No
.
Jenis Informasi
Keterangan
1.
Nama siswa
2.
Kelas
IX J
3.
Judul/topik proyek
4.
Jenis tugas
Tugas mandiri
5.
Sumber bahan
Internet
6.
Studi kepustakaan
7.
8.
9.
Cara pelaporan
Diketik
10.
Jadwal pelaksanaan
Dua Hari
Hari I : pengumpulan data dan pengolahan data
Hari II : pelaporan dan penyusunan teks
Selain itu, pemberian hukuman mati tidak dapat dilihat dari satu aspek saja
yaitu terpidana, namun juga dari aspek yang lain yaitu dari akibat yang ditimbulkan
dari perbuatan terpidana, sebagaimana pendapat A Muhammad Asrun, beliau
menyatakan pemahaman yang benar terhadap pemberlakuan hukuman mati terkait
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) seperti kejahatan narkotika harus dilihat
sebagai upaya perlindungan terhadap hak hidup (the right to life) banyak orang
Menurut Didik Endro Purwo Laksono, fungsi secara khusus dari hukum pidana
yaitu secara khusus ialah melindungi kepentinqan hukum terhadap perbuatan,
tindakan atau aktivitas atau kegiatan yang membahayakan. Yang dimaksud dengan
Kepentingan Hukum itu sendiri, yaitu : kepentingan hukum terhadap nyawa manusia.
Maknanya di sini yaitu bahwa siapapun tidak boleh melakukan perbuatan, kegiatan,
aktivitas yang membahayakan atau melanggar kepentingan hukum yang berupa nyawa
manusia. Bagi siapa saja yang membahayakan atau melanggar kepentingan hukum
terhadap nyawa manusia, dapat dijerat dengan ketentuan KUHP, misainya 340 KUHP,
338 KUHP, 359 KUHP.
Penegasan Ulang:
Dilihat dari keadaan masyarakat Indonesia sebelum dan pasca pelaksanaan
eksekusi mati yang dilakukan oleh pemerintah pada 21 April lalu, maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia setuju dengan adanya hukuman
mati, khususnya terpidana kasus Narkotika. Karena tidak ada gerakan masyarakat
yang menolak terhadap eksekusi mati tahap II tersebut, kecuali hanya sebagian kecil
dari elemen masyarakat yang menolak hukuman mati.
Pengolahan Data
No
.
Data
1.
Perdebatan,
pidana, mati,
kembali,
perbincagan,
rencana,
mengeksekusi,
dilaksanakan
2.
Masyarakat,
mendukung,
menentang,
hukuman mati,
Hak Asasi
Manusia,
Kontras
3.
Menghilangkan,
kesempatan,
kedua, tidak,
efek, jera, tidak,
jaminan
Pengolahan Data
Struktur
Teks
Evaluasi
Deskripsi
Teks
Deskripsi
Teks
4.
5.
6.
Tidak, setuju,
tidak, dapat,
diperbaiki,
keliru,
Pancasila,
bertentangan,
perikemanusiaa
n
Setuju, adil,
tindakan,
kriminal, berat,
kerugian, besar,
mengakhiri,
nyawa
Tidak, dilihat,
satu, aspek,
akibat,
perbuatan,
terpidana,
pemahaman
benar,
kejahatan, luar,
biasa
Deskripsi
Teks
Deskripsi
Teks
Deskripsi
Teks
7.
8.
Fungsi, khusus,
hukum, pidana,
tidak, boleh,
membahayakan,
langgar,
kepentingan,
nyawa, manusia,
dijerat,
ketentuan
Masyarakat,
setuju, kecil,
tidak, ada,
gerakan,
menolak,
hukuman, mati
Deskripsi
Teks
Penegasan
Ulang
BAHAN
Teks I:
Belakangan ini kita kembali dibawa ke tengah-tengah polemik tentang hukuman mati. Pasca
eksekusi mati 8 tahanan asing di Indonesia, perbincangan soal hukuman mati kembali
menghangat. Pro dan kontra tidak bisa dihindarikan.
Indonesia dituduh sebagai negara yang melaksanakan hukuman barbar yang tidak layak
dilakukan di dunia modern dan beradab. Sementara Indonesia sendiri merasa dirinya adalah
negara yang harus menegakkan keadilan di negaranya sendiri. Berikut Boombastis hadirkan
sejumlah pro-kontra tentang hukuman mati lewat berbagai sudut pandang.
Siapa yang menjamin bahwa orang lain akan berpikir ulang untuk melakukan perbuatan
kriminal dengan adanya hukuman mati? Tidak ada. Itu sebabnya kejahatan masih tetap ada
dan berlangsung meski hukuman mati telah diterapkan selama berpuluh tahun lamanya
3. Sadis?
Pro: Tindakan dari terdakwa hukuman mati adalah tindakan sadis yang tidak dapat ditolerir.
Perbuatan mereka telah merugikan dan menyakiti korban dengan sangat buruk, maka dia
tidak pantas diampuni lagi. Orang seperti itu tidak akan pernah berubah dalam hidupnya,
malah berpotensi untuk melakukan kejahatan yang sama.
Kontra: Jika membunuh atau mengedarkan narkoba adalah tindakan yang sadis, mengapa
kita membunuh pelaku? Jika si pelaku bersalah karena membunuh, bukankah kita juga
bersalah karena membunuh si pelaku? Bukankah Mahatma Gadhi telah berkata, jika mata
dibayar dengan mata, maka dunia ini akan buta. Jika pembunuhan dibalas pembunuhan, kita
tidak ubah layaknya orang yang tidak beradab, yang saling bunuh untuk menyelesaikan
persoalan.
Pro: Metode eksekusi mati sudah diusahakan se-lembut mungkin. Dalam eksekusi dengan
regu tembak, misalnya, korban akan dieksekusi oleh penembak jitu yang menembak tepat di
jantung. Korban akan tidak sadar dalam hitungan detik dan langsung mati seketika.
Sementara di negara lain diberlakukan sistem eksekusi dengan gas beracun. Dengan
menghirup gas ini dalam-dalam, terdakwa akan tidak sadar dalam hitungan menit saja.
Dengan begitu, sang terdakwa tidak akan merasakan proses sekarat dan mati dalam
keadaan tersiksa.
Teks 2:
Perdebatan pelaksanaan pidana mati di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama terjadi,
namunbaru-baru ini perdebatan pelaksanaan hukuman mati kembali ramai diperbincangkan
oleh publik Indonesia dan bahkan internasional. Hal tersebut dipengaruhi oleh rencana
pemerintah Indonesia yang akan mengeksekusi terpidana mati tahap dua yang umumnya
terpidana kasus narkoba, rencana tersebut kemudian terlaksana pada 21 April 2015 pada
dinihari di Nusakambangan.
Masyarakat Indonesia khususnya para yuris terbelah dalam menyikapi pelaksanaan hukuman
mati di Indonesia, sebagian mendukung pelakasanaan hukuman mati dan sebagian lagi
menentangnya. Pada umumnya masyarakat yang menolak pemberlakuan hukuman mati
berpendapat bahwa hukuman mati bertentangan dengan Hak Asasi Manusi (HAM) seperti
yang selalu disuarakan oleh Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang Dan Korban Tindak
Kekerasan) dalam menentang pemberlakuan hukuman mati.
Untuk menilai secara objektif tentang pemberlakuan hukuman mati di Indonesia, ada baiknya
untuk mencermati pertanyaan yang dilontarkan oleh Sahetapy tentang pelaksanaan hukuman
mati Indonesia, beliau mengatakan, dapatkah secara ilmiah dijalin suatu hubungan timbale
balik antara pidana mati dan pancasila dan apakah kesadaran hukum dari bangsa Indonesia
masih dapat mengizinkan dan atau mempertahankan pidana mati (baca: hukuman mati dalam
Negara pancasila). Roeslan Saleh, berpendapat tidak setuju adanya pidana mati di Indonesia
karena beberapa alasan, pertama, putusan hakim tidak dapat diperbaiki lagi kalau ada
kekeliruan, kedua, mendasarkan landasan falsafah Negara pancasila, maka pidana mati itu
bertentangan dengan perikemanusiaan. Sebagaimana Roeslan Saleh, Sahetapy, juga
mempunyai pendapat yang sama, beliau menyatakan, hukuman mati bertentangan dengan
Pancasila (baca: Putusan MK Nomor 2-3/PUU-V/2007).
Sejalan dengan pendapatnya Roeslan Saleh tersebut, Arief Sidharta, juga menolak
pemberlakuan hukuman mati di Indonesia, beliau mendasarkan pendaptnya terhadap Pasal
28I UUD 1945 yang menyatakan bahwa, hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun, beliau menegaskan hak untuk hidup masuk ke dalam kelompok hak nonderogalbe,
berdasarkan asas lex superior derogate legi inferior. (baca: hukuman mati dalam polemik).
Pendapat Arif Sidharta, menurut pandangan penulis sangat lemah, karena dalam redaksi Pasal
28I tersebut bukan hanya hak untuk hidup yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun, namun juga hak untuk tidak disiksa masuk dalam rumusan Pasal 28I UUD
1945tersebut, sedangkan hukuman dalam bentuk apapun merupakan penyiksaan seprti yang
SUMBER:
1.
2.
http://boombastis.com/pro-kontra-hukuman-mati/20411
http://www.hukumpedia.com/keluarga/pro-kontra-pidana-mati-di-indonesia