Semburat fajar mengiringi derap langkah yang tergesa
Menjemput harapan di antara raut, menanti dengan resah Sebingkai senyum, menyapa salam sangat ramah Merengkuh lembut dengan balutan cinta merekah
Dalam himpitan penat mencoba untuk tidak mengeluh
Tak pernah menyerah meski kerap didera lelah Dengan bermodalkan bekal ilmu yang diampu Menghantar masa depan para pejuang tangguh
Tak peduli dengan gaji yang kecil
Hanya cukup membeli bensin eceran Tetap mendidik tanpa memikirkan bayaran Pengabdian menjadi buah tanggung jawab moral
Dalam keterbatasan dituntut untuk profesional
Menjalankan tugas sebagai guru yang handal Mampu menciptakan berbagai model pembelajaran Agar siswa mampu menyerap dengan mudah pembelajaran
Saat daya pikir tak mampu menjangkau harapan
Tetap setia memberi berbagai pengetahuan Berharap siswa mengerti materi yang disampaikan Demi mencapai sebuah target pembelajaran
Guru oh guru, tetaplah bersabar
Di tengah himpitan beban mengajar Jangan meredup, teruslah berpijar Demi masa depan para pelajar!
Yogyakarta, 09 September 2018
PUISI PILIHAN 1
GURU PEMILIK ILMU
Karya: Poetry Angel
Hening yang cipta
Rundukku untukmu pejuang buku Dua genggammu berisi ilmu Yang tak pernah aku tahu menjadi mengerti
Tertikam kata pedas menyalahkan
Undurnya rasa terima kasih setelah menjadi jaya Tak pernah urungkan yakinmu akan hinanya kebodohan Tanpamu tak tertutup toga berbenang emas ubun ini
Guru pemilik ilmu
Mematikan ketololan memberikan pengertian Mengajarkan meraut pensil menarik pena Menyusun lembaran menjadi buku
Haturkan seribu doa dan terima kasih
Meski tinta yang kauberi nyaris mengering Dan helai tempatku menyusun abjad terbakar waktu Harummu adalah bunga bangsa di penjuru persada PUISI PILIHAN 2
PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN
Karya: Ahmad Muslim Mabrur Umar
Cermatilah sajak sederhana ini, kawan
Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula Sosok yang terkadang terlupakan Sosok yang sering tak dianggap
Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan
Terka-lah kiranya siapa pahlawan ini Ingat lagi kiranya apa jasanya Ia tak paham genggam senjata api Ia tak bertarung di medan perang
Ucap, sabar dan kata hati menjadi senjatanya
Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya Bukan ia diharap menang Namun suksesku dan suksesmulah menangnya
Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini
Karenanya kudapat tulis sajak ini Karenanya kau dapat baca sajak ini Julukannya ialah pahlawan tanpa tanda jasa
Mungkin telah teringat olehmu kawan
Mungkin telah kau terka jawabannya Ialah pahlawan dan orang tua kedua Ialah guru sang pahlawan terlupakan