Anda di halaman 1dari 3

KONTRA

•dikemukakan oleh Beccaria yang mengatakan bahwa hidup adalah suatu yang tak dapat
dihilangkan secara legal dan membunuh adalah tercela, oleh karena itu pidana mati adalah
immoral dan makanya tidak sah. Joseph von Sonnefels menentang pidana mati, karena
dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Protokol Opsional kedua Kovenan
Internasional tentang hak-hak sipil dan politik, yang ditujukan untuk menghapuskan hukum
mati menyebutkan di dalam pasal 1 nya. Pertama, tidak seorangpun dalam wilayah hukum
dan negara pihak pada protokol ini dapat dihukum mati. Kedua, setiap negara pihak yang
meratifikasi kovenan wajib mengambil langkah- langkah yang dipergunakan untuk
menghapuskan hukuman mati didalam wilayah hukumnya.

PRO
 pidana mati memberikan efek jera yang sangat efektif, baik terhadap si pelaku (efek
detterence), maupun terhadap masyarakat yang berpotensi melakukan kejahatan-kejahatan
berat (general detterence). Dari beberapa perspektif pidana mati masih memiliki tempat dan
memberikan harapan agar masyarakat berfikir ribuan kali untuk melakukan kejahatan-
kejahatan berat yang diancam pidana mati, antara lain, kejahatan narkoba, terorisme,
korupsi, pembunuhan berencana dan perampokkan dengan kekerasan. Meski kritikan terus
bertambah terhadap pidana mati, untuk sekarang ini Indonesia masih memerlukan pidana
mati untuk melindungi masyarakat dari ancaman penjahat-penjahat yang membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan jiwa manusia, kita semua hendaknya bisa berfikir holistik
dalam menyikapi persoalan pidana mati, idealnya cita hukum yaitu keadilan, kepastiam dan
manfaat bisa terpenuhi secara bersama-sama, namun dalam praktiknya itu tidaklah mudah,
penerapan pidana mati secara filosofis adalah untuk melenyapkan kejahatan-kejahatan
besar sehingga akan dirasakan keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat banyak..
PRO
 Indonesia berada pada masa darurat korupsi, korupsi sudah merajalela di berbagai bidang
dan lapisan. Dari generasi ke generasi, dari rezim ke rezim korupsi sulit diberantas bahkan
semakin mengakar dan dilakukan secara masif. Lembaga-lembaga hukum berdiri, idealnya
mampu memberantas korupsi dari hilir sampai hulu, lembaga adhock yaitu Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dibentuk dan terlahir dari semangat negeri bebas dari
rongrongan korupsi, namun negeri ini tetap tidak bisa lepas dari korupsi.dari strategi
pemberantasan korupsi melalui strategi preventif (pencegahan), strategis detektif
(pengusutan) dan strategi refresif (penjatuhan pidana), maka penjatuhan pidana mati bagi
koruptor menjadi satu pilihan dari beberapa pilihan dalam pemberantasan korupsi.

 Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 yo UU No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan
Tindak pidana korupsi memberikan legalitas bahwasannya koruptor bisa dihukum mati
berdasarkan pasal 2 ayat (2), dimana pidana mati dapat dijatuhkan kepada koruptor yang
melakukan tindak pidana korupsi dalam keadaan tertentu, yaitu : (1) dilakukan pada waktu
negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku (2) pada waktu
terjadinya bencana alam nasional (3) sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau (4)
pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter. Indonesia hendaknya bisa
berkaca pada China dalam penegakan hukum terhadap korputor, di China tiada ampun bagi
koruptor, bahkan Cheng ke jie wakil ketua Parlemen China juga dihukum mati, ju Rongji
Perdana Mentri China beberapa tahun yang lalu mengatakan “siapkan ribuan peti mati
untuk para koruptor, tetapi siapkan juga satu peti mati buat saya, jika saya juga korupsi, saya
siap dihukum mati.” Perkataan Ju Rongji tersebut hendaknya menginspirasi para pemimpin
Indonesia untuk tegas dalam pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu. Dengan cara
seperti itulah korupsi bisa ditekan, diberantas dan diminimalisir. Plato, seorang filsuf Yunani
kuni berkata, para pemimpin yang menelantarkan dan tidak memberikan kesejahteraan
rakyat dapat dihukum mati tanpa upacara.

KONTRA
 Sebagian menganggap jenis hukuman ini dapat menimbulkan rasa jera, karena diberikan
hukuman yang paling berat. Namun ada juga yang menentangnya dengan berbagai alasan.
Misalnya karena alasan hukuman mati yang dinilai tidak efektif menimbulkan rasa jera.

 Pendapat ini salah satunya datang dari Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice
Reform (ICJR) Anggara Suwahju. Ia menyampaikan sejumlah contoh negara-negara yang
menerapkan hukuman mati bagi koruptor, nyatanya angka korupsi di sana masih tetap
tinggi, salah satunya China. Untuk itu, upaya yang berbentuk pencegahan dinilai lebih efektif
untuk mengatasi jenis kejahatan ini.

 "ICJR memandang bahwa pemberantasan korupsi akan jauh lebih efektif jika
memaksimalkan langkah-langkah pencegahan melalui perbaikan sistem pemerintahan dan
penegakan hukum agar memiliki tingkat transparansi dan akuntabilitas yang tinggi," kata
Anggara kepada Kompas.com, Selasa (10/12/2019). Dilansir dari kompas.com

 Senada dengan Anggara, Pakar Hukum Tata Negara Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera
Bivitri Susanti juga tidak menyetujui pemberlakuan hukuman mati.Menurutnya ada cara
yang lebih efektif untuk menimbulkan rasa jera daripada sekadar diberi hukuman mati.

 Pemenjaraan dan perampasan aset dianggap lebih efektif, termasuk memanfaatkan para
pelaku untuk mengungkap pihak lain yang turut menikmati uang haram.

 Latuharhary - Hak hidup adalah hak paling mendasar yang tidak bisa dikurangi dalam
keadaan apapun yang dijamin oleh konstitusi.

 “Padahal tidak ada korelasi antara penerapan hukuman mati dengan upaya pencegahan dan
efek jera di dalam pemberantasan tindak korupsi,” ungkap Ketua Komnas HAM RI Ahmad
Taufan Damanik ketika menjadi pembicara dalam Diskusi Daring bertajuk "Hukuman Mati
untuk Koruptor: Apakah Tepat?" yang diselenggarakan oleh Imparsial bersama narasumber
lain Anggota Komisi III DPR RI Arsul Sani, Juru Bicara KPK Ali Fikri, Koordinator ICW Adnan
Topan Husodo, Peneliti Imparsial Amalia Suri dan dimoderatori oleh Peneliti Imparsial
Gustika Jusuf (Jumat, 12/3/2021).

 vonis hukuman mati bukan lah solusi yang tepat untuk memberantas korupsi, karena selain
tidak cukup efektif mengatasi tindak pidana korupsi, juga bertentangan dengan norma hak
asasi manusia.

 Indonesia tidak saja dinilai dari seberapa kuat membangun sistem pencegahan dan
penindakan terhadap praktek korupsi, tetapi juga akan dinilai seberapa jauh memiliki
komitmen kepatuhan terhadap standar hak asasi manusia.

 Peneliti ICW, Kurnia Ramadhana mengatakan hingga saat ini belum ada literatur ilmiah yang
membuktikan bahwa hukuman mati dapat menurunkan angka korupsi di suatu negara. Ia
menerangkan justru negara-negara yang menempati posisi puncak dalam Indeks Persepsi
Korupsi atau dianggap paling bersih dari praktik korupsi tidak memberlakukan hukuman
mati.www.cnnindonesia.com
 Menurut dia, hukuman ideal bagi pelaku korupsi adalah kombinasi antara pemenjaraan
badan dengan perampasan aset hasil kejahatan atau secara sederhana diartikan pemiskinan.

 Lebih lanjut, Amnesty International Indonesia (AII) menentang hukuman mati untuk segala
kasus tanpa terkecuali-- terlepas dari siapa yang dituduh melakukan kejahatan, sifat
kejahatan, bersalah atau tidak bersalah, ataupun metode eksekusi yang digunakan.

 Direktur Eksekutif AII, Usman Hamid, menilai hukuman mati merupakan pelanggaran hak
untuk hidup sebagaimana dinyatakan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

 "Hukuman mati juga tidak terbukti menimbulkan efek jera. Berbagai studi telah
menunjukkan bahwa yang efektif untuk mengurangi tindakan kriminal adalah kepastian
mendapatkan hukuman, bukan tingkat keberatan hukuman tersebut," ujar Usman.

 Usman menambahkan,negara-negara yang menempati posisi puncak dalam Indeks Persepsi


Korupsi atau dianggap paling bersih dari praktik korupsi juga tidak memberlakukan hukuman
mati. Yakni Selandia Baru, Denmark, dan Finlandia.

 Usman menambahkan,negara-negara yang menempati posisi puncak dalam Indeks Persepsi


Korupsi atau dianggap paling bersih dari praktik korupsi juga tidak memberlakukan hukuman
mati. Yakni Selandia Baru, Denmark, dan Finlandia.

 Karena itu, jika ingin menimbulkan efek jera dan memberantas korupsi, seharusnya Jaksa
Agung dan aparat penegak hukum lainnya fokus untuk memastikan bahwa semua pelaku
korupsi bisa dibawa ke pengadilan, bukan bermain retorika soal hukuman mati

Anda mungkin juga menyukai