Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

Oleh :

NAMA : TONCE PAULUS HATTU

N.P.M : 12174201220046

PROG. STUDI : S1 – HUKUM

KELAS : C

Mata Kuliah : SOSIOLOGI HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022
PERKEMBANGAN PENEGAKAN HUKUM

1. Tahapan Primitif / Penyebaran


Proses penegakan hukum memang tidak dapat dipisahkan dengan sistem
hukum itu sendiri. Sedang sistem hokum dapat diartikan merupakan bagian -
bagian proses / tahapan yang saling bergantung yang harus dijalankan serta
dipatuhi oleh Penegak Hukum dan Masyarakat yang menuju pada tegaknya
kepastian hukum.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa penegakan hukum di Indonesia sangat
memprihatinkan, di samping itu anehnya masyarakatpun tidak pernah jerah untuk
terus melanggar hukum, sehingga masyarakat sudah sangat terlatih bagaimana
mengatasinya jika terjadi pelanggaran – pelanggaran hukum yang dilakukannya,
apakah itu bentuk pelanggaran lalu - lintas, atau melakukan delik – delik umum, atau
melakukan tindak pidana korupsi, tidak menjadi masalah. Sebagian besar
masyarakat kita telah terlatih benar bagaimana mempengaruhi proses hukum yang
berjalan agar ia dapat terlepas dari jerat hukumannya. Kenyataan ini merupakan
salah satu indikator buruknya law enforcement di negeri ini.
Sekalipun tidak komprehensif perlu ada langkah – langkah untuk membangun
sistem penegakan hukum yang akuntabel, antaralain :

a. Perlunya penyempurnaan atau memperbaharui serta melengkapi perangkat


hukum dan perundang - undangan yang ada, sebagai contoh, perlunya di
tindaklanjuti dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dari UU No.4
tahun 2004 terutama yang mengatur tentang pemberian sanksi pidana bagi
pelanggar KUHAP, khususnya bagi mereka, yang ditangkap, ditahan,dituntut,
atau di adili tanpa berdasarkan hukum yang jelas, atau karena kekeliruan orang
atau hukum yang diterapkan sebagaimana telah ditegaskan dalam pasal 9 ayat
(2) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) Penegak Hukum baik dari
segi moralitas dan intelektualitasnya, karena tidak sedikit Penegak Hukum yang
ada saat ini, tidak paham betul idealism hukum yang sedang ditegakkannya.

c. Dibentuknya suatu lembaga yang independen oleh Pemerintah dimana para


anggotanya terdiri dari unsur – unsur masyarakat luas yang cerdas ( non Hakim
aktif, Jaksa aktif dan Polisi aktif ) yang bertujuan mengawasi proses penegakan
hukum ( law enforcemen ) dimana lembaga tersebut nantinya berwenang
merekomendasikan agar diberikannya sanksi bagi para penegak hukum yang
melanggar moralitas hokum dan / atau melanggar proses penegakan hukum
[ pasal 9 ayat (1) dan (2) UU No.4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman ,

2
Jo. pasal 17 Jo psl. 3 ayat (2 ) dan (3) Jo. Psl.18 ayat (1) dan (4) UU No.39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ( HAM ) ].

d. Perludi lakukannya standarisasi dan pemberian tambahan kesejahteraan yang


memadai khususnya bagi Penegak Hukum yang digaji yaitu : Hakim, Jaksa dan
Polisi ( Non Advokat ) agar profesionalisme mereka sebagai bagian terbesar
penegak hukum di Indonesia dalam kerjanya lebih focus menegakkan hukum
sesuai dari tujuan hokum itu sendiri.

e. Dilakukannya sosialisasi hokum dan perundang –undangan secara intensif


kepada masyarakat luas sebagai konsekuensi asas hukum yang mengatakan
bahwa ; " setiap masyarakat dianggap tahu hukum ", sekalipun produk hukum
tersebut baru saja disahkan dan diundangkan serta diumumkan dalam Berita
Negara. Disini peran Lembaga Bantuan Hukum atau LBH - LBH dan LSM - LSM
atau lembaga yang sejenis sangat diperlukan terutama dalam melakukan
"advokasi" agar hokum dan peraturan perundang – undangan dapat benar –
benar disosialisasikan dan dipatuhi oleh semua komponen yang ada di negeri ini
demi tercapainya tujuan hukum itu sendiri

f. Membangun tekad ( komitmen ) bersama dari para penegak hukum yang


konsisten. Komitmen ini diharapkan dapat lahir terutama yang dimulai dan
diprakarsai oleh "Catur Wangsa" atau 4 unsur Penegak Hukum, yaitu : Hakim,
Advokat, Jaksa dan Polisi, kemudian komitmen tersebut dapat dicontoh dan
diikuti pula oleh seluruh lapisan masyarakat.

Namun usul langkah - langkah di atas untuk membangun sistem penegakan


hukum yang akuntabel tentu tidak dapat berjalan mulus tanpa ada dukungan penuh
dari Pemerintahan yang bersih ( 'clean government' ), karena penegakan hukum
( 'law enforcement' ) adalah bagian dari sistem hukum pemerintahan. Pemerintahan
negara ( 'lapuissance de executrice' ) harus menjamin kemandirian institusi penegak
hukum yang dibawahinya dalam hal ini institusi "Kejaksaan" dan "Kepolisian" karena
sesungguhnya terjaminnya institusi penegakan hukum merupakan platform dari
politik hukum pemerintah yang berupaya mengkondisi tata –prilaku masyarakat
indonesia yang sadar dan patuh pada hukum dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Penegakan hukum yang akuntabel merupakan dasar dan bukti bahwa
Indonesia benar – benar sebagai Negara Hukum ( 'rechtsstaat' ). Di samping itu
rakyat harus diberitahu kriteria / ukuran yang dijadikan dasar untuk menilai suatu
penegakan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan kepada public guna
menciptakan budaya control dari masyarakat, tanpa itu penegakan hukum yang baik
di Indonesia hanya ada di Republik Mimpi.

3
2. Tahapan Keterampilan Sosiologi
Hukum yang efektif adalah hukum yang sesuai dengan peraturan yang telah
dibuat dalam undang - undang dan hukum yang sesuai dengan harapan atau cita-
cita dari masyarakat. Manakala dengan adanya hukum tersebut akan menjadikan
keteraturan sosial dalam masyarakat. Berbicara tentang hukum memang sangat
pelik terdapat takaran sebuah kenyataan hukum dan sebuah ideal hukum.
Kadangkala apa yang sudah menjadi ketetapan dalam undang - undang sebuah
hukum tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, ataupun sebaliknya masyarakat
menginginkan sebuah hukum yang baru. Perubahan hukum dalam masyarakat
dapat saja terjadi karena dirasa memang sangat perlu yaitu dengan hadirnya
peraturan atau norma - norma yang sesuai dengan keadaan zaman masa kini.
Berangkat dari beberapa konsep dasar karakteristik dan hal-hal yang dikaji sosiologi
hukum, maka bisa disimpulkan bahwa kegunaan sosiologi hukum sebagai ilmu
pengetahuan untuk memahami perkembangan masyarakat dalam kacamata
kerangka terorganisir dan berproses yang sepantasnya terjadi di masyarakat
( bukan kerangka logis atau ideal ) dalam studi hubungan atau interaksi sosial
masyarakat berhukum, maka dapatlah kita runtut bahwa sosiologi hukum sebagai
alat memahami perkembangan masyarakat mempunyai kegunaan antara lain
sebagai berikut :
a. Sosiologi hukum berguna dalam memberikan dasar - dasar kemampuan bagi
proses pemahaman secara sosiologis fakta sosial hukum yang beranak - pinak
di masyarakat.
b. Sosiologi hukum dapat memberikan kemampuan untuk menganalisis aktivitas
kegiatan dalam masyarakat berhukum melalui penguasaan konsep - konsep
dasar sosiologi ( baik secara mikro, meso, ataupun makrososiologi hukumnya ).
c. Sosiologi hukum memberikan kemampuan dalam memprediksi dan evaluasi
“social fact” yang berkaitan dengan hukum yang bersifat empiris, non - doktrinal
dan non - normatif.
d. Sosiologi hukum dapat mengungkapkan tentang ideologi dan falsafah yang
berkristal mendasari cara berhukumnya dalam masyarakat.
e. Mengetahui kenyataan stratifikasi yang timbul dan berkembang serta
berpengaruh dalam hukum di masyarakat.
f. Sosiologi hukum juga mampu memberikan tentang pengetahuan perubahan
sosial hUkum

Sosiologi hukum merupakan kajian yang mempelajari tentang dampak


diberlakukannya sebuah hukum di dalam masyarakat, sehingga gejala - gejala
sosial dapat muncul dan berkembang dalam masyarakat.Gejala sosial yang nampak
adalah peristiwa bagi suatu individu atau kelompok sosial ketika mereka

4
berhadapan dengan hukum. Sebagaimana seperti kasus - kasus yang pernah
mengemuka di berbagai media baik televisi, radio, surat kabar atau koran, media
online atau internet, dan lain – lain.

3. Tahapan Otonomi dan Kematangan Intelektual


Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilainilai atau kaedah - kaedah
yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi
tugas dari para penegak hukum yang sudah di kenal secara konvensional, tetapi
menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan
hukum publik pemerintahlah yang bertanggung jawab. Penegakan hukum
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Ditinjau dari sudut subyeknya : Dalam arti luas, proses penegakan hukum
melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja
yang menjalankan aturan normative atau melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang
berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti
sempit, penegakan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum
berjalan sebagaimana seharusnya.
2. Ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya : Dalam arti luas,
penegakan hukum mencakup pada nilai-nilai keadilan yang di dalamnya
terkandung bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang ada dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam arti sempit, penegakkan hukum itu hanya
menyangkut penegakkan peraturan yang formal dan tertulis.

Konsep penegakan hukum secara substantif dapat dielaborasikan dari


pemikiran Jimly Asshidiqie. Menurut Jimly Asshiddiqie, penegakan hukum adalah
proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma - norma
hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
hubunganhubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ditinjau dari sudut subyeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subyek
yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subyek
dalam arti yang terbatas atau sempit.Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu
melibatkan semua subyek hukum dalam semua hubungan hukum. Siapa saja yang
menjalankan aturan normatif, atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma atau aturan hukum yang berlaku,
berarti dia telah menjalankan atau menegakkan hukum.

5
Penegakan hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.
Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.Pelaksanaan
hukum dapat berlangsung secara normal, damai tetapi dapat terjadi juga karena
pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar harus
ditegakkan.Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan. Dalam
menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Kepastian Hukum (rechtssicherheit)


Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan.Setiap orang berharap hukum dapat
ditetapkan ketika terjadi peristiwa yang konkrit. Bagaimana hukumnya itulah
yang harusberlaku, pada dasarnya tidak boleh menyimpang : fiat justicia et
pereat mundus ( meskipun dunia akan runtuh, hukum harus ditegakkan ). Itulah
yang diinginkan oleh kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan
perlindungan yustisiable terhadap tidakan sewenang - wenang, yang berarti
seorang akan memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.

b. Manfaat (zweckmassigkeit)
Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan
hukum.Hukum adalah untuk manusia, karenanya pelaksanaan hukum atau
penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi
masyarakat.Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan atau
ditegakkan timbul keresahan di dalam masyarakat.

c. Keadilan (gerechtigkeit)
Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan
hukum harus memperhatikan dan menjunjung tinggi keadilan. Hukum tidak
identik dengan keadilan, hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang,
bersifat menyamaratakan.Barang siapa yang mencuri harus dihukum tanpa
membeda - bedakan siapa pelakunya.Sebaliknya, keadilan bersifat subjektif,
individualistis, dan tidak menyamaratakan.

Anda mungkin juga menyukai