Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adelina M Sihombing

Nim : 210200046
Sub Tema : Sosial

Realitas Hukum Terhadap Meningkatnya Kriminalitas Ditengah Pandemi

Latar Belakang
Hukum merupakan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dalam menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat. Peraturan-peraturan tersebut dibuat dan
ditetapkan oleh badan-badan resmi yang berwajib. Dalam konteks yang lebih luas, ada banyak
sekali pendapat para ahli-ahli mengenai makna dari hukum itu sendiri, salah satunya menurut
sarjana hukum S.M.Amin.S.H. bahwa hukum adalah kumpulan- kumpulan peraturan yang
terdiri dari norma, dan sanksi-sanksi itu disebut hukum, dan tujuan hukum itu adalah
mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban
terperilihara.Sedangkan menurut Drs.E.Utrecht,S.H. bahwa hukum merupakan himpunan
peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat 1
Berkebalikan dari hukum yang berisi peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat maka
krimanilitas merupakan tindakan yang melanggar peraturan yang telah dibuat
sebelumnya.Hukum dan kriminalitas merupakan dua hal yang saling bertolak belakang, namun
tidak bisa kita pungkiri bahwa hukum dan kriminalitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam masyarakat.Kriminalitas merupakan masalah yang sangat umum yang terjadi dalam
masyarakat dimanapun berada, dan dapat terjadi diberbagai tempat dengan jangka waktu yang
sama atau berbeda.Dalam konteks yang lebih luas kriminalitas adalah bagian dari masyarakat
yang sangat sulit dihilangkan. kriminalitas akan selalu ada jika ketidak seimbangan perilaku
masyarakat dengan peraturan hukum itu sendiri selalu ada. Ini diperparah dengan banyak nya
pengaruh dari lingkungan maupun pola asuh yang berlawanan dengan norma yang dapat
mempengaruhi perilaku dan pola pikr masyarakat. Kriminalitas memiliki imbas bukan hanya
pada pelaku kriminalitas itu sendiri melainkan pada orang lain. Menurut W.Kusuma Mulyana
bahwa kejahatan atau kriminalitas tidak hanya diukur berdasarkan functional imperative of social
institution, sebagai kriteria moral melainkan juga diukur oleh nilai-nilai kerugian yang
diakibatkan terhadap masyarakat sebagai keseluruhan, bahkan juga terkait dengan pelanggaran
terhadap hak-hak asasi manusia2
Semakin maraknya kasus kriminalitas yang terjadi, semakin beragam pula sanksi atau
hukuman yang dimuat dalam peraturan tersebut. Pada prinsipnya, sanksi atau hukuman bukan
lah cara untuk menyiksa pelaku kejahtan. Menurut Cessare Beccaria sanksi diperlukan untuk
1
Buku Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia Drs.C.S.T.Kansil, S.H. Balai Pustaka-1986, hal 38
2
Ende Hasbi Nasrudin Kriminologi, Bandung: CV Pustaka Setia-2016, hal 4
mencegah penjahat mencederai lebih lanjut masyarakat dan mencegah orang lain dari perbuatan
yang serupa3. Pada prinsipnya ini berarti antara perbuatan dan saksi haruslah sesuai dan
seimbang.
Beragamnya tindakan kriminalitas terus berkembang seiring dengan berkembang nya
zaman. Di Indonesia khususnya pada periode 2017-2019 dilansir dari Badan Pusat Statistik tiap
100 ribu penduduk ditahun 2017 beresiko terkena tindakan kejahatan sekitar 129, menjadi 113
pada tahun 2018, dan menurun menjadi 103 pada tahun 2019 . Ini berarti tindak kejatahatan
menurun sebanyak 1,0%4 . Ini berkebalikan pada periode tahun berikutnya pada tahun 2020-2021
yang terjadi peningkatan kejahatan sebanyak 5,08%. Dilansir dari medcom.id jumlah kejahatan
yang ditangani oleh polisi pada minggu pertama 2021 mencapai sebanyak 4.650 kejadian,
menyusul pada minggu berikutnya meningkat sebanyak 4.886 kejadian dari berbagai jenis kasus
kiriminalitas5 . Ini terjadi bukan tanpa sebab pada akhir 2019 lalu dunia tengah dihadapkan
dengan virus mematikan covid-19. Dampak nya bukan hanya berimbas pada masalah kesehatan
namun dalam segala aspek kehidupan termasuk kriminalitas. Banyak nya perusahaan yang tutup
sebagai imbas dari pemerosotan ekonomi membuat kasus kriminalitas kian meningkat. Kasus
PHK, pedagang yang gulung tikar, agak nya menjadi pemandangan kita sehari-hari. Sulitnya
mencari pekerjaan ditambah akses yang sulit untuk bebas dalam beraktifitas semakin membuat
kemiskinan bertambah imbasnya kriminalitas semakin meningkat.Disisi lain,peran hukum dalam
memberantas kasus kriminalitas terus mendapat sorotan dari semua kalangan publik.
Realitas dan Keterpihakan Hukum terhadap Kriminalitas ditengah Pandemi
Realitasnya di masa sekarang ini, negara tengah dicekik akibat pandemic,ini secara
langsung berimbas pada kemerosotan ekonomi sehingga meningkatnya kriminalitas. Namun
ditengah peliknya kondisi saat ini, masih saja ada keterpihakan hukum yang dinilai berlawanan.
Para penegak hukum yang harusnya bersikap adil, justru malah dinilai berpihak pada pihak yang
salah.
Contoh kasus yang sangat menuai beragam kontroversi dimasa pandemi yaitu kasus
korupsi oleh mantan mentri social julianri Batubara. Dilansir dari bb.com menyebutkan bahawa
sidang pembacaan putusan Senin (23/08) majelis hakim menghukum julianri dengan penjara 12
tahun serta membayar denda Rp.500 juta dan uang pengganti sebanyak Rp.14,5 miliar namun
yang menjadi kontroversi adalah putusan hakim yang menganggap bahwa sorotan publik
terhadapnya menjadi salah satu pertimbangan hakim meringankan hukumannya. Tentu ini dinilai
janggal karena hakim dianggap memihak pada pelaku dibanding dengan masyarakat yang
memang saat ini membutuhkan uluran tangan pemerintah 6

3
Cesare Beccaria.Perihal kejahatan dan hukuman ter.Wahmuji (Yogyakarta: Genta Publishing-2011) hal 21
4
Dilansir dari Badan Pusat Statistik Krimanal bps.go.id
5
Dilansir dari artike berita Medcom.id
6
Dilansir dari arikel berita bbc.com
Bandingkan dengan kasus criminal lainnya seperti kasus pencurian susu dan minyak kayu
putih oleh Ibu di Blitar Jawa Timur (08/09) ini terjadi karena himpitan ekonomin di masa
pandemic, demi memenuhi kebutuhan hidup sang anak si ibu sampai nekat mencuri, tidak
tanggung tanggung ibu ibu tersebut diancam dengan pasal 363 KUHP pidana hukuman nya
maksimal 7 tahun penjara 7
Pada realitas nya keterpihakan penegak hukum nyata adanya bukan hanya sebagai kabar burung
belaka. Dari contoh dua kasus tersebut dapat kita rasakan bahwa masih saja terjadi ketimpangan
dalam praktik penegak hukum. Padahal Indonesia merupakan negara hukum dengan jelas
dituangkan dalam UUD 1945 pasal I ayat (3)8
Meningkat nya kasus kriminalitas di tengah pandemi memang bukan merupakan suatu
hal yang dapat kita pungkiri. Namun pada saat ini dimana negara sedang dalam proses pulih
kembali kiranya dapat membuat sadar “para penegak hukum” akan rumitnya situasi ini jika
hukum tidak benar benar efektif dalam menjalankan fungsinya.

7
Dilansir dari artikel berita tribunnews.com
8
Lihat UUD 1945 pasal 1 ayat (3)
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Buku Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia Drs.C.S.T.Kansil, S.H. Balai Pustaka-
1986, hal 38
Ende Hasbi Nasrudin Kriminologi, Bandung: CV Pustaka Setia-2016, hal 4
Cesare Beccaria.Perihal kejahatan dan hukuman terj.Wahmuji (Yogyakarta: Genta Publishing-
2011) hal 21

Peratuaran Perundang-Undangan

Undang Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (3) yang berbunyi:” bahwa Indonesia merupakan
negara hukum”

Artikel Internet

Dilansir dari Badan Pusat Statistik Krimanal bps.go.id


Dilansir dari artike berita Medcom.id
Dilansir dari arikel berita bbc.com
Dilansir dari artikel berita tribunnews.com

Anda mungkin juga menyukai