii.ac.id/
Ancaman bagi Kedaulatan Ekonomi Indonesia dalam ASEAN Economic Community 2015

Oleh: Muhammad Arief Sukma Aji


Sejak dulu, kawasan Asia Tenggara memiliki nilai yang strategis secara geopolitok dan
geoekonomi. Namun, sebelum ASEAN didirikan, konflik kepentingan juga pernah terjadi
diantara sesama Negara Negara di kawasan Asia Tenggara, seperti konfrontasi antara
negara Indonesia dengan Malaysia, klaim territorial antara Malaysia dengan Filipina mengenai
Sabah, sampai berpisahnya negara Singapura dengan Malaysia. Dilatarbelakangi oleh hal itu,
Negara Negara di kawasan Asia Tenggara merasa perlu membentuk kerjasama untuk
meredakan rasa saling curiga dan mendorong rasa saling percaya, serta membangun
kerjasama pembangunan kawasan Asia Tenggara.
Dalam mewujudkan hal tersebut, lima menteri luar negeri dari 5 negara berkumpul
untuk menginisiasi pembentukan ASEAN. Kelima menteri luar negeri tersebut adalah dari
Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina dan Thailand. Pertemuan tersebut diadakan pada
tanggal 8 Agustus 1967 dan menghasilkam rancangan Joint Declaration, yang intinya
mengatur kerjasama regional kawasan tersebut.
Tujuan dari dibentuknya ASEAN dapat dilihat dalam Deklarasi Bangkok. Deklarasi
Bangkok adalah deklarasi yang menandai berdirinya Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia
Tenggara. Selain tujuan ASEAN yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok, Negara Negara di
kawasan Asia Tenggara memiliki visi besar pada tahun 2020. Visi tersebut yakni pembentukan

komunitas ASEAN di bidang ekonomi, budaya dan keamanan. Namun, pembentukan


komunitas ASEAN di bidang ekonomi dipercepat realiusasinya saat KTT ke-9 di Bali pada tahun
2003. Asean Economic Community yang sebelumnya akan diadakan pada tahun 2020
dipercepat menjadi tahun 2015. Percepatan pembentukan AEC 2015 tersebut didasarkan
pada percepatan penguatan daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global seperti
dengan India dan China.
Pembentukan AEC 2015 sebenarnya mendapatkan banyak pro dan kontra dari
berbagai kalangan. Banyak kalangan menilai bahwa Indonesia belum benar benar siap
dalam menghadapi AEC 2015. Hal tersebut terbukti belum masivnya sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah terkait pelaksanaan AEC 2015 ini. Aebanyak 96% pemerintahb
daerah dan kalangan akademisi belum mengetahui apa itu AEC dan kapan akan diwudkannya
AEC tersebut[1]. Hal ini menunjukkan kurangnya keseriusan pemerintah dalam melakukan
sosialisasi mengenai AEC 2015 ini. Disamping itu, masyarakat menilai bahwa sebenarnya
keikutsertaan Indonesia dalam AEC 2015 ini dapat menjadi sebuah ancaman bagi kedaulatan
nasional Indonesia.
Gagasan pembentukan AEC 2015 ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari
pemikiran ekonomi neoliberal yang meyakini bahwa liberalisasi investasi, sumber daya
manusia dan perdanganan bebas sebagai strategi untuk meraih kesejahtreraan rakyat. Inti
dari AEC adalah perjnjian perdagangan bebas yang berisikan penghapusan hambatan
perdagangan baik tariff maupun non tariff di bidang perdagangan barang, liberalisasi
investasi, sumber daya manusia, jasa jasa serta pelaksanaan isu isu yang telah disepakati
melalui rezim perdagangan bebas international lainnya.
Bagi Negara Negara maju dan Negara yang sedang tumbuh lainnya, ASEAN adalah pasar
yang menjanjikan, memiliki populasi mencapai 600 juta jiwa, dengan sumber daya alam
tambang, migas, batu bara, sumber perikanan dan hasil hutan yang melimpah. Sebagian
anggota ASEAN merupakan Negara yang sedang membangun, haus investasi asing dan utang
luar negeri. Potensi yang dimiliki anggota ASEAN dipandang oleh Negara maju dan
perusahaan multi nasional sebagai pasar bagi ekspansi perdagangan, investasi dan utang luar
negeri.
ASEAN Economic Community merupakan perjanjian international yang mengikat. AEC
merupakan pelaksanaan dari konstitusi Negara Negara ASEAN yang bersifat binding
(mengikat). ASEAN Charter atau Piagam ASEAN inilah yang menjadi dasar legal bagi ASEAN
Economic Community dan pembangunan pasar tunggal ASEAN serta basis produksi tunggal
ASEAN.
ASEAN Charter ini ditandatangani di Singapura pada tahun 2007. Selanjutnya piagam
perjanjian ini diratifikasi oleh anggota ASEAN sesuai dengan prosedur yang berlaku di
negaranya masing masing. Indonesia mensahkan piagam perjanjian tersebut melalui UU No.
38 tahun 2008. Dengan demikian, maka perjanjian yang disepakati oleh Negara Negara
ASEAN mengikat bagi Indonesia.
Ratifikasi piagam ASEAN yang menganut falsafah neoliberalisme digugat oleh masyarakat
Indonesia ke Mahkamah Konstitusi (MK). Organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam
Aliansi Keadilan Global pada tahun 2011 menyampaikan Judicial Review ke Mahkamah
Konstitusi untuk membatalkan ratifikasi ASEAN Charter[1]. Gugatan ini didasarkan pada
argumentasi bahwa AEC bertentangan dengan UUD 1945 dan ekonomi kerakyatan. Dalam
UUD 1945 sudah diamanatkan bahwa Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara serta Bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat[2]. Dalam amanat undang undang tersebut sudah
dijelaskan secara implisit bahwa segala sesuatu factor produksi yang menyangkut hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat. Apabila AEC
sudah benar benar diterapkan, maka ditakutkan sumber daya alam Indonesia akan
tereksploitasi oleh Negara Negara maju maupun perusahaan multi nasional secara membabi
buta. Namun, gugstsn ini ditolak oleh Mahkamah Konstitusi dengan alas an bahwa
perdagangan bebas tidak bertentangan dengan konstitusi.
ASEAN Charter ini merupakan penjiplakan konsep dari penyatuan Uni Eropa dalam
Masyarakat Uni Eropa (MEE) yang bergabung dalam kesatuan produksi, perdagangan dan
keuangan yang telah terbukti gagal dan menyebabkan kawasan Uni Eropa tersebut
mengalami krisis yang parah pada tahun 2008.
Pelaksanaan AEC 2015 ini sudah terlihat jelas bahwa perjanjian ini merupakan salah satu
bentuk dari neoliberalisme dan kapitalisme abad ini. AEC menciptakan pasar tunggal dan
basis produksi tunggal yang stabil, makmur, kompetitif dan secara ekonomis terintegrasi
dengan fasilitas perdagangan maupun investasi serta komitmen untuk menghapuskan secara
progresif semua hambatan bagi integrasi ekonomi regional dalam sebuah ekonomi yang
dikemudikan pasar[3]. Hal tersebut sudah menjelaskan bahwa apabila AEC ini sudah benar
benar diterapkan di Indonesia maka hampir dapat dipastikan praktik praktik kapitalisme
akan menggerogoti Indonesia secara perlahan dan itu jelas jelas sangat bertantangan
dengan ekonomi kerakyatan.
Sebenarnya, jauh sebelum diberlakukannya AEC 2015 ini Indonesia sudah menjalankan
praktik praktik neoliberalisme. Dalam hal kebijakan investasi, Indonesia menetapkan aturan
yang sangat liberal. Perpres 36 tahun 2010 tentang Daftar Negatif Investasi (DNI) pemerintah
telah membuka hampir seluruh sector ekonomi bagi penanaman modal dengan tingkat
kepemilikan mayoritas. Dalam hal kebijakan tariff perdagangan ASEAN dengan China (ACFTA),
pemerintah melalui menteri keuangan menetapkan seluruh bea masuk produk produk
pertanian dan pangan dipangkas hingga hampir mencapai 0 persen. Hanya beras yang
disisakan ditetapkan bea masuk sekitar 5 persen dari harga beras nasional[4]. Hal ini dapat
mengancam kedaulatan perekonomian Indonesia. Hal itu belum ditambah dengan eksploitasi
yang berlebihan terhadap sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia. Hal ini dibukikan
pada sector migas yang hanya memberikan sumbangan 12% terhadap APBN pada 2012[5],
padahal yang kita ketahui bersama bahwa potensi migas di Indonesia ini sangat besar, namun
mengapa sumbangannya terhadap APBN 2012 hanya 12%? Jawabannya mungkin saja karena
sector migas sebagian besar dikelola oleh perusahaan asing.
Dari penjelasan penjelasan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan ASEAN
Economic Community ini dapat menimbulkan ancaman bagi kedaulatan Republik Indonesia.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah Indonesia harus benar benar kembali lagi
kepada prinsip UUD 1945 serta ekonomi kerakyatan. Disamping itu pemahaman dan
penerapan tentang nilai nilai ekonomi Islam serta sosialisme Islam tidak ada salahnya untuk
dilakukan. Dilakukannya system sosialisme Islam adalah sebagai perlawanan terhadap
kapitalis yang akan mengancam kedaulatan republic ini. Sosialisme Islam jelas berbeda
dengan sosialisme yang didengungkan oleh Karl Marx. Sosialisme Marxisme sangat identik
dengan komunis, namun berbeda halnya denga sosialisme Islam. Komunisme dipandang
sebagai penghancur tatanan Islam karena tidak menghargai persaingan ekonomi secara
konstrukif, penghancur pertentangan kelas serta nihilnya nilai moral dan religiusitas[6].
Pemahaman terhadap nilai nilai UUD 1945, ekonomi kerakyatan, ekonomi Islam serta
gerakan sosialisme Islamharuslah benar benar dicoba untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan
konsep UUD 1945 dan ekonomi kerakyatan tidak jauh berbeda denga konsep ekonomi Islam
dan gerakan sosialisme Islam. Semuanya menentang eksploitasi dan penjajahan dalam
bentuk apapun. Semuanya juga menentang monopoli ekonomi dan kapitalisme yang nanti
akan terjadi apabila AEC sudah benar benar diterapkan. Menegakkan prinsip keadilan dan
pemerataan juga menjadi inti pokok dari ajaran ajaran ini[7]. Kesemua itu apabila dapat

benar benar diterapkan di Indonesia diharapkan dapat menjadi tameng penghalang bagi
kehancuran kedaulatan republik ini.
Dari penjelasan diatas sudah terlihat jelas bahwa agenda AEC ini dapat mengancam
kedaulatan Indonesia. Agenda ini bagaikan bom waktu yang hanya tinggal menunggu kapan
ia akan meledak. Salah satu langkah preventif yang dapat diambil adalah memahami esensi
dari pasal 33 UUD 1945, ekonomi kerakyatan serta ekonomi islam. Gerakan sosialisme Islam
hanyalah gerakan untuk melawan datangnya kapitalisme barat yang akan mengganggu
kelangsungan perekonomian di Indonesia. Semoga bangsa Indonesia kedepannya dapat
belajar dari kesalahan kesalahan bangsa lain yang telah memberikan sejarah bagi kita
bahwa peng-liberalisasian seluruh sector tidak selalu berakhir dengan baik.

[1] Data Bappenas 2012


[2] Sumber dari tulisan Salamudin Daeng (Indonesia for Global Justice)
[3] UUD 1945
[4] ASEAN Charter pasal 1 ayat 5 dan pasal 2 ayat 2 huruf n.
[5] Tulisan Salamudin Daeng dan Fuad Bawazier dalam diskusi Menyongsong AEC 2015.
[6] TATA KELOLA SEKTOR MIGAS NASIONAL YANG BERKEADILAN SESUAI PERSPEKTIF
KONSTITUSI: PENJELASAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 36/PUU-X/2012
[7] Prasetyo Eko, Sosialisme Islam, pemikiran Ali Syariati, RausyanFikr Institute, Yogyakarta,
2012.
[8] Diolah dari UUD 1945, buku Ekonomi Kerakyatan serta Sosialisme Islam.
http://www.uii.ac.id/
Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Daya Saing Daerah Perlu Didongkrak
Ratusan sarjana ekonomi, pemerhati ekonomi, dan 51 perwakilan cabang Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (ISEI) dari berbagai daerah di Indonesia menghadiri pembukaan Seminar
Nasional dan Sidang Pleno ISEI ke-16 yang digelar di Ballroom Abadi Suite Hotel, Jambi pada
Rabu malam (18/9). Sidang pleno yang kali ini mengangkat tema Mempercepat Penguatan
Daya Saing Ekonomi Daerah Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dibuka oleh
Wakil Gubernur Jambi, Fachrurori Umar.
Ketua Panitia Pelaksana Pusat ISEI yang juga menjabat sebagai Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi
Hamid, M.Ec, dalam sambutannya menyampaikan, kota Jambi dipilih sebagai tempat
penyelenggara kegiatan karena permintaan pengurus ISEI cabang Jambi pada kongres di
Yogyakarta tahun lalu yang mendapat persetujuan secara aklamasi oleh pengurus wilayah
lainnya. Dua kegiatan utama yang akan diselenggarakan meliputi seminar nasional yang
terdiri dari dua plenary session dan dua parallel session. Sementara kegiatan kedua adalah
sidang pleno yang akan diikuti oleh Pengurus Pusat ISEI, Ketua Cabang ISEI di seluruh
Indonesia, serta para peserta lainnya.
Prof. Edy melanjutkan pemilihan tema sidang kali ini dinilai sangat relevan dengan
perkembangan situasi ekonomi terkini yang mana di tahun 2015 Indonesia akan tergabung
dalam Komunitas Ekonomi ASEAN. Terlebih banyak pihak yang menilai bahwa Indonesia saat
ini belum siap menghadapi regionalisme di tingkat ASEAN karena daya saing ekonomi
nasional dan ekonomi daerah yang dinilai masih belum kuat. Potensi dan prospek
Perekonomian Indonesia yang berkelimpahan sumber daya produksi tidak akan berkelanjutan
jika tidak diikuti dengan daya saing ekonomi daerah, paparnya.
Sementara Wakil Gubernur Jambi, Fachrurori Umar dalam sambutannya menyampaikan,
kendati pro dan kontra terus bergulir tentang kesiapan Indonesia menuju Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015, namun era globalisasi menjadi sebuah keniscayaan. Keikutsertaan Indonesia
dalam perjanjian perdagangan bebas menurutnya tidak dapat dicegah ataupun dibatalkan.
Lazimnya di dalam kesepakatan perjanjian perdagangan bebas, terdapat klausul-klausul
yang memberi kesempatan para pihak menyesuaikan diri dalam rangka memperbaiki posisi
daya saingnya. Namun Indonesia harus terus berbenah dan bekerja keras dalam
melaksanakan komitmen tersebut sesuai jadwal yang telah ditetapkan, paparnya.
Ia melanjutkan seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Provinsi Jambi berupaya untuk
menjadi the new frontier of economic atau daerah baru bagi perkembangan ekonomi ke
depan. Jambi akan memelopori daya saing bangsa di tengah ekonomi Asia dan menjadi
penggerak ekonomi utama abad ke-21, imbuhnya.
Bertindak sebagai pembicara utama, Ketua Pengurus Pusat ISEI, Darmin Nasution yang
menyampaikan materi berjudul Membangun Kelembagaan Ekonomi Untuk Mendukung Daya
Tahan dan Daya Saing. Ia menjelaskan bahwa setiap lembaga publik sudah waktunya
mengkaji secara sistematik kondisi kelembagaan ekonomi di bidangnya masing-masing.
Keperluan ini menurutnya agar ekonomi dan bangsa tidak terus tertatih dan terombangambing di dalam gejolak dan dinamika global.
Darmin Nasution menambahkan, bahkan untuk hal penting yang langsung membentuk
fundamental ekonomi perlu dilakukan audit kinerja untuk mengetahui efektifitas dan
efisiensinya. Audit dimaksud bisa dilakukan oleh konsultan professional yang memiliki
pengalaman dan data base sehingga terwujud benchmark dengan karakter terbaik.
Lebih lanjut, Darmin mengungkapkan bahwa saat ini masih sangat minim perhatian ekonom
pada umumnya terhadap peranan kelembagaan dalam pencapaian kinerja ekonomi. Kita
jarang menekuni struktur, perilaku, efektifitas, efisiensi dari bidang atau kegiatan yang
didalami, disertai analisis berkenaan dengan peraturan perundangan organisasi/lembaga,
serta praktek yang berlaku umum, tandasnya.
Abaikan Pro-Kontra, Indonesia Harus Tetap dalam MEA
23 Maret 2015 2:25 WIB
YOGYAKARTA, suaramerdeka.com Beberapa bulan menjelang pelaksanaan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA/AEC) 2015 masih ada suara pro-kontra. Namun demikian, Indonesia
harus tetap melanjutkan keterlibatannya dalam MEA sebagai negara terbesar dan
menentukan jalannya Asean. Indonesia harus berpegang pada komitmennya dalam
melaksanakan MEA sesuai dengan Declaration on the ASEAN Blue Print 2015.
Ketua Delegasi Indonesia pada konferensi Federation of Asean Economic Association ke-39 di
Bangkok, Prof Edy Suandi Hamid menyampaikan hal itu, kemarin. Konferensi dengan tema
Beyond AEC 2015 diikuti 160 peserta dari 10 negara anggota Asean.
Ketika kami bertemu dengan Presiden Jokowi dua bulan lalu, Presiden menyatakan optimistis
dan menyatakan kesiapan Indonesia dalam MEA. Bahkan, menurut Presiden, negara Asean
lain justru khawatir terhadap Indonesia. Namun, ada juga pandangan dari pengusaha yang
meminta penundaan pelaksanaan MEA akhir tahun ini. Juga yang lebih ekstrim dari pengamat
ekonomi ada yang meminta kita menarik diri dari MEA, papar Edy kepada
suaramerdeka.com, kemarin.
Menurutnya, berbagai pandangan itu menjadi pendorong untuk terus meningkatkan daya
saing, tanpa harus menunda atau mundur dari MEA. Dengan tingkatan berbeda, semua
negara memiliki persoalan melaksanakan MEA, kecuali negara seperti Singapura yang
memang sudah sangat terbuka pada persaingan.

PEmilihan DPRD
Pro
DPR tengah menggodok RUU Pilkada dengan wacana mengubah sistem pemilu Kepala Daerah
dari langsung oleh rakyat menjadi tidak langsung dengan diwakilkan oleh DPRD. Setujukah
kamu Pilkada langsung dihapus dan pemilihan Kepala Daerah dilakukan oleh DPRD seperti di
era sebelumnya?
Menyimpang dari Pancasila sila ke-4. Orang2 gak setuju dengan keputusan suara
terbanyak/voting UU Pilkada, malah mendukung sistem suara terbanyak/voting. Aneh.
DPRD kan dipilih rakyat, jadi masih terasalah Kepala daerah dipilih rakyat (melalui DPRD).
makanya rakyat harus pinter milih wakilnya..
karena pemborosan anggaran dan meningkatkan konflik di masyarakat
Kontra
1.Pilkada langsung pilihan terbaik dibanding pilkada perwakilan DPRD. Dikwatirkan pilkada
tidak langsung bagi-bagi jatah, monye politik lebih memungkinkan terjadi. 2. Pilkada langsung
akan menyeleksi secara alami dan murni calon berkualitas, merakyat, jujur,
bertanggungjawab secara program dan moral kepada pemilihnya. 3. Kontrol program kepala
daerah terpilih oleh pemilih
rakyat butuh memilih sendiri siapa yg diharapkan menjadi pemimpinnya di daerah, rakyat tak
ingin dibohongi dan dijadikan alat para wakil rakyatnya....jika pilkada tak langsung benar2
terjadi berarti rakyat dianggap tak layak memilih sendiri pemimpinnya.
Kalau alasannya soal biaya pemilu yang tinggi, kan DPR bersama-sama dengan pemerintah
bisa memikirkan cara menyelenggarakan pemilu yang efektif dan efisien, di mana pos yang
anggarannya paling besar, itu yang dicari solusinya. Kalau perlu, pemilu untuk daerah
terpencil bisa dengan cara mengirim lewat pos, sama seperti yang dilakukan dengan mereka
yang di luar negeri, dst. Usulan menghemat biaya pemilu dengan mengubah sistemnya
adalah kemunduran buat bangsa Indonesia. Tolak!
Dikhawatirkan ada monopoli politik dari koalisi yang merupakan mayoritas di DPRD
jelas partai yang punya koalisi yang besar akan memilih anggotanya sendiri, so pemimpin
yang terpilih bukan karena dia baik dan mampu tp karena ditunjuk.. efeknya dia tidak akan
bisa bebas membuat keputusan secara mandiri
DPRD dipilih rakyat untuk menjalankan tiga tugas pokoknya ialah tugas legislasi, tugas kontrol
dan tugas budget bukan untuk menjadi kaum yang mengkianati hak dasar rakyat dalam
negara demokrasi. Rakyat memilih mereka bukan supaya menyingkirkan rakyat dari peran
esensinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Kalau pertimbangannya adalah soal biaya
tinggi, kemungkinan konflik itu hanya sejenis ketakutan para elite saja. Kalaupun hal itu
terjadi, itulah yang patut kita benahi terus menerus dan hal itu sesungguhnya telah terlihat
semakin baik dalam pileg dan pilpres yang barusan lewat. Jangan ciptakan banyak alasan
yang berpihak pada keangkuhan parpol dan kepentingan kaum elite.
Kita ini termasuk bangsa yang tidak sabar dengan proses. Pemilihan langsung DPRD adalah
salah satu proses pembelajaran berkehidupan berdemokrasi buat kita semua sebagai bangsa.
Hasilnya baru kelihatan dalam jangka panjang. Dipilih sendiri saja masih salah, apalagi
diwakilkan. Lha, kok proses itu malah akan dipotong dengan alasan macam-macam. Kapan
kita bisa belajar berdemokrasi kalau dikit-dikit diganti sistemnya, dikasih aturan, diambil alih
elite politik tanpa mempertimbangkan efek jangka panjangnya buat kehidupan demokrasi
masyarakat secara luas? Proses demokrasi dikebiri terus. Wong namanya saja masih proses

belajar, pasti belum sempurna di sana-sini. Tapi konsepnya sudah benar. Tinggal bersikap
sabar untuk berproses saja. Dan dalam proses ini, adalah tugas elite politik dan kita semua
untuk mendidik dan mengajak masyarakat yang belum terbuka wawasan berdemokrasinya
untuk ikut berproses bersama.**
Remisi Koruptor
Narkoba dan amnesti
REPUBLIKA.CO.ID-Tak sampai sebulan, empat musisi dan penyanyi digrebek polisi karena
konsumsi narkoba. Dimulai akhir Februari lalu oleh drumer grup band Padi Suhendro Prasetyo
alias Yoyok, kemudian mantan penyanyi lagu anak-anak era 1980-an Iyut Bing Slamet, dan
dua personel Kangen Band yaitu Andika dan Izzy. Semuanya diproses secara hukum.
Iyut dan Yoyok menjalani penyidikan di Direktorat IV Narkoba dan Kejahatan Terorganisir
Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Sedangkan Andika dan Izzy harus menjalani
penyembuhan dari ketergantungan narkoba di Pusat Rehabilitasi Narkoba Badan Narkotika
Nasional (BNN) di Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Kasus Andika dan Izzy memang lebih ringan
karena keduanya tak tertangkap tangan walau terbukti mengonsumsi ganja. Sementara Iyut
dan Yoyok tertangkap bersama sabu di tangan.
Kepala Humas BNN Komisaris Besar Sumirat Dwiyanto menyatakan, kebijakam BNN terhadap
Andika dan Izzy sudah sesuai dengan pasal 112 UU Narkotika dan Psikotropika. Walau
menjalani rehabilitasi, mereka berdua tetap menjalani proses hukum. ''Mereka tetap
diproses,'' ungkap Sumirat di kantornya, Selasa (22/3).
Bagi Sumirat, penyalahguna atau pecandu narkoba lebih baik ditempatkan di Pusat
Rehabilitasi BNN karena lingkungannya steril dari narkoba. Kalau pun vonis baru keluar
setahun kemudian tidak masalah. Bahkan lebih bagus karena mereka sudah selesai menjalani
rehabilitasi sehingga mental untuk menjauhi narkoba sudah terbentuk.
''Setidaknya 70 persen rasa kecanduannya sudah sembuh. Sisanya, 30 persen akan terus
ada,'' papar Sumirat. Jika nanti hakim memvonis kurungan penjara, maka Andika dan Izzy
diharapkan sudaha memiliki mental yang kuat untuk menjauhi narkoba saat di penjara.
Bukan rahasia lagi bila di penjara sekalipun narkoba bukanlah barang yang sulit didapatkan
sehingga pecandu yang dipenjara justru tak akan pernah lepas dari barang haram itu.
Beberapa waktu lalu BNN mencokok beberapa sipir dan kepala lembaga pemasyarakatan di
Nusa Kambangan karena membantu bandar narkoba menjalankan bisnisnya dari penjara.
Sementara nasib Iyut Bing Slamet dan Yoyok belum dipastikan apakah mereka akan menjalani
rehabilitasi atau harus tetap mendekam di balik jeruji besi. Kepala Bagian Penerangan Umum
Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar menyatakan, Iyut dan Yoyok harus
menjalani proses hukum dan menunggu vonis pengadilan karena tertangkap tangan memakai
narkoba.
Sesuai surat edaran Mahkamah Agung, penyalahguna yang memiliki barang bukti narkoba
dengan berat di atas 0,5 gram harus menunggu keputusan hakim. Jika jumlah narkoba kurang
dari itu, pelaku bisa mengajukan diri untuk menjalani rehabilitasi. Iyut tertangkap tangan
bersama 0,4 gram sabu. Sedangkan Yoyok 0,5 gram narkoba jenis yang sama.
Namun demikian, semuanya tergantung pihak penyidik. Boy mengingatkan, jika saja mereka
melaporkan dirinya sebagai pengguna narkoba maka akan ada kemudahan untuk menjalani
rehabilitasi. Walau bukan berarti hidup di rehabilitasi juga lebih mudah dari penjara.
Saat menjalani rehabilitasi, selain tak boleh mengonsumsi barang haram itu, mereka juga tak
diperbolehkan melakukan hubungan seksual. Ditambah lagi, tidak ada lagi kesempatan untuk
berkomunikasi dengan dunia luar. ''Di sini residen (peserta rehabilitasi) dilarang keras
memakai telepon seluler,'' ungkap Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Rehabilitasi BNN Yunis
Farida Oktoris Triana.
Tubuh mereka diperiksa total, mulai lubang di gigi, hidung, mulut, bahkan dubur. Semua
tempat yang bisa menyimpan narkoba diperiksa. Sehari-hari mereka hanya memakai pakaian
khusus berwarna putih atau oranye, pakaian yang tidak membedakan status sosial karena toh
semuanya menyandang status sama: pecandu narkoba.

Tidak ada waktu memikirkan dunia selain pusat rehabilitasi. Apalagi sekadar memperbarui
status di situs pertemanan dunia maya macam Facebook atau Twitter. Residen harus
memfokuskan diri dengan rangkaian kegiatan di tempat itu.
Enam bulan pertama, residen akan menjalani detoksifikasi untuk menghilangkan racun
narkoba di dalam tubuh. Biasanya, ungkap Farida, pada dua pekan pertama residen 'uringuringan' karena mengalami sakau atau gejala tubuh yang kecanduan saat tak lagi
mendapatkan asupan narkoba sakitnya tak terbendung. Tulang menggigil, badan kedinginan.
Emosi pun tak stabil. Tak jarang mereka berteriak-teriak meluapkan kekesalan.
Residen diajak melakukan berbagai beraktivitas. Dimulai bangun pagi pukul 5.00 WIB disusul
aktivitas ibadah. Kemudian membersihkan kamar tidur dan asrama tempat tinggal. Kalau
kurang bersih, siap-siap saja mendapatkan hadiah 'hukuman' dari pembina.
Mereka juga diajak berdiskusi tentang berbagai pengetahuan, salah satunya tentang bahaya
narkoba. Mereka berbagi pengalaman baik yang manis maupun yang pahit sekalipun. Mereka
diajak menangis atau sesekali tertawa dan tersenyum bersama mendengar perjalanan hidup
yang menjerumuskan mereka ke narkoba.
Mereka juga diajak berkreasi, entah bermain musik, menekuni dunia otomotif, atau kegiatan
motivasi diri. Tidak ada waktu untuk berleha-leha. Waktu untuk tidur siang pun tidak ada.
Aktivitas berjalan penuh seperti halnya kehidupan di pesantren. Setelah enam bulan, para
residen memasuki tahapan sosialisasi. Pecandu yang semula asosial dirubah menjadi
bersosial.
Mereka diperbolehkan keluar mengunjungi keluarga. Nah, di sinilah mental mereka diuji
apakah kembali menjadi pecandu karena biasanya teman-teman mereka selalu menggoda
untuk kembali mengonsumsi narkoba. Jika tidak mengkonsumsi narkoba mereka dianggap
tidak gaul dan persahabatan mereka dianggap luntur. Bukan hal mudah, karena terkadang
mereka harus meninggalkan teman-teman yang masih mengakrabi narkoba.
Usai rehabilitasi, kehidupan mereka akan dikontrol secara tidak langsung. Jika kembali
menjadi penyalahguna Narkoba, maka mereka pun akan dijebloskan lagi untuk menjalani
rehabilitasi yang lebih ketat. ''Meskipun sudah direhabilitasi, tidak menutup kemungkinan
akan kembali mengkonsumsi narkoba karena 30 persen pikiran tentang ekstase dari narkoba
tetap ada sampai mati,'' jelas Sumirat.

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho


menyayangkan pemberian remisi khusus Natal kepada sejumlah terpidana korupsi oleh
Kementerian Hukum dan HAM. Ia pun mendesak Kemenkumham untuk mencabut remisi yang
diberikan kepada 49 narapidana korupsi.
"Menkumham harus anulir remisi natal koruptor biar seimbang pernyataan dengan datanya,"
ujar Emerson saat dihubungi, Kamis (25/12/2014).
Sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly mengaku sudah memberikan remisi
Natal kepada 9.000 narapidana di seluruh Indonesia. Namun, dari 150 permohonan
pemberian remisi Natal untuk koruptor, pemerintah tak mengabulkannya.
Menurut Emerson, ucapan Yasonna bertolak belakang dengan data yang dipublikasikan
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham. Berdasarkan data tersebut, terkait Pasal
34 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006, sebanyak 16 narapidana
mendapatkan remisi khusus I dengan pengurangan masa tahanan. Sementara dua
narapidana kasus narkotika di Papua dinyatakan bebas.
Sedangkan terkait Pasal 34 A ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, Ditjen
Pemasyarakatan memberikan remisi khusus I kepada 31 narapidana korupsi.
"Koordinasi di lingkungan kementerian payah. Ini ada beda pernyataan Menkumham dengan
Dirjen Pas. Kayak ada dualisme, kebijakan menteri dan kebijakan Dirjen Pas," kata Emerson.

Ditjen Pemasyarakatan memberikan Remisi Khusus Natal kepada 9.068 narapidana. Sebanyak
98 di antaranya mendapat Remisi Khusus II dan dinyatakan bebas. Sementara 8.970
narapidana lainnya mendapat remisi khusus I, yaitu mendapatkan sebagian pengurangan
masa hukuman.

Pemerintahan Jokowi-JK telah genap 100 hari, Selasa (27/1/2015), sejak dilantik 20 Oktober
2014. Kebijakan strategis dan langkah politik dari para pejabat baru pemerintahan menjadi
sorotan. Kompas.com hari ini menulis 100 artikel yang berisi kebijakan dan peristiwa menonjol
yang terjadi dalam 100 hari pemerintahan baru dari hari ke hari.
JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ke-66 pemerintahan Jokowi-JK bertepatan dengan tanggal 25
Desember atau Hari Natal. Melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum
dan HAM pemerintah memberikan Remisi Khusus Natal kepada sejumlah narapidana yang
beragama Kristen pada Rabu (25/12/2014).
Sebanyak 9.068 narapidana mendapatkan remisi khusus, dengan 98 di antaranya mendapat
Remisi Khusus II dan dinyatakan bebas. Pemberian remisi bertujuan untuk memberikan
motivasi dan menumbuhkan kesadaran agar narapidana dapat memelihara perilaku yang baik
selama menjalani masa pidana dan menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya.
Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly mengatakan, dari 150 permohonan pemberian
remisi Natal untuk koruptor, pemerintah tak mengabulkannya. Namun demikian, hal itu tak
selamanya ditepati. Ini karena ada 49 narapidana kasus korupsi yang mendapat remisi. [Baca:
ICW: Menkumham Harus Anulis Remisi Natal Bagi Koruptor].
Hal itu lantas memunculkan polemik. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson
Yuntho menyayangkan pemberian remisi khusus Natal kepada sejumlah terpidana korupsi
oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Ia pun mendesak Kemenkumham untuk mencabut remisi yang diberikan kepada 49
narapidana korupsi.
Presiden Jokowi menulis ucapan selamat Natal secara khusus di halaman Facebook-nya. Tak
hanya mengucapkan selamat, Jokowi juga meyampaikan harapannya pada hari Natal ini.
Jokowi berharap momen Natal tahun ini dapat membawa kedamaian bagi semuanya.
http://www.hukumonline.com/
Pro Kontra Remisi Koruptor dan Teroris
Di tengah upaya pemerintah (kepolisian) mengungkap jaringan teroris di Indonesia setelah
melakukan penyergapan di Temanggung dan kemudian merilis (19/08/2009) empat tersangka
baru pengebom JW Marriot dan Ritz-Carlton yaitu Syaifuddin Zuhri, Mohamad Syahrir, Ario
Sodarso dan Bagus Budi Pranoto.
Dibaca: 3096 Tanggapan: 1
Pemerintah melalui Direktur Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM pada
tanggal 17 Agustus 2009 justru mengeluarkan kebijakan remisi (pengurangan masa
hukuman) bagi terpidana kasus terorisme, kebijakan yang sama juga diberikan kepada
terpidana kasus korupsi, padahal upaya untuk memberantas dan memberikan efek jera
kepada koruptor yang sangat merugikan negara sangat gencar dilakukan diberbagai daerah.
Pemberian remisi bagi terpidana kasus terorisme dan korupsi menimbulkan pro dan kontra
dari berbagai kalangan. Apakah sudah tepat kebijakan remisi bagi narapidana teroris? Apalagi
rilis empat tersangka pengebom JW Marriot dan Ritz-Carlton oleh Kepolisian salah seorang

diantaranya sudah pernah dihukum atas kasus terorisme alias orang lama. Kekhawatiran
tentu muncul ketika Dirjen Pemasyarakatan DepKum dan HAM memberikan remisi bagi 7
(tujuh) orang narapidana kasus terorisme sehingga bertolak belakang dengan semangat
pemberantasan tindak pidana terorisme.
Pendapat yang sama juga diutarakan bagi terpidana kasus korupsi yang mendapatkan remisi
pada Hari Kemerdekaan kemarin, diantaranya Wakil Koordinator Badan Pekerja Indonesia
Corruption Watch (ICW) yang menilai pemberian remisi khususnya bagi terpidana kasus
korupsi justru bertentangan dengan gerakan pemerintah memberantas tindak pidana korupsi
di Indonesia, pemberantasan korupsi yang dilakukan secara luar biasa hendaknya efek jera
yang diberikan kepada narapidananya pun harus secara luar biasa.
Dasar Hukum
Jika merujuk pada dasar hukum pemberian remisi yaitu Undang-Undangan No.12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan dan Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2006 tentang syarat dan
tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan tidak ada yang salah dengan
pemberian remisi kepada narapidana kasus teroris dan terorisme pada Hari Ulang Tahun Ke64 Republik Indonesia.
Berdasarkan Pasal 14 UU Pemasyarakatan salah satu hak terpidana adalah mendapatkan
pengurangan masa pidana (remisi), dalam dalam PP No.28 Tahun 2006 sebagai aturan
pelaksana ketentuan UU Pemasyarakatan diatur mengenai syarat khusus pemberian remisi
bagi terpidana tindak pidana terorisme, narkotika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan
negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, dan kejahatan transnasional terorganisasi
lainnya yaitu berkelakuan baik dan telah menjalani 1/3 (satu per tiga) masa pidana.
Jika melihat semangat dan keinginan untuk memberikan efek jera bagi terpidana kasus
terorisme dan korupsi, PP No.28 Tahun 2006 tersebut sudah dianggap lebih baik dari PP
sebelumnya yang mengatur syarat pemberian remisi bagi seluruh terpidana adalah setelah
menjalani masa hukuman selama 6 (enam) bulan termasuk terpidana kasus terorisme dan
korupsi. Dalam ketentuan perundang-undangan tersebut juga mengatur bahwa pemberian
remisi tidak berlaku bagi narapidana yang mendapatkan hukuman mati atau hukuman
seumur hidup.
Kekhawatiran publik atas pemberian remisi bagi terpidana kasus terorisme dan korupsi masih
ada benarnya, selain karena syarat pemberian remisi tersebut dapat saja dimanfaatkan oleh
narapidana untuk berkelakuan baik selama menjalani masa pidana di Lembaga
Pemasyarakatan, kemudian mendapat remisi dan setelah menikmati kebebasan mengulangi
kejahatan yang sama juga dikarenakan penjatuhan sanksi pidana (pemidanaan) bagi
terpidana kasus terorisme dan korupsi belum menimbulkan efek jera bagi pelaku.
Ungkapan ini ternyata tak berlebihan, dalam kasus terorisme misalnya jika melihat salah satu
dari empat tersangka pengebom JW Marriot dan Ritz-Carlton yang dirilis kepolisian (19/08/09)
yaitu Bagus Budi Pranoto alias Urwah dikenal sebagai mantan terpidana kasus terorisme
karena terbukti ikut membantu menyembunyikan Azahari dan Noordin M Top dalam kasus
peledakan di Hotel JW Marriott tahun 2003, memang Bagus Budi Pranoto tidak mendapat
remisi namun jika diberikan remisi kepada terpidana kasus terorisme justru menimbulkan
resiko teror bom yang lebih besar lagi.
Dalam kasus korupsi lain lagi, efek jera pemidanaan bagi terpidana kasus korupsi dirasakan
masih belum efektif, selain karena mendominasinya hukuman yang ringan diberikan kepada
pelaku tindak pidana korupsi sehingga dengan menerima remisi terpidana korupsi tidak perlu
waktu lama untuk menghirup udara bebas kembali, juga kecenderungan bebasnya terdakwa
kasus korupsi di Pengadilan Negeri. Data ICW melansir bahwa selama 5 (lima) tahun terakhir

ada 1.643 terdakwa kasus korupsi yang diseret ke pengadilan


divonis bebas artinya 50,57% terdakwa korupsi divonis bebas.

812 terdakwa diantaranya

Pemasyarakatan
Remisi merupakan hak bagi setiap narapidana yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
sistem peradilan pidana (criminal justice system), menghilangkannya justru telah merusak
tatanan sistem peradilan pidana Indonesia didalam KUHAP mulai dari kepolisian, kejaksaan,
pengadilan sampai pada lembaga pemasyarakatan. Karena remisi merupakan hak yang
timbul ketika narapidana berada dalam lembaga pemasyarakatan.
Kebijakan untuk menghapus remisi bagi terpidana kasus terorisme dan korupsi bukanlah
solusi yang tepat untuk memberikan efek jera kepada terpidana dan khalayak ramai untuk
tidak melakukan kejahatan serupa.
Menurut hemat penulis, kebijakan pemberian remisi kepada narapidana kasus terorisme dan
korupsi-lah yang harus ditinjau dan dipertimbangkan secara mendalam oleh Menteri Hukum
dan HAM. Pertama, pertimbangan rekomendasi pemberian remisi harus lebih diperketat, tidak
haya berasal dari Dirjen Pemasyarakatan DepKum dan HAM tetapi juga mempertimbangkan
rasa keamanan dan ketertiban umum serta rasa keadilan masyarakat. Kedua, melalui revisi
UU Pemasyarakatan dan PP No.28 Tahun 2006 terutama menyangkut syarat khusus
pemberian remisi bagi narapidana kasus teorisme dan korupsi.
UN
Mendikbud: 585 Sekolah Siap Gelar UN Berbasis Komputer
JAMBI, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan,
sebanyak 585 sekolah di Indonesia sudah siap mengikuti Ujian Nasional (UN) berbasis
komputer atau Computer Based Test (CBT).
Adapun UN yang menggunakan kertas tetap diselenggarakan secara serentak di seluruh
Indonesia dan pada jam yang sama.
"Kenapa ujian dengan menggunakan kertas harus di jam yang sama, karena soal ujian sudah
dikeluarkan. Karena itu kedepan kita akan mendorong penggunaan komputer untuk UN. Tahun
ini kita akan mengujicobakan itu di 585 sekolah," kata Anies, usai membuka Rapat Koordinasi
Perencanaan Pendidikan se-Provinsi Jambi, Kamis (26/3/2015), seperti dikutip Antara.
Dia mengklaim bahwa 585 sekolah itu bersedia diuji coba dan mengaku siap dari segi
fasilitasnya. Uji coba yang dilakukan tahun ini tentu akan berdampak di masa yang akan
datang. Sekolah yang mengikuti UN komputer tahun berikutnya akan semakin banyak dan UN
tidak lagi diselenggarakan di hari dan jam yang sama.
"Pemerintah tentu harus siap, yang namanya perubahan itu memang secara bertahap.
Indonesia mempunyai 208.000 sekolah dan 585 sekolah diantaranya menyatakan sudah
siap," katanya.
Anies menjelaskan, UN komputer dan UN menggunakan LJK tujuannya sama, yakni mengukur
capaian belajar seorang siswa. Gunanya adalah untuk mengetahui capaian nilai siswa,
pemetaan dan bahan pertimbangan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Untuk kelulusan siswa, kata Anies, sepenuhnya ditentukan oleh sekolah. Kelulusan tidak lagi
ditentukan enam mata pelajaran, tapi ditentukan seluruh komponen, termasuk komponen
perilaku siswa di sekolah.

"Karena itu jangan curang, ditambah atau tidaknya angka siswa, tidak akan mempengaruhi
kelulusan, justru kalau tidak jujur tidak bisa memperbaiki dan meningkatkan kualitas siswa,"
ujarnya.
Anies juga meminta guru-guru untuk belajar, baik dalam bentuk progam berijazah maupun
program yang bukan berijazah. Tujuannya agar guru bisa menjadi inspirasi murid.
"Kementerian Pendidikan sekarang membentuk Direktorat Jenderal guru dan tenaga
kependidikan, ini dirjen baru. Tujuannya adalah mengembangkan guru termasuk menyiapkan
jalur-jalurnya sehingga pengembangan guru itu punya trek yang baik," katanya.
Namun kenyataan di lapangan, sambungnya, justru berbeda. Sering kali yang terjadi guru
yang baik justru malah dijauhkan dari siswa karena dianggap atasan bisa menjadi kepala
sekolah dan menjadi pengawas sekolah.

Jelang UN "Online", Sekolah Ini Belum Pasang Server CBT


JAKARTA, KOMPAS.com - Menjelang ujian nasional (UN), server yang akan digunakan untuk
sistem computer based test (CBT) belum terpasang di SMK Negeri 8 Jakarta Selatan. Pihak
sekolah mengaku belum mendapat memastikan kesiapan server tersebut.
"Belum ada kepastian," ungkap Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Negeri 8, Handayani,
Jumat, (20/3/2015).
Pengakuan Handayani juga diperkuat oleh penanggung jawab laboratorium komputer SMK
Negeri 8, Bowo. Bowo menjelaskan bahwa hingga kini pihak sekolah hanya mendapat
gambaran mengenai UN CBT dari uji kompetensi guru yang juga dilakukan secara online.
"Kalau untuk sistemnya sendiri belum ada, tetapi kami sudah ada bayangan dari uji
kompetensi guru yang juga dilakukan secara online. Saya sih belum dikabarin lagi, mungkin
minggu depan," kata Bowo saat ditemui di SMK Negeri 8.
Para siswa pun dikatakan belum melakukan simulasi ujian secara online. Selama ini, simulasi
atau try out dilakukan secara manual. Kendati demikian, Handayani yakin para muridnya akan
mudah menguasai UN CBT karena telah terbiasa belajar dengan sistem e-learning.
"Nanti kalau sistemnya sudah terpasang kita try out online cuma sekali. Soalnya anak-anak
kan juga biasanya ujian pakai komputer karena di sini e-learning-nya jalan," ujar Handayani.
Diketahui sebanyak 334 siswa kelas XII SMK Negeri 8 akan mengikuti UN online pada 13 April
2015. Pihak sekolah telah menyiapkan tiga buah laboratorium dan sekitar 120 buah komputer
untuk digunakan pada hari ujian.

http://www.evaluasinasional.com/
Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2015 Akan Digelar Secara Online
Posted by Scholarships Consultant on Tuesday, December 30, 2014

Pada era Kepemimpinan Mendikbud Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA sudah sempat
direncanakan bahwa Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2015 Akan Digelar Secara Online. Namun
baru sebatas Ujian Nasional (UN) SMP/MTs dalam bentuk uji coba secara daring/online di
beberapa provinsi. Bahkan pada tahun pelajaran 2013/2014 yang lalu, sudah ada uji coba UN
secara daring telah dilakukan di dua Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN), yaitu di Malaysia
dan Singapura.

Ilustrasinya, anak-anak di depan komputer mengerjakan soal, kemudian hasilnya oleh panitia
langsung ambil dari Jakarta. Tidak berapa lama juga kita langsung tahu nilainya, demikian
seperti pernah dijelaskan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemdikbud, Nizam
pada tanggal 13 Juni Tahun 2014.
Dari hasil uji coba UN Online, nilai para peserta UN daring di sekolah Indonesia di Malaysia
dan Singapura tersebut bagus-bagus, dan telah dipakai untuk kelulusan. Hal ini dikatakan
sudah berjalan. Terbukti bahwa itu bisa dilakukan meskipun servernya ada di Jakarta dan
ujiannya di nun jauh di sana, tanpa ada kendala apa-apa, dan 100 persen lulus, nilainya bagus
juga.
Puspendik Kemdikbud pun telah menawarkan pelaksanaan UN SMP secara online (daring)
pada tahun depan kepada pemerintah provinsi. Ada beberapa provinsi yang telah
menyetujuinya, antara lain DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan
Nanggore Aceh Darussalam.
Belakangan, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam kembali
menyampaikan
bahwa
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Kemendikbud)
memberlakukan teknis ujian baru, yaitu pengerjaan soal secara online. Namun, tidak semua
siswa harus mengikuti ujian nasional online 2015, tetapi hanya 500 ribu siswa. Yang lain tetap
mengerjakan unas dengan menggunakan lembar jawaban kertas.
Menurut Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam, ujian secara
online itu diberi nama computer based test (CBT). Program ujian online tersebut sudah
digagas beberapa tahun terakhir. Terlepas dari rencana Kemendikbud terkini yang akan
mengubah nama unas menjadi evaluasi nasional (enas), tes secara online itu akan tetap
dijalankan.
Menurutnya, pelaksanaan ujian online pada 2015 masih bersifat percontohan, karena itu,
belum semua siswa SMA dan SMK mengikuti unas dengan sistem online.
Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta itu memerinci, 500 ribu siswa yang
mengikuti unas online tersebut terdiri atas 50 ribu hingga 100 ribu siswa SMA serta 400 ribu
siswa SMK. Untuk jenjang SMP dan di bawahnya, belum ada pembahasan. Siswa SMA dan
SMK yang akan mengikuti Ujian Nasional (Unas) 2015 harus mempersiapkan diri.
Nizam menyatakan, SMK yang bakal ditunjuk untuk menyelenggarakan unas online adalah
semua SMK pembina atau SMK unggulan. Sebagaimana diketahui, Kemendikbud telah
mengeluarkan standar khusus untuk menetapkan sebuah SMK masuk kategori pembina.
Keunggulan pelaksanaan unas online menurut Kepala Pusat Penilaian Pendidikan
(Kapuspendik) Kemendikbud Nizam. Antara lain, menghemat anggaran untuk pengadaan
kertas ujian dan penggandaannya. Kemudian, unas online bisa menekan potensi kebocoran
soal ujian serta mengoptimalkan pemanfaatan IT di dunia pendidikan. Saat ini, siswa
umumnya sudah tidak asing dengan perangkat komputer. Karena itu, Kemendikbud
memperkirakan tidak ada kendala teknis dalam penerapan unas online.
Meski demikian, ujian secara online tersebut belum bisa diterapkan untuk semua siswa.
Karena itu, Kemendikbud masih akan membuka lelang pengadaan logistik Ujian Nasional
2015. Sebab, siswa yang tidak menjadi sasaran piloting ujian secara online tetap
mengerjakan soal ujian berbasis kertas. Nizam memperkirakan, anggaran Unas 2015 lebih
rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Sebab, sebagian peserta tidak menggunakan
kertas ujian lagi.

Nizam belum bisa memastikan nama resmi Unas 2015. Muncul kabar, mulai tahun depan,
nama unas diganti menjadi enas (evaluasi nasional). Tujuannya, mengembalikan fungsi
evaluasi pendidikan dalam ujian tahunan tersebut.
Menurutnya, ketika nama ujian tahunan itu berubah, Mendikbud pasti akan mengeluarkan
surat keputusan resmi. Rencananya, Kemendikbud telah mengumpulkan panitia Unas 2015
tingkat provinsi Senin (29/12). Mereka terdiri atas unsur dinas pendidikan provinsi dan
perguruan tinggi negeri (PTN). Kabarnya, dalam pertemuan itu, akan dibahas wujud baru
Unas 2015.
Pertemuan tersebut dipimpin langsung oleh Mendikbud juga telah memastikan pembentukan
kepanitiaan unas tingkat provinsi. Kemudian, sosialisasi lelang logistik, pembagian tugas serta
tanggung jawab panitia pusat dan daerah, hingga penetapan jadwal pelaksanaan unas.
Terkait rencana penyelenggaraan sistem online pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dapat
beragam tanggapan. Sejumlah Kepala Sekolah di Kota Bekasi misalnya memberikan
tanggapannya terhadap pelaksanaan UN online untuk tingkat SMP, SMA, dan SMK.
Salah satunya dari Kepala SMKN 7 Bekasi Agus Wimbadi. Agus menuturkan, rencana
Kemendikbud untuk merubah sistem UN dari tertulis menjadi online, harus dikaji terlebih
dahulu. Menurutnya, harus ada kajiannya terlebih dahulu, jangan asal menggelontorkan
program yang ujung-ujungnya akan membuat semrawut, yang namanya online pastinya
harus dilihat dulu sistemnya.
Dengan begitu, sekolah-sekolah yang nantinya menerapkan sistem UN secara online tersebut
paling tidak bisa menyiapkan strategi pembelajaran dan latihan Informasi Teknologi (IT).
Kita harus mengakui, bahwa dengan sistem daring dalam pelaksanaan UN online tersebut,
Puspendik Kemdikbud diperkirakan bakal bekerja lebih keras. Namun UN secara daring ini
dinilai lebih efisien karena dapat menghemat anggaran dan hasilnya pun langsung bisa
diketahui dengan cepat.
Dari sisi kesiapan teknologi informasi, memang Indonesia telah memiliki Desa Berdering di
seluruh tanah air, dan sekolah-sekolahnya pun telah memiliki komputer.
Evaluasi..
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Ujian Nasional
Posted by Scholarships Consultant on Tuesday, December 30, 2014

Ujian Nasional atau UN merupakan salah satu isu pendidikan yang tidak pernah usang
menjadi perbincangan banyak pihak. Masalah ini selalu hangat dibahas. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengaku pihaknya sedang mengkaji
keberlanjutan dan reposisi UN.
Tujuan dari pengkajian tersebut adalah untuk mencari titik temu antara dua sisi pelaksanaan
UN. Satu sisi, kita ingin memastikan bahwa anak-anak memiliki standar yang baik dan
memadai. Tetapi di sisi lain, membuat proses ujian atau tes bukan sesuatu yang membebani,
mengerikan, bahkan mengubah orientasi belajar.
Menurut Mendikbud, begitu siswa naik kelas 3 seluruh kegiatan sekolah berhenti, kecuali
latihan ujian. Orientasi belajar semacam ini tidak akan membuat anak menjadi pembelajar
(learning), tetapi hanya sekadar studying. Belajar untuk menghadapi tes/ujian.

Untuk itu, dalam paparannya Mendikbud mengungkapkan, perlunya merancang alat


akuntabilitas yang bermanfaat bagi seluruh stakeholder. Paradigmanya adalah pemerintah
sebagai pompa yang menolong dan memberdayakan siswa sejak dini, bukan sekadar
penyaring yang menghakimi dan menghukumi siswa di ujung. Yang pasti, orientasinya bukan
untuk kepentingan pemerintah, bukan juga penyelenggara pendidikan. Orientasinya adalah
mengubah perilaku belajar anak-anak kita.
Selanjutnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga dikabarkan mengevaluasi
pelaksanaan ujian nasional untuk mencari mekanisme yang lebih baik dan memadai dalam
menentukan kelulusan siswa. Menurut enteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan,
pihaknya sedang mencari cara agar siswa memiliki standar yang baik dan memadai, tapi
pada sisi lain pelaksanaan ujian tersebut bukan proses yang menakutkan, membebani dan
mengubah orientasi belajar.
Pada masa kepemimpinan Mendikbud Mohammad Nuh, beliau pernah menghimbau
masyarakat untuk memahami Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional secara keseluruhan. Pada pasal 58 ayat 1 tertulis, 'Pendidik berperan
mengevaluasi hasil belajar untuk memantau proses kemajuan, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan'. Ayat tersebut sering dijadikan dasar untuk kontra
terhadap UN.
Menurutnya kalau ada yang mengatakan UN melanggar UU, tolong dibaca UU No 20 tahun
2003 pasal 58 ayat 2, dan 59 ayat 3, demikian seperti pernah diutarakan Mantan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M.Nuh di Konferensi Pers Akhir Tahun Kemdikbud,
Jakarta.
Pada pasal 58 ayat 1, memang terlihat gurulah yang punya hak untuk menilai. Mendikbud
membenarkan hal tersebut, tetapi penilaian tersebut untuk memantau proses kemajuan. Jika
dilihat di ayat dua pada pasal yang sama, yaitu, 'evaluasi peserta didik, satuan pendidikan,
dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri untuk menilai pencapaian standar
nasional pendidikan'. Dan diditambah lagi pada pasal 59 ayat tiga, dimana ketentuan
mengenai evaluasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
"Ayat 1 untuk evaluasi internal, ayat 2 untuk evaluasi eksternal, dan ayat 3 tentang
pengaturan evaluasi dengan peraturan pemerintah," katanya.
UN merupakan evaluasi (penilaian) untuk melihat sejauh mana pencapaian hasil belajar pada
proses pendidikan yang telah/sudah berlangsung. Pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, masih terdapat pekerjaan rumah untuk membenahi pemanfaatan Ujian Nasional.
Di Indonesia, evaluasi pendidikan dilakukan terhadap peserta didik, lembaga dan program
pendidikan pada jalur formal, dan non formal untuk semua jenjang, satuan dan jenis
pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 58 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan, terdapat dua jenis evaluasi, yaitu evaluasi internal yang dilakukan
oleh pendidik terhadap hasil belajar peserta didik, dan evaluasi eksternal yang dilakukan oleh
lembaga negara terhadap peserta didik, satuan pendidikan dan program pendidikan.
Hasil belajar pada proses pendidikan harus memenuhi kriteria minimal sistem pendidikan, di
seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia. Kriteria minimal terdapat di
delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Demikian hal ini tercantum pada Peraturan
pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan (SNP) jo PP No 32
Tahun 2013. Standar penilaian pendidikan merupakan item yang khusus, dari tujuh SNP
lainnya, yang berbicara mengenai evaluasi (penilaian) pendidikan. Masih menurut PP ini,
terdapat tiga bentuk penilaian pendidikan untuk jenjang pendididikan dasar dan menengah,
yaitu (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan

pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk ujian
nasional (UN).
Pada penilaian hasil belajar oleh pemerintah, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),
adalah lembaga mandiri yang ditunjuk sebagai penyelenggara. Nantinya, pemanfaatan hasil
ujian nasional adalah sebagai salah satu pertimbangan untuk :
(1) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
(2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
(3) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan;
(4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Pernyataan ini sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 jo PP
Nomor 32 Tahun 2013 tentang SNP.
Peraturan itu mendapatkan kontra dari masyarakat mengenai keberadaan UN sebagai
pemetaan mutu program, maupun sebagai penentu kelulusan dari peserta didik. Masyarakat
meragukan keberadaan UN sebagai penentu kelulusan karena dianggap hanya menguji
beberapa mata pelajaran saja, tidak dapat berfungsi sebagai penentu kelulusan peserta didik.
Selain itu, perbedaaan layanan pendidikan antar daerah satu dengan yang lain, dengan
sarana prasarana dan kualitas tenaga pendidik yang berbeda-beda, belum dapat menjadikan
hasil UN sebagai pemetaan mutu program, dan/atau satuan pendidikan. Puncaknya,
Kemdikbud mendapatkan amar putusan Mahkamah Konstitusi di tahun 2010, untuk
melakukan pembenahan, yaitu (a) perbaikan sarana dan prasarana, (b) peningkatan kualitas
guru, dan (c) penyebarluasan informasi pendidikan.

Keberadaan Ujian Nasional telah menempuh perjalanan cukup panjang, dengan beberapa
perubahan. Berawal tahun 1965-1971, terdapat ujian negara yang dilakukan secara nasional,
dan pengawasan ketat. Kala itu, kelulusan hanya sekitar 50 persen. Akibatnya, banyak
masyarakat menganggap sistem ini tidak adil, dan menuntut agar diubah menjadi ujian
sekolah.
Pada tahun 1972-1979, pelaksanaan ujian dilakukan oleh sekolah dengan pengawasan relatif
longgar, sehingga angka kelulusan mencapai 100 persen. Nama ujian ini adalah ujian sekolah.
Kemudian, terdapat Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas) di tahun 1980-2002,
dimana kelulusan peserta didik ditentukan dari hasil penggabungan nilai UN dengan ujian
sekolah.
Istilah Ujian Akhir Nasional baru ditetapkan di tahun 2003-2004, dimana pelaksanaan ujian
dilakukan secara nasional, dan soal ujian dibuat oleh pusat. Terdapat penentuan batas
minimal nilai kelulusan yakni lebih besar atau sama dengan 3.00 (tahun 2003), dan lebih
besar atau sama dengan 4.00 (tahun 2004). Pengawasan ujian dilakukan secara ketat dan
UAN dianggap satu-satunya syarat kelulusan.
Pada tahun 2005-2010, merupakan kelanjutan dari UAN dengan nama Ujian Nasional. Batas
nilai kelulusan ditingkatkan menjadi lebih besar atau sama dengan 4.25 (tahun 2005-2007),
dan lebih besar atau sama dengan 5.50 (tahun 2008-2010). Perkembangan terakhir adalah
tahun 2011-2013, penyempurnaan dari UN periode sebelumnya. Kelulusan peserta didik
ditentukan dari hasil gabungan nilai sekolah dan nilai UN dengan persentase nilai UN: nilai
sekolah yaitu sebesar 60%:40%. Batas minimal nilai kelulusan adalah lebih besar atau sama
dengan 5.50. Sistem ini dianggap sebagai satu syarat kelulusan.

Berikut juga kami sampaikan beberapa kegunaan UN, berdasarkan rekap pihak Kemdikbud
sendiri :

Hasil Ujian Nasional Bermanfaat Sebagai Alat Evaluasi Akhir Kelulusan SNMPTN
Hasil Ujian Nasional (UN) telah dijadikan sebagai evaluasi akhir kelulusan Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sejak tahun 2012. Hal tersebut berlaku baik untuk
SNMPTN jalur undangan.

UN Bagian dari Standar Nasional Pendidikan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyiapkan pelaksanaan ujian
nasional tahun pelajaran 2013/2014 dengan sangat matang. Mulai dari percetakan naskah
ujian, distribusi, pengamanan dan pengawasan, serta pemindaian. Persiapan yang baik ini
menunjukkan komitmen Kemdikbud untuk melaksanakan UN sebagai bagian dari delapan
standar nasional pendidikan.
Pihak Kemdikbud, punya alasan kuat kenapa UN harus dilaksanakan. Karena UN bagian dari
delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar evaluasi, standar pembiayaan, dsb. UN adalah bagian dari standar evaluasi. Itulah
kenapa konsep UN betul-betul dikembangkan.
Selain sebagai bagian dari standar nasional pendidikan, UN harus dilakukan untuk pemetaan,
perbaikan mutu, tiket masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan salah satu penentu
kelulusan. UN, merupakan anak tangga bagi para siswa untuk meniti karir ke jenjang
pendidikan berikutnya.
Untuk melakukan perbaikan pendidikan diperlukan pemetaan spesifik bagian mana saja yang
perlu diperbaiki. Ibarat pasien, kata dia, dokter perlu mengetahui secara spesifik penyakit
yang diderita pasien. Misalnya, kalau kita ke dokter, pak saya sakit, itu tidak cukup. Harus
tahu sebelah mana yang sakit. Sama seperti pendidikan, untuk bisa melakukan perbaikan
secara optimal, perlu dilakukan pemetaan yang lebih rinci lagi.
Menjawab pertanyaan mengapa evaluasi tidak bisa hanya dilakukan oleh sekolah, Mendikbud
menjelaskan, UN bukan sekadar evaluasi apa yang telah didapat siswa selama sekolah, tapi
untuk evaluasi apakah standar nasional telah dicapai atau belum oleh siswa. Dengan UN,
diketahui ada sekolah yang telah melampaui standar, ada juga yang masih di bawah standar.
Perdebatan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) kelihatan wajar-wajar saja. Pro-kontra sedikit
bergeser bukan pada masalah payung hukum dan sah tidaknya pelaksanaan UN, tapi lebih
mengerucut pada substansi proses evaluasi dan pemanfaatan dari hasil UN.
Pertanyaan dari mereka yang kontra antara lain tentang pemahaman dan kedudukan
evaluasi, yang dipandang hanya semata sebagai alat ukur dan pemetaan, sehingga tidak
perlu dilakukan secara masif pada siswa dan satuan pendidikan atau lembaga. Apa pun
pendapat dari mereka yang pro atau yang kontra, sepatutnya kita hargai. Namun satu hal
yang perlu dipertimbangkan adalah, jangan sampai perdebatan membuat para pelajar dan
orang-tuanya di Republik yang kita cintai menjadi bingung. Semoga bermanfaat, Amin Ya
Allah Ya Rabbal Alamin!

Setelah ada berita bahwa pada tahun ini Ujian Nasional untuk setingkat SD/MI resmi akan
dihapus (kask.us), maka sekarang ada berita baru lagi, yaitu Ujian Nasional untuk setingkat
SMP & SMA akan dilaksanakan dengan cara Online mulai tahun 2015 nanti.
Quote:

2015, Ujian Nasional Digelar Online


Sindonews (www.koran-sindo.com) - Ujian nasional (UN) akan dilaksanakan secara online
mulai tahun depan. Nanti tidak ada lagi naskah kertas di atas meja karena siswa akan
mengerjakan soal secara langsung di depan komputer.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang Pendidikan Musliar Kasim
mengatakan, mulai2015akanditerapkan UN dengan computer based test. Pemerintah akan
menunjuk salah satu sekolah di tingkat kecamatan sebagai pusat tempat ujian. UN akan
online dan offline. Soalnya akan dibuat lebih canggih, tanpa perlu ada kertas-kertas yang
dicetak, katanya di Gedung Kemendikbud, Jakarta, kemarin.
Mantan Rektor Universitas Andalas ini menjelaskan, saat ini Kemendikbud sedang membuat
sistem trial and error. Kemendikbud akan mencoba beberapa tes untuk mengetahui
kemungkinan kegagalan. Mengenai infrastrukturkomputer, diamengklaim tidak akan ada
masalah karena setiap sekolah negeri sudah mempunyai komputer sendiri. Kemungkinan di
satu provinsi akan ditunjuk 1030 sekolah sebagai pusat tempat ujian. Belum dapat
dipastikan apakah hasil UN dapat diketahui setelah selesai ujian.
Namun, tanggal tes akan dibuat berbeda per masing-masing sekolah. Masyarakat juga
diminta jangan khawatir ada kebocoran karena variasi soal akan dibuat lebih banyak lagi oleh
perguruan tinggi sehingga setiap siswa akan menerima soal yang berbeda- beda. Jika
memang diperlukan kerja sama dengan Lemsaneg (Lembaga Sandi Negara) maka akan kami
lakukan.
Musliar menyebutkan, sistem online ini akan menghemat anggaran negara untuk UN.
Anggaran UN akan dihemat sebesar 50% dari anggaran UN tahun ini Rp580 miliar.
Penghematan terjadi karena tidak ada pencetakan naskah soal dan lembar jawaban, dan juga
pengawasan distribusi soal dan lembar jawaban. Pemerintah juga berkeyakinan sistem
onlineakan menjadikan UN yang bermutu, bermartabat, dan bermanfaat. Anggota Komisi X
DPR Rohmani tidak setuju dengan sistem online ini.
Pasalnya, tes uji kompetensi guru (UKG) yang hanya diikuti 600.000 guru saja semrawut.
Akibat koneksi internet buruk, banyak guru yang tidak lulus uji kompetensi tersebut. Selain
itu, jaringan data pokok pendidikan (dapodik) saja masih banyak yang meributkan karena
tunjangan guru banyak yang telat. Lalu, jika nanti UN akan online, siapa yang dapat menjamin
tidak ada masalah yang dapat merugikan siswa.
Ketua Bidang Litbang Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Mohammad
Abduhzen meminta pemerintah tidak perlu mengganti sistem UN dengan online. Semestinya
yang diperbaiki oleh pemerintah adalah model evaluasi sistem belajar siswa yang lebih
rasional daripada UN.
Pemerintah juga diminta mencari sistem ujian yang mudah dipertanggungjawabkan karena
UN menjadikan siswa nekat menyontek dan guru nekat memberikan bocoran jawaban.

Menanggapi kebijakan baru ini, mungkin akan menjadi pro dan kontra di masyarakat. Akan
tetapi sebelumnya, mari kita flash back berita sebelumnya bahwa memang tahun 2015
memang merupakan target dari PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk, melakukan
pemasangan Internet Wifi pada 100.000 sekolah di seluruh Indonesia.
Quote:
2015, Seluruh Sekolah Bisa Nikmati Internet Gratis

BERITAEDUKASI (www.beritaedukasi.com) Hingga akhir tahun 2013 ini, PT Telekomunikasi


Indonesia (Telkom) Tbk, menargetkan pemasangan Internet Wifi pada 100.000 sekolah di
seluruh Indonesia.
Dengan target yang dikemas dalam program Indischool tersebut, diharapkan pada 2015
seluruh sekolah yang ada di Indonesia yang berjumlah 300.000 sudah memiliki fasilitas
internet Wifi dari perusahaan pemerintah tersebut.
Semua sekolah baik yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
maupun Kementerian Agama akan dipasang internet Wifi secara gratis. Termasuk pesantren,
kata Direktur Enterprise & Wholesale Telkom, Muhammad Awaluddin ketika menyerahkan
penghargaan khusus kepada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Insan Global, Jln. Tanjung
Pura V, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (27/2).
Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi Telkom kepada seklah tersebut
bertepatan dengan pendapaian sekolah ke-3000 untuk program Indischool. Penghargaan
diterima Kepala SMK Insan Global, Dawam Anwar yang disaksikan antara lain Head of Area
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) Jabar Group Telkomsel, Venusiana
Papasi dan sejumlah pejabat Telkom lainnya. Seain menyerahkan penghargaan, dua pelajar
dari sekolah tersebut menjadi Duta Indischool yang ditandai dengan penyematan selempang.
Kepada PRLM seusai acara Awaluddin menjelaskan, akhir tahun 2013 ini seluruh sekolah di
Jabar yang berjumlah 10.000 juga akan dipasang Wifi dan internet. Di Kota Bandung, seluruh
sekolah yang berjumlah 1.500 akan selesai dipasang akhir April 2013. Biaya yang dikeluarkan
Telkom untuk membangun jaringan Wifi dan Internet pada 1.500 sekolah yang ada di Bandung
mencapai Rp 20 miliar, kata Awaluddin.
Biaya yang disiapkan Telkom untuk mensukseskan program tersebut cukup besar. Ya, kalai
1.500 sekolah saja menghabiskan biaya rp 20 miliar, maka untuk seluruh Jabar akan
menghabiskan sekitar Rp 120 miliar. Ya, kalau seluruh Indonesia sangat besar, ungkapnya.

Dari sini dapat kita pahami kenapa tahun 2015 Ujian Nasional akan dilaksanakan secara
online, terutama untuk SMP & SMA, dengan asumsi bahwa pada tahun 2015 semua sekolah di
Indonesia telah terpasang wifi/internet.
Bagaimana menurut Agan dengan kebijakan baru di atas??

KOMENTAR KASKUSER
Quote:
Original Posted By daichi007
Ide yang bagus, tapi bukan hal mudah untuk bisa online berbarengan di seluruh Indonesia
Web SNMPTN aja selalu penuh waktu awal2 pengumuman kelulusan (jumlah peserta SNMPT
harusnya lebih dikit daripada UN), SBMPTN tahun ini yang katanya servernya sangat memadai
ternyata masih lambat ketika diakses
Jangan sampe ada kasus error terus ada peserta yang harus ngulang jawaban gara2 ada
masalah di komputer / server
Btw, gimana yang di pedalam ya? di kota aja jumlah komputer sama siswa gak sebanding,
gak semua juga punya laptop

Quote:
Original Posted By ahmadbs

Positifnya: ngurangin anggaran dan penggunaan kertas. Proses juga lebih praktis. Mengurangi
kemungkinan kesalahan "scan" lembar jawaban komputer.
Negatif: belum semua siswa di Indonesia "melek" komputer, harus ada penyuluhan yg
ujung2nya biaya lagi. Rentan terjadi kesalahan yg bersumber dari "system error". Kebutuhan
dan ketergantungan listrik meningkat,
dan lain sebagainya...

Quote:
Original Posted By tplpantura
kalo memang untuk kemajuan bangsa ini kita harus mendukung gan tetapi harus dipikirakan
juga bagamaina dengan smp/sma yang masih dipelosok sana apakah mereka semua sudah
bisa mengoperasikan komputer dan apakah fasilitisas nya sudah memadai untuk UN berbasis
online sebaik nya di evaluasi terlebih dahulu dalam jangka waktu tiga tahunan apabila sudah
memenuhi kriteria baru bisa diterapkan untuk UN berbasis online

Quote:
Original Posted By guitarista
Yakin lu ndro mau pake sistem full online?
Yang ada malah buka contekan di google dong. Atau yang kreatif dikit, dia scan catetan terus
taruh di dropbox dan di unduh pas ujian.
Kalo mau kaya gini mah mending pake sistem intranet. Semua jawaban masuk ke server di
lokasi ujian. Kelar ujian, nanti dari server kirim ke pusat. Kira2 begitu, mirip Ujian Kompetensi
Dokter Indonesia. Mungkin Kemendikbud bisa survey ke pelaksana UKDI.
Taruh page one gan.

Quote:
Original Posted By deo241297
bahh mendingan jangan sampe deh gan.. Wi-Fi di sekolah ane aja, boro2 dah buka kaskus,
buka gugel aja lamanya minta ampun walopun masi pagi dan siswa masi blm pada dateng.
gimana lagi kalo UN?? yang hampir 200 siswa sekolah ane make?? bisa2 waktu ngerjain 1.5
jam cuma abis buat buka nya doang

Quote:
Original Posted By masdjaloe
Numpang komen aja,syukur kalo di pejwan
Hahaha,serius nih mau ujian nasional online?Terus gimana dengan sekolah yang internetnya
amit2,ada garansi lulus ndak buat yang koneknya sering DC kaya tempat ane?
Quote:
Original Posted By oho911
mungkin cuma nambahin aja sih dari komen2 agan2 di mari
1. di artikel diatas disebtukan kalau akan ditunjuk perwakilan dari setiap kab/kota sebagai
tempat pelaksanaan ujian
(biaya transportasi, untuk ke tempat ujian mesti sudah dipertimbangkan)
2. hal diatas juga mungkin telah menjawab pertanyaan ttg jangkauan koneksi internet dari
teman2 sekalian

3. nah yang paling parah itu adalah ketika si siswa ndak ngerti sama yang namanya
komputer, mungkin harus diadakan juga kursus dadakan.
4. imho dalam pengadaan mungkin bakal banyak penyimpangan,
5. menurut ane pribadi sih mending dibetulin dulu mutu pendidikan di negeri ini, kalau ndak
Bubarkan saja
selamat siang
cmiw
Quote:
Original Posted By dealovie
sisi positif :
ane setuju karena semua sekolah akan memaksimalkan sarana untuk kebutuhan internet. kan
sayang tuh, sekolah-sekolah yang udah dapet bantuan tapi duitnya masuk ke kantong oknum
tertentu
sisi negatif :
gak semua sekolah melek internet. pertimbangkan sekolah di pedalaman juga dong. lagipula
banyak sekolah yang secara sarana rusak parah tapi gak ada perhatian. malah sekolah yang
udah keren dapet bantuan terus.
Quote:
Original Posted By Ginanda.Permana
memang sangat menghemat jika begitu, tapi tentu masih bnyak kendala seperti sekolah2
desa bahkan dijawa sekalipun yang masih sangat awam dengan komputer apakah nanti bisa
mengoprasikannya, ditambah akses internet saja dari telkom menurut ane sangat kurang gan
karna lagi di daerah yang kurang koneksinya akan sangat mengalami masalah, system online
tersebut juga nanti akan semakin menyamaratakan pendidikan di Indonesia antar di KOTA KOTA besar dengan daerah2 kecil diluar jawa yang kita tau bahwa daerah daerah tersebut
sangat tertinggal jauh dengan daerah yang ada di KOTA -KOTA besar. kalau memang
pemerinntah sudah mengantisipasi hal itu hanya dengan telkom ane rasa solusi yang
ditawarkan amat sangat kurang, just IMO gan
maju terus INDONESIA KU

Quote:
Original Posted By infinitywinfilm
Alangkah baiknya jika mutu serta fasilitas pendidikan di berbagai wilayah di Indonesia,
terutama di pelosok, lebih dahulu diperbaiki dan dikembangkan. Jangan dilakukan terburuburu dan setengah jadi, nanti justru merugikan banyak pihak. Yang paling rugi, tentu saja
para pelajar peserta ujian, jika hasil ujiannya jadi amburadul gara-gara kegagalan koneksi
internet ataupun komputer rusak.
Tapi tentu kita berharap semoga rencana ini nantinya dapat benar-benar terlaksana dengan
baik. Amin.
Website (www.infinityfilm.co.id) Facebook (www.facebook.com)Twitter (twitter.com) Google+
(plus.google.com)

Quote:
Original Posted By iphienz.gokil
ini menurut pendapat ane gan:

1. internet di negara kita belum merata, kalaupun merata itupun gk stabil. aduh jujur2an aja
deh emangnya sinyal bagus bisa didapet disemua tempat? mau kerja sama brg telkom? udh
tau kan speedy aja kek gmn? bayar mahal, koneksi? ini perusahaan gk punya saingan
internet provider sih, ya mau gk mau sbagai pengguna kita seng sabar
2. infrastruktur sekolah emang udh memadai? ini nih gk lama diciduk KPK nih si M. Nuh dkk,
udah berapa tahun coba? udah bosen men liat berita di tv/koran ttg sekolah udh gak layak
lah, apalagi yg guru honorer udh bertahun2 ngajar blm jadi PNS itu n gk dapet gaji!
pengabdian 100% beda sm anggota dewan yg kerjanya cuma tidur
3. semua pelajar blm melek komputer, iya memang. apalagi tahun ini pelajaran komputer
udah gk ada bahkan pelajaran b.inggris jg mau dibuang dr kurikulum masih enak jaman ane
masih sempat belajar bahasa mandarin + b.ing, padahal beda generasi cm 1 tahun ane
lulusan 2013
4. pake kertas aja nyontek, apalagi cbt (computer based test)? yang ini udahlah gk ush ada
penjelasan
5. kalo demi kemajuan bangsa, iya bagus sih. tp mendikbud sendiri gk pernah mau belajar dr
masa lalu dan keadaan sekitar. coba lah ditengok, dilihat, gimana pendidikan dinegara kita

Quote:
Original Posted By wedoc
sekarang emang dunia sudah identik dengan online, jadi bukan hal yang mengejutkan jika
nantinya UN digelar secara online.
Toh sudah banyak website-website yang memberikan fasilitas untuk latihan bahkan untuk try
out UN secara online.
Ada tuh thread yg dulu mengupas website yang menyedikan hal tersebut, malahan di kaskus
sempat jadi HT
nih thread nya http://www.kaskus.co.id/thread/00000...asli-indonesia

Quote:
Original Posted By ardkracker
Ga usah terlalu muluk lah untuk menggunakan ujian nasional secara online seperti ini.
Harusnya pemerintah lebih fokus pada BELUM MERATANYA PENDIDIKAN DI INDONESIA
daripada membuat program baru yang pasti hanya menjadi ladang lain untuk korupsi secara
berjamaah. Faktanya sekarang sekolah di Indonesia belum sepenuhnya mendapat guru yang
memadai. Lihat saja di daerah perbatasan Indonesia yang sangat kekurangan guru. Bahkan
untuk melakukan wajib belajar 9 tahun seperti yang dikatakan pemerintah beberapa tahun
silam saja mereka belum bisa. Belum lagi ditambah bahwa kualitas soal ujian yang masih
tidak kompeten karena hanya mengacu pada kecerdasan spasial dan logis-matematis saja.
Plus, belum ada solusi yang baik untuk menanggulangi budaya mencontek atau berbagi
jawaban dari kalangan sekolah. lha kok ini dengan pedenya mau bikin ujian nasional secara
online.
Menurut saya mendingan kalau diperbaiki saja model soal ujiannya, jangan berpusat pada
pilihan ganda yang hanya dengan alasan bisa dengan cepat dikoreksi tapi tidak melihat dari
sisi kualitas. Sudah saatnya ujian nasional dibuat dengan kombinasi jawaban analisa. Contoh
saja bagaimana soal-soal pada ujian Cambridge yang mempunyai level. Dan perlu diingat

bahwa Indonesia tidak hanya JAWA saja. Indonesia ini luas dan belum semua wilayah dapat
mengakses internet dengan stabil.
*page one kalau berkenan*

Inilah Konsekwensinya Kalau Tahun Depan Ujian Nasional (UN) SD/MI dihapus
(www.kaskus.co.id)

Quote:
Mulai 2014 Tak ada Ujian Nasional dan Tinggal Kelas di SD
Mulai tahun 2014, tak ada lagu Ujian Nasional (UN) untuk Sekolah Dasar. Yang ada adalah
ujian sekolah yang materinya 25% dari pemerintah pusat dan 75% dari sekolah berkoordinasi
dengan pemerintah kabupaten/kota.
Materi ujian yang diujikan untuk SD adalah matematika, bahasa Indonesia dan IPA.
Quote:
Kapan ujian SD, SMP, SMA tahun 2014 diadakan?
Jadwal ujian SD tahun 2014 akan diselenggarakan pada 19-21 Mei 2014.
Sementara itu, Ujian Nasional SMA/MA/SMALB/SMK dan Paket C akan dilaksanakan pada 14-16
April 2014. Ujian Nasional SMP/MTs/SMPLB dan Paket B akan diadakan pada 5-8 Mei 2014.

Quote:
Tak ada tinggal kelas di SD
Satu hal baru yang juga diangkat dalam berita mengenai kurikulum 2013 hari ini adalah
bahwa penilaian rapor di SD tak lagi berbentuk angka, tetapi deskripsi.
Anak-anak SD juga tak ada yang tinggal kelas. Bagi yang belum memahami, mereka akan
mendapat remedial dan tetap naik kelas.

Berita ini sebenarnya bukan baru. Pernah ada berita tentang penghapusan ujian SD ini pada
bulan Mei berdasarkan turunnya Peraturan Pemerintah no 32/2013.
Hanya saja, pada waktu itu dibantah oleh Mendikbud. Tetapi yang sekarang sudah menjadi
pernyataan resmi Dikbud.
Penghapusan UN tingkat SD ini merupakan konsekuensi dari program wajib belajar 9 tahun
yang dicanangkan pemerintah. Jadi, seluruh anak Indonesia diharapkan semuanya
menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP.
Quote:
Lalu bagaimana untuk anak homeschooler?
Logikanya, kalau anak SD tak ada UN, maka secara otomatis Ujian Paket A juga tidak ada.
Yang ada adalah ujian akhir yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan non-formal (PKBM,
SKB).

Tapi sampai saat ini belum ada kabar tentang hal ini. Kita sama-sama tunggu saja
ketentuannya dari Dikbud.

Seharusnya ujian hanya ada di tingkat SMA, saat anak akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Jadi, prosesnya mirip Ujian Cambridge yang hanya terjadi pada O Level atau A Level. Dan,
ujian itu tak mensyaratkan jenjang-jenjang sebelumnya sehingga memangkas birokrasi yang
tak perlu. Ujian di tingkat SD dan SMP bersifat optional (pilihan). Asal anak siap, maka mereka
bisa ikut ujian SMA.
Sumber berita:
Sekretariat Kabinet RI (setkab.go.id)

Quote:
Berita Resmi: Ujian Nasional (UN) SD/MI dihapus
Ujian Nasional (UN tingkat SD sederajat dihapus. Sumbernya adalah Peraturan Pemerintah
(PP) nomor 32 tahun 2013 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada 7 Mei 2013. Nama lengkap PP-nya adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Naskah PP 32/20013 ini bisa diunduh di SINI (sipuu.setkab.go.id)
Quote:
Penghapusan UN tingkat SD dan sederajat itu bisa dibaca pada pasal 67 ayat 1a. Untuk lebih
jelasnya, begini bunyi yang termaktub dalam PP 32/2013 pasal 67 ayat 1 & 1a.
(1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti
Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah,
dan jalur nonformal kesetaraan.
(1a) Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat.

Peraturan itu agak mengejutkan. Sebelum ini tak ada wacana serius yang dikeluarkan oleh
pemerintah mengenai penghapusan Ujian Nasional tingkat SD. Bahkan, dari berita Detik
kemarin (14/5), Mendikbud masih membantah tentang penghapusan Ujian Nasional SD
(news.detik..com) dengan alasan belum dikonvensikan.
Tapi bantahan itu aneh. Bagaimana mungkin menteri membantah Peraturan Pemerintah yang
sudah tertulis dan secara jenjang peraturan perundangan berada di atasnya. Jangan-jangan
pak Menteri belum membaca PP yang baru? Lho, kalau pak Menteri tidak tahu atau pura-pura
tidak tahu, terus yang membuat draft PP itu siapa?
Quote:
Anyway, terus apa konsekuensinya?
Kita belum tahu bagaimana implementasi dari PP ini karena untuk menjalankan PP ini
dibutuhkan aturan yang lebik teknis berupa Peraturan Menteri dan peraturan lain yang berada
di bawahnya.

Tapi kalau boleh membayangkan dan memperkirakan, kemungkinan yang akan terjadi adalah
seperti ini:
1. Tak ada lagi UN/Unas tingkat SD
Ujian nasional yang berlaku standar, terpusat, dan berskala nasional untuk tingkat SD dan
sederajad tak ada lagi mulai tahun 2014.
2. UN SD digantikan Ujian tingkat sekolah
Evaluasi belajar pada SD (K-6) tetap ada, tapi akan dilangsungkan oleh sekolah. Evaluasi
kelulusan bukan berdasarkan hasil UN atau campuran UN + Ujian sekolah, tetapi murni
berdasarkan ujian sekolah.
3. SD-SMP disatukan?
SD dan SMP adalah pendidikan dasar dan oleh karenanya peralihan dari SD ke SMP (kelas 6 ke
kelas 7) sebenarnya hanya merupakan kenaikan kelas.
Problemnya, saat ini lembaga SD dan SMP dipisahkan. Sekolah negeri itu antara SD dan SMP
terpisah. Di swasta, kalau sekolahnya punya SD-SMP, mungkin tinggal disatukan. Tapi ada
sekolah yang hanya punya SD dan tak punya SMP. Ini terus bagaimana proses teknis
pindah/naik kelas ke kelas 7 (SMP)?
Apakah SD akan disatukan dengan SMP?
Atau, kita kembali lagi ke model yang dulu: untuk masuk ke SMP melalui ujian masuk?
Kelihatannya sih ini yang paling mungkin.
4. Bagaimana dengan homeschooler & non-formal?
Dengan penghapusan ujian SD, berarti tak ada lagi ijazah Paket A (tingkat SD). Kalau pun
masih ada, berarti ijazah Paket A itu dikeluarkan oleh lembaga non-formal (PKBM, SKB, dll).
Begitu kah? Kita sama-sama belum tahu.
Terus, berarti Ujian Nasional untuk anak-anak homeschooling nanti berada pada tingkat SMP,
donk? Begitu kira-kira kalau membaca PP yang baru ini.

Ini menarik. Apalagi kalau wajib belajarnya menjadi 12 tahun sehingga anak baru diuji di
jenjang SMA. Kalau seperti ini, modelnya jadi mirip sistem Cambridge yang digunakan di lebih
150 negara. Ujian tingkat SD dan SMP bersifat optional (tidak wajib). Ujian sebagai dasar
untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi ada di SMA (K-10-K-12), yang dikenal dengan ujian
IGCSE/O Level dan A Level (Advanced Level).
Quote:
Apakah kita akan mengarah ke sana?
Mari kita tunggu saja bagaimana pemerintah akan mengatur hal ini. Yang penting, berita saat
ini adalah: sekarang sudah tak ada UN SD lagi.

Jadi para murid, guru, dan kepala sekolah tak perlu khawatir dan tak perlu terjebak pada
contekan massal sebagaimana yang terjadi pada beberapa kasus di sekolah.
Hari Jumat, tanggal 19 Juli 2013 adalah hari terakhir catur wulan pertama tahun ajaran 2013.
Pada hari itu luna menerima ayumi atau rapor sekolah. Rapornya hanya berupa lembaran
kertas yang dijepit dengan map plastik. Orang tua tak perlu datang ke sekolah dan guru wali

kelas membagikannya langsung kepada para siswa. Pertemuan antara guru dan wali murid
sendiri diatur pada hari lain saat liburan musim panas berlangsung.
Sama seperti di Indonesia, di SD Jepang pun juga terdapat ulangan. Bila nilai latihan diberikan
dalam bentuk lingkaran berbunga, nilai ulangan diberikan dalam bentuk angka. Rentang nilai
ulangan adalah 0-100. Nilai 100 untuk jawaban benar semua, nilai 0 untuk jawaban salah
semuaseperti yang sering didapat oleh Nobita dalam animasi Doraemon. Gambar di samping
adalah contoh ulangan pelajaran Bahasa Jepang dan cara penilaiannya.
Kendati demikian, nilai rapor di SD Negeri Jepang tidak diberikan dalam bentuk angka. Nilai
tersebut hanya berupa lingkaran dengan 2 kategori penilaian: dekiru (bisa) dan mou
sukoshi (sedikit lagi). Atau, seperti di SD Negeri lain, ditambah 1 kategori lagi yang lebih
tinggi: yoku dekiru (sangat bisa). Salah seorang orang tua anak Jepang mengatakan bahwa
mungkin nilai mou sukoshi itu hanya diberikan untuk anak yang benar-benar tidak bisa
mengerjakan soal latihan dan mendapatkan nilai rendah sekali dalam ulangan.
Selain mencantumkan nama mata pelajaran, rapor itu juga mencantumkan kemampuan yang
dinilai pada setiap mata pelajaran yang diajarkan. Rapor itu juga tidak terlalu menekankan
kemampuan kognisi seperti rapor di Indonesia. Lebih banyak penilaian diberikan pada sikap.
Faktor kegembiraan saat melakukan aktivitas juga disertakan dalam penilaian. Berikut ini
adalah mata-mata pelajaran dan kemampuan-kemampuan yang dinilai pada catur wulan
pertama kelas 1 SD Negeri Fuchu, Jepang.
Bahasa Jepang
Dapat menimbang besar suara dan berbicara dengan jelas.
Dapat memperhatikan orang yang sedang berbicara dan mendengarkannya hingga selesai
berbicara.
Dapat membaca hiragana secara benar.
Dapat menulis hiragana secara benar.
Matematika
Dapat
Dapat
Dapat
Dapat

berhitung hingga 10.


menuliskan angka di buku kotak.
melakukan penjumlahan hingga 10.
melakukan pengurangan hingga 10.

Musik
Dapat bernyanyi dengan gembira.
Dapat menyesuaikan ritme musik.
Dapat mendengarkan musik dengan gembira.
Menggambar dan hasta karya
Dapat menggambar dan membuat hasta karya dengan bebas dan gembira.
Dapat menggunakan alat-alat gambar dan hasta karya dengan benar.
Olahraga
Dapat bersikap konsisten atas keputusan yang telah dibuat dan berolahraga.
Dapat berolahraga bersama dengan gembira.
Kehidupan sekolah

Bersahabat dengan banyak teman.


Setelah mengunjungi ruang guru pada kegiatan bersama-sama mengeksplorasi sekolah,
dapat menceritakan apa yang dilihat dan didengarkan pada yang lain.
Pola hidup
Dapat
Dapat
Dapat
Dapat
Dapat
Dapat
Dapat

memberi dan membalas salam.


bersikap konsisten pada keputusan yang telah dibuat.
mendengarkan pembicaraan hingga selesai.
bermain dengan gembira bersama teman-teman di luar.
menjaga dan merapikan barang-barang di sekitar diri sendiri.
menjaga agar tidak lupa membawa alat-alat tulis.
melakukan piket dengan baik.

Selain itu, guru wali kelas juga menuliskan pendapatnya mengenai perkembangan siswa.
Namun, pendapat tersebut tampak lebih mengungkapkan kelebihan ketimbang kekurangan
anak. Sebagai contoh, berikut ini pendapat yang diberikan oleh guru wali kelas untuk luna:
Luna dapat menulis huruf-huruf hiragana dan katakana dengan bentuk yang bagus.
Temannya pun berkata, Karena tulisan ini bagus, pasti punya luna. Luna juga menunjukkan
sikap sopan dan mau berusaha. Saat menemukan buku berbahasa Inggris di perpustakaan,
luna berani bertanya dengan jelas, Apakah buku ini boleh dipinjam?
Pendapat yang dituliskan di rapor, kendati demikian, tidak menyertakan kekurangan luna.
Pada saat pertemuan tatap muka antara guru wali kelas dan orang tua, gurunya lantas
mengatakan bahwa luna adalah anak yang pemalu. Saat hendak menitipkan bekal di lemari
es sekolah, luna pun malu-malu untuk menyampaikan hal itu.
Sejauh ini luna baik-baik saja dengan sekolahnya. Semoga demikian pula untuk seterusnya.
(G. Nugroho).

kalo beneran diterapin,sudah sewajarnya guru lebih perhatian sama muridnya


dan gajinya tentu dibuat layak
Quote:
Original Posted By y0g4
Ane termasuk yg agak setuju dengan keputusan ini
Intinya yg mau belajar ya rajin belajarlah, yg ga mau belajar ya terserah anda, tapi nanti di
masa depan saat anda mulai cari pekerjaan yg butuh kualifikasi pendidikan tinggi, jangan
ngoceh karena anda tidak memenuhi kualifikasi tsb
Bisa dibilang keputusan ini bisa membuat anak" berpikir dewasa mengenai masa depannya
Quote:
Original Posted By TieriaErde
Wah setuju nih, soalnya kelulusan itu tidak di lihat hanya dari hasil kertas yang dikerjakan
dalam waktu 3 jam saja, mesti ada faktor-faktor pendukung lain seperti moral, sikap, dan
progress nilai si murid.
Jika sebuah sekolah ingin memberikan ujian sekolah sebagai standar kelulusan sebagai
pengganti tes atau Ujian Nasional juga tidak masalah, karena bukan dari Pemerintah yang
tidak tahu apa-apa tentang siswa tersebut yang menilai, melainkan pihak Sekolah yang
mengetahui siswa nya yang menilai. Mau contoh? Tuh kontroversi kasus UN yang membuat

bbrp siswa berprestasi tidak lulus, padahal ada yang dapat tawaran beasiswa ke Jerman.
Rasanya itu lebih kontroversi dan tidak masuk akal jika kita masih punya nalar yang sehat.
Sama seperti di beberapa negara maju Eropa atau Amerika dengan menanamkan moral:
"Kalau kamu mau pintar ya belajar, karena kamu sendiri lah yang menentukan kelulusan
dirimu."
Bagaimana dengan yang bodoh? Akan terjadi seleksi alam di sekolahnya, dan para guru akan
memiliki PR dan harus membimbing para murid yang mereka cap bodoh tersebut dan
membekali nya dengan hal-hal yang bisa lakukan untuk menutupi kekurangannya tersebut.

Quote:
Original Posted By Rundho
pertama saya setuju dengan perubahan penilaian dari angka ke bentuk deskripsi... karena
dengan pemberian nilai dapat memberikan efek psikologis yang kurang baik bagi
perkembangan anak terutama ketika masih duduk di SD....
pemberian angka 5 sudah termasuk jelek atau merah, sedangkan angka 6 sudah di bilang
lumayan, apa iya anak yang dapat 5 bearti lebih bodoh dari anak yang dapat angka 6?
tapi efek dari angka 5 itu bisa membuat anak merasa bahwa dia bodoh, apalg kalau si anak
sendiri kurang mendapat bimbingan dan perhatian dari guru dan orang tua nya sendiri...
2. penghapusan UN utk SMP dan SMA saya kurang setuju, karena ujian tetaplah harus
diadakan, cuma yang harus dirubah adalah sistem kelulusan nya saja... jangan sekolah 3
tahun tp nasib siswa cuma ditentukan dari 3 mata pelajaran dan 3 hari ujian, jelas itu tidak
adil....
apalg ada nilai minimal kelulusan, itu parah mnrt saya, minimal lulus misalnya 6,5 kebetulan
ada siswa dapet nilai 6,4 , kalau dulu c udah pasti ga lulu walaupun cuma selisih 0,1. 0,1 ga
bisa mendeskripsi kan bahwa anak tersebut lbh bodoh dr anak yang dapet 6,5 atau 6,6...
indonesia sudah harus banyak berbenah kalau mau berubah ini negara.... kurikulum dikaji dan
disusun ulang lah mnrt saya.....mau sampe kapan negara kita cuma tau nya beli sm negara
lain tp ga pernah negara lain beli sama kita...
pemerintah harus peduli terhadap nasib generasi muda.....

Quote:
Original Posted By bachtiar27
yang ane rasain akhir2 ini anak2 sekolah bahkan anak SD sudah mulai menjauh dari kata
disiplin, mereka sekarang cenderung nakal melebihi kenakalan wajar sesuai usianya,
contohnya : wajar anak kls 5 SD nakal maen petasan korek atau maen sepak bola sampe
ngrusak vas bunga tetangga tapi kalo kls 5 SD udah berani nyolong duit, mukul temenya
sampe semaput?apa itu wajar?
menurut pengamatan ane itu terjadi karena mereka sudah mendapat banyak pengaruh buruk
dari lingkungan dan tontonan yang negatif, serta tidak adanya kontrol orang tua. mereka
sekarang sudah malas untuk disiplin, belajar, menghormati orang tua, terus kalo di SD tidak
ada tinggal kelas gmn caranya mendidik anak2 yang nakal?karena biasanya anak nakal dan
bahkan orang tua nya baru nyadar kalo anak mereka nakal ketika anak tsb tinggal kelas.

Quote:

Original Posted By rhoyu


Ane setuju utk adanya UN/UAN dll karena menurut ane itu adalah bagian dari proses
pendewasan yg akan membuat mereka mengerti arti dari Kerja Keras. Pengorbanan, Pilihan,
dll arti hidup lainnya di dalam proses beranjak dewasanya.
Bagai Manusia yg pasti merasakan cobaan berat dalam proses hidupnya yang gak mungkin
bisa di "skip" ato "Next" spt dalam sebuah film ato cerita, krn hal itu harus dijalanin agar
mereka semakin dewasa dan bijak dalam menjalani hidup mereka kedepannya.. #NoOffense
Just my stupid little Opinion..

Quote:
Original Posted By violetz_fox
Inilah Indonesia, lebih mementingkan sisi Sistem daripada Hasil...
Pendapat ane sekarang udah gak ada SD, SMP, SMA lagi..
Kelasnya aja udah berubah dari kelas 1 sampe 12..
Kemudian sekarang banyak kurikulum yang diubah.. (Keluhan Guru2)
Standar dari pusat gak nyampe ke daerah-daerah
penataran guru-guru buat kurikulum juga 1 minggu dan hanya 3 guru / kabupaten.
ane sering bantuin guru2 yang kebingungan Buat RPP (Rencana Prosedur Pembelajaran)
untuk menyusun RPP aja guru2 kebingungan (emang rada sulit coz make Word, excell,
Powerpoint). apalagi mau penerapan yang maksimal...
ane juga bingung sama isi RPP, materi Bahasa Indonesia tapi Isinya Sejarah...
Pak mentri Baru, Kurikulum ganti Baru...
Proyek baru (Biaya gak sedikit ini buat ngumpulin guru2 dari setiap daerah)... Guru Penataran
Lagi ( Bingung lagi)..
Quote:
Original Posted By danimon
ane termasuk yg stuju gan..malah ane udah lama kepikiran kalo lulus SD n SMP itu tuh hasil di
transkripnya bukan nilai angka tapi nilai si anak ini memiliki bakat/kecerdasan apa n
direkomendasikan ke jurusan apa..jadi ga ada lagi istilah org tua minder kalo anaknya ga jago
matematika sementara anaknya ternyata punya bakat jadi seniman.kalo bisa tiap sekolah
punya satu psikolog anak. untuk beberapa hal keberadaan UN cuman mengajarkan anak
untuk bertindak curang,.
nggak juga Gan coba ente browsing sistem pendidikan Finlandia, dulu jg pernah jadi HT di
Finland anak sekolah dasar nggak pernah ada PR dan ujian lho tp toch mereka tetep
semangat belajar dan negaranya maju ...yg perlu diperhatikan adalah kompensasi atas tidak
adanya ujian itu dalam bentuk aktivitas lain yg lebih bisa mendorong anak utk semangat
belajar
Quote:
Original Posted By elephander
Menurut pendapat saya, dengan di tiadakannya UN untuk SD itu sudah cukup tepat, mengapa
? tentu agan sekalian dan saya juga pernah merasakan bahwa kita pernah masuk SD,
meskipun pengalaman masing masing berbeda dalam keluarga akan tetapi jaman sekarang
saya melihat anak anak sekarang lebih banyak di jejali ilmu pengetahuan yang menurut saya
belum pantas untuk anak seusia itu, contoh : coba agan pikirkan semasa playgroup dan TK
anak anak sudah di ajarkan matematika dan bahasa, yang notabene itu baru bisa diajarkan
waktu kelas 1 SD, dan TK sekarang kalau mau "iklan" di iming imingi bahwa anak akan bisa
membaca menulis dan berhitung. Menurut saya semua hal itu akan membebani pikiran anak
anak yang 'notabene" pikiran mereka masih ingin bermain. Tolong di catat, agan bisa tanya
kepada psikolog anak, apa tujuan "bermain" pada anak, kalau di "Hewan" aja bermain itu
bertujuan untuk mempersiakan diri mereka untuk dewasa nanti yaitu "berburu" dan
bagaimana dengan anak anak, menurut saya "bermain" itu adalah proses menuju

kedewasaan, (saya tidak ingin menyamakan manusia dengan hewan tapi pada prinsipnya
sama).
Sekarang yang penting adalah kurikulum apa yang tepat untuk anak anak pada SD sampai
SMP untuk mempersiapkan mereka ke jenjang SMA dan Perguruan Tinggi baik secara mental
maupun ilmu pengetahuan? Sebenarnya Pemerintah kita sudah memikirkan itu jika agan
membaca beberapa berita akhir akhir ini soal pendidikan, dimana anak anak pada awal
pendidikan akan lebih diarahkan kepada pendidikan perilaku dan akhlak meski demikian
pengetahuan tetap diberikan meski porsinya tidak besar, baru semakin naik jejang
pendidikannya porsi ilmu pengetahuan akan diberikan lebih banyak secara bertahap.
Tujuannya jelas yaitu menyeimbangkan antara IQ (intelijen Quality) dengan EQ (Emotional
Quality).
Nah pertanyaannya sekarang adalah bagaimana Pemerintah mengimplementasikan program
mereka secara baik seperti menyiapkan guru yang berkualitas tidak hanya pandai dalam otak
mereka saja tapi pandai dalam mengajar dan mengenali serta memahami anak didiknya yang
secara faktanya berbeda satu sama lain.
Quote:
Original Posted By gangbango
Contoh negara-negara di Eropa Utara (Skandinavia) yang punya sistem edukasi yg menarik
dan secara umum sama rata. Dididk dari kecil dengan sistem yang tepat.
Juga Jepang yang tidak membutuhkan Year End Exam setiap tahunnya, bahkan di akhir High
Schoolnya.
Tapi mereka semua mampu bersaing diluar dan sukses.
Ane rasa, kuncinya adalah dari kecil, semasa bertumbuh. Tanamkan pendidikan itu penting,
apapun sistemnya. Kalau dari SD udah dibiarin bebas, dan tidak dipedulikan, akan terbawa
sampai besar.
Menurut, ane... Bagus-bagus aja UAN SD SMP SMA dihapus, tapi, sistem edukasinya harus
juga dirombak total untuk menutup semua 'loophole' yang ada di sistem Indonesia.
Dan lagi, dana untuk UAN (yg sering dikorupsi) kan bisa dipakai untuk membangun sebuah
sistem baru yg lebih efisien dan efektif untuk masa depan generasi muda bangsa.
Quote:
Original Posted By ajungpangi
ane kuliah di jurusan kependidikan gan, jadi dikit2 bisa beropini.. ujian nasional sebenarnya
standarisasi biar pendidikan di kota besar dan daerah terpencil sama dan setara, jadi gak ada
lagi alasan, "wah materi ini gak diajarkan karena saya sekolah di lokasi terpencil" kalo ujian
nasional dihapus, semoga aja gak ada kesenjangan dari yang diajarkan di sekolah baik di
daerah yang kota dengan yang terpencil.. meski dalam kenyataannya gk bisa dipungkiri
banyak kecurangan dalam pelaksanaan UN --> yang seharusnya diperhatikan oleh
kemdikbud, bukannya konsen di kurikulum.2013 yang sebenarnya belum siap untuk
diluncurkan (bayangin aja kurikulum kok cuma sekolah tertentu yang bisa dan boleh
mempraktikkan)
Quote:
Original Posted By aperturestore
pendapat ane tentang UN sebaiknya di hapuskan untuk sementara waktu.
Samapi Indonesia benar benar sanggup secara keseluruhan baik di perkotaan maupun di
pedalamaan, baik pihak penyelanggara dlm hal ini pemerintah maupun masyarakat Indonesia
sendiri.
sehingga kelak akan lahir Ujian Nasional yang berkualitas.

Quote:

Original Posted By Rosseau


Diapuskannya UN akan membuat tidak dapat dibandingkannya nilai antar siswa antar
sekolah. Siswa A yang memperoleh nilai 9 pada mata pelajaran tertentu di SDNX belum tentu
lebih pintar daripada siswa B yang memperoleh nilai 7 di mata pelajaran yang sama yang
lulus dari SDNY.
Karena sifat tidak dapat dibandingkan itu, saat masuk SMP, tentu sekolah akan mengevaluasi
lagi manakah lulusan SD yang dapat diterima di SMP tersebut dengan ujian mandiri. Nah Ujian
mandiri pasti tidak gratis.. Keputusan ini bisa menaikkan ongkos masuk ke SMP Negeri yang
membebani anggaran pendidikan.
Karena penilaian hanya berupa tulisan yang tentu saja bersifat tidak sensitif, seperti angka
dari 0-10, maka sulit membedakan mana siswa yang pandai, sedang-sedang saja, bodoh.
Oleh karena itu, sistem kelas favorit juga bisa tidak dilanjutkan karena sulit untuk mengenali
siswa mana yang cerdas dan yang tidak.
Siswa yang termotivasi karena pencapaian akademik bisa-bisa tidak akan segiat seperti saat
penilaian menggunakan sistem angka. Mereka tidak bisa mendapatkan gambaran terperinci
tentang sejauh mana pencapaian dia dengan penilaian yang tidak berdasarkan angka.
Quote:
Original Posted By ackyl
Dihapus boleh saja tapi kualitas juga ditingkatkan, karena selama ini ane liat banyak anak SD
yang ngambil ekskul dan bisa pulang kerumah ngalahin mahasiswa jam pulang nya, sudah
sampai rumah pasti capek dan kesempatan untuk belajar dan mengerjakan PR mungkin
tertunda, jika terus seperti itu yang ane takut si anak akan malah terbebani sudah ambil
ekskul pas ujian ga lulus nanti malah bikin mental si anak ini jatuh.
Quote:
Original Posted By tempe orek
sarana dan prasarana sekolah ditempat2 terpencil belum diperhatikan dah bikin PP guyonan...
sekolahan SD ane dari tahun 1987 sampai 2013 masih 4 kelas aja tuh.... padahal hanya 7km
dari kota kabupaten...
Quote:
Original Posted By g1ng2
Pendidikan tidak pernah salah, tapi manajemen pendidikan kalau kacau maka harus diingat,
minimal akan ada 1 generasi bangsa yang mengalami kebingungan.
Pertanyaannya: Kenapa kita harus mencontoh bangsa lain??
Banyak orang sukses di Indonesia dari hasil sistem pendidikan yang di bentuk dari jaman
dulu, malahan orang sukses dan pintar itu tidak dihargai oleh bangsanya sendiri..
Hanya dalam waktu 6 tahun semua sistem pendidikan di Indonesia mengalami kebingungan,
dimulai dari jenjang universitas, yang dibuat "Universitas Negeri pun sudah dikelola seperti
swasta". Tidak ada lagi istilah orang yang berprestasi berhak untuk mendapat kesempatan
mendapat sekolah tinggi dengan murah. Semua diukur dengan uang.. semua itu merembet ke
jenjang pendidikan di bawahnya..
Kenapa ketika dinilai pendidikan tidak berhasil itu salah muridnya... bukannya dari salah
sistem pendidikannya, menteri pendidikan, dirjen2 pendidikan, diknas pendidikan, dst untuk
memberikan situasi kondusif di lingkungan sekolah..
Quote:
Original Posted By flirt.
Setuju aja sih sebenernya sama UN SD dihapuskan. Lagipula, pendidikan dasar kan berlaku
untuk kedepannya, jadi UN memang cocoknya untuk SMP dan SMA aja. Liat kurikulum luar
(USA, UK, dll.) semua sekolah itu kan memang dasarnya 9 tahun, dari kelas 6 naik ke kelas 7
itu ya harusnya tanpa ujian toh
Baru deh pas SMA nya ujian kelulusan sekolah dan lanjut ke college / universitas

Quote:
Original Posted By donybriant
kalo sd digabung sama SMP guru sd atau lulusan pgsd ga laku dong,kan guru sd ga bisa
ngajar smp karena kurikulumnya beda
Quote:
Original Posted By mr.cyber
setuju gan.. emang usia segitu harusnya udah dilatih untuk memikirkan masa depan mereka..
terus kalo menurut ane ketika SMP apa yg diajarkan ke anak lebih spesifik misalnya udah ada
penjurusan bahasa, IPA, IPS dll.. nah terus di jenjang SMA lebih dispesifikan lagi misalkan
Biologi, Ekonomi, Akuntasi dll sehingga mereka setelah lulus berkompeten di bidangnya
masing2.. gak seperti sekarang anak SMA belajar semuanya sedangkan nanti yg terpakai gak
nyampek 10% nya..
Quote:
Original Posted By 7laksamana
Yang mengganjal di hati saya .... dengan situasi guru sd yang banyak nyambi, korupsi, dan 1
dari 5 guru (berdasarkan pengalaman ane dari sd - sma ) yang bener bener konsern terhadap
anak didik .... apakah tingkat kemampuan individu murid harus diserahkan kepada penilaian
mereka ????
lantas pada saat masuk smp ...berdasarkan penilaian apa mereka menerima siswa ? .....
kayaknya melihat track record negeri ini ..... kita harus persiapkan banyak uang untuk masuk
smp ....
semoga yang bakal terjadi jauh dari bayangan ane .....
Quote:
Original Posted By sikorlap1986
Kalau menurut ane si paling bener si gini, klo emang UAN itu harus tetep ada, lebih baik di
lakukan pemerataan pembelajaran dulu. Misalnya di kota-kota besar ya untuk sekarang
kompetensi nya jauh banget sama yg di daerah-daerah pelosok, jangankan mendapatkan
belajar atau kurikulum yg baik, nyari guru untuk di tempatkamn di daerah-daerah pelosok aja
sulit.
Jadi klo batas kelulusan SD, SMP dan SMA di ratakan kaya yg di kota-kota besar ya gw rasa si
ga adil. Karena menurut survey ya di daerah-daerah selaen di kota besar itu tingkat
ketidaklulusan nya lebih tinggi.
Jadi lebih baik klo emg harus ada UAN ya PEMERATAAN PENDIDIKAN yang palng penting untuk
di TINGKATKAN.
Yg kedua apabila UN di hilangkan, sebenarnya ada bagus nya juga UN di hilangkan.. karena
selama ini murid-murid itu menjadi kan UN sebagai beban, mereka pun merasa tidak adil
belajar sudah bertahun-tahun tapi hanya di tentukan dalam waktu 1 minggu biasa nya UN.
Solusi nya, kalau emang UN di hilangkan ya ga masalah, tetapi untuk bisa lulus tinggal di
berikan BATAS KELULUSAN dari sekolah masing-masing yang akan di tuju berikut nya.
Toh juga sama aja kan kaya UN, tetapi beda nya ya semua murid-murid di LULUSKAN tetapi
untuk masuk ke SMP or ke SMA ya ikut tes di sekolah yang akan mereka tuju.
Seharus nya pemerintah mudah untuk mengatasi masalah pendidikan di negara ini, wong
subsidi pemerintah untuk pendidikan itu 20% kok. Termasuk subsidi terbesar selaen subsidi
BBM.
Tapi saran terbaik saya untuk pelajar-pelajar sekarang, mau UN ada atau UN di hilangkan ya
inti nya cuma BELAJAR DENGAN BAIK. Kalo udah BELAJAR DENGAN BAIK DAN BENAR ya bisa
melewati UN apapun dengan batas nilai yang tinggi sekalipun.
Regards,
Quote:

Original Posted By DwipaIA


Jadi gini, di opini ane, ada pro kontranya gan
Pro :
menghilangkan konsep masyarakat tentang "NUMBER FOR RULE THEM ALL". Secara sekarang
anggapan masyarakat, murid yang nilai 90++ adalah murid terhebat sebumi pertiwi. In fact,
could he implement his cognition ? Mereka cuma perhatian terhadap nilai yang ditulis di
selembar kertas........... Dan oleh maka itu, evaluasi murid akan jadi lebih akurat.
Kontra :
Ane ada feeling kalo bimbel bimbel bernama, bakal kehilangan namanya :| :| :|
So what
Kalo di luar sana, mereka semua sadar kalo mereka sekolah buat persiapan masa depan.
Coba blusukan, kalo mereka (para murid) mengetahui UN dihapuskan, responya paling
"YEYEYEYEYEYEYEYEYEYEYEYEY". Tau lah berarti pola pikir mereka gimana ......
Quote:
Original Posted By sakahgce
kurikulum pasti berubah2 karena ilmu pengetahuan terus berkembang tapi tidak tiap tahun
berubah, karena kalau tiap tahun harus berubah yang ada akhirnya kacar balau
selain dari itu, jika si anak dianggap tidak mampu tetep naik kelas tapi ditambah remedial ya
akan makin kacau, gak ditambaha aja udah keteteran, apalagi ditambah
dan di indonesia ini termasuk negara dengan mata pelajaran yang sangat banyak tapi tidak
diajarkan cara memahami dan menganalisa, hanya diajari cara menjawab dengan cepat dan
benar tanpa perlu ngerti prosesnya
Quote:
Original Posted By ddeo
Lalu barometer tingkat skill nya tau dr mana? Bego. Tinggal kelas itu juga tantangan, kalo
sejak dini udah ga ada tantangan. Gimana gedenya? Jangan tinggal kelas bukan malah
dijadikan syndrome. Itu juga kan jadi tanggung jawab orang tua.. Cmiiw
Quote:
Original Posted By Guenaone
Setuju gan klo dihapus untuk anak SD.
selama sekolah anak SD kayanya dituntut (di doktrin) untuk dapat nilai yg bagus terus,
kesannya sudah jadi hal wajib kalo dapat nilai tinggi itu bisa dikatakan pintar, sedangkan nilai
jelek disama rata kan dengan anak yg bod*h.
kebiasaan seperti itu dibawa sampaii ke SMP, SMA bahkan kuliah, jadi mereka itu gak
mentingin arti "belajar" mereka hanya mengejar nilai-nilai dan nilai . kalo mau naik kelas
(lulus) ya nilai harus bagus..
kalo sekolah itu buat nyari nilai, siswa jadi gak kreatif..
klo buat video xxx aja pada kreatif anak abg jaman skrang..
emang harus dirubah kurikulum di indonesia, dah ketinggalan jauh sama negara lain..
Quote:
Original Posted By tombr0
jaman dulu masih ebtanas gak pernah seheboh jaman UN.
Entah kenapa sekarang kok UN jadi heboh banget.
Sebenarnya gak masalah mau ada ujian atau tidak, bahkan korelasi sistem unas dengan
kondisi bangsa saat ini juga masih tidak relevan. Yang penting adalah bagaimana anak didik
bisa merasa nyaman dan senang bersekolah....bukan malah tertekan seperti UN sekarang
Quote:
Original Posted By tombr0
jaman dulu masih ebtanas gak pernah seheboh jaman UN.

Entah kenapa sekarang kok UN jadi heboh banget.


Sebenarnya gak masalah mau ada ujian atau tidak, bahkan korelasi sistem unas dengan
kondisi bangsa saat ini juga masih tidak relevan. Yang penting adalah bagaimana anak didik
bisa merasa nyaman dan senang bersekolah....bukan malah tertekan seperti UN sekarang
Quote:
Original Posted By ramachynta
kalo udh kek gini.,, jadi gak ada lagi standarisasi dong..??
smua siswa diluluskan oleh skolah masing2..
smua siswa juga bisa jadi ranking..
tapi bgitu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dan dibutuhkan testing saringan masuk.. si anak
bisa gak lulus dimana2..
Kenapa..?? karena smua nilainya fiktif...
ujung2nya anak yg jadi korban...
Quote:
Original Posted By devalray
Kalo perlu UN SMP & SMA dihapus juga, dan digantikan dengan penilaian perilaku sehari-hari
oleh guru. Karena negeri ini tidak hanya membutuhkan orang yang pintar saja. Tetapi juga
orang yang berAKHLAK BAIK. Contoh: gayus, dia pintar tetapi mana akhlaknya? kenapa dia
bisa korupsi sebanyak itu? apa itu yang disebut berAKHLAK BAIK?
Kesimpulannya. Negeri ini tidak hanya membutuhkan orang yang pintar, negeri ini juga
membutuhkan orang-orang yang berakhlak baik.
Quote:
Original Posted By gundala123
klo ane sih termasuk yang ga setuju di adain UN, soalnya dibanyak kasus selalu bermasalah
gan, lagian yang ane takutin hasil UN bakalan dijadiin tolak ukur si anak pinter apa ga, rajin
ato ga dsb...
soalnya ada kjadian anak rajin + lmayan pinter ga lulus di ujian gan, sampe2 guru dan kepala
sekolah dari sekolah yang bersangkutan demo ke dinas pendidikan buat bantuin tu anak
ini pndapat ane aja Kan
Quote:
Original Posted By aremascreamo
Ane setuju gan, karna pendidikan yang sebenarnya bukan seperti cobaan hidup,kalo gk bisa
ya gak lanjut.Pendidikan itu adalah bagaimana kamu meningkatkan kualitas diri.
Yang perlu diubah dari masyarakat Indonesia adalah pola pikir tentang pendidikan dan arti
belajar.Coba lihat di Skandinavia atau Jepang,mereka tanpa UN tapi mereka maju.Kenapa?
Karna mereka belajar bukan hanya untuk ujian,tapi untuk meningkatkan mutu dirinya.Coba di
Indonesia,belajar cuma untuk ujian,setelah itu ilmunya ilang.Selain itu, ada anak yang bolos
atau curang, itu adalah reflek dari kejenuhan.Guru sangatlah berpengaruh dalam hal ini
bagaimana mereka harus membuat belajar itu menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai