Anda di halaman 1dari 4

Suara Murid Masa Kini

Karya: Pipit Sriwulan

Inginku bebas inginku lepas


Terserah air mengalir ke mana
Melewati pasir, lembah dan telaga
Berlari sekuat-kuatnya yang tanpa batas

Kebebasan mengolah cipta, rasa, dan karya itu hak kami


Tuk memupuk sejuta potensi yang terpatri di sanubari
Maka waktu, ilmu dan maju akan tumbuh dalam diri
Kemerdekaan dalam bermain dan belajar haruslah ditaati

Dukunglah kami, bimbinglah kami


Menggapai keemasan sebagai wujud dari mimpi
Doakan kami, agar tiada jalan yang tak pantas tuk dilalui
Kami hanyalah seekor semut yang pantas tuk disayangi

Sungguh pendidikan adalah pusaka


Harus selalu dijaga kemurnian dan keutuhannya
Mengayomi, memfasilitasi mencetak generasi
sesuai keyakinan falsafah negeri
Menopang kuat kemajuan negara,
berakarkan budaya Indonesia

Menggapai Impian
Karya: Ni Nengah Restari

Senyum terukir tipis


Menghias bibir yang manis
Langkah demi langkah berpijak
Mengejar angan yang bijak

Sejuta harapan kurengkuh


Laksa rintangan kutempuh
Laksa menuju kemenangan
Menggapai impian

Riang gembira jalan hidup


Hati ikhlas bahagia datang
Perjuangan dan doa penuh ikhlas
Bawa berkah yang berlimpah
Para Pelajar

Karya: Elfrida Octaviani

Kami tumbuh untuk Indonesia


Kami hidup untuk Indonesia
Kami berdiri untuk Indonesia
Kami mati untuk Indonesia

Tidak semata mata kami hanya meminta


Dengan jeritan dan ronta
Tapi kami juga mengalirkan
Ilmu sebagai terapan yang meringankan

Malam tergelap tepat sebelum fajar


Rintangan dan halangan selalu mengajar
Esa hilang dua terbilang
Tak akan ada harapan yang hilang

Guru

Karya: David Aribowo

Terlahir karena terpilih


Berada di Bumi karena takdir

Melangkah dengan menebar berkat


Menjadi terang karena tuntutan

Terpilih menjadi guru teladan


Berada di sekolah karena pilihan
Memberi ilmu dengan menebar senyum
Guru teladan yang menjadi terang
Guru

Karya: Maya Novita

yang pandangannya lurus ke depan


yang duduk tapi menutup mata
yang bersandar di tembok dengan bahu kanan
yang menopang dagu sambil memainkan earphone
yang selalu membalikkan badan untuk tahu sudah ada di mana arah jarum jam
yang menunduk sambil menumpahkan semua imajinasinya melalui pensil di tangan

semua perbedaan tabiat


semua perbedaan kegiatan individu
semua perbedaan cara menyerap sesuatu

di antara mereka semua,


siapa yang ternyata paling fokus menghiraukan satu sosok penolong masa depan mereka di
mimbar?

Dikoyak Suara

Karya: Ika Rahutami

Di ujung sore yang sepi


Terbayang kerinyit kemarahan bercampur bau perjuangan
yang berkobar sekian puluh tahun lalu
"apakah kamu mendidik?"
"iya," jawabku
"mendidik semacam apa?"
"ya mendidik orang muda supaya pintar, supaya tidak bertemu alisnya ketika berbicara teknologi,
supaya kelak jadi kaya"
"cukupkah?" desisnya lagi. "Kamu lupa, pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan,
memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan"

Aku terdiam
Membiarkan suara suara di telinga terganti oleh detak nadiku yang lebih cepat
Tergerus oleh arus yang lebih cepat,
terlupa kemewahan idealisme, kokoh kemauan, dan halus perasaan

terlupa atau sengaja lupa


Itu tetap kegagalan
Hatinya Rupawan meskipun Rusak Badan

Karya: Samsul Hadi

Dia bersua seperti biasa


Menyapa dan bercanda
Namun dia bercita mulia

Bertahan dalam rimba pengetahuan


Kelaparan demi yang lain kecukupan
Perih demi tegaknya kemanusiaan
Adalah dia yang menjadi dambaan dunia
Dialah mutiara indah tak ternilai harganya

Tangan dan kakinya tak mau diam


Perut dan kepalanya terus menerjang
Berjalan membawa senapan siap dibidikkan
Jiwa dan raganya dipertaruhkan
Hidup dan matinya menjadi jaminan
Dengan hati dan pikirannya ia diam dan berjalan
Dia mengarungi samudera kebaikan
Mendaki tebing terjal kebenaran
Rela menderita melebihi apapun
Kesempatannya tak tersia-siiakan
Sanggup melampaui perjalanan jauh berapapun
Sekalipun tinggalkan harta dan kedudukan
Dia aneh dan hina dipandang sebelah mata
Nyatanya ia kaya, mulia, dan tegak perkasa dari yang ada

Tekadnya gigih dalam rencana


Semangatnya kuat bagaikan baja
Hatinya pasrah tinggi ke angkasa
Tawakkal berserah pada sang Penguasa
Meski duri tajam mengoyak tubuh dekilnya
Ia terus melangkah demi ilmu pendidikan
Siapapun yang memandang akan tertawan
Hatinya rupawan meski rusak badan
Kata dan perbuatannya membingungkan
Namun pada pengujungnya semua terbuktikan
Dia sang idaman dicintai Tuhan

Anda mungkin juga menyukai