Anda di halaman 1dari 14

Desain Penyusunan Tes Tanggapan Kritis Berbasis Proyek

No
.

Jenis Informasi

Keterangan

1.

Nama siswa

Andi Afifah Khairunnisa

2.

Kelas

IX J

3.

Judul/topik proyek

Pelaksanaan Hukuman Mati di Indonesia

4.

Jenis tugas

Tugas mandiri

5.

Sumber bahan

Internet

6.

Cara pengumpulan bahan

Studi kepustakaan

7.

Cara analisis bahan

Pengolahan data/fakta/informasi menjadi pernyataan


verbal berupa:
a. Penyusunan kalimat topik pada setiap
struktur bagian teks
b. Pengembangan kalimat topik dengan kalimat
pengembang
c. Penyusunan paragraf yang sesuai dengan
struktur teks tanggapan kritis
d. Penyusunan kalimat yang disesuaikan
dengan unsur kebahasaan teks tanggapan
kritis, dan
e. Penggabungan paragraf menjadi teks
tanggapan kritis yang padu

8.

Wujud hasil analisis

Teks tanggapan kritis yang sesuai dengan urutan


struktur dan penggunaan unsur kebahasaan yang
tepat dari berbagai telaah dan revisi

9.

Cara pelaporan

Diketik

10.

Jadwal pelaksanaan

Dua Hari
Hari I : pengumpulan data dan pengolahan data
Hari II : pelaporan dan penyusunan teks

Pelaksanaan Hukuman Mati di Indonesia


Evaluasi:
Perdebatan pelaksanaan pidana mati di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama
terjadi, namun baru-baru ini perdebatan pelaksanaan hukuman mati kembali ramai
diperbincangkan oleh publik Indonesia dan bahkan internasional. Hal tersebut
dipengaruhi oleh rencana Pemerintah Indonesia untuk mengeksekusi terpidana mati
tahap dua yang sebagian besar merupakan terpidana kasus narkoba, rencana tersebut
kemudian terlaksana pada 21 April 2015 pada dinihari di Nusakambangan.
Deskripsi teks:
Masyarakat Indonesia khususnya para yuris terbelah dalam menyikapi
pelaksanaan hukuman mati di Indonesia, sebagian mendukung pelakasanaan hukuman
mati dan sebagian lagi menentangnya. Pada umumnya masyarakat yang menolak
pemberlakuan hukuman mati berpendapat bahwa hukuman mati bertentangan dengan
Hak Asasi Manusi (HAM) seperti yang selalu disuarakan oleh Kontras (Komisi Untuk
Orang Hilang Dan Korban Tindak Kekerasan) dalam menentang pemberlakuan
hukuman mati.
Alasan pertama, setiap orang memiliki kesempatan kedua untuk memperbaiki
diri mereka. Dengan diberlakukannya hukuman mati, sama saja dengan
menghilangkan kesempatan seseorang untuk menjadi lebih baik. Banyak masyarakat
yang berasumsi bahwa hukuman mati dapat memberi efek jera pada pelaku dan
membuat para pelaku kejahatan yang sama berpikir dua kali untuk melakukan aksi
mereka karena sudah adanya terhukum mati. Akan tetapi, bagaimana mungkin pelaku
yang dieksekusi mati merasa jera sementara mereka tidak hidup lagi? Selain itu,
apakah ada yang menjamin bahwa pelaku kejahatan lain akan berpikir dua kali untuk
betindak kriminal? Tidak ada.
Roeslan Saleh mengungkapkan ketidak setujuannya terhadap hukuman mati di
Indonesia melalui beberapa alasan. Pertama, putusan hakim tidak dapat diperbaiki lagi
kalau ada kekeliruan. Kedua, mendasarkan landasan falsafah Negara pancasila, maka
pidana mati itu bertentangan dengan perikemanusiaan.
Walau begitu, ada juga masyarakat yang berpendapat bahwa hukuman mati
terhadap para pelaku kejahatan sudah sepantasnya ada. Hukuman mati biasanya
dijatuhkan kepada pelaku tindakan kriminal berat seperti perdagangan narkoba,
pembunuhan berencana dan lain-lain. Tindakan mereka menimbulkan kerugian besar
bagi korban dan tidak mungkin diganti dengan hal-hal materil seperti uang. Oleh
karena itu, mengakhiri nyawa si pelaku dirasa sebagai satu-satunya jalan paling adil
bagi korban dan keluarganya.

Selain itu, pemberian hukuman mati tidak dapat dilihat dari satu aspek saja
yaitu terpidana, namun juga dari aspek yang lain yaitu dari akibat yang ditimbulkan
dari perbuatan terpidana, sebagaimana pendapat A Muhammad Asrun, beliau
menyatakan pemahaman yang benar terhadap pemberlakuan hukuman mati terkait
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) seperti kejahatan narkotika harus dilihat
sebagai upaya perlindungan terhadap hak hidup (the right to life) banyak orang
Menurut Didik Endro Purwo Laksono, fungsi secara khusus dari hukum pidana
yaitu secara khusus ialah melindungi kepentinqan hukum terhadap perbuatan,
tindakan atau aktivitas atau kegiatan yang membahayakan. Yang dimaksud dengan
Kepentingan Hukum itu sendiri, yaitu : kepentingan hukum terhadap nyawa manusia.
Maknanya di sini yaitu bahwa siapapun tidak boleh melakukan perbuatan, kegiatan,
aktivitas yang membahayakan atau melanggar kepentingan hukum yang berupa nyawa
manusia. Bagi siapa saja yang membahayakan atau melanggar kepentingan hukum
terhadap nyawa manusia, dapat dijerat dengan ketentuan KUHP, misainya 340 KUHP,
338 KUHP, 359 KUHP.
Penegasan Ulang:
Dilihat dari keadaan masyarakat Indonesia sebelum dan pasca pelaksanaan
eksekusi mati yang dilakukan oleh pemerintah pada 21 April lalu, maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia setuju dengan adanya hukuman
mati, khususnya terpidana kasus Narkotika. Karena tidak ada gerakan masyarakat
yang menolak terhadap eksekusi mati tahap II tersebut, kecuali hanya sebagian kecil
dari elemen masyarakat yang menolak hukuman mati.

Pengolahan Data
No
.

Data

1.

Perdebatan,
pidana, mati,
kembali,
perbincagan,
rencana,
mengeksekusi,
dilaksanakan

2.

Masyarakat,
mendukung,
menentang,
hukuman mati,
Hak Asasi
Manusia,
Kontras

3.

Menghilangkan,
kesempatan,
kedua, tidak,
efek, jera, tidak,
jaminan

Pengolahan Data

Struktur
Teks

Perdebatan pelaksanaan pidana mati di


Indonesia sebenarnya sudah sejak lama
terjadi, namun baru-baru ini perdebatan
pelaksanaan hukuman mati kembali ramai
diperbincangkan oleh publik Indonesia dan
bahkan
internasional.
Hal
tersebut
dipengaruhi oleh rencana Pemerintah
Indonesia untuk mengeksekusi terpidana
mati tahap dua yang sebagian besar
merupakan terpidana kasus narkoba,
rencana tersebut kemudian terlaksana pada
21 April 2015 pada dinihari di
Nusakambangan.

Evaluasi

Masyarakat Indonesia khususnya para


yuris
terbelah
dalam
menyikapi
pelaksanaan hukuman mati di Indonesia,
sebagian
mendukung
pelakasanaan
hukuman mati dan sebagian lagi
menentangnya. Pada umumnya masyarakat
yang menolak pemberlakuan hukuman
mati berpendapat bahwa hukuman mati
bertentangan dengan Hak Asasi Manusi
(HAM) seperti yang selalu disuarakan oleh
Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang Dan
Korban
Tindak
Kekerasan)
dalam
menentang pemberlakuan hukuman mati.
Alasan pertama, setiap orang memiliki
kesempatan kedua untuk memperbaiki diri
mereka. Dengan diberlakukannya hukuman
mati, sama saja dengan menghilangkan
kesempatan seseorang untuk menjadi lebih
baik. Banyak masyarakat yang berasumsi
bahwa hukuman mati dapat memberi efek
jera pada pelaku dan membuat para pelaku
kejahatan yang sama berpikir dua kali
untuk melakukan aksi mereka karena

Deskripsi
Teks

Deskripsi
Teks

4.

5.

6.

Tidak, setuju,
tidak, dapat,
diperbaiki,
keliru,
Pancasila,
bertentangan,
perikemanusiaa
n
Setuju, adil,
tindakan,
kriminal, berat,
kerugian, besar,
mengakhiri,
nyawa

Tidak, dilihat,
satu, aspek,
akibat,
perbuatan,
terpidana,
pemahaman
benar,
kejahatan, luar,
biasa

sudah adanya terhukum mati. Akan tetapi,


bagaimana
mungkin
pelaku
yang
dieksekusi mati merasa jera sementara
mereka tidak hidup lagi? Selain itu, apakah
ada yang menjamin bahwa pelaku
kejahatan lain akan berpikir dua kali untuk
betindak kriminal? Tidak ada.
Roeslan Saleh mengungkapkan ketidak
setujuannya terhadap hukuman mati di
Indonesia melalui beberapa alasan.
Pertama, putusan hakim tidak dapat
diperbaiki lagi kalau ada kekeliruan.
Kedua, mendasarkan landasan falsafah
Negara pancasila, maka pidana mati itu
bertentangan dengan perikemanusiaan.
Walau begitu, ada juga masyarakat yang
berpendapat bahwa hukuman mati terhadap
para pelaku kejahatan sudah sepantasnya
ada. Hukuman mati biasanya dijatuhkan
kepada pelaku tindakan kriminal berat
seperti perdagangan narkoba, pembunuhan
berencana dan lain-lain. Tindakan mereka
menimbulkan kerugian besar bagi korban
dan tidak mungkin diganti dengan hal-hal
materil seperti uang. Oleh karena itu,
mengakhiri nyawa si pelaku dirasa sebagai
satu-satunya jalan paling adil bagi korban
dan keluarganya.
Selain itu, pemberian hukuman mati tidak
dapat dilihat dari satu aspek saja yaitu
terpidana, namun juga dari aspek yang lain
yaitu dari akibat yang ditimbulkan dari
perbuatan terpidana, sebagaimana pendapat
A Muhammad Asrun, beliau menyatakan
pemahaman
yang
benar
terhadap
pemberlakuan hukuman mati terkait
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
seperti kejahatan narkotika harus dilihat
sebagai upaya perlindungan terhadap hak
hidup (the right to life) banyak orang.

Deskripsi
Teks

Deskripsi
Teks

Deskripsi
Teks

7.

8.

Fungsi, khusus,
hukum, pidana,
tidak, boleh,
membahayakan,
langgar,
kepentingan,
nyawa, manusia,
dijerat,
ketentuan

Masyarakat,
setuju, kecil,
tidak, ada,
gerakan,
menolak,
hukuman, mati

Menurut Didik Endro Purwo Laksono,


fungsi secara khusus dari hukum pidana
yaitu secara khusus ialah melindungi
kepentinqan hukum terhadap perbuatan,
tindakan atau aktivitas atau kegiatan yang
membahayakan. Yang dimaksud dengan
Kepentingan Hukum itu sendiri, yaitu :
kepentingan hukum terhadap nyawa
manusia. Maknanya di sini yaitu bahwa
siapapun tidak boleh melakukan perbuatan,
kegiatan, aktivitas yang membahayakan
atau melanggar kepentingan hukum yang
berupa nyawa manusia. Bagi siapa saja
yang membahayakan atau melanggar
kepentingan hukum terhadap nyawa
manusia, dapat dijerat dengan ketentuan
KUHP, misainya 340 KUHP, 338 KUHP,
359 KUHP.
Dilihat dari keadaan masyarakat Indonesia
sebelum dan pasca pelaksanaan eksekusi
mati yang dilakukan oleh pemerintah pada
21 April lalu, maka dapat disimpulkan
bahwa mayoritas masyarakat Indonesia
setuju dengan adanya hukuman mati,
khususnya terpidana kasus Narkotika.
Karena tidak ada gerakan masyarakat yang
menolak terhadap eksekusi mati tahap II
tersebut, kecuali hanya sebagian kecil dari
elemen
masyarakat
yang
menolak
hukuman mati.

Deskripsi
Teks

Penegasan
Ulang

BAHAN
Teks I:
Belakangan ini kita kembali dibawa ke tengah-tengah polemik tentang hukuman mati. Pasca
eksekusi mati 8 tahanan asing di Indonesia, perbincangan soal hukuman mati kembali
menghangat. Pro dan kontra tidak bisa dihindarikan.
Indonesia dituduh sebagai negara yang melaksanakan hukuman barbar yang tidak layak
dilakukan di dunia modern dan beradab. Sementara Indonesia sendiri merasa dirinya adalah
negara yang harus menegakkan keadilan di negaranya sendiri. Berikut Boombastis hadirkan
sejumlah pro-kontra tentang hukuman mati lewat berbagai sudut pandang.

1. Memberi Efek Jera?


Pro: Hukuman mati selama ini digadang-gadang sebagai hukuman yang akan memberi efek
jera paling efektif. Seseorang tentu akan berpikir ulang untuk melakukan kejahatan jika
nyawanya jadi taruhan. Jika hanya diberi hukuman penjara atau sanksi denda, seseorang akan
dengan mudah mengulangi lagi perbuatannya. Apalagi bagi orang yang memiliki jabatan dan
uang. Hukuman kurungan atau denda tidak akan berarti besar.
Hukuman mati mungkin tidak akan mengakhiri segalanya. Tapi ada kemungkinan bagi si
pelaku untuk mengulangi perbuatannya adalah nol persen. Sementara orang lain yang
berencana untuk melakukan kejahatan yang sama akan berpikir ulang untuk melanjutkan
aksinya karena contoh terhukum mati sudah ada
Kontra: Jika seorang anak tertangkap basah sedang mencuri permen, kemudian orang tuanya
memutuskan untuk menghukum anak itu dengan menghapuskan jatah uang jajannya, maka si
anak akan tahu bahwa perbuatan mencuri itu salah. Dia akan berpikir ulang untuk
mengulangi perbuatannya itu. Hal ini tidak berlaku dalam hukuman mati. Bagaimana bisa
seseorang menjadi jera, sementara dia sudah tidak hidup lagi?

Siapa yang menjamin bahwa orang lain akan berpikir ulang untuk melakukan perbuatan
kriminal dengan adanya hukuman mati? Tidak ada. Itu sebabnya kejahatan masih tetap ada
dan berlangsung meski hukuman mati telah diterapkan selama berpuluh tahun lamanya

2. Memberikan Keadilan Bagi Korban?


Pro: Hukuman mati biasanya dijatuhkan kepada pelaku tindakan kriminal berat seperti
perdagangan narkoba, pembunuhan berencana dan lain-lain. Tindakan mereka menimbulkan
kerugian besar bagi korban dan tidak mungkin diganti dengan hal-hal materil seperti uang.
Oleh karena itu, mengakhiri nyawa si pelaku dirasa sebagai satu-satunya jalan paling adil
bagi korban dan keluarganya.
Kontra: Jika sang pelaku mati, apa yang didapatkan oleh keluarga korban? Apakah hukuman
mati adalah upaya kita kembali ke istilah usang balas dendam, nyawa dibayar nyawa? Jika
korban mati dan pelaku juga mati, maka apa yang didapatkan masyarakat? Bukankah lebih
baik jika pelaku diberi hukuman kerja sosial, dimana dia bisa diberdayakan untuk menjadi
sumber tenaga gratis untuk pekerjaan-pekerjaan yang hasilnya bisa dimanfaatkan banyak
orang?

3. Sadis?
Pro: Tindakan dari terdakwa hukuman mati adalah tindakan sadis yang tidak dapat ditolerir.
Perbuatan mereka telah merugikan dan menyakiti korban dengan sangat buruk, maka dia
tidak pantas diampuni lagi. Orang seperti itu tidak akan pernah berubah dalam hidupnya,
malah berpotensi untuk melakukan kejahatan yang sama.
Kontra: Jika membunuh atau mengedarkan narkoba adalah tindakan yang sadis, mengapa
kita membunuh pelaku? Jika si pelaku bersalah karena membunuh, bukankah kita juga
bersalah karena membunuh si pelaku? Bukankah Mahatma Gadhi telah berkata, jika mata
dibayar dengan mata, maka dunia ini akan buta. Jika pembunuhan dibalas pembunuhan, kita
tidak ubah layaknya orang yang tidak beradab, yang saling bunuh untuk menyelesaikan
persoalan.

4. Lebih Efektif Dibanding Hukuman Penjara?


Pro: Hukuman penjara tidak akan membuat seseorang jera. Banyak survei yang
membuktikan bahwa seseorang yang keluar dari penjara cenderung akan masuk lagi ke
penjara karena mengulang perbuatannya. Lagipula, tinggal di penjara tidaklah mudah.
Banyak kekerasan dan kekejaman yang terjadi di sana. Hukuman mati sama saja dengan
membebaskan si pelaku dari beban berat yang dia terima di penjara.
Kontra: Hukuman mati juga tidak berhasil menekan angka tindak kriminal. Ini membuktikan
bahwa hukuman mati memberi efek jera hanyalah mitos belaka. Salah satu negara yang
menerapkan sistem hukuman mati adalah Amerika. Di sepanjang tahun 2012 saja terdapat
sekitar 15.000 korban pembunuhan. Itu membuktikan bahwa hukuman mati tidak berhasil
membuat pelaku lain takut untuk melakukan kejahatannya.

5. Metode Eksekusi yang Tidak Kalah Sadis?

Pro: Metode eksekusi mati sudah diusahakan se-lembut mungkin. Dalam eksekusi dengan
regu tembak, misalnya, korban akan dieksekusi oleh penembak jitu yang menembak tepat di
jantung. Korban akan tidak sadar dalam hitungan detik dan langsung mati seketika.
Sementara di negara lain diberlakukan sistem eksekusi dengan gas beracun. Dengan
menghirup gas ini dalam-dalam, terdakwa akan tidak sadar dalam hitungan menit saja.
Dengan begitu, sang terdakwa tidak akan merasakan proses sekarat dan mati dalam
keadaan tersiksa.

Teks 2:
Perdebatan pelaksanaan pidana mati di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama terjadi,
namunbaru-baru ini perdebatan pelaksanaan hukuman mati kembali ramai diperbincangkan
oleh publik Indonesia dan bahkan internasional. Hal tersebut dipengaruhi oleh rencana
pemerintah Indonesia yang akan mengeksekusi terpidana mati tahap dua yang umumnya
terpidana kasus narkoba, rencana tersebut kemudian terlaksana pada 21 April 2015 pada
dinihari di Nusakambangan.
Masyarakat Indonesia khususnya para yuris terbelah dalam menyikapi pelaksanaan hukuman
mati di Indonesia, sebagian mendukung pelakasanaan hukuman mati dan sebagian lagi
menentangnya. Pada umumnya masyarakat yang menolak pemberlakuan hukuman mati
berpendapat bahwa hukuman mati bertentangan dengan Hak Asasi Manusi (HAM) seperti
yang selalu disuarakan oleh Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang Dan Korban Tindak
Kekerasan) dalam menentang pemberlakuan hukuman mati.
Untuk menilai secara objektif tentang pemberlakuan hukuman mati di Indonesia, ada baiknya
untuk mencermati pertanyaan yang dilontarkan oleh Sahetapy tentang pelaksanaan hukuman
mati Indonesia, beliau mengatakan, dapatkah secara ilmiah dijalin suatu hubungan timbale
balik antara pidana mati dan pancasila dan apakah kesadaran hukum dari bangsa Indonesia
masih dapat mengizinkan dan atau mempertahankan pidana mati (baca: hukuman mati dalam
Negara pancasila). Roeslan Saleh, berpendapat tidak setuju adanya pidana mati di Indonesia
karena beberapa alasan, pertama, putusan hakim tidak dapat diperbaiki lagi kalau ada
kekeliruan, kedua, mendasarkan landasan falsafah Negara pancasila, maka pidana mati itu
bertentangan dengan perikemanusiaan. Sebagaimana Roeslan Saleh, Sahetapy, juga
mempunyai pendapat yang sama, beliau menyatakan, hukuman mati bertentangan dengan
Pancasila (baca: Putusan MK Nomor 2-3/PUU-V/2007).
Sejalan dengan pendapatnya Roeslan Saleh tersebut, Arief Sidharta, juga menolak
pemberlakuan hukuman mati di Indonesia, beliau mendasarkan pendaptnya terhadap Pasal
28I UUD 1945 yang menyatakan bahwa, hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun, beliau menegaskan hak untuk hidup masuk ke dalam kelompok hak nonderogalbe,
berdasarkan asas lex superior derogate legi inferior. (baca: hukuman mati dalam polemik).
Pendapat Arif Sidharta, menurut pandangan penulis sangat lemah, karena dalam redaksi Pasal
28I tersebut bukan hanya hak untuk hidup yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun, namun juga hak untuk tidak disiksa masuk dalam rumusan Pasal 28I UUD
1945tersebut, sedangkan hukuman dalam bentuk apapun merupakan penyiksaan seprti yang

tercantum dalam Pasal 10 KUHP. Kemudian pertanyaannya bagaimana dengan hukuman


penjara dan lain-lainya seperti yang tercantum dalam Pasal 10 KUHP, apakah kemudian
setiap pelaku kejahatan tidak dapat dihukum karena setiap orang berhak untuk tidak disiksa
sebagaiman Pasal 28I UUD 1945. Kalau kita mengacu kepada Pasal 28J UUD 1945 dimana
Negara diberikan hak untuk memberikan pembatasan-pembatas dengan undang-undang
terhadap hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup, maka hukuman mati adalah
konstitusional karena tidak bertentangan dengan UUD 1945.
Selain itu, pemberian hukuman mati tidak dapat dilihat dari satu aspek saja yaitu terpidana,
namun juga dari aspek yang lain yaitu dari akibat yang ditimbulkan dari perbuatan terpidana,
sebagaimana pendapat A Muhammad Asrun, beliau menyatakan pemahaman yang benar
terhadap pemberlakuan hukuman mati terkait kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
seperti kejahatan narkotika harus dilihat sebagai upaya perlindungan terhadap hak hidup (the
right to life) banyak orang (Baca: Putusan MK Nomor 2-3/PUU-V/2007).
Sejalan dengan pendapat A Muhammad Asrun, menurut Didik Endro Purwo Laksono, Fungsi
secara khusus dari hukum pidana yaitu secara khusus ialah melindungi kepentinqan hukum
terhadap perbuatan, tindakan atau aktivitas atau kegiatan yang membahayakan. Yang
dimaksud dengan Kepentingan Hukum itu sendiri, yaitu : kepentingan hukum terhadap
nyawa manusia. Maknanya di sini yaitu bahwa siapapun tidak boleh melakukan perbuatan,
kegiatan, aktivitas yang membahayakan atau melanggar kepentingan hukum yang berupa
nyawa manusia. Bagi siapa saja yang membahayakan atau melanggar kepentingan hukum
terhadap nyawa manusia, dapat dijerat dengan ketentuan KUHP, misainya 340 KUHP, 338
KUHP, 359 KUHP.
Bagaimana dengan sosiologis masyarakat Indonesia berkenaan dengan pelaksanaan hukuman
mati. Dilihat dari keadaan masyarakat Indonesia sebelum dan pasca pelaksanaan eksekusi
mati yang baru-baru ini dilakukan oleh pemerintah, maka dapat disimpulkan bahwa
mayoritas masyarakat Indonesia setuju dengan adanya hukuman mati, khususnya terpidana
kasus Narkotika. Karena tidak ada gerakan masyarakat yang menolak terhadap eksekusi mati
tahap II tersebut, kecuali hanya sebagian kecil dari elemen masyarakat yang menolak
hukuman mati.
Selain itu dari factor kesejarahan, hukuman mati telah eksis atau diterapkan di bumi
Nusantara sejak sebelum kemerdekaan Indonesia untuk kasus kejahatan yang dapat merusak
tatanan sosial dan keseimbangan masyarakat sebagaimana yang diungkapkan Soepomo
(baca: pidana mati dalam Negara pancasila). Sebagaimana yang telah menjadi kesepakatan
dunia internasional bahwa kejahatan Narkotika masuk kedalam kategori white color crime
(kejahatan kerah putih) sehingga penjatuhan pidana mati terhadap kejahatan tersebut sangat
wajar, karena Narkoba dan sejenisnya dapat merusak tatanan kehidupan sosial masyarakat
dan dapat mengancam keseimbangan masyarakat.

SUMBER:
1.
2.

http://boombastis.com/pro-kontra-hukuman-mati/20411
http://www.hukumpedia.com/keluarga/pro-kontra-pidana-mati-di-indonesia

TUGAS PROYEK TEKS TANGGAPAN KRITIS


ANDI AFIFAH KHAIRUNNISA
9J

Anda mungkin juga menyukai