Anda di halaman 1dari 8

PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh :
Kelompok G
I Made Putra Wira N. (162010101013)
Nila Nabila Yonda (182310101058)
Cintya Dyah Pramesthi (182310101152)
Andira Nurrahma (182310101190)
Bina Salsabila (182310101200)

UNIVERSITAS JEMBER
2019
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara hukum, yang artinya negara yang semua
penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan
atas hukum, bukan didasarkan atas kekuasaan belaka. Indonesia dicita-citakan sebagai
sebuah Negara hukum Pancasila. Tetapi bagaimana ide Negara hukum itu, selama ini
belum pernah dirumuskan secara komprehensif. Yang ada hanyalah pembangunan
bidang hukum yang bersifat sectoral (Jimly Asshiddiqie, 2009:3).

Untuk dapatnya hukum berfungsi sebagai sarana penggerak, oleh karena itu
hukum harus dapat ditegakkan dan untuk itu hukum harus diterima sebagai salah satu
bagian dari sistem nilai kemasyarakatan yang memiliki manfaat bagi masyarakat.
Penegakan hukum merupakan salah satu usaha guna mencapai atau menciptakan tata
tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat baik itu usaha pencegahan
maupun pemberantasan atau penindakan setelah terjadinya pelanggaran hukum,
dengan perkataan lain baik secara preventif maupun represif.

Tugas utama penegakan hukum ialah untuk mewujudkan keadilan, karena


dengan penegakan hukum itulah hukum menjadi kenyataan (Liliana, 2013:66). Oleh
karena itu, agar hukum dapat ditegakkan maka diperlukan pencerahan pemahaman
hukum bahwa sesungguhnya hukum itu adalah sebuah pilihan keputusan, sehingga
apabila salah memilih keputusan dalam sikap dan perilaku nyata, maka berpengaruh
buruk terhadap penampakan hukum di Indonesia.

Konsep dan urgensi penegakan hukum yang berkeadilan

Thomas Hobbes (1588-1679 M) dalam bukunya Levathan mengatakan “Homo


homini lupus” yang artinya manusia merupakan serigala bagi manusia lainnya. Antara
manusia yang satu dengan yang lainnya memiliki keinginan dan nafsu yang berbeda-
beda. Ada yang memiliki nafsu baik, ada juga yang memiliki nafsu tdak baik. Inilah
salah satu alasan mengapa perlu adanya peraturan hukum. Kondisi yang kedua,
tampaknya bukan hal yang tidak mungkin jika semua masyarakat tidak memerlukan
adanya aturan hukum. Tetapi, Cicero (106-43 SM) mengatakan “ubi societas ibi ius”
yang artinya dimana ada masyarakat disitu pula ada hukum. Dengan kata lain, hukum
masih diperlukan sampai saat ini dan kedudukannya semakin penting.

Upaya penegakan hukum di sebuah negara, begitu erat hubungannya dengan


tujuan negara. Menurut Kranenburg dan Tk. B Sabaroedin (1975) kehidupan manusia
tidak hanya cukup dengan aman, teratur dan tertib, manusia juga perlu sejahtera.
Apabila tujuan negara hanya mejaga ketertiban, maka tujuan negara tersebut terlalu
sempit. Tujuan negara yang lebih luas ialah menjamin kesejahteraan setiap manusia
disamping keamanannya.

Teori negara hukum dari Kranenburg ini banyak dianut oleh negara-negara
modern. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum. Artinya,
negara bukan didasarkan pada kekuasaan melainkan negara yang berdasarkan atas
hukum.

Sumber historis, sosiologis, dan politis penegakan hukum

1. Keadilan
Keadilan merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum.
Artinya, bahwa dalam pelaksanaan hukum para aparat penegak hukum harus
bersikap adil. Pelaksanaan hukum yang tidak adil akan mengakibatkan
keresahan masyarakat, sehingga wibawa hukum dan aparatnya akan luntur di
masyarakat. Apabila masyarakat tidak peduli terhadap hukum, maka ketertiban
dan ketrentaman masyarakat akan terancam yang pada akhirnya akan
mengganggu stabilitas nasional.
2. Kemanfaatan
Selain unsur keadilan, para aparatur penegak hukum dalam menjalankan
tugasnya harus memertiimbangkan agar proses penegakan hukum dan
pengambilan keputusan memiliki manfaat bagi masyarakat. Hukum harus
bermanfaat bagi manusia. Oleh karena itu, pelaksanaan hukum atau penegakan
hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi manusia.
3. Kepastian hukum
Artinya, penegakan hukum pada hakikatnya adalah perlindungan hukum
terhadap tindakan sewenang-wenang. Adanya kepastian hukum
memungkinkan seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan.
Misalnya, seseorang yang melanggar hukum akan dituntut
pertanggungjawaban atas perbuatannya itu melalui proses pengadilan, dan
apabila terbukti bersalah akan dihukum. Oleh karena itu, adanya kepastian
hukum sangat pentng. Orang tidak akan mengtahui apa yang harus diperbuat
bila tanpa kepastian hukum sehingga akhirnya akan timbul keresahan.

Argumen tentang dinamika dan tantangan penegakan hokum

Dari banyaknya kasus yang ada dalam kehidupan sehari-hari seperti yang ada
pada subbab di atas kita dapat memperhatikan bahwa:

 Masih banyak perilaku warga negara khususnya oknum aparat negara yang
belum baik dan terpuji, terbukti dengan masih banyaknya praktik KKN, praktik
suap, perilaku premanisme, dan perilaku lainnya yang tidak terpuji;
 Masih ada potensi konflik dan kekerasan sosial yang bermuatan SARA,
tawuran, pelanggaran HAM, dan sikap etnosentris;
 Maraknya kasus-kasus ketidakadilan sosial dan hukum yang belum
diselesaikan dan didatangani secara tuntas.

Banyaknya kasus perilaku warga negara sebagai subjek hukum baik bersifat
perorangan maupun kelompok yang belum baik atau yang melanggar hukum masih
perlu ditegakkan. Masalahnya, saat ini penegakan hukum di Indonesia dipandang
masih lemah dan dalam beberapa kasus masyarakat dihadapkan dengan ketidakpastian
hukum. Rasa keadilan masyarakat pun belum sesuai harapan, masyarakat bahkan
merasakan bahwa aparat penegak hukum memperlakukan hukum bagaikan tajam
kebawah dan tumpul keatas. Jika kejadian ini terjadi terus-menerus maka akan terjadi
revolusi hukum. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah persoalan penegak hukum di tengah maraknya pelanggaran hukum di segala
strata kehidupan masyarakat.

Di era globalisasi ini, banyak tantangan yang dihadapi aparat penegak hukum.
Mereka harus memliki sikap baja, akhlak mulia, dan karakter yang kuat dalam
menjalankan tugas. Dalam hal ini, aparat penegak hukum harus kuat dan siap
menghadapi berbagai cobaan, ujian, godaan yang dapat berakibat jatuhnya wibawa
sebagai penegak hukum. Penegak hukum harus tahan terhadap upaya oknum
masyarakat atau pejabat lain yang akan mencoba menyuap, misalnya. Selain itu,
pemerintah perlu melakukan upaya preventif dalam mendidik warga negara termasuk
dalam membina aparatur negara secara terus-menerus. Apabila hal ini telah dilakukan,
maka ketika ada warga negara yang mencoba melakukan pelanggaran hukum pihak
aparatur penegak hukum harus bekerja secara profesional dan berkomitmen
menegakkan hukum.

Esensi dan urgensi penegakan hukum

Indonesia merupakan negara Hukum, yang memiliki banyak aturan yang


mengatur berbagai hal. Pernahkah anda berfikir bagaimana jika suatu negara tidak
memiliki hukum?, Atau mungkin peraturan hukum sudah ada, namun apa yang akan
terjadi apabila di negara-bangsa tersebut tidak ada upaya penegakan hukum? Benarkah
penegakan hukum itu penting dan diperlukan? Sebagaimana telah dikemukakan
terdahulu, bahwa sudah sejak lama Cicero menyatakan Ubi Societas Ibi Ius, di mana
ada masyarakat, di sana ada hukum. Bahkan, apabila kita kaji kitab suci yang
diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Anda pasti akan menemukan betapa banyak
aturan aturan yang dinyatakan dalam setiap ayat kitab suci tersebut. Namun, tampaknya
ada peraturan hukum saja tidak cukup. Tahap yang lebih penting adalah penegakan dan
kepastian hukum. Penegakan hukum bertujuan untuk mewujudkan peraturan hukum
demi terciptanya ketertiban dan keadilan masyarakat.
Penegakan hukum bertujuan untuk mewujudkan peraturan hukum demi
terciptanya ketertiban dan keadilan masyarakat. Apa yang tertera dalam peraturan
hukum (pasal-pasal hukum material) seyogianya dapat terwujud dalam proses
pelaksanaan/ penegakan hukum di masyarakat. Dengan kata lain, penegakan hukum
pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam
masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh perlindungan akan hak-hak dan
kewajibannya.
Jika diliat dari keadaan hukum di Indonesia dan kasus yang terjadi, masih
terlihat beberapa hal yang tidak seimbang antara aturan yang ada dan penegakan dari
aturan tersebut. Bisa dilihat dari maraknya kasus “ Tumpul ke atas, Tajam ke bawah”.
Dari fakta tersebut sangat jelas bahwa keberadaan hukum dan upaya penegakannya
sangat penting. Ketiadaan penegakan hukum, terlebih tidak adanya aturan hukum akan
mengakibatkan kehidupan masyarakat “kacau” (chaos). Negara-Bangsa Indonesia
sebagai negara modern dan menganut sistem demokrasi konstitusional, telah memiliki
sejumlah peraturan perundangan, lembaga-lembaga hukum, badan-badan lainnya, dan
aparatur penegak hukum. Namun, demi kepastian hukum untuk memenuhi rasa
keadilan masyarakat, upaya penegakan hukum harus selalu dilakukan secara terus
menerus.

CONTOH KASUS

https://news.detik.com/berita/d-4394996/baru-393-orang-dari-2357-pns-korup-yang-
dipecat?_ga=2.94323035.790046469.1556547564-482226393.1491226717

1. Analisis kasus

Badan Kepegawaian Nasional (BKN) menyatakan 393 dari 2.357 orang


PNS korupsi dan putusannya sudah berkekuatan hukum tetap telah diberhentikan
dengan tidak hormat alias dipecat. Dari jumlah itu, 42 orang berasal dari instansi pusat
dan 351 dari instansi daerah.

"Pusat Data Wasdalpeg (Pengawasan dan Pengendalian Kepegawaian) BKN


mencatat bahwa dari jumlah 2.357 tersebut, hingga 14 Januari 2019 baru 393 PNS yang
sudah ditetapkan Surat Keputusan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (SK PTDH)
sebagai PNS oleh masing-masing Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK)," kata Kepala
Biro Hubungan Masyarakat BKN Mohammad Ridwan dalam keterangan tertulisnya,
Selasa (22/1/2019).

Pemecatan dilakukan berdasar pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri


Dalam Negeri, Menteri PAN RB, dan Kepala BKN Nomor 182/6597/SJ, Nomor 15
Tahun 2018, dan Nomor 153/KEP/2018. SKB itu mengatur soal penegakan hukum
bagi para PNS yang telah inkrah putusannya dalam kasus korupsi. Selain itu, Ridwan
juga mengatakan ada 498 PNS yang sudah dipecat karena kasus korupsi hingga 14
Januari 2018. Namun, jumlah itu di luar data 2.357 orang PNS yang sempat diungkap
pada 2018 lalu. "Sehingga dari keseluruhan data tersebut, hingga 14 Januari 2019
terdapat 891 PNS kasus Tipikor yang sudah ditetapkan SK PTDH-nya," ucap Ridwan.
Pemecatan PNS korupsi ini awalnya ditargetkan tuntas pada akhir 2018. Proses
pemecatan ini dimulai usai dilakukan pertemuan antara Mendagri, MenPAN RB,
Kepala BKN dan KPK.

2. Alternatif Penyelesaian

Menurut kelompok kami dari masalah korupsi yang sudah banyak terjadi di
Indonesia, khususnya di aparatur negara, memang masih banyak hal yang harus
dibenahi. Pendidikan sejak dini tentang sikap – sikap dasar agar menjadi pribadi yang
jujur merupakan salah satu hal yang dapat diterapkan untuk menyiapkan generasi
bangsa yang baik dan tanpa korupsi, selain itu salah satu hal awal yang bisa dibenahi
adalah dari perekrutan atau sistem seleksi untuk PNS itu sendiri. Memperbaiki sistem
pengawasan untuk para PNS maupun diluar PNS juga sangat perlu dilakukan, karena
hal ini dapat meminimalisir terjadinya tindakan korupsi. Jika memang masih ada
ditemukan kasus Korupsi, menurut kami jalan satu – satunya ialah menindak tegas para
koruptor, agar memiliki sikap jera serta bisa juga menjadi pelajaran bagi pegawai
lainya untuk tidak melakukan hal yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Darmana I Ketut.2017. Urgensi Penegak Hukum terhadap Tantangan Global


Masyarakat Tangerang
http://nasional.kompas.com/read/2013/09/09/1113063/Hukuman.Koruptor.Terlalu.Ri
ngan (Diakses pada 29 April 2019)

http://kuliahdaring.dikti.go.id/materiterbuka/open/dikti/Mata%20Kuliah%20MKU/pd
f%20w%20PKN/Bab%20VII%20Penegakan%20Hk_%20hasil.pdf (Diakses
pada 29 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai