Semua orang dipandang sama dihadapan hukum (equality before the law).
20
21
diancamkan oleh norma hukum atau bukan, dan apakah sanksi tersebut
dibuat itu telah tercapai maksudnya. Maksud dari norma hukum adalah
hukum itu dikatakan efektif dalam implementasinya. Hal ini dapat dilihat
24
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Penerbit Nusa Media,
Bandung, 2006, Hlm. 39.
25
Ibid, Hlm. 39.
22
a. Aspek keberhasilannya
b. Aspek kegagalannya
karena norma hukum yang kabur atau tidak jelas, aparat penegak hukum
yang korup, atau masyarakat yang tidak sadar atau taat pada norma hukum
tersebut.
1. Faktor Hukum
26
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2007, Hlm. 5.
23
wibawa penegak hukum. Hal ini disebabkan oleh kualitas yang rendah
27
Ibid, Hlm. 8.
28
Ibid, Hlm. 21.
24
4. Faktor Masyarakat
5. Faktor kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam
hidup bermasyarakat
29
Ibid, Hlm. 37.
30
Ibid, Hlm. 40.
31
Ibid.
25
dilakukan secara formal yaitu, melalui suatu tata cara yang terorganisasi
dengan resmi.
hukum dianggap efektif, apabila sikap tindakan atau perilaku lain menuju
pada tujuan yang dikehendaki, artinya apabila pihak lain tersebut mematuhi
dilakukan oleh penegak hukum jauh dari apa yang diharapkan undang-
undang.34
masyarakat sudah berbuat sesuai dengan hukum yang berlaku tersebut dan
apakah hukum yang dibuat dan diberlakukan tersebut telah tercapai tujuan
dan maksudnya.
32
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum , Rajawali Pers, Jakarta,
1982, Hlm. 115.
33
Ibid, Hlm. 115.
34
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Memengaruhi Penegakan Hukum , PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2005 , Hlm. 9.
26
peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang biasanya bersifat memaksa
untuk kelakuan manusia dalam masyarakat negara serta antara negara yang
berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata dan
dilihat dari 8 (delapan) arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam
arti para petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti
sistem kaidah, hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum,
hukum dalam arti ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin hukum.
KBBI adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, dan
35
Syamsul Arifin, Pengaantar Hukum Indonesia, Medan Area University Press, Medan,
2012, Hlm. 5-6.
36
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi kedua , cet.1, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, Hlm. 595.
27
yang hampir bersamaan, yaitu bahwa hukum itu memuat peraturan tingkah
laku manusia.37
upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga
berikut :
kepentingannya tersebut.
37
Ibid, Hlm. 5-6
38
http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum, di akses pada tanggal 19
November 2019
28
manusia.
dari kesewenangan.39
39
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Suarabaya,
1987, Hlm. 1-2.
29
pelanggaran.40
40
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1984, Hlm. 133.
41
Philipus M. Hadjon. Op. Cit, Hlm. 30.
30
diskresi.
upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kekerasan dan hak anak serta
Oleh karena itu, setiap hak anak harus dijunjung tinggi demi
42
Barda Nawawi Arief, Masalah Perlindungan Hukum Bagi Anak. Makalah disampaikan
pada Seminar Nasional Peradilan Anak. Fakultas Hukum UNPAD, Bandung, 5 oktober 1996,
Hlm. 3.
43
Arief Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Akademindo Pressindo, Jakarta, 1993, Hlm.
76.
31
2. Pengertian Anak
seorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.44
diratifikasi oleh Kepres Nomor 36 Tahun 1990, anak adalah setiap orang
berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.
adalah seorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.45
a. Non diskriminasi;
44
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
45
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
46
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
32
a. Hak Anak
47
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
33
d) Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh
(1));
35
h) Setiap anak berhak untuk mendapatkan orang tua angkat atau wali
meninggal dunia atau karena suatu sebab yang sah tidak dapat
ada alasan atau aturan hukum yang sah yang menunjukkan bahwa
(1));
61);
(Pasal 64);
37
untuk pelaku tidak pidana yang masih anak (Pasal 66 ayat (1) dan
(2));
b) Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan
sosial sesuai kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial (Pasal 8);
ayat (1));
j) Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali
n) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tidak pidana berhak
b. Kewajiban Anak
orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila mereka ittu
48
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
42
seperti yaitu :
dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran dan kondisi fisik dan/atau
mental.49
anak.50
anak.51
49
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
50
Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
51
Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
43
Anak.53
kewajiban orang tua, wali, atau orang lain secara hukum bertanggung
anak.54
52
Pasal 21 ayat (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak
53
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
54
Pasal 23 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
55
Pasal 24 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
56
Pasal 25 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
44
masyarakat.57
perjanjian yang suci, kuat, dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara
lama.
57
Pasal 11 ayat (4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
58
Abdul Thalib, Hukum Keluarga Dan Perikatan, UIR Press, Pekanbaru, 2007, Hlm. 11.
45
yaitu suatu perikatan antara dua pihak dalam memnuhi perintah dan
anjuran Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan berkeluarga dan berumah
tangga serta berkerabat berjalan dengan baik sesuai dengan ajaran agama
masing-masing.60
Islam. Pernikahan atau perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara
59
Eoh O. S, Perkawinan Antar Agama Dalam Teori dan Praktik, Cet. II, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2001, Hlm. 27-28.
60
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum
Adat, Hukum Agama, CV. Mandar Maju, Bandung 1990, Hlm. 8-10.
61
Zahri Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang
Perkawinan di Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1976, Hlm. 1.
46
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
diketahui bahwa dalam suatu perkawinan terdapat 3 (tiga) unsur pokok yang
a. Perkawinan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan;
sebagai berikut :
a. Ikatan lahir adalah hubungan formal yang dapat dilihat karena dibentuk
masa ikatan lahir batin itu hanya terjadi antara seorang laki-laki dengan
adanya ikatan lahir dan batin. Tanpa ikatan tersebut maka berarti tidak
fungsi suami istri, oleh karena itu tidak mungkin ada fungsi suami istri
yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Membentuk rumah tangga
f. Bahagia artinya ada kerukunan dalam hubungan antara suami, istri, dan
g. Kekal artinya langsung terus menerus seumur hidup dan tidak boleh
itu tidak terjadi begitu saja menurut kemauan para pihak melainkan
yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk menaati
62
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1990, Hlm 74-75.
48
hubungan yang dibentuk oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan baik
yang damai, tentram dan bahagia sebagai cita-cita sebuah rumah tangga.
calon mempelai tersebut belum siap secara lahir maupun batin, serta kedua
calon mempelai tersebut belum mempunyai mental yang matang dan juga
2. Asas-Asas Perkawinan
a. Asas Kesepakatan (Bab II Pasal 6 ayat (1)), yaitu harus ada kata sepakat
63
Syafiq Hasyim, Menakar Harga Perempuan, Mizan, Bandung, 1999, Hlm. 31.
49
tersebut;
yang harus ada dalam perkawinan dan apabila ada salah satu syarat tidak
1) Calon suami;
2) Calon istri;
3) Wali nikah;
64
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
65
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 1998, Hlm. 71.
50
adalah sesuatu yang harus ada dalam perkawinan, apabila ada salah satu
dari syarat yang telah ditentukan tidak dipenuhi maka perkawinan itu
1) Syarat materiil
b) Adanya izin kedua orang tua atau wali bagi calon mempelai yang
ayat);
66
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1980,
Hlm. 16.
51
pihak lain dan calon mempelai laki-laki juga tidak dalam ikatan
(Pasal 10);
2) Syarat formal
berikut :67
mereka yang harus memberi izin atau akta dimana telah ada
pencegahan;
dilakukan calon mempelai yang telah mencapai usia yang ditetapkan dalam
Islam juga menyatakan bagi calon mempelai yang belum berusia 21 tahun
67
Ibid, Hlm. 16.
53
harus mendapai izin yang sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (2), (3),
menyatakan “dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) Pasal ini dapat
meminta dispensasi nikah kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk
laki yang belum mencapai umur 18 tahun penuh dan perempuan yang belum
5. Dispensasi Perkawinan
68
Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam :Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, dan
Hukum Perwakafan, Cet. II, Tim Redaksi Nuansa Aulia, Bandung, Hlm. 5-6
69
Penghimpun Solahudin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, dan
Perdata, Visimedia, Jakarta, 2008, Hlm. 226.
54
70
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasan Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, Hlm.
357.
71
Tri Wijayadi, Dispensasi Pengadilan Agama Dalam Perkawinan Dibawah Umur,
Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008, Hlm. 37.
55
6. Akibat Perkawinan
Perkawinan baik terhadap suami istri, harta kekayaan, maupun anak yang
2) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
4) Suami adalah kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga;
setia;
72
Harumiati Natadimaja, Op.Cit, Hlm. 33-35.
56
1) Kedudukan anak
(Pasal 42);
45);
yang baik;
c) Anak yang dewasa wajib memelihara orang tua dan keluarga dalam
a) Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum pernah kawin ada
sekali;
7. Pencegahan Perkawinan
untuk menghindari suatu perkawinan yang dilarang oleh hukum Islam dan
Peraturan perundang-undangan.
Perkawinan, yaitu :
tidak (belum) memenuhi usia yang telah ditetapkan dalam Pasal 7 ayat
Undang.
saja antara kedua calon mempelai tersebut satu sama lain mempunyai
lain-lain;
terikat perkawinan dengan orang lain tidka dapat kawin lagi kecuali
4) Pelanggaran terhadap Pasal 10, yaitu larangan bagi suami atau istri
2) Saudara;
3) Wali nikah;
4) Wali pengampu;
5) Suami atau istri (lain) yang masih terikat perkawinan dengan calon
73
Harumiati Natadimaja, Op.Cit, Hlm. 28-29.