Anda di halaman 1dari 5

Makalah tentang Pembaharuan Hukum dalam Perspektif Sosiologi Hukum

untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Sosiologi Hukum kelas C
yang dibina oleh Bapak Dr. Abdul Madjid, S.H., M.Hum.

disusun oleh:
Muhammad Rizqy Fammi
NIM. 175010107111149 (13)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

KOTA MALANG
2020
A. Pendahuluan

pembaharuan berasal dari Bahasa Inggris yaitu Reform yang artinya


pembaharuan sehingga pembaharuan hukum sendiri dalam Bahasa Inggris
diterjemahkan sebagai Law Reform. pembaharuan hukum harus didasarkan
kepada kebutuhan sosial, ekonomi, dan politik. Lawrence Friedman
mengemukakan pendapat bahwa agar hukum dapat bekerja, harus dipenuhi
tiga syarat, yang pertama adalah aturan itu harus dapat dikomunikasikan
kepada subyek yang diaturnya; kedua, subyek yang diaturnya mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan aturan itu; ketiga, subyek itu harus
mempunyai motivasi untuk melaksanakan aturan itu. Berdasarkan pandangan
inilah dapat dikemukakan bahwa Pembaharuan hukum bukan sekedar
pembaharuan substansi hukumnya saja, melainkan pembaharuan orientasi
dan nilai-nilai yang melandasi aturan hukum tersebut, dan pembaharuan
hukum harus diartikan sebagai pengadopsian nilai-nilai hukum yang baru
sebagai akibat perubahan nilai-nilai dalam masyarakat.

Nilai-nilai hukum yang baru inilah yang merupakan landasan filosofis bagi
substansi hukum yang baru. Secara universal dapat dikatakan bahwa fungsi
hukum yang paling utama adalah sebagai sarana pengendalian hidup
bermasyarakat dengan menseimbangkan kepentingan-kepentingan yang ada
didalam masyarakat atau dengan kata lain sebagai sarana kontrol sosial yang
mana dikemukakan oleh Roscoe Pound. Fungsi yang lain adalah bahwa
hukum juga sebagai sarana pembangunan masyarakat. Dalam
menseimbangkan kepentingan-kepentingan tersebut, hukum harus dapat
menetapkan sistem alokasi agar kehidupan sosial tetap dipelihara. Dalam
makalah ini, penulis akan mengkaji pembaharuan hukum dengan perspektif
Sosiologi Hukum.

B. Pembahasan

Pembaharuan hukum harus dilakukan apabila suatu hukum yang telah


ada tidak berjalan dengan baik atau tidak efektif. Efektif tidaknya suatu
pembaharuan hukum dapat dikaji dengan salah satu teori dari sosiologi
hukum yaitu efektivitas hukum. Menurut Donald Black, efektivitas hukum
adalah masalah pokok dalam sosiologi hukum yang diperoleh dengan cara
membandingkan antara realita hukum dalam teori dengan realita hukum
dalam prakteknya sehingga Nampak adanya kesenjangan diantara kedua
realita hukum tersebut. Hukum dianggap tidak efektif apabila terdapat
perbedaan diantara kedua hal tersebut. Hukum yang efektif sendiri adalah
hukum yang sesuai dengan peraturan yang telah dibuat dalam undang-
undang dan hukum yang sesuai dengan harapan atau cita-cita dari
masyarakat yang mana dengan adanya hukum tersebut akan menciptakan
keteraturan sosial didalam masyarakat.

Sosiologi hukum merupakan kajian yang mempelajari tentang dampak


diberlakukannya sebuah hukum di masyarakat, sehingga gejala-gejala sosial
dapat muncul dan berkembang dalam masyarakat. Adapun untuk melihat
suatu pembaharuan hukum itu efektif, dapat mengunakan teori efektivitas
hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto. Efektif tidaknya suatu
hukum menurut Soerjono Soekanto dapat ditentukan dengan faktor-faktor,
antar lain:

1. Faktor Hukum

Hukum memuat 3 (tiga) unsur yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan.


Dalam kenyataannya, sering terjadi pertentangan antara kepastian hukum
dan keadilan hukum. Kepastian hukum bersifat konkret atau nyata,
berkebalikan dengan keadilan yang bersifat abstrak. Contohnya adalah
apabila seorang hakim memutus suatu perkara dengan hanya menerapkan
undang-undang, bisa jadi nilai keadilan tidak terpenuhi.

2. Faktor Penegak Hukum

Faktor ini berkaitan dengan pihak yang berwenang melakukan


pembentukan maupun melaksanakan hukum, dalam hal ini adalah aparatur
penegak hukum. Setiap aparat dan aparatur diberi kewenangan dalam
menerapkan tugasnya masing-masing yang antara lain meliputi kegiatan
menerima laporan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian,
penjatuhan vonis, dan pemberian sanksi.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas Hukum


Secara sederhana, sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan
hukum bisa dirumuskan sebagai sarana untuk tercapainya suatu tujuan.
Sarana dan fasilitas pendukung ini sendiri mencakup sumber daya manusia
yang terampil dan berpendidikan, struktur organisasi yang baik, dan
sebagainya.

4. Faktor Masyarakat
Efektivitas hukum bergantung kepada kemauan dan kesadaran hukum dari
masyarakat hukum itu sendiri. Rendahnya kesadaran masyarakat akan
menghambat penegakan hukum, dalam menyiasati hal ini adalah dengan
sosialisasi oleh pemegang kekuasaan yaitu pemerintah dan para penegak
hukum kepada masyarakat.

5. Faktor Kebudayaan
Sebagai suatu sistem, hukum mencakup faktor substansi, struktur, dan
kebudayaan. Dalam faktor kebudayaan terdapat kebudayaan spiritual atau
nonmaterial. Hukum memiliki pengaruh langsung ataupun pengaruh tidak
langsung di dalam mendorong terjadinya perubahan sosial. Adapun cara-
cara untuk memengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan
direncanakan lebih dulu yang dinamakan social engineering atau social
planning. Maka faktor kebudayaan ini sebagai hasil karya, cipta dan rasa
yang berdasarkan kepada karsa manusia di dalam pergaulan sosial.

C. Kesimpulan

Hukum dibuat untuk mengatur tingkah laku manusia yang pada


hakikatnya bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam
masyarakat. Hukum dan manusia tidak dapat dipisahkan, manusia yang
membuat aturan dan manusia juga yang dapat merubah tatanan undang-
undang dalam hukum. Tetapi, hukum yang telah ada tidak serta merta
berjalan dengan efektif. Dari hal inilah maka perlu adanya suatu pembaharuan
hukum. Pembaharuan hukum harus dilakukan apabila suatu hukum yang telah
ada tidak berjalan dengan baik atau tidak efektif. Efektif tidaknya suatu
pembaharuan hukum dapat dikaji dengan salah satu teori dari sosiologi
hukum yaitu efektivitas hukum. Adapun faktor-faktor yang ada dalam teori
efektivitas hukum antara lain, faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor
sarana atau fasilitas hukum, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. Lima
faktor inilah yang bisa mengkaji perlunya diadakan pembaharuan hukum agar
fungsi hukum yang paling utama, yaitu sebagai sarana pengendalian hidup
bermasyarakat dengan menseimbangkan kepentingan-kepentingan yang ada
didalam masyarakat atau dengan kata lain sebagai sarana kontrol sosial,
berjalan dengan baik.

D. Daftar Pustaka

Jurnal :

Biroli, Alfan, 2015, Problematika Penegakan Hukum di Indonesia,


Dimensi, 8(2).
Marzuki, Peter, M., 1999, Reformasi Hukum dan Pendidikan Hukum
di Indonesia, Perspektif, 4(1).
Yudho, W., & Tjandrasari, H., 1987, Efektivitas Hukum dalam
Masyarakat, Majalah Hukum dan Pembangunan, doi:https://
10.21143/jhp.vol17.no1.1227

Anda mungkin juga menyukai