Disusun Oleh:
KELAS B
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penanggulangan korupsi yang membudaya dan merusak sistem
hukum di Indonesia?
C. Pembahasan
Korupsi e-KTP merupakan salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah
terjadi di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya nilai penyimpangan dana dalam
kasus korupsi e-KTP. Kerugian yang di tanggung negara dengan terbongkarnya
praktik kotor ini mencapai Rp. 2,31 triliun. Proyek yang dianggarkan pemerintah
untuk e-KTP sebanyak Rp. 5,9 Triliun 1,sedangkan yang benar-benar digunakan untuk
belanja rill hanya sebesar Rp 2,6 Triliun. Ini menunjukkkan hampir separuh atas
sekitar 49% dana proyek e-KTP dikorupsi oleh para penyelenggara negara. Bukan
hanya itu, banyaknya oknum yang terlibat dalam kasus korupsi proyek e-KTP
menjadikan kasus ini layak disebut sebagai salah satu kasus korupsi terbesar yang
pernah terjadi di Indonesia.
Fakta tersebut secara langsung menggambarkan ketimpangan sistem hukum
yang terjadi di Indonesia. Menurut Lawrence Friedman sistem hukum yang benar
jika memenuhi, tiga komponen sub sistem yaitu Struktur hukum ( legal structure),
Substansi hukum (legal substance) dan Kultur hukum (legal cultur).2
1
Fatimah Chorinnisa, 2017, Analisis Framing Pemberitaan Kasus Korupsi Proyek E-Ktp di Surat
Kabar Harian Kompas. Skripsi pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2
Lawrence M. Friedman, A History of American Law, 3rd edition, New York: Simon and Schuster,
2005 dalam Lindra DarnelaAsy-Syir’ah (Tinjauan Sistem Hukum dalam Penerapan Peraturan Daerah
(Perda) Syari’ah di Tasikmalaya . Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 49, No. 1, Juni 2015)
Tiga komponen dari sistem hukum menurut Lawrence Friedman tersebut diatas
merupakan jiwa atau ruh yang menggerakan hukum sebagai suatu sistem sosial
yang memiliki karakter dan teknik khusus dalam pengkajiannya.
Dalam Tap MPR No 11/MPR /1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi Nepotisme menjelaskan perlu berfungsinya
Lembaga-lembaga negara dan penyelenggaraan negara, menghindarkan praktek
korupsi kolusi nepotisme serta pemberantasan korupsi kolusi nepotisme harus
dilakukan secara tegas terhadap siapa juga.
Kemudian Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 2 ayat 1 Bahwa Setiap
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Berkaca dari kasus korupsi di Indonesia yang terjadi pada lembaga legislatif dan
lembaga yudikatif mengakibatkan lembaga penyelenggara negara lainnya turut
3
Sigid Suseno dan Nella Sumika Putri, 2013, Hukum Pidana Indonesia: Perkembangan dan
Pembaharuan, Bandung: Remaja Ros Dakarya. Hal. 88
4
Lawrence Freedman 1975 dalam M.Syamsuddin, Korupsi dalam Perspektif Budaya Hukum Jurnal
UNISIA, Vol.XXX No.64 Juni 2007, Universitas Islam Indonesia ,Yogyakarta, hlm.183.
5
Ibid, hlm.189
melakukan tindak pidana korupsi yang menciptakan budaya hukum yang buruk yang
mencederai sistem hukum di Indonesia.
6
Bambang Wahyo, 2014, Optimalisasi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia, Jurnal Yuridis Vol
1 No.2 Desember 2014: 180
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Sigid Suseno dan Nella Sumika Putri, 2013, Hukum Pidana Indonesia: Perkembangan
dan Pembaharuan, Bandung: Remaja Ros Dakarya.
B. JURNAL