Anda di halaman 1dari 33

1.

Teori Efektivitas Hukum

Teori ini menjelaskan mengenai bekerjanya sebuah aturan perundang-

undangan ketika diterapkan di dalam masyarakat. Pada dasarnya peraturan

perundang-undangan memiliki tujuan agar masyarakat maupun aparatur negara

dapat melaksanakan secara konsisten dan tanpa membeda-bedakan antara

masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Namun, dalam realisasinya peraturan

perundang-undangan tersebut sering diabaikan dalam penerapannya sehingga aturan

tersebut dirasa tidak berlaku efektif. Teori yang mengkaji dan menganalisis hal

tersebut adalah teori efektivitas hukum.

Istilah teori efektivitas hukum berasal dari terjemahan bahasa Inggris yaitu

Effectiveness of The Legal Theory, dalam bahasa Belanda disebut dengan Effectiviet

van de Juridische Theorie, dan dalam bahasa Jerman disebut dengan Wirsamkeit der

Rechtichen Theorie.

Efektivitas hukum menurut Hans Kelsen adalah apalah orang pada

kenyataannya berbuat menurut suatu cara untuk menghindari sanksi yang

diancamkan oleh norma hukum atau bukan, dan apakah sanksi tersebut benar

dilaksanakan bila syaratnya terpenuhi atau tidak terpenuhi. 1 Teori efektivitas hukum

ini mengkaji dan menganalisis tentang keberhasilan dan kegagalan dan faktor yang

mempengaruhi dalam pelaksanaan dan penerapan hukum. Ada tiga kajian teori

efektivitas hukum yang meliputi:

a. Keberhasilan dalam pelaksanaan hukum;

Keberhasilan dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa hukum yang dibuat

itu telah tercapai maksudnya. Maksud dari norma hukum adalah mengatur

kepentingan manusia. Apabila norma hukum itu ditaati dan dilaksanakan oleh

1
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2006), hlm 39.
masyarakat maupun penegak hukum maka pelaksanaan hukum itu dikatakan

efektif dalam implementasinya. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat dalam

melaksanakan aturan hukum tersebut.

b. Kegagalan dalam pelaksanaannya;

Kegagalan dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa ketentuan hukum

yang telah ditetapkan tidak mencapai maksudnya atau tidak berhasil dalam

implementasinya.

c. Faktor yang mempengaruhinya

Faktor yang mempengaruhi adalah hal yang menyebabkan atau

berpengaruh dalam pelaksanaan dan penerapan hukum tersebut. Faktor yang

mempengaruhi dapat dikaji dari aspek keberhasilan dan aspek kegagalannya.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu meliputi substansi hukum, struktur

hukum, dan kultur hukum. Norma hukum dikatakan berhasil apabila norma

tersebut ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat maupun aparat penegak

hukum itu sendiri. Sedangkan, faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam

pelaksanaan adalah karena norma hukum yang kabur atau tidak jelas, aparat

penegak hukum yang korup, atau masyarakat yang tidak sadar atau taat pada

norma hukum tersebut.2

Selain itu, menurut Soerjono Soekanto, hukum dapat dikatakan efektif jika

terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai sasarannya

dalam membimbing ataupun merubah perilaku manusia sehingga menjadi perilaku

hukum.3

Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila

seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai

2
Ibid.
3
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, (Bandung: CV. Ramadja Karya, 1988), hlm. 80.
tujuannya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil mengatur

sikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau tidak.

Efektivitas hukum artinya efetivitas hukum akan disoroti dari tujuan yang ingin

dicapai, yakni efektivitas hukum. Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar

supaya masyarakat mematuhi kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi-

sanksinya. Sanksi-sanksi tersebut bisa berupa sanksi negatif atau sanksi positif, yang

maksudnya adalah menimbulkan rangsangan agar manusia tidak melakukan

tindakan tercela atau melakukan tindakan yang terpuji.4

Mengenai tentang efektivitas hukum berarti membicarakan daya kerja hukum

itu dalam mengatur dan/atau memaksa masyarakat untuk taat terhadap hukum.

Efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu: 5

a. Faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang);

Hukum mengandung unsur keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Dalam

praktik penerapannya tidak jarang terjadi pertentangan antara kepastian hukum

dan keadilan. Kepastian Hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan

keadilan bersifat abstrak sehingga ketika seseorang hakim memutuskan suatu

perkara secara penerapan undang-undang saja, maka ada kalanya nilai keadilan

itu tidak tercapai. Maka, ketika melihat suatu permasalahan mengenai hukum

setidaknya keadilan menjadi prioritas utama. Karena hukum tidak semata-mata

dilihat dari sudut hukum tertulis saja.6

b. Faktor Penegak Hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum;

4
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1976), hlm. 48.
5
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 5.
6
Ibid., hlm. 8
Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak

hukum memainkan peranan penting, jika peraturannya sudah baik, tetapi

kualitas petugas penegak hukumnya kurang baik, maka akan menimbulkan

permasalahan dalam penegakkan hukumnya. Selama ini ada kecenderungan

yang kuat dikalangan masyarakat unttuk mengartikan hukum sebagai petugas

atau penegak hukum. Artinya hukum diidentikan dengan tingkah laku nyata

petugas atau penegak hukum. Namun, dalam melaksanakan wewenangnya

sering timbul persoalan karena sikap atau perlakuan yang dipandang melampaui

wewenang atau perbuatan lainnya yang dianggap melunturkan citra dan wibawa

penegak hukum. Hal ini disebabkan oleh kualitas yang rendah dari aparat

penegak hukum tersebut.7

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangat lunak dan

perangkat keras. Menurut Soerjono Soekanto bahwa para penegak hukum tidak

dapat bekerja dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan dan alat-

alat komunikasi yang proporsional. Oleh karena itu, sarana atau fasilitas

pendukung mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penegakan

hukum. tanpa adanya sarana atau fasiitas tersebut, tidak akan mungkin penegak

hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.8

d. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan;

Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok

sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum. persoalan yang timbul adalah

7
Ibid., hlm. 21.
8
Ibid., hlm. 37.
taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang, atau

kurang. Adanya derajat kepatuhan masyarakat terhadap hukum, merupakan

salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.9

e. Faktor kebudayaan, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum

yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsi-konsepsi yang abstrak

mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang dianggap

buruk (sehingga dihindari).10

Hukum mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh yang tidak langsung di

dalam mendorong terjadinya perubahan sosial. Cara-cara untuk memengaruhi

masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan

social engineering atau social planning.11

Agar hukum benar-benar dapat memengaruhi perilaku masyarakat, maka

hukum harus disebarluaskan, sehingga melembaga dalam masyarakat. Adanya alat-

alat komunikasi tertentu merupakan salah satu syarat bagi penyebaran serta

pelembagaan hukum. Komunikasi hukum tersebut dapat dilakukan secara formal

yaitu, melalui suatu tata cara yang terorganisasi dengan resmi.

Soerjono Soekanto mengemukakan, bahwa suatu sikap tindak perilaku hukum

dianggap efektif, apabila sikap tindakan atau perilaku lain menuju pada tujuan yang

dikehendaki, artinya apabila pihak lain tersebut mematuhi hukum. 12 Undang-undang

dapat menjadi efektif jika peranan yang dilakukan pejabat penegak hukum semakin

9
Ibid., hlm. 40.
10
Ibid.
11
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), hlm. 115.
12
Ibid.
mendekati apa yang diharapkan oleh undang-undang dan sebaliknya menjadi tidak

efektif jika peranan yang dilakukan oleh penegak hukum jauh dari apa yang

diharapkan Undang-Undang.13

Oleh karena itu, efektivitas hukum merupakan suatu teori yang mengkaji

implementasi dari suatu ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat, apakah

masyarakat sudah berbuat sesuai dengan hukum yang berlaku tersebut dan apakah

hukum yang dibuat dan diberlakukan tersebut telah tercapai tujuan dan maksudnya.

2. Teori Perlindungan Hukum

Sebelum membahas teori perlindungan hukum menurut para ahli, penting

untuk diketahui bahwa perlindungan hukum dapat diartikan dengan upaya

melindungi yang dilakukan pemerintah atau penguasa dengan sejumlah peraturan

yang ada. Dengan kata lain, perlindungan hukum adalah realisasi dari fungsi hukum

dalam memberikan perlindungan.14

Dalam mendefinisikan pengertian perlindungan hukum, para ahli memiliki

pandangan yang berbeda. Adapun beberapa teori perlindungan hukum menurut para

ahli antara lain sebagai berikut:

a. Satjipto Rahardjo

Teori perlindungan hukum dari Satjipto Rahardjo ini terinspirasi dari

tujuan hukum yang dikemukakan Fitzgerald. Tujuan hukum menurut Fitzgerald

adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan

dalam masyarakat dengan cara mengatur perlindungan dan pembatasan terhadap

berbagai kepentingan tersebut. Dari konsep itu, Rahardjo mengartikan

perlindungan hukum sebagai upaya melindungi kepentingan seseorang dengan

13
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 9.
14
Tim Hukum Online, Teori-Teori Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, Artikel 30 September
2022,https://www.hukumonline.com/berita/a/teori-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli-lt63366cd94dcbc/?
page=2, diakses 07 April 2023.
cara mengalokasikan suatu hak asasi manusia kekuasaan kepadanya untuk

bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.

Perlindungan hukum adalah segala daya upaya yang dilakukan secara

sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta, yang bertujuan

mengusahakan pengamanan, penguasaan, dan pemenuhan kesejahteraan hidup

sesuai dengan hak-hak asasi yang ada. Dengan kata lain, perlindungan hukum

sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat

memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.

15

b. Philipus M. Hadjon

Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah

perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi

manusia yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari

kesewenangan.16 Lebih lanjut, Beliau membedakan perlindungan hukum

menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

1) Perlindungan hukum preventif, yaitu perlindungan yang diberikan oleh

Pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran,

hal ini terdapat dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk

mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-

batasan dalam melakukan suatu kewajiban.

2) Perlindungan hukum represif, yaitu perlindungan akhir berupa sanksi

seperti, denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila

sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.17

15
Ibid.
16
Ibid.
17
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hlm. 30.
c. Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra

Menurut Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, perlindungan hukum dapat

difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang bersifat adaptif, fleksibel,

prediktif dan antisipatif.18

d. C.S.T. Kansil

C.S.T. Kansil menerangkan bahwa perlindungan hukum adalah berbagai

upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk

memberikan rasa aman; baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan

berbagai ancaman dari pihak manapun.19

e. Setiono

Perlindungan hukum menurut Setiono adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang

tidak sesuai dengan aturan hukum. Lebih lanjut, fungsi perlindungan hukum

menurut Setiono adalah untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman

sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai

manusia.20

Pada dasarnya, perlindungan hukum tidak membedakan antara kaum laki-laki maupun kaum
perempuan. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila haruslah memberikan
perlindungan hukum kepada warga masyarakatnya. Perlindungan hukum tersebut melahirkan
pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu
dan makhluk social

Penandaan Notaris sebagai nasabah High Risk pada Bank BUMN

1. Berapa lama Anda menduduki jabatan Sbg pemeriksa/ analis PPATK?


- Sudah lebih dari 5 tahun.

18
Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.
118.
19
Tim Hukum Online, Loc. Cit.
20
Ibid.
2. Pernahkah anda melakukan pemeriksaan atau analisis keuangan TPPU kepada
seseorang yang berprofesi sbg notaris? Jika pernah, dpt sebutkan biasanya terkait
kasus pidana apa?
- Pernah, terkait kasus investasi saham, mafia tanah dan dugaan pemalsuan
dokumen.

3. Apakah tdp kendala pd saat mengumpulkan informasi / data trx keuangan notaris
yang terjadi pada bank, khususnya bank BUMN?
(Apakah bank beriktikad baik utk memberikan informasi nasabah notaris yg diduga
terlibat tppu?)
- Tidak ada. Bank menyampaikan informasi sebagaimana amanah UU No 8 thn
2010.

4. Menurut anda, apakah sdh tepat suatu bank, khususnya bank bumn,
menandai/memflagging nasabahnya yg berprofesi notaris sbg nasabah berisiko
tinggi tppu?
- Tepat, karena profesi notaris sangat rawan dimanfaatkan oleh pelaku tindak pidana
dalam melakukan pencucian uang misal membantu mendirikan perusahaan
cangkang, menerbuykan akta palsu, dsb. Selain itu, transaksi keuangan notaris
cenderung memiliki nominal signifikan dan biasanya melalui transaksi tunai sehingga
sangat rawan digunakan untuk melakukan maupun menyamarkan hasil tindak
pidana.

5. Dg adanya flag high risk, bank akan memprioritas pelaporan trx nasbh utk segera
dilaporkan ke ppatk.
Apakah flag tsb membantu analis, pada saat melakukan analisis trx keuangan yg
bersumber pada laporan ctr, str, ifti dr bank? Berikan pendapat
- Hal ini akan membantu analis transaksi keuangan untuk melihat dan menilai
kewajaran transaksi dimaksud berdasarkan hasil assesment aktivitas nasabah oleh
bank

6. Notaris dianggap berisiko tinggi sesuai perka ppatk no 2/2015. Menurut anda
apakah perka tsb masih relevan berlaku saat ini? Jika tdk relevan, apakah perlu
dilakukan revisi?
- masih sangat relevan karena profesi ini sangat rawan dimanfaatkan untuk
membantu pelaku tindak pidana dalam mencuci hartanya.

7. Menurut anda, apakah notaris yg diberikan tanda high risk harus selalu
dikategorikan sbg nasabah berisiko tinggi?
Atau profil risikonya dpt bergeser seiring dg hasil penilaian risiko yg dilakukan oleh
bank?
- profil nasabah berisiko tinggi dapat bergeser sesuai assement berkala yg dilakukan
oleh bank dan sesuai dengan data/informasi external lainnya seperti pemberitaan
media masa dan putusan pengadilan.

8. Apakah anda pernah mencari dan mendapatkan informasi perihal analisis data
tppu notaris, dg cara langsung meminta ke notaris yg sdg dianalisis/diperiksa?
Apakah dipersulit?
- Tidak pernah karena proses pemeriksaan/analisis ppatk tidak menggunakan
metode dimaksud (tdk wawancara ke pihak terperiksa secara langsung).

9. Apakah anda pernah mencari dan mendapatkan informasi perihal analisis data
tppu notaris, dg cara mengajukan permohonan ke majelis pengawas daerah (mpd)
notaris? Apakah dipersulit?
- Tidak pernah

10. Apakah anda pernah mencari dan mendapatkan informasi perihal analisis data
tppu notaris, dg cara mengajukan permohonan ke majelis pengawas wilayah (mpw)
notaris? Apakah dipersulit?
- Tidak pernah

11. Apakah anda pernah mencari dan mendapatkan informasi perihal analisis data
tppu notaris, dg cara mengajukan permohonan ke majelis pengawas pusat notaris?
Apakah dipersulit?
- Tidak pernah. Permohonan ke majelis pusat pernah diajukan untuk meminta
dewan mendorong notaris untuk melaporkan LTKM secara proaktif dan berkala
namun hal ini tidak terealisasi karena sebagian besar notaris sampai saat ini tidak
ada yg mau melapor.

12. Jika berkenan, Berikan pendapat Anda selaku analis ppatk mengenai peran
notaris dalam pencegahan dan pemberantasan tppu.
- notaris merupakan profesi terdepan yg dapat mengidentifikasi adanya TPPU baik
penempatan asset ataupun upaya menyembunyikan dan atau menyamarkan asset
maupun afiliasi/kepemilikan/BO dari kegiatan usaha. Kami berharap notaris dapat
melaporkan LTKM secara proaktif terkait dugaan adanya upaya pencucian uang yg
dilakukan kliennya.

Thks

mekanisme penerapan penandaan notaris pada bank umum milik negara sebagai nasabah
yang berisiko tinggi dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang?

BAB II KEWAJIBAN PENERAPAN PROGRAM APU, PPT, DAN PPPSPM DI SEKTOR JASA KEUANGAN Pasal
3 PJK wajib menerapkan program APU, PPT, dan PPPSPM secara efektif dengan memperhatikan
risiko TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM serta kegiatan, skala usaha, kompleksitas usaha, dan/atau
karakteristik usaha PJK yang mencakup: a. b. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
kebijakan dan prosedur;
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 21

Selanjutnya, definisi dari Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.22

Oleh karena itu, Bank Umum Milik Negara (selanjutnya disebut Bank BUMN) dapat
didefinisikan sebagai bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Selain itu, pengertian Bank BUMN adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah Undang-Undang tersendiri.

Pasal 78 (1) PJK yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat
(1), ayat (2), ayat (3), ayat (5), Pasal 75 ayat (1), ayat (3), Pasal 76 ayat (1), dan Pasal 77 dikenai: a.
sanksi administratif dalam bentuk denda, berupa kewajiban membayar sejumlah uang sebesar - 61 -
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan per laporan, paling banyak
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) per laporan bagi PJK berupa bank umum, termasuk kantor cabang
dari bank umum yang berkedudukan di luar negeri, perusahaan efek, manajer investasi, kustodian,

21
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
22
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara.
wali amanat, perusahaan asuransi, dana pensiun lembaga keuangan, perusahaan pembiayaan
infrastruktur, dan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia; sanksi administratif dalam bentuk denda,
berupa kewajiban membayar sejumlah uang, sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari
kerja keterlambatan per laporan, paling banyak Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) per
laporan bagi PJK berupa bank perekonomian rakyat, perusahaan pialang asuransi, perusahaan
pembiayaan, perusahaan modal ventura, perusahaan pergadaian, penyelenggara layanan urun dana,
penyelenggara layanan pendanaan bersama berbasis teknologi informasi, dan lembaga jasa
keuangan lainnya dan/atau pihak yang melakukan kegiatan usaha penghimpunan dana, penyaluran
dana, pengelolaan dana di sektor jasa keuangan, serta yang dinyatakan diawasi oleh Otoritas Jasa
Keuangan, berdasarkan peraturan perundang-undangan; atau sanksi administratif dalam bentuk
peringatan atau teguran tertulis yang disertai dengan perintah untuk melakukan tindakan tertentu
bagi PJK berupa lembaga keuangan mikro. (2) Pengenaan sanksi administratif berupa denda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikenai paling banyak 0,5% (nol koma lima persen) dari
total laba bersih tahun sebelumnya dengan batas paling banyak per tahun sebesar
Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah). (3) Pengenaan sanksi administratif berupa
denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenai paling banyak 0,25% (nol koma dua
puluh lima persen) dari total laba bersih tahun sebelumnya dengan batas paling banyak per tahun
Rp12.500.000.000,00 (dua belas miliar lima ratus juta rupiah). (4) PJK dinyatakan terlambat
menyampaikan laporan apabila PJK menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 75 ayat (1), ayat (3), Pasal 76 ayat (1), dan Pasal 77 sampai dengan
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat
(1), ayat (2), ayat (3), Pasal 75 ayat (1), ayat (3), Pasal 76 ayat (1), dan Pasal 77. (5) PJK dinyatakan
tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal
75 ayat (1), ayat (3), Pasal 76 ayat (1), dan Pasal 77 apabila PJK menyampaikan laporan melebihi
batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4). (6) PJK yang tidak menyampaikan laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dikenai: a. sanksi administratif dalam bentuk denda, berupa
kewajiban membayar sejumlah uang, sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per laporan
bagi PJK berupa bank umum, termasuk kantor cabang dari bank umum yang berkedudukan di luar
negeri, perusahaan efek, manajer investasi, kustodian, wali amanat, perusahaan asuransi, dana
pensiun lembaga keuangan, perusahaan pembiayaan infrastruktur, dan lembaga pembiayaan ekspor
Indonesia; b. c. sanksi administratif dalam bentuk denda, berupa kewajiban membayar sejumlah
uang, sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) per laporan bagi PJK berupa bank perekonomian
rakyat, perusahaan pialang asuransi, perusahaan pembiayaan, perusahaan modal ventura,
perusahaan pergadaian, penyelenggara layanan urun dana, penyelenggara layanan pendanaan
bersama berbasis teknologi informasi, dan lembaga jasa keuangan lainnya dan/atau pihak yang
melakukan kegiatan usaha penghimpunan dana, penyaluran dana, pengelolaan dana di sektor jasa
keuangan, serta yang dinyatakan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan, berdasarkan peraturan
perundang-undangan; atau sanksi administratif dalam bentuk peringatan atau teguran tertulis yang
disertai dengan perintah untuk melakukan tindakan tertentu bagi PJK berupa lembaga keuangan
mikro. (7) Pengenaan sanksi administratif dalam bentuk denda sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf a diberikan paling banyak 1% (satu persen) dari total laba bersih tahun sebelumnya dengan
batas paling banyak per tahun sebesar Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). Pengenaan
sanksi administratif dalam bentuk denda sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b diberikan
paling banyak 0,5% (nol koma lima persen) dari total laba bersih tahun sebelumnya dengan batas
paling banyak per tahun sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah). (9) Pengenaan
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (8) tidak menghapus kewajiban pelaporan oleh
PJK. (10) Pelaporan yang dilakukan PJK sebagaimana dimaksud pada ayat (9) wajib disampaikan
paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah pengenaan sanksi. (11) Dalam hal PJK tidak menyampaikan
laporan dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (10), PJK dikenai sanksi administratif berupa:
a. b. c. d. pembatasan kegiatan usaha tertentu; penurunan dalam penilaian tingkat kesehatan;
pembekuan kegiatan usaha tertentu; dan/atau larangan menjadi pihak utama. (12) Otoritas Jasa
Keuangan dapat mengumumkan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (6),
dan/atau ayat (11) kepada masyarakat. (13) Dalam hal PJK hanya merupakan salah satu unit/divisi di
dalam PJK lain, perhitungan laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (7), dan
ayat (8) merupakan laba bersih dari PJK lainnya tersebut.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme penerapan penandaan notaris pada

bank umum milik negara sebagai nasabah yang berisiko tinggi dalam rangka

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum atas penerapan penandaan notaris

pada bank umum milik negara sebagai nasabah yang berisiko tinggi dalam rangka

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang

Adapun mekanisme penandaan notaris di Bank BRI sebagai nasabah individu yang

berisiko tinggi terhadap tindak pidana pencucian uang dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Tahap Customer On-Boarding

Customer On-Boarding merupakan proses awal mengenali calon nasabah

sebelum nasabah menggunakan produk dan jasa perbankan. 23 Pada tahap ini awal

yang dikenal dengan proses pembukaan rekening, BRI akan mengidentifikasi dan

memitigasi risiko calon nasabah sebelum yang bersangkutan dapat bermitra menjadi

nasabah. BRI menginvestasikan sejumlah biaya dan mengembangkan sistem Anti

Money Laundering and Counter Terrorist Financing (AML/CFT) pada tahap on-

boarding ini. Petugas bank akan menggali informasi dan meminta dokumen serta

23
https://complyadvantage.com/insights/how-to-prioritize-risk-during-customer-onboarding/, diakses 19
Agustus 2023.
memverifikasi mengenai data diri, data pekerjaan dan data keuangan calon nasabah.

Calon nasabah dengan profil pekerjaan sebagai Notaris, dapat diminta untuk

menyertakan SK Pengangkatan Notaris untuk meyakini kebenaran pekerjaan

nasabah. Pada tahap ini, informasi dan data calon nasabah akan diinput ke dalam

core banking system BRI, kemudian sistem akan melakukan screening data nasabah

untuk memastikan apakah nasabah dimaksud terdapat indikasi keterlibatan TPPU.

Selanjutnya, proses tersebut diteruskan untuk dikalkulasi dan dinilai risiko nasabah

sehingga menghasilkan skor yang menentukan tingkat risiko calon nasabah terhadap

TPPU. Hasil identifikasi risiko nasabah menjadi data dokumentasi yang wajib

dikelola BRI, dan hasil risiko tersebut tidak akan diberitahukan kepada nasabah.

Calon nasabah dengan data pekerjaan sebagai notaris, diberikan penandaan

sebagai nasabah berisiko tinggi. Namun demikian, hasil kalkulasi risiko tidak selalu

menghasilkan nilai/skor nasabah notaris tersebut sebagai nasabah berisiko tinggi,

bisa saja hasil nilai nasabah notaris tersebut berada di posisi berisiko menengah. Hal

ini terjadi karena pada saat proses penilaian risiko, sistem juga akan

mempertimbangkan faktor-faktor penentu risiko lainnya seperti sumber penghasilan

yang digunakan sebagai sumber dana rekening, tujuan pembukaan rekening, channel

pembukaan rekening, domisili notaris, kewarganegaraan notaris, produk yang

dipilih, delivery channel yang digunakan, dan informasi. Apabila kategori risiko

nasabah adalah berisiko tinggi terhadap pencucian uang/pendanaan

teroris/pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal, maka proses pembukaan

rekening di BRI tersebut wajib di-approve oleh pejabat senior yang ditunjuk antara

lain pekerja dengan jabatan sebagai pemimpin Kantor Cabang Khusus/Kepala

Bagian Operasional Kantor Cabang Khusus, Pemimpin Kantor Cabang/Manajer

Operasional/Asisten Manajer Operasional, Priority Banking Manager, Pempimpin


Cabang Pembantu dan Kepala Unit BRI. Approval dari pejabat senior dimaksud

akan membentuk data CIF nasabah dan nomor rekening nasabah.

Pejabat senior mempunyai hak untuk menolak memberikan persetujuan

pembukaan rekening nasabah apabila:

a. Nasabah tidak mau memenuhi permintaan informasi dan dokumen pendukung

yang dipersyaratkan BRI;

b. Nasabah diketahui dan/atau patut diduga menggunakan dokumen palsu seperti

dokumen identitas (KTP, SIM, Paspor) dan/atau dokumen lainnya, ternyata

tidak terdaftar pada instansi yang berwenang atau tidak dapat diverifikasi

kebenarannya;

c. Nasabah menyampaikan informasi yang diragukan kebenarannya;

d. Nasabah masuk dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris atau

Daftar Pendanaan Proliferasi dan Senjata Pemusnah Massal; dan/atau

e. Nasabah tidak bersedia memberikan informasi keuangan kepada BRI dalam

rangka identifikasi dan pelaporan kepatuhan perpajakan domestik maupun

internasional.

2. Tahap On-going Monitoring

Tahap ini adalah tahap dimana nasabah existing dimonitor dan dievaluasi

dengan melihat perkembangan profil data nasabah, volume dan frekuensi transaksi

nasabah, portofolio dan jenis produk & jasa yang dipilih nasabah, kebiasaan dan

pola transaksi nasabah apakah masih sejalan dengan program APU, PPT, dan

PPSPM yang diterapkan oleh BRI. Pada tahap ini, perhitungan dan penilaian risiko

nasabah kembali dilakukan sehingga dimungkinkan terdapat perubahan/pergeseran

profil risiko nasabah. Sebagai contoh: seorang nasabah berprofesi sebagai notaris,

pada awal menjadi nasabah memiliki hasil risiko menengah, namun seiring dengan
perkembangan waktu ternyata yang bersangkutan menjadi tersangka atau terdakwa

pencucian uang, maka risiko nasabah bergeser menjadi berisiko tinggi. Beberapa hal

yang menyebabkan nasabah kembali dikalkulasi risikonya antara lain:

a. Terdapat transaksi yang besar atau kompleks tidak disertai dengan tujuan

transaksi yang jelas;

b. Terdapat transaksi yang kecil dan sering sehingga terakumulasi menjadi

transaksi yang besar;

c. Pola transaksi yang tidak biasa, seperti transaksi setor-tarik tunai dengan jumlah

signifikan;

d. Aktivitas transaksi dengan tujuan atau asal dari negara atau area berisiko tinggi;

e. Tiba-tiba terdapat transaksi signifikan pada rekening yang telah lama tidak aktif

(dormant);

f. Negative news mengenai profil nasabah sehubungan dengan

TPPU/TPPT/PPSPM;

g. Terdapat aktivitas transaksi yang terdeteksi dengan kegiatan pencucian

uang/pendanaan terorisme/pendanaan proliferasi dan sejata pemusnah massal,

dll.

BRI akan mengambil langkah mitigasi risiko antara lain memberikan flag high

risk pada CIF nasabah tersebut, melaporkan nasabah ke PPATK dalam Laporan

Transaksi Keuangan Mencurigakan/Suspicious Transaction Report, mengumpulkan

informasi nasabah terkini dan melakukan pengkinian data nasabah, serta melakukan

upaya mempertahankan kembali (retensi) hubungan dengan nasabah.

3. Tahap Post Monitoring

Setelah membina hubungan dengan nasabah, Bank wajib memonitor profil

dan transaksi nasabah, baik secara periodic review maupun dipicu oleh kejadian-
24
kejadian tertentu. Post Monitoring merupakan tahap dimana Bank akan

mempertahankan atau menutup hubungan usaha dengan nasabah (menutup rekening

nasabah dengan mengembalikan sisa dananya). Sistem Anti Money Laundering and

Counter Terrorist Financing (AML/CFT) BRI memberikan alert warning ke Unit

Kerja Operasional ketika menjumpai transaksi nasabah yang tidak sesuai dengan

aktivitas atau kebiasaan dari nasabah yang mungkin memicu adanya transaksi yang

mencurigakan.

Pada saat anomali transaksi tersebut terjadi, proses customer due diligence

kembali dilakukan, begitu pula dengan assessment risiko nasabah kembali di

kalkulasi. Apabila hasil investigasi menunjukkan nasabah benar-benar positif

terdeteksi terlibat aktivitas pencucian uang/pendanaan terorisme/pendanaan

proliferasi dan senjata pemusnah massal, maka BRI mengambil sikap untuk

melaporkan nasabah ke PPATK dalam Laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan/Suspicious Transaction Report, memutus hubungan usaha dengan

nasabah (menutup rekening nasabah dengan mengembalikan sisa dana), dan

memasukkan nasabah tersebut ke dalam internal negative lists (daftar internal BRI

yang berisi informasi negatif mengenai nasabah). Jika dikemudian hari mantan

nasabah tersebut ingin membuka rekening kembali di BRI, maka BRI berhak

menolak kehendak nasabah tersebut.

Semua tahap-tahap di atas telah diatur dalam kebijakan dan prosedur BRI

mengenai program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan Pendanaan Terorisme

(PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi dan Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM).

Implementasinya juga diawasi secara internal oleh pejabat senior di Unit Kerja

Operasional BRI serta disupervisi oleh Branch and BRI Unit Risk Management and
24
https://www.mas.gov.sg/-/media/MAS/Regulations-and-Financial-Stability/Regulatory-and-Supervisory-
Framework/Anti_Money-Laundering_Countering-the-Financing-of-Terrorism/Guidance-for-Effective-AML-
CFT-Transaction-Monitoring-Controls.pdf, diakses 21 Agustus 2023.
Compliance dan Compliance Officer di Regional Office atau Cabang Luar Negeri. Selain

itu, kebijakan dan prosedur serta implementasi program APU, PPT dan PPPSPM juga di-

review oleh audit, baik dari internal audit BRI maupun auditor eksternal untuk

memastikan apakah masih sejalan dengan ketentuan-ketentuan dari regulator.

Menurut Ibu Mila Mulyani, penandaan risiko nasabah yang berprofesi notaris

dilakukan seperti halnya penandaan risiko tinggi pada nasabah dengan profesi terkategori

tinggi lainnya, seperti Penyelenggara Negara/Politically Exposed Persons (PEP),

akuntan, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa

petugas frontliner (customer service, teller) di unit kerja operasional BRI lebih mudah

mengenali dan menggali informasi nasabah notaris yang merupakan rekanan BRI,

daripada yang bukan rekanan. Diperkirakan terdapat 1700-an nasabah berprofesi notaris

yang notabene merupakan rekanan sehubungan dengan penyaluran kredit oleh BRI.

Notaris yang telah bermitra dengan BRI tersebut diwajibkan memiliki rekening di BRI

untuk penampungan fee jasanya. Tentunya data CIF (Customer Identification File)

notaris tersebut telah ditandai flag high risk untuk memudahkan monitoring transaksi dan

profil terkait program anti pencucian uang.

Sedangkan untuk nasabah notaris yang bukan rekanan, untuk meyakini pekerjaan

yang bersangkutan, petugas bank dapat meminta SK pengangkatan ybs sebagai notaris.

Jumlah notaris pada 2022 diketahui sebanyak 19.109 orang dan tersebar di 514

kabupaten/kota se-Indonesia dengan rata-rata kemampuan membuat akta sebanyak lima

juta akta per tahun.25 Terkadang terdapat pula notaris yang bukan rekanan BRI,

memohon pembukaan rekening di BRI tapi tidak secara transparan mengungkapkan

dirinya bekerja sebagai notaris serta ybs menyatakan membuka rekening untuk keperluan

25
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220316164614-12-772174/yasonna-soroti-pencucian-uang-saat-
lantik-majelis-pengawas-notaris?
utm_source=facebook&utm_medium=oa&utm_content=cnnindonesia&utm_campaign=cmssocmed, diakses 22
Agustus 2023.
dirinya sendiri. Padahal setelah dilakukan pemantauan oleh BRI, rekening tersebut

digunakan untuk penampungan jasanya dan kadang dicampur untuk urusan pribadi.

Menurut Ibu Mila Mulyani, seandainya nama-nama notaris di Indonesia tersedia dalam

suatu platform yang dapat diakses oleh pihak bank seperti sistem aplikasi Politically

Exposed Persons yang disediakan OJK dan PPATK, maka akan lebih membantu bagi

bank untuk memperkaya database nasabah yang terkini sehingga memudahkan bank

dalam proses CDD maupun EDD.

Untuk mendapatkan informasi terkini mengenai profil nasabah yang berprofesi

notaris, BRI mengumpulkan informasi yang bersumber dari berita-berita nasional dari

media yang credible, baik media cetak maupun online. Dari berita-berita tersebut

terkadang terdapat informasi berita mengenai pencucian uang yang melibatkan notaris

dimana notaris telah ditetapkan sebagai tersangka atau terdakwa suatu kasus pencucian

uang. Selain itu, BRI juga berlangganan dengan pihak ketiga yang menyediakan

database nama-nama orang yang memiliki reputasi negatif terkait pencucian uang.

Sumber-sumber data tersebut dimasukkan ke dalam core banking system BRI dan sistem

AML/CFT BRI sehingga memudahkan proses screening profile nasabah dan penilaian

risiko nasabah.

Data terkini dari nasabah berprofesi notaris diperlukan oleh BRI dalam rangka

menandai risiko nasabah tersebut. Jika ternyata seorang notaris telah pensiun dan BRI

mengetahui perubahan tersebut, maka penandaan risiko tinggi pada nasabah bisa dilepas

dan risiko nasabah digeser menjadi risiko menengah sehingga BRI cukup memantau

transaksi dan profil nasabah tersebut hanya sebanyak 1 (satu) kali dalam setahun. Lain

halnya jika seorang nasabah notaris selalu ditandai berisiko tinggi, maka monitoring

transaksi dan profilnya selalu menjadi prioritas bagi BRI setidaknya terpantau setiap 6

(enam) bulan sekali. Pemantauan tersebut berimplikasi pada perubahan data nasabah,
pelaporan kepada PPATK berupa Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan

(LTKM)/Suspicious Transaction Report (STR) jika ada indikasi pencucian uang, bahkan

penutupan hubungan usaha dengan bank (menutup rekening nasabah).

Diundangkannya POJK No. 8 Tahun 2023 pada tanggal 14 Juni 2023, terdapat

ketentuan baru bagi Penyedia Jasa Keuangan (termasuk bank) yang menggunakan jasa

profesi penunjang untuk wajib memastikan profesi penunjang tersebut menerapkan

program APU, PPT dan PPPSPM serta telah terdaftar dalam sistem informasi

pelaporan APU, PPT dan PPPSPM yang dikelola oleh PPATK.26 Telah terdaftar

dalam sistem informasi pelaporan APU, PPT dan PPPSPM yang dikelola oleh PPATK

dibuktikan dengan menunjukkan:

a. Surat elektronik konfirmasi dari PPATK yang disampaikan kepada profesi

penunjang mengenai permohonan pendaftaran telah diterima; dan/atau

b. Bentuk lainnya sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan

mengenai sistem informasi pelaporan APU, PPT, dan PPPSPM kepada Pusat

Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Beberapa profesi penunjang yang jasanya digunakan oleh bank antara lain akuntan,

konsultan hukum, penilai/appraisal, dan notaris. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Ibu Karina Shinta Utami, Team Leader of IT Support Compliance, Compliance Division

Kantor Pusat BRI, menuturkan bahwa BRI belum pernah memastikan kepada pihak

profesi penunjang dalam hal penerapan program APU, PPT dan PPPSPM serta

memastikan profesi penunjang telah teresgistrasi dalam sistem informasi pelaporan APU,

PPT dan PPPSPM yang dikelola oleh PPATK (saat ini sistem tersebut dikenal dengan

nama GoAML).27 Dengan diundangkannya POJK No. 8 Tahun 2023, kedepannya BRI

akan memastikan hal-hal terkait penerapan program APU, PPT dan PPPSPM tersebut
26
Pasal 82 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.
kepada profesi penunjang yang jasanya akan digunakan BRI maupun sedang digunakan

BRI. Rencana dimaksud menjadi action plan BRI yang dilaporkan dan dipantau oleh

OJK dalam rangka penerapan program APU, PPT dan PPPSPM di BRI.

Tentunya proses konfirmasi penerapan program APU, PPT dan PPPSPM tersebut

berdampak juga terhadap notaris rekanan BRI, baik calon rekanan maupun yang sedang

menjadi notaris rekanan BRI. Selain mempersyaratkan beberapa syarat untuk menjadi

notaris rekanan, BRI akan mengkonfirmasi apakah notaris telah menerapkan program

APU, PPT dan PPPSPM dan telah teregistrasi dalam sistem GoAML PPATK.

Terdapat kelemahan pada ketentuan pasal 82 POJK No. 8 Tahun 2023 yaitu tidak

memberikan penjelasan bagaimana Penyedia Jasa Keuangan (termasuk bank) harus

bersikap pada saat profesi penunjang tersebut tidak mampu menerapkan program APU,

PPT dan PPPSPM sesuai ketentuan serta profesi penunjang tersebut tidak terdaftar dalam

sistem pelaporan APU, PPT dan PPPSPM yang dikelola PPATK. Tidak terdapat

penjelasan apakah Penyedia Jasa Keuangan (termasuk bank) mempunyai hak untuk

menolak maupun memutuskan kerja sama dengan profesi penunjang apabila persyaratan

tersebut tidak terpenuhi.

Bank BUMN yang melanggar kewajiban-kewajiban penilaian dan identifikasi

risiko terkait penerapan program APU, PPT dan PPPSPM sebagaimana tersebut di atas,

berakibat hukum yaitu dikenai sanksi administratif berupa:28


27
Hasil Wawancara dengan Ibu Karina Shinta Utami, Team Leader of IT Support Compliance,, Compliance
Division BRI pada tanggal 24 Agustus 2023. Beliau telah menekuni bidang Compliance Information
Technology terkait pencucian uang, pendanaan terorisme dan pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal di
BRI selama kurang lebih 8 (delapan) tahun.
28
Pasal 7 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.
a. Peringatan atau teguran tertulis yang disertai dengan perintah untuk melakukan

tindakan tertentu;

b. Denda;

c. Pembatasan kegiatan usaha tertentu;

d. Penurunan penilaian faktor pembentuk nilai tingkat kesehatan;

e. Pembekuan kegiatan usaha tertentu; dan/atau

f. Larangan sebagai pihak utama.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat mengumumkan pengenaan sanksi

administratif di atas kepada masyarakat. 29 Pengumuman pengenaan sanksi administratif

kepada masyarakat dapat dilakukan antara lain melalui laman/website Otoritas Jasa

Keuangan.30 Pengenaan sanksi administratif tersebut, tidak menghapus kewajiban Bank

BUMN untuk tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban penerapan Program APU, PPT,

dan PPPSPM.31

Pengenaan sanksi administratif berupa denda oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

kepada Bank BUMN, dihitung dengan ketentuan:32

a. Paling banyak per tahun Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) bagi orang

perseorangan;33 dan/atau
29
Pasal 7 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.
30
Penjelasan Pasal 7 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.
31
Pasal 7 ayat (3) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.
32
Pasal 79 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.
33
Penjelasan Pasal 79 ayat (1) huruf a POJK No. 8 Tahun 2023, Yang dimaksud dengan “orang perseorangan”
adalah Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pegawai PJK, termasuk pejabat senior yang berada 1 (satu) tingkat
b. Paling banyak 1% (satu persen) dari total laba bersih tahun sebelumnya dengan batas

paling banyak per tahun Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) bagi Bank

BUMN.

Apabila Bank BUMN hanya merupakan salah satu unit/divisi di dalam PJK lain,

maka perhitungan laba bersih sebagaimana dimaksud di atas merupakan laba bersih dari

PJK lainnya tersebut.34 Perhitungan pengenaan sanksi denda oleh OJK tersebut,

ditangguhkan bagi PJK yang mengalami kerugian pada tahun sebelumnya. Dalam hal

PJK telah memperoleh laba, perhitungan sanksi denda ditetapkan berdasarkan laba bersih

yang diterima.35

M Dimyati Hartono, Lima Langkah Membangun Pemerintah yang Baik, (Jakarta: Ind Hill Co, 1997), hlm. 53.
ok
Sri Endah Wahyuningsih dan Rismanto, Kebijakan Penegakan Hukum Pidana Terhadap Penanggulangan
Money Laundering Dalam Rangka Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia, Jurnal Pembaruan Hukum, Vol.
II, No. 1 Januari – April 2015, hlm. 48. ok
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.
Ibid.
Pasal 1 angka 15 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2023 tentang
Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan
Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penerapan, diakses 01 April 2023.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penandaan, diakses 27 Juli 2023.

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/flag, diakses 01 april 2023


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/notaris, diakses 06 April 2023.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara.
Edelweis Lararenjana, Bank BUMN adalah Bank Milik Pemerintah, Ini Penjelasannya, artikel selasa 14
Februari 2023, https://www.merdeka.com/jatim/bank-bumn-adalah-bank-milik-pemerintah-ini-penjelasannya-
kln.html, diakses 06 april 2023.
di bawah Direksi dan Dewan Komisaris.
34
Pasal 79 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.
35
Pasal 80 ayat (1) dan (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Nasabah, diakses 06 April 2023.
Robert Tampubolon, Risk Management: Qualitative Approach Applied to Commercial Banks, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2004), hlm. 20.
Ibid., hlm. 21.
Tim Bank Indonesia dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Penilaian Risiko Sektoral Tindak
Pidana Pencucian Uang dan Tidak Pidana Pendanaan Terorisme Pada Sektor Penyelenggaraan Jasa Sistem
Pembayaran Selain Bank dan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (2019),
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem-pembayaran/anti-pencucian-uang-dan-pencegahan-pendanaan-
terrorisme/Documents/SRA_id.pdf, diakses 01 April 2023.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-bekasi/baca-artikel/13514/Pencegahan-Bepergian-Ke-Luar-Wilayah-
Indonesia-Strategi-dalam-Optimalisasi-Pengurusan-Piutang-Negara.html, diakses 06 April 2023.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pemberantasan, diakses 06 April 2023.
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipte, 1993), hlm. 54.
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hlm. 4.
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2006), hlm 39.
Ibid.
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, (Bandung: CV. Ramadja Karya, 1988), hlm. 80.
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 1976), hlm. 48.
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 5.
Ibid., hlm. 8
Ibid., hlm. 21.
Ibid., hlm. 37.
Ibid., hlm. 40.
Ibid.
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), hlm. 115.
Ibid.
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 9.
Tim Hukum Online, Teori-Teori Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, Artikel 30 September
2022,https://www.hukumonline.com/berita/a/teori-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli-lt63366cd94dcbc/?
page=2, diakses 07 April 2023.
Ibid.
Ibid.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hlm. 30.
Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.
118.
Tim Hukum Online, Loc. Cit.
Ibid.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press, 2005), hlm.
51.
Amiruddin dan Asikin Zainal H., Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), hlm. 37
Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Forum Komunikasi Direksi Kepatuhan Perbankan (FKDKP), Culture Start
From The Top: Membangun Budaya Kepatuhan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018), hlm. 46-47.

Ibid.

Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Forum Komunikasi Direksi Kepatuhan Perbankan (FKDKP), Menguasai
Fungsi Kepatuhan Bank: Modul Sertifikasi Compliance & Anti Money Laundering Officer, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2015), hlm. 31-32.
Ibid., hlm. 33.

Ibid., hlm. 51.

Ibid.

Pasal 3 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan
Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 8 dan Pasal 9 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Pasal 17 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan
Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 65 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan
Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan.

Penjelasan Pasal 65 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Pasal 69 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan
Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 71 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan
Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 72 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan Pendanaan
Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 4 ayat (2) POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Section I – The FATF’s RBA to AML/CFT, Financial Action Task Force’s Guidance for A Risk Based
Approach (RBA) – The Banking Sector October 2014, hlm. 6.

Ibid.

Section III– The FATF’s RBA to AML/CFT, Financial Action Task Force’s Guidance for A Risk Based
Approach (RBA) – The Banking Sector October 2014., hlm. 17.

Ibid.

Ibid., hlm. 18.

Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Forum Komunikasi Direksi Kepatuhan Perbankan (FKDKP), Culture Start
From The Top: Membangun Budaya Kepatuhan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018), hlm. 146.

Section III– The FATF’s RBA to AML/CFT, Financial Action Task Force’s Guidance for A Risk Based
Approach (RBA) – The Banking Sector October 2014., Op. Cit., hlm. 19.

Pasal 1 angka 12 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.
Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Forum Komunikasi Direksi Kepatuhan Perbankan (FKDKP), Op. Cit., hlm.
147.

Pasal 45 ayat (1) POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Penjelasan Pasal 45 ayat (1) POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang,
Pencegahan Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor
Jasa Keuangan.

Section III– The FATF’s RBA to AML/CFT, Financial Action Task Force’s Guidance for A Risk Based
Approach (RBA) – The Banking Sector October 2014., Op. Cit., hlm. 20.

Pasal 1 angka 14 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Section III– The FATF’s RBA to AML/CFT, Financial Action Task Force’s Guidance for A Risk Based
Approach (RBA) – The Banking Sector October 2014., Loc. Cit.

Pasal 35 ayat (1) POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Pasal 35 ayat (2) POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Pasal 35 ayat (3) POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Pasal 35 ayat (4) POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan.

Pasal 5 PerKa PPATK Nomor : PER-02/1.02/PPATK/02/15 tentang Kategori Pengguna Jasa Yang Berpotensi
Melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Pasal 1 angka 8 PerKa PPATK Nomor : PER-02/1.02/PPATK/02/15 tentang Kategori Pengguna Jasa Yang
Berpotensi Melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Penjelasan Pasal 39 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan, yang dimaksud dengan “anggota keluarga dari PEP” adalah anggota keluarga PEP sampai dengan
derajat kedua, baik horizontal maupun vertikal, yaitu:
1. Orang tua kandung/tiri/angkat;
2. Saudara kandung/tiri/angkat;
3. Anak kandung/tiri/angkat;
4. Kakek atau nenek kandung/tiri/angkat;
5. Cucu kandung/tiri/angkat;
6. Saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua;
7. Suami atau istri;
8. Mertua atau besan;
9. Suami atau istri dari anak kandung/tiri/angkat;
10. Kakek atau nenek dari suami atau istri;
11. Suami atau istri dari cucu kandung/tiri /angkat;
12. Saudara kandung/tiri/angkat dari suami; atau
13. Istri beserta suami atau istrinya dari saudara, yang bersangkutan.
Penjelasan Pasal 39 POJK Nomor 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang, Pencegahan
Pendanaan Terorisme, dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal di Sektor Jasa
Keuangan, pihak yang secara umum dan diketahui publik mempunyai hubungan dekat dengan PEP, contohnya
adalah supir, asisten pribadi, sekretaris pribadi.

Mavellyno Vedhitya, 01 feb 2023, Nasabah: Arti dan Jenisnya dalam Dunia Perbankan,
https://www.marketeers.com/nasabah-arti-dan-jenisnya-dalam-dunia-perbankan/, diakses 30 Juli 2023.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Nasabah, diakses 06 April 2023.

Sumita Taterway, Types of Customers in Bank, https://bankingdigests.com/blog/types-of-customers-in-banks/,


diakses 30 Juli 2023.

Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad, Hukum Perbankan, (Depok: Kencana, 2017), hlm. 17.

Yandi M. Rofiyandi, Definisi Nasabah Bank, Jenis dan Keuntungannya, 15 Juni 2022,
https://katadata.co.id/redaksi/ekonopedia/62a95f8e99a67/definisi-nasabah-bank-jenis-dan-keuntungannya,
diakses 30 Juli 2023.

Ibid.

Parta Setiawan, Pengertian Profesi – Profesionalisme, Professional, Syarat, Ciri, Contoh, Para Ahli, diposting
pada 06 Mei 2023, https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-profesi/, diakses 23 Mei 2023.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/profesi, diakses 06 April 2023.


Parta Setiawan, Loc. Cit.

R. Soegono Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1993), hlm. 13.

Abdul Ghofar Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, (Yogyakarta: UII Press,
2010), hlm. 8.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/notaris, diakses 06 April 2023.


J.C.S Simorangkir, Kamus Hukum, (Jakarta: Aksara Baru, 2013), hlm. 53.

H.R. Purwoto S. Gandasubrata, Renungan Hukum, (Jakarta: IKAHI Cabang Mahkamah Agung RI, 1998), hlm.
484.

G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlanga, 1996), hal. 3-4.
Komar Andasasmita, Notaris I Peraturan Jabatan, Kode Etik Dan Asosiasi Notaris/Notariat, (Bandung, Ikatan
Notaris Indonesia Jawa Barat, 1991), hal. 14-15
Lumban Tobing, op.cit., hal. 3-4.
Deborah, M. Thaw, The Notary Public and Its Impact in 21st Century – A presentation at the NACO/NACRC
Annual Conference, 2000, hlm. 2.

G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlanga, 1996), hlm. 15-16.

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 13.

Habib Adjie, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2009), hlm. 16-17.
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlangga, Cet. 2, 1983), hlm. 49-50.

Pasal 16 ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Pasal 16 ayat (12) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Pasal 16 ayat (13) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

https://www.ini.id/uploads/images/image_750x_5bd7a3727eccd.pdf, diakses 20 Juni 2023.

Ibid.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Edelweis Lararenjana, Bank BUMN adalah Bank Milik Pemerintah, Ini Penjelasannya, artikel selasa 14
Februari 2023, https://www.merdeka.com/jatim/bank-bumn-adalah-bank-milik-pemerintah-ini-penjelasannya-
kln.html, diakses 06 april 2023.
https://bri.co.id/info-perusahaan, diakses 03 Agustus 2023.

Ibid.

https://bri.co.id/simpanan, diakses 11 Agustus 2023.

Ibid.

https://bri.co.id/pinjaman, diakses 11 Agustus 2023.

Ibid.

https://bri.co.id/layanan-perbankan, diakses 11 Agustus 2023.

https://bri.co.id/simpanan-umkm, diakses 11 Agustus 2023.

Ibid.

Ibid.

https://bri.co.id/micro, diakses 11 Agustus 2023.

https://bri.co.id/pinjaman-umkm, diakses 11 Agustus 2023.

Ibid.

https://bri.co.id/trade-finance-services, diakses 11 Agustus 2023.

https://bri.co.id/layanan-perbankan-umkm, diakses 11 Agustus 2023.

https://bri.co.id/brilink, diakses 11 Agustus 2023.

https://bri.co.id/tabungan-bisnis, diakses 11 Agustus 2023.

https://bri.co.id/simpanan-corporate, diakses 11 Agustus 2023.

Ibid.

https://bri.co.id/pinjaman-korporasi, diakses 11 Agustus 2023.


https://bri.co.id/bri-transaction-banking, diakses 11 Agustus 2023.

https://bri.co.id/layanan-perbankan-bisnis, diakses 11 Agustus 2023.

https://bri.co.id/web/wealth-management, diakses 11 Agustus 2023.

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10470, diakses 11 Agustus 2023.

Yenti Garnasih, Penegakan Hukum Anti Pencucian Uang dan Permasalahannya di Indonesia, (Depok: PT
Rajagrafindo Persada, 2017), hlm. 13.

Muhammad Yusuf, Mengenal, Mencegah, Memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang, (Jakarta: Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), 2014), hlm. 40.

Fauziah Lubis, Advokat vs Pencucian Uang, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020), hlm. 5.

Yenti Garnasih, Op. Cit., hlm 15.

Moeljatno, Loc. Cit.


Wirjono Prodjodikoro, Loc. Cit.
Yenti Garnasih, Op. cit., hlm. 16.

Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 15.

Asep Nursobah, Pencucian Uang, Publish 28 Oktober 2021,


https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/glosarium-hukum/1897-pencucian-uang, diakses 13 Agustus 2023.

Ibid.

Yenti Garnasih, Op. cit., hlm. 1.

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10470, diakses 13 Agustus 2023.

Yenti Garnasih, Op. Cit., hlm. 25.

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10470, diakses 13 Agustus 2023.

Berdasarkan Pasal 1 angka 9 UU No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, Setiap Orang adalah Orang Perseorangan atau Korporasi.

Hasil Wawancara dengan Ibu Mila Mulyani, Team Leader of AML-CFT Analyst & Reporting, Compliance
Division BRI pada tanggal 09 Agustus 2023. Beliau telah menekuni bidang analisis dan pelaporan transaksi
keuangan terkait pencucian uang, pendanaan terorisme dan pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal di
BRI selama kurang lebih 7 (tujuh) tahun.

Data per 31 Desember 2022 bersumber dari Laporan Tahunan BRI Tahun 2022, hlm. 92.

Hasil Wawancara dengan Ibu Mila Mulyani, Team Leader Compliance Division BRI pada tanggal 09 Agustus
2023

Hasil Wawancara dengan Ibu Mila Mulyani, Team Leader Compliance Division BRI pada tanggal 09 Agustus
2023

Hal ini sejalan dengan Pasal 20 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian
Uang (APU), Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata
Pemusnah Massal (PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan, yang mana pengelompokkan risiko nasabah dilakukan
berdasarkan analisis yang meliputi:
a. Identitas;
b. Lokasi usaha bagi calon nasabah, nasabah atau Walk In Customer (WIC) berupa perusahaan;
c. Profil;
d. Frekuensi transaksi;
e. Kegiatan usaha;
f. Struktur kepemilikan bagi calon nasabah, nasabah atau Walk In Customer (WIC) berupa perusahaan;
g. Produk, jasa, dan jaringan distribusi (delivery channels) yang digunakan oleh Calon Nasabah, Nasabah, atau
WIC; dan
h. Informasi lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko.

Hasil Wawancara dengan Ibu Mila Mulyani, Team Leader Compliance Division BRI pada tanggal 09 Agustus
2023

Faktor-faktor yang mendukung pengelompokkan risiko nasabah individu disesuaikan dengan kebutuhan,
aktivitas usaha, kompleksitas usaha dan karakteristik usaha bank BRI. Penetapan faktor tersebut mungkin
berbeda dengan bank BUMN lainnya karena setiap bank memiliki kebutuhan, aktivitas usaha, kompleksitas
usaha dan karakteristik usaha yang tidak sama.

Disesuaikan dengan area geografi yang dinilai berisiko dalam penilaian National Risk Assessment on Money
Laundering yang diterbitkan oleh PPATK.

Hasil Wawancara dengan Ibu Mila Mulyani, Team Leader Compliance Division BRI pada tanggal 09 Agustus
2023

https://complyadvantage.com/insights/how-to-prioritize-risk-during-customer-onboarding/, diakses 19 Agustus


2023.

https://www.mas.gov.sg/-/media/MAS/Regulations-and-Financial-Stability/Regulatory-and-Supervisory-
Framework/Anti_Money-Laundering_Countering-the-Financing-of-Terrorism/Guidance-for-Effective-AML-
CFT-Transaction-Monitoring-Controls.pdf, diakses 21 Agustus 2023.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220316164614-12-772174/yasonna-soroti-pencucian-uang-saat-
lantik-majelis-pengawas-notaris?
utm_source=facebook&utm_medium=oa&utm_content=cnnindonesia&utm_campaign=cmssocmed, diakses 22
Agustus 2023.

Pasal 82 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.

Hasil Wawancara dengan Ibu Karina Shinta Utami, Team Leader of IT Support Compliance,, Compliance
Division BRI pada tanggal 24 Agustus 2023. Beliau telah menekuni bidang Compliance Information
Technology terkait pencucian uang, pendanaan terorisme dan pendanaan proliferasi senjata pemusnah massal di
BRI selama kurang lebih 8 (delapan) tahun.

Hasil wawancara dengan Ibu Shinta Puspitarani, analis PPATK, pada tanggal 16 Agustus 2023. Beliau telah
menjabat sebagai analis transaksi keuangan selama lebih dari 5 (tahun)

Hasil wawancara dengan Ibu Shinta Puspitarani, analis PPATK, pada tanggal 16 Agustus 2023.

Wawancara dengan notaris Dr. Christine Elisia Widjaya, S.H., M.Kn, Notaris di Kabupaten Mojokerto,
Provinsi Jawa Timur, dilakukan pada hari Jum’at, 14 Juli 2023.

Wawancara dengan notaris Dr. Hj. Santi Bunga, S.H., M.Kn, Notaris di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi
Tenggara, dilakukan pada hari Jum’at, 21 Juli 2023.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 9 Tahun 2017, PMPJ Notaris kepada clients-nya sama
seperti halnya dilakukan oleh Bank kepada nasabahnya, meliputi kegiatan yang meliputi identifikasi, verifikasi
dan pemantauan transaksi clients. PMPJ berlaku bagi Notaris apabila terdapat clients yang meminta jasa Notaris
mengenai kepentingan:
a. Pembelian dan penjualan properti;
b. Pengelolaan terhadap uang, efek, dan/atau produk keuangan lainnya;
c. Pengelolaan rekening giro, rekening tabungan, rekening deposito, dan/atau rekening efek;
d. Pengoperasian dan pengelolaan perusahaan; dan/atau;
e. Pendirian, pembelian dan penjualan badan hukum.

Kewajiban PMPJ dilakukan pada saat:


a. Melakukan penyediaan Jasa Notaris dengan client;
b. Terdapat Transaksi Keuangan dengan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya paling
sedikit atau setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
c. Terdapat Transaksi Keuangan Mencurigakan yang terkait tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak
pidana pendanaan terorisme; atau
d. Notaris meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan clientnya.

Dalam melakukan PMPJ, Notaris wajib memahami profil, maksud dan tujuan serta transaksi yang dilakukan
clientnya.

Sesuai Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 9 Tahun 2017, Notaris melakukan
pengelompokkan clients berdasarkan tingkat risiko berdasarkan analisis terhadap profil, bisnis, negara dan
produk.

Pasal 1 angka 1 POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Penjelasan Pasal 2 Ayat (1) huruf a POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang
(APU), Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah
Massal (PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.

https://ojk.go.id/id/kanal/perbankan/pages/Bank-Umum.aspx#:~:text=Bank%20umum%20adalah%20bank
%20yang,jasa%20dalam%20lalu%20lintas%20pembayaran, diakses pada 24 Agustus 2023.

Pasal 4 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 4 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 4 ayat (4) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Penjelasan Pasal 4 ayat (4) POJK No. 8 Tahun 2023, yang dimaksud dengan “penilaian risiko Indonesia
terhadap TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM secara nasional” adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang berisi hasil penilaian risiko Indonesia terhadap TPPU, TPPT,
perubahannya. dan/atau PPSPM secara nasional dan perubahannya.
Yang dimaksud dengan “penilaian risiko Indonesia terhadap TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM secara sektoral”
adalah dokumen yang diterbitkan oleh otoritas terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan atau Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi yang berisi hasil penilaian risiko masing-masing industri atau sektor terhadap
potensi TPPU, TPPT, dan/atau PPSPM beserta perubahannya.

Pasal 4 ayat (5) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 5 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 5 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 5 ayat (3) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 6 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 20 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 7 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 7 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Penjelasan Pasal 7 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 7 ayat (3) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU), Pencegahan
Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal (PPPSPM) di
Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 79 ayat (1) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.

Penjelasan Pasal 79 ayat (1) huruf a POJK No. 8 Tahun 2023, Yang dimaksud dengan “orang perseorangan”
adalah Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pegawai PJK, termasuk pejabat senior yang berada 1 (satu) tingkat
di bawah Direksi dan Dewan Komisaris.
Pasal 79 ayat (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.

Pasal 80 ayat (1) dan (2) POJK No. 8 Tahun 2023 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang (APU),
Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT) dan Pencegahan Pendanaan Proliferasi Senjata Pemusnah Massal
(PPPSPM) di Sektor Jasa Keuangan.

Isis Ikhwansyah dan Indra Prayitno, Dualisme Kedudukan Dan Tanggung Jawab Notaris Dalam Tatanan
Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Asy-Syari’ah Sunan Gunung Djati State Islamic University of Bandung,
2020), hlm. 70.

Andi Mutmainnah, Ma’ruf Hafidz, dan Mu. Rinaldy Bima, Efektivitas Pelaksanaan Tanggung Jawab Notaris,
Kalabbirang Law Journal, Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia, 2020, hlm. 14.

https://www.kompas.tv/regional/233338/kronologi-aset-rp17-m-milik-nirina-zubir-jatuh-ke-tangan-mafia-
tanah-terlalu-percaya-ke-art?page=all, diakses 25 Agustus 2023.

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/zaed42ed05dfaf7eb81e313432383439.html, diakses
25 Agustus 2023.

https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/zaed229924120664a08f313130373434.html, diakses
25 Agustus 2023.

https://www.kompas.com/hype/read/2022/08/16/181146266/tiga-notaris-kasus-mafia-tanah-keluarga-nirina-
zubir-divonis-kurang-dari-3?page=all, diakses 25 Agustus 2023.

Anda mungkin juga menyukai