Permasalahan hukum di Indonesia yang saat ini sedang terjadi disebabkan oleh
beberapa hal yaitu sistem peradilannya, perangkat hukumny, inkonsistensi
penegakan hukum, intervensi kekuasaan maupun perlindungan hukum. Diantara
banyaknya permasalahan tersebut adalah adanya inkonsistensi penegakan hukum
yang dilaksanakan oleh aparat baik polisi, jaksa, hakim maupun pemerintah
(eksekutif) yang ada dalam wilayah peradilan yang bersangkutan. Inkonsistensi
penegakan hukum kadang melibatkan masyarakat itu sendiri dan dalam media
elektronik maupun media cetak. Inkonsistensi penegakan hukum ini secara tidak
disadari telah berlangsung dari hari ke hari. Contoh kecil dari Inkonsistensi
penegakan hukum yang terjadi pada saat berkendaraan dijalan raya dikota besar
seperti di Jakarta yang memberlakukan aturan "three-in-one". Aturan ini tidak akan
berlaku bagi TNI dan Polri. Bahkan polisi yang bertugas membiarkan begitu saja
mobil dinas TNI atau Polri yang melintas meski mobil tersebut berpenumpang
kurang dari tiga orang atau bahkan terkadang polisi yang bertugas memberikan
penghormatan apabila penumpangnya berpangkat lebih tinggi. Secara tidak
disadari hal tersebut merupakan diskriminasi terhadap masyarakat awam tapi
sayangnya banyak masyarakat yang tidak menyadari hal tersebut.
Berikut ini beberapa kasus inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia yang dikelompokan
berdasarlan beberapa alasan yang banyak ditemui oleh masyarakat awam baik melalui pengalaman
pencari keadilan itu sendiri maupun peristiwa lain yang bisa diikuti melalui media cetak dan media
elektronik. Yaitu :
a. Tingkat kekayaan seseorang.
maksudnya Tingkat kekayaan seseorang dapat memperingan masa tahan seseorang yang melakukan
pelanggaran.
b. Tingkat Jabatan Seseorang
maksudnya Penyelesaian masalah ini dilakukan setelah media cetak dan media elektronik
menemukan ketidaksesuaian dalam masalah pendanaan studi banding tersebut. Penyelesaian secara
administratif ini seakan dilakukan agar dapat mencegah tindakan hukum yang mungkin bisa
dilakukan. Rasa ketidakadilan masyarakat terurik ketika sanksi ini hanya dikenalan pada pegawai
rendahan
c. Nepotisme
maksudnya hukuman yang diberikan tidak setimpal dengan perbuatannya, Putusan ini terasa tidk
adil dibandingkan dengan vonis-vonis kasus narkoba lainnya yang terjadi di Indonesia yang
didasarkan atas pelaksanaan UU Psikotropika.
Dari beberapa kasus tadi, dapat menimbulkan masalah yang paling dirasakan oleh masyarakat dan
membawa dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Persepsi masyarakat menjadi
buruk terhadap penegakan hukum. Hal ini membuat masyarakat tidak mempercayai huktm sebagai
sarana penyelesaian konflik dan cenderung menyelesaikan permasalahannya diluar jalur hukum.
5 PEM BERDAYAANMASYARAKAT DANPENEGAKANHUKUM
Suatu hukum hanya dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik apabila
dalam Masyarakat terdapat suatu struktur yang memungkinkan bagi setiap anggota
masyarakat untuk mewujudkan cita-cita hukum tersebut. Oleh karena itu jika kita
mengharapkan perilaku hukum masyarakat yang baik, maka kita harus
menciptakan struktur sosial masyarakat yang baik pula. Selama struktur sosial
masyarakat tidak terkandung kearah susunan masyarakat yang baik maka
selama itu pula perilaku hukum masyarakat sulit untuk mengarah kepada perilaku
hukum yang baik.
Selanjutnya, harus pula dipahami bahwa kesadaran hukum yang menyangkut
perilaku manusia, tidak dapat dilepaskan dari sikap batin. Oleh karena itu
kesadaran hukum yang dimaksudkan haruslah memiliki keterkaitan pula dengan
sikap batin pelakunya. Dengan kata lain, harus terdapat kaitan yang erat antara
sikap batin dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang.
Kesimpulan
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya normanorma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam lalu lintas atau hubungan hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak
hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit,
paratur penegak
hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi,
polisi,
penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan.