Law as a tool of social engineering merupakan teori yang dikemukakan oleh Roscoe Pound, yang berarti hukum sebagai alat pembaharuan dalam masyarakat, dalam istilah ini hukum diharapkan dapat berperan merubah nilai-nilai sosial dalam masyarakat. 2. Fungsi Hukum sebagai Rekayasa Sosial a) Hukum sebagai penyesuaian hubungan sosial dan penataan perilaku masyarakat, maksudnya bahwa keadilan bukanlah hubungan sosial yang ideal atau beberapa bentuk kebajikan. Ia merupakan suatu hal dari “penyesuaian-penyesuaian hubungan dan penataan perilaku sehingga tercipta kebaikan, alat yang memuaskan keinginan manusia untuk memiliki dan mengerjakan sesuatu, melampaui berbagai kemungkinan terjadinya ketegangan. Nah, Pound mengatakan bahwa sistem hukum mencapai tujuan ketertiban hukum dengan mengakui kepentingan- kepentingan itu, dengan menentukan batasan- batasan pengakuan atas kepentingan-kepentingan tersebut dan aturan hukum yang dikembangkan serta diterapkan oleh proses peradilan memiliki dampak positif serta dilaksanakan melalui prosedur yang berwibawa, juga berusaha menghormati berbagai kepentingan sesuai dengan batas-batas yang diakui dan ditetapkan. b) Merubah pola-pola tertentu dalam suatu masyarakat, dalam arti mengokohkan suatu kebiasaan menjadi suatu yang diyakini dan lebih ditaati, maupun dalam bentuk perubahan lainnya. c) Mengatur dan mengelola masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang beradab dan menghasilkan kemajuan hukum, dalam fungsi ini hukum diibaratkan sebagai insinyur dalam mengungkapkan dasar-dasar pembaruan dalam masyarakat baik dalam bidang ekonomi maupun pembangunan dan menggerakkan kemana masyarakat akan diarahkan serta bagaimana masyarakat seyogianya diatur. Jadi, hukum berfungsi sebagai alat untuk mengatur dan mengelola masyarakat. Mengatur dan mengelola masyarakat akan membawa kepada pembaharuan- pembaharuan, perubahan-perubahan struktur masyarakat dan penentuan-penentuan pola berpikir menurut hukum yang menuju ke arah pembangunan. Hal ini akan menghasilkan kemajuan hukum, sehingga akan tercapai suatu suasana yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang beradab.
Didalam fungsi-fungsi serta pengertian Hukum
sebagai Rekayasa sosial tadi, dapat kita tangkap beberapa poin penting yaitu Hukum sebagai instrumen pengubah masyarakat, Hukum sebagai Kontrol Sosial, serta Hukum sebagai Pembangunan Ekonomi
Hukum sebagai Instrumen Pengubah Masyarakat
Hukum memainkan peranan penting dalam masyarakat serta mempunyai multifungsi untuk kebaikan masyarakat, demi mencapai keadilan, kepastian hukum, ketertiban dll. Berbicara tentang hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat tidak terlepas dari satu tokoh yang bernama Roscoe pound Dengan istilahnya yang terkenal Law as a toll of sosial enginering. Roscoe Pound salah satu ahli hukum yang beraliran sociological jurisprudence yang lebih mengarahkan perhatiannya pada kenyataan hukum daripada kedudukan fungsi hukum. Kelahiran 27 okt 1870, Lincoln, Nebraska, Amerika. Law as a toll of social enginering merupakan teori yang dikemukakan oleh Rescoe Pound yang berarti hukum sebagai alat pembaharuan/ merekayasa dalam masyarakat. Dalam istilah ini hukum diharapkan dapat berperan merubah nilai - nilai sosial dalam masyarakat. Dengan disesuaikan situasi dan kondisi di Indonesia, konsepsi “law as a tool of social engineering” yang merupakan inti pemikiran dari aliran pragmatic legal realism itu, oleh Mochtar Kusumaatmadja kemudian dikembangkan di Indonesia. Menurut pendapat Mochtar Kusumaatmadja, konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat Indonesia lebih luas jangkauan dan ruang lingkupnya daripada di Amerika Serikat, alasannya oleh karena lebih menonjolnya perundang - undangan dalam proses pembaharuan hukum di Indonesia walau yurisprudensi memegang peranan dan ditolaknya aplikasi mekanisme daripada konsepsi tersebut yang digambarkan akan mengakibatkan hasil yang sama daripada penerapan paham legisme yang banyak ditentang di Indonesia. Sifat mekanisme itu terlihat dengan digunakannya istilah “tool” oleh Roscoe Pound. Itulah sebabnya mengapa Mochtar Kusumaatmadja cenderung menggunakan istilah “sarana” daripada alat lebih sederhananya adalah hukum di Indonesia tidak cukup berperan sebagai alat, melainkan juga sebagai sarana pembaharuan masyarakat. Hukum yang digunakan sebagai sarana pembaharuan itu dapat berupa undang-undang atau yurisprudensi atau kombinasi keduanya, seperti telah dikemukakan di Indonesia yang paling menonjol adalah perundang-undangan, yurisprudensi juga berperan namun tidak seberapa. Agar dalam pelaksanaan perundang- undangan yang bertujuan untuk pembaharuan itu dapat berjalan sebagaimana mestinya, hendaknya perundang - undangan yang dibentuk itu sesuai dengan apa yang menjadi inti pemikiran aliran sociological Jurisprudence yaitu hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup didalam masyarakat. Sebab jika ternyata tidak, akibatnya ketentuan tersebut akan tidak dapat dilaksanakan dan akan mendapat tantangan-tantangan. Fungsi hukum sebagai instrumen pengubah masyarakat ialah untuk menjamin keamanan dalam masyarakat dan penjaminan struktur sosial. Namun demikian, dalam masyarakat yang sudah maju, hukum menjadi lebih umum, abstrak, dan lebih berjarak dengan konteksnya. Teori tentang fungsi hukum dalam masyarakat yang sudah maju dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi pertama dimana kemajuan masyarakat dalam berbagai bidang membutuhkan aturan hukum untuk mengaturnya. Dari sisi kedua adalah dimana hukum yang baik dapat mengembangkan masyarakat atau mengarahkan perkembangan masyarakat. Beberapa contoh perundang-undangan yang berfungsi sebagai sarana pembaharuan dalam arti merubah sikap mental masyarakat tradisional kearah modern, misalnya larangan penggunaan koteka di Irian Jaya, keharusan pembuatan sertifikat tanah dan sebagainya. Hukum sebagai Alat Kontrol Sosial Roscoe Pound menyatakan bahwa hukum adalah lembaga terpenting dalam melaksanakan kontrol sosial. Hukum secara bertahap telah menggantikan fungsi agama dan moralitas sebagai instrumen penting untuk mencapai ketertiban sosial. Menurutnya, kontrol sosial diperlukan untuk melestarikan peradaban karena fungsi utamanya adalah mengendalikan “aspek internal atau sifat manusia”, yang dianggapnya sangat diperlukan untuk menaklukkan aspek eksternal atau lingkungan fisikal. Hukum sebagai alat kontrol sosial bermakna sesuatu yang dapat menetapkan tingkah laku manusia. Tingkah laku ini dapat diartikan sebagai sesuatu yang menyimpang terhadap aturan hukum. Penyimpangan aturan hukum akan mengakibatkan lahirnya sanksi hukum akan tindakan pelanggaran hukum. Dimana sanksinya akan diterima oleh pelakunya. Sanksi hukum kepada perilaku yang menyimpang, ternyata memiliki perbedaan yang signifikan di kalangan suatu masyarakat. Karena hak tersebut akan dipengaruhi dan berkaitan dengan banyak hal, seperti keyakinan agama, aliran falsafat yang dianut. Sehingga sanksi hukum akan selalu berkaitan dengan kontrol sosial. Misalnya sanksi pencuri berbeda bagi masyarakat penganut Islam secara konsekuen dengan masyarakat Eropa Barat. Orang Islam memberikan sanksi potong tangan, sedangkan orang Eropa Barat memberi sanksi penjara. Hukum bukan saja alat kontrol sosial, tetapi juga bisa sebagai alat pengendali memainkan peran pasif. Maksudnya bahwa hukum dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan masyarakat yang dipengaruhi oleh keyakinan dan ajaran falsafat lain yang diperpeganginya. Pound menyatakan bahwa kontrol sosial diperlukan untuk menguatkan peradaban masyarakat manusia karena mengendalikan perilaku antisosial yang bertentangan dengan kaidah-kaidah ketertiban sosial. Hukum, sebagai mekanisme kontrol sosial, merupakan fungsi utama dari negara dan bekerja melalui penerapan kekuatan yang dilaksanakan secara sistematis dan teratur oleh agen yang ditunjuk untuk melakukan fungsi itu. Akan tetapi, Pound menambahkan bahwa hukum saja tidak cukup, ia membutuhkan dukungan dari institusi masyarakat, keluarga, pendidikan, moral, dan agama. Karena suatu aturan atau hukum yang lahir dan telah sesuai dengan harapan suatu masyarakat dan telah didukung oleh masyarakat tersebut belum tentu dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh aparat pelaksana yang komit terhadap pelaksanaan hukum. Hal yang terakhir inilah yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Aparat sepertinya dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur lain yang sepatutnya tidak menjadi faktor penentu, seperti kekuasaan, materi dan pamrih serta kolusi. Citra penegak hukum masih rawan. Hukum dan Pembangunan Ekonomi Hukum atas ekonomi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Analisis ekonomi atas hukum ialah untuk melihat efisiensi dalam upaya meminimalisasi cost terhadap beroperasinya aturan hukum yang telah disusun agar tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan tidak efisien. Gagasan untuk menyusun undang-undang yang mengatur tentang persaingan terkait dengan terbentuknya organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization) yang telah disetujui oleh Negara Republik Indonesia pada tanggal 15 April 1994 di Marakesh, Marokko. Selanjutnya diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang- undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Orga-nization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), maka perlu disusun strategi untuk pembentukan beberapa rancangan undang-undang sebagai akibat persetujuan tersebut, diantaranya undang-undang yang mengatur persaingan usaha, yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. UU Persaingan Usaha merupakan undang-undang yang mengatur bidang ekonomi, maka salah satu bidang yang dapat digunakan untuk menjelaskan kesulitan dalam hukum persaingan adalah ilmu ekonomi, seperti ditegaskan oleh Cooter dan Ulen bahwa: interaksi antara para ahli hukum dan ahli ekonomi telah melahirkan kebijakan pengaturan hukum persaingan (antit-rust) dan pengaturan berbagai kebijakan ekonomi negara. Selanjutnya, menurut keduanya bahwa analisis ekonomi terhadap hukum adalah suatu mata pelajaran interdisipliner yang bukan saja menarik bagi peminat hukum dan ekonomi, tetapi juga bagi para peminat kebijakan publik (public policy). Perkara persaingan usaha merupakan salah satu perkara hukum yang cukup rumit penanganannya dibandingkan perkara hukum lainnya, dimana analisa dari segi ekonomi untuk beberapa perkara sangat diperlukan dalam membantu pada saat melakukan proses pembuktian. Munculnya aliran pemikiran di Amerika Serikat (American Realism) yang bertumpu pada pengamatan terhadap apa yang diputuskan hakim di pengadilan antara lain menjelaskan bahwa banyak faktor non hukum (non legal factor) seperti ilmu ekonomi yang turut mempengaruhi pertimbangan para hakim dalam memutuskan perkara. Analisis ekonomi atas hukum adalah melihat aspek efisiensi dalam penentuan suatu pilihan dalam kehidupan manusia. Konsep tentang pilihan dan rasionalitas mengakibatkan orang harus mengeluarkan biaya karena harus meninggalkan satu pilihan untuk mengejar pilihan lain yang dianggapnya lebih baik. Dalam kaitan ini Robert Cooter dan Thomas Ulen mengatakan bahwa: Economics provided a scientific theory to predict the effects of legal sanctions on behavior. To economist, sanctions look like prices, and presumably, people respond to these sanctions much as they respond to prices. People respond to higher prices by consuming less of the more expensive good, so presumably people respond to heavier legal sanctions by doing less of the sanc-tioned activity. Economics has mathematically precise theories (prices theory and game theory) and empirically sound methods (statistics and econometrics) of analyzing the effecs of prices on behavior. Pendapat Robert Cooter dan Thomas Ulen ini memberikan pemahaman bahwa antara dampak harga, baik tinggi atau mahal terhadap perilaku memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Hal ini kemudian dikaitkan dengan hukum, berkenaan dengan penerapan sanksi dimana sanksi yang berat atau ringan akan berdampak juga pada perilaku dari orang yang akan menerima saksi tersebut. Menurut Robert Cooter dan Thomas Ulen pendekatan ekonomi untuk mengevaluasi hukum dan kebijakan, bahwa hukum hendaknya tidak hanya dipandang sebagai suatu teknik berar-gumen, hukum adalah instrumen untuk mendo-rong tujuan kepentingan sosial. Agar dapat diketahui bahwa hukum mempunyai tujuan ini, hakim dan para pembentuk hukum lainnya harus mempunyai metode mengevaluasi hukum yang berdampak pada nilai kepentingan sosial. Ilmu ekonomi memprediksi dampak kebijakan pada efisiensi. Efisiensi selalu relevan untuk membuat kebijakan, karena itu selalu lebih baik mendorong setiap kebijakan yang mempunyai biaya rendah daripada biaya tinggi Jadi yang dimaksud dengan pendekatan dari aspek efisiensi (ekonomi) dalam memandang hukum adalah dalam upaya meminimalisasi cost terhadap beroperasinya (aturan) hukum yang telah disusun oleh para ahli hukum agar tidak menimbulkan biaya ekonomi tinggi, tidak efisien dan tidak rasional dan itu merupakan tuntutan perkembangan berbagai jenis peraturan (hukum) yang berkaitan dengan bidang ekonomi.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu