Dalam pelaksaan hukuman mati di Indonesia ada beberapa prodesur yang harus
dilakukan berdasarkan situs berita Bintang.com
Hal tersebut dapat menjadi pro dan kontra dalam masalah kemanusiaan, karena secara
moral manusia memiliki Hak Asasi Manusia, didalam hal tersebut pun dijelaskan bahwa
manusia memiliki hak untuk hidup. Sehingga berdasarkan pandangan moral hal tersebut
adalah tindakan yang keliru dan tidak berdasarkan kemanusiaan. Secara teologi pun
dijelaskan bahwa membunuh merupakan sebuah tindakan yang termasuk melanggar 10
hukum Allah yang terdapat pada Keluaran 20:2-17. Dalam pandangan Iman Kristiani
membunuh dapat didefinisikan dalam beberapa aspek dan maksudnya dapat berbeda dari
berbagai jaman. Pada jaman Musa membunuh didefinisikan sebagai pencabutan nyawa
seseorang baik karena sengaja maupun tidak sengaja, tetapi ada pengecualian terhadap
membunuh musuh ketika berperang. Sedangkan jika dibandingkan dalam jaman Yesus
membunuh dapat didefinisikan sebagai yang terjadi pada jaman Musa, dan perbuatan fitnah
atau menjatuhkan sesama termasuk dalam kategori membunuh secara tidak langsung. Seperti
contoh, Yesus disalibkan karena fitnah-fitnah dari Ahli Taurat dan beberapa kaum Yahudi
karena iri hati dan dengki terhadapnya. Sedangkan pada jaman sekarang, membunuh
memiliki arti yang lebih spesifik dan lebih kompleks, pembatasan hak untuk berpendapat dan
pembunuhan karakter termasuk dalam kategori membunuh. Hukuman mati menurut
alkitabiah, ada beberapa kasus di dalam alkitab yang seharusnya dia mendapat hukuman mati
tetapi Yesus memberi kasih dan hikmatnya. Terdapat kisah wanita yang tertangkap berbuat
zina dan seharusnya ia mendapat hukuman mati “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk
pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka
seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri
dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata
kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum
engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum
engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:7-11).
Berdasarkan kisah tersebut jelas bahwa hukuman mati merupakan hak dari Tuhan sendiri
untuk menghukum mati orang yang bersalah dihadapannya.
Dalam Perjanjian Baru, kita membaca dan memahami bahwa para rasul tidak pernah
menyuruh menghukum mati orang-orang yang berdosa. Mereka hanya menegur dengan
keras orang yang berbuat dosa dan berdusta kepada Roh Kudus. Dalam beberapa kisah, Roh
Tuhan sendiri yang memberikan penghukuman kematian kepada beberapa orang berdosa.
Seperti Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:5-10), dan raja Herodes (Kisah Para Rasul
12:21-23). Jadi menurut Injil Kristus, hukuman mati hanyalah dilakukan oleh Tuhan sendiri
dan bukan oleh manusia. Pembalasan adalah hak-Nya Tuhan, janganlah kita menuntut
pembalasan. Dialah yang akan menghakimi (Ibrani 10:30).
Para napi yang melakukan pelanggaran hukum sebaiknya tidak diberikan hukuman
mati, biarkanlah nanti Tuhan yang akan memberikan penghukuman-Nya bagi mereka. Tugas
kita adalah memberikan waktu kesempatan bagi mereka untuk bertobat. Hukuman seumur
hidup bagi penjahat kelas berat merupakan hukuman yang paling maksimal yang dapat
diberikan negara. Kita semua berdosa dan hanya karena Kasih Karunia Allah memperoleh
pengampunan dan keselamatan. Marilah kita mengampuni dan mendoakan mereka yang
berbuat dosa agar kembali ke jalan yang benar.
Menurut pandangan saya sendiri, memang manusia memiliki Hak Asasi Manusia
terlebih hak untuk hidup sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mencabut nyawa
seseorang kecuali Tuhan itu sendiri. Saya memiliki anggapan bahwa hukuman mati di negara
negara yang dilaksakan hanya untuk memberi efek takut pada masyarakat agar tidak
melakukan kejahatan yang sama. Tetapi dari pandangan saya, untuk pelaku sendiri
sebenarnya hukuman mati tidak adil bagi mereka karena walaupun mereka telah melakukan
dosa besar dan mungkin memakan banyak korban tetapi mereka masih dapat menyesalinya
dan berpaling ke jalan yang benar. Tuhan mengajarkan kasih kepada kita, dia juga
mengajarkan pengampunan terhadap sesama sehingga kita pun wajib mengampuni mereka
walau mereka telah melakukan dosa besar seperti itu. Perlu ditemukannya cara lain untuk
memberi efek jera dan memberi kesadaran kepada masyarakat untuk tidak melakukan hal
yang sama.
Faktanya hukuman mati tidak efektif untuk mencegah kejahatan narkotika seperti
yang telah dibahas diberita tadi. Masih ada saja transaksi narkoba di Indonesia baik skala
kecil maupun besar yang bahkan tidak terendus atau ditutupi pihak kepolisan. Beberapa
solusi yang mungkin untuk menggantikan hukuman mati adalah
Melindungi hak atas kesehatan, membuka diskusi dan pelaksanaan dekriminalisasi
penggunaan narkotika sesuai dengan bukti ilmiah, mengendepankan kerja dengan komunitas
pengguna narkotika adalah salah satunya. Perubahan paradigma memang tidak dapat
dilakukan sekejap mata, namun hal ini harus segera dimulai, semakin tingginya kesadaran
masyarakat maka angka kriminalitas akan menurun sehingga tidak perlu pelaksaan hukuman
mati. Hukuman seumur hidup sudah cukup untuk membuat pelaku jera dan cukup efektif
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat walaupun negara akan kehilangan uang untuk
memfasilitasi dan membiayai kehidupan terpidana.
Sumber :
Akuntono, Indera. 2015. Jaksa Agung Pastikan Duo “Bali Nine” Tetap Dieksekusi
Mati, diambil dari
http://nasional.kompas.com/read/2015/02/16/20365381/Jaksa.Agung.Pastikan.Duo.Ba
li.Nine.Tetap.Dieksekusi.Mati diakses pada Jumat 26 Mei 2017 pukul 21.40.
Kolopita, Satrio. 2013. Penegakan Hukum Atas Pidana Mati Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Narkotika. Diambil dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/3089 diakses pada
Jumat 26 Mei 2017 pukul 21.40.
Disusun oleh:
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017