OLEH:
HASDIWANTI
B012212024
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hukum tidak sekedar sebagai suatu blue print yang ditetapkan melalui berbagai
sebagai suatu gejala yang dapat diamati di dalam masyarakat melalui tingkah laku
warga masyarakat. Realitas tersebut berarti titik perhatian harus ditujukan kepada
hubungan antara hukum dengan faktor-faktor non hukum lainnya, terutama faktor
nilai dan sikap serta pandangan masyarakat yang disebut dengan kultur hukum.1
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sangat jelas dimana kita bisa
melihat bahwa hukum layaknya manusia sebagai makhluk sosial. Dimana hukum
satu faktor yang paling berpengaruh terhadap hukum yakni budaya, dikarenakan
budaya sangat kental terhadap nilai dan sikap serta pandangan masyarakat.
1
Marzuki Lubis, “Peranan Budaya Hukum Dalam Perspektif Pembangunan Hukum
Nasional”, Jurnal Penegakan Hukum, Volume 1, Nomor 1, Juni 2014, h. 17.
Terlebih di Indonesia ini terdapat banyak sekali budaya atau kultur dengan ciri
suatu cara hidup atau dalam bahasa Inggrisnya disebut ways of life. Keduanya
hidup yang dicita-citakan. Tanpa hukum yang dibudayakan niscaya sangat sulit
hukum memiliki interaksi yang tak terelakkan dengan aspek kehidupan yang lain.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, budayalah salah satu aspek yang sangat erat
Landasan filosofis dari hukum adat adalah sebenarnya nilai-nilai dan sifat
hukum adat itu sangat menyerupai dan bahkan sudah terkandung didalam butir-
arwah hukum adat dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang hendak diatur
2
Ida Bagus Alit Yoga Maheswara, Made Gede Arthadana, Komang Indra Apsaridewi,
“Aspek Legalitas Hukum Pidana Dengan Hukum Adat”, Jurnal Hukum dan Kebudayaan, Volume
1, Nomor, 2 November 2020, h. 45
Realitas yang terjadi saat ini, sering kali hukum dibenturkan dengan
budaya yang kemudian mengarah pada konotasi yang negatif. Hal ini kemudian
bagaimana keduanya saling melengkapi dan membangun dengan cara yang sangat
positif atas interaksi keduanya. Hal ini tentu saja dikarenakan kurangnya
pemahaman terkait dengan hubungan antara budaya dan hukum yang sebenarnya.
Maka berdasarkan semua hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
siapapun, baik itu kalangan hukum maupun non hukum. Dimana referensi
yang ada dalam makalah ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dan
2. Manfaat Praktis
peraturan.
BAB II
mendalam arti pengendalian sosial tidaklah berhenti pada pengertian itu saja.
Arti sesungguhnya dari pengedalian sosial sebenarnya jauh lebih luas, oleh
lainnya, atau mungkin dilakukan oleh individu terhadap kelompok sosial dan
pengendalian sosial dapat bersifat preventif atau represif, atau bahkan kedua-
3
Soerjono Soekanto, Soleman b. Taneko, 1981, Hukum Adat Indonesia, Jakarta:
Rajawali. 1981, h. 91.
dijalankan melalui proses sosialisasi, pendidikan, penyuluhan, dan
2. Fungsi Pengembangan
telah diseleksi, sehingga dapat diterima oleh semua golongan dan semua suku
6
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Pres, 1988, h.
107.
sebagai wahana komunikasi dan sebagai alat untuk mempererat solidaritas
anggota bangsa itu hanya dapat tumbuh dan menebal, jika dengan penuh
mempertinggi solidaritas.
korelatif. Ini berarti hukum dan budaya dapat saling mempengaruhi. Dari
hubungan ini akan melahirkan dua perspektif kajian yaitu: pada perspektif
7
Alfian, Persepsi Politik Tentang Kebudayaan, dalam Alfian (Ed), Persepsi Masyarakat
Tentang Kebudayaan”. Jakarta: Gramedia Jakarta, 1984, h. 131.
budaya berposisi sebagai variabel terikat (devendent), sedangkan hukum
No.44);
ini hukum terikat pada format yang telah digariskan oleh budaya. Dengan
hukum, dan aturan-aturan khusus, semua berpedoman kepada sistem nilai budaya
masyarakat. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup
dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal yang harus
mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Sistem nilai budaya berfungsi sebagai
Gambaran ideal atau design hidup atau cetak biru (blue print of behavior)
dilestarikan melalui cara hidup warga masyarakat, dan salah satu cara agar
yang melakukan perzinaan. Dimana tidak ada satu budaya pun yang
ikatan pernikahan. Selain itu, dengan nilai-nilai kesopanan dan kesusilaan dalam
masyarakat adat.
8
Budi Agus Riswandi& M Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
Jakarta: Rajawali Pres, 2005, h. 27
9
T.O. Ihromi, Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Gramedia, 1986, h. 4
Sebagian dari norma sosial itu kalau dilanggar akan memperoleh
ganjaran atau sanksi yang konkrit, dikenakan oleh petugas hukum atau wakil-
wakil masyarakat yang diberi wewenang untuk itu. Jadi ada nilai-nilai budaya
yang telah tercermin dalam norma sosial juga dimasukkan ke dalam peraturan
hukum dan karena ada perlindungan melalui proses hukum maka upaya mencegah
untuk membantu kelestarian budaya. Dengan kata lain dapat dikemukakan hukum
mendorong agar warga masyarakat tidak menyimpang karena ada ancaman akan
digunakan paksaan.10
10
Anak Agung Gede Oka Parwata, dkk, Memahami Hukum dan Kebudayaan, Bali:
Pustaka Ekspresi, 2016, h. 48.
4. Untuk merumuskan kembali hubungan-hubungan bila kondisi-kondisi
budaya.
Nasional
aparatur hukum.
formal maupun non formal yang eksistensinya diyakini oleh masyarakat tentang
apa yang seharusnya (das sollen). Sejarah peradaban manusia telah banyak
masyarakat mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Hal ini diakibatkan oleh
kemudian membentuk cara berfikir dan pandangan hidup, yang pada gilirannya
membentuk struktur dan kultur dari masyarakat itu sendiri. Hukum itu sendiri
merupakan bentuk formal dari struktur dan kultur masyarakat. Oleh karenanya
hukum positif Indonesia adalah wujud formal dari struktur dan kultur sistem
masyarakat kita yang masih diwarnai oleh berbagai corak yang menjadi struktur
dan kultur masyarakat kita sebelumnya. Dengan kata lain pada hukum positif kita
masih terlihat corak sistem hukum yang berdimensi masa lalu, masa kini, dan arah
orientasi terhadap fenomena ini menuju terwujudnya hukum nasional yang dicita-
yang hidup di dalam masyarakat. Oleh karena itu, hal ini tidak dapat dilihat secara
disimpulkan dari pengalaman hidup sosial melalui suatu cara pemikiran dan cara
penafsiran tertentu.11
1. budaya hukum,
2. materi hukum,
4. prasarana dan sarana hukum, maka salah satu yang sangat urgen dalam
penyusunan atau pengembangan hukum, tentu saja tidak akan terlepas dari
11
Marzuki Lubis, “Peranan Budaya Hukum Dalam Perspektif Pembangunan Hukum
Nasional”, Jurnal Penegakan Hukum, Volume 1, Nomor 1, Juni 2014, h. 29.
bagaimana realitas yang terjadi di masyarakat. Budaya bukanlah sesuatu yang
kuno dan terlalu kolot jika dilihat dari perspektif hukum nasional. Justru budaya
depannya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa kultur atau budaya
berpengaruh besar terhadap materi atau muatan yang akan dituangkan dalam
dikembangkan adalah merupakan perpaduan dari berbagai teori hukum, baik yang
berasal dari Teori Hukum Sociological Jurisprudence dari Roscou Pound, teori
kebudayaan dari Northrop maupun teori policy oriented dari Laswell dan Mc
conditio sine quanon, yang dilakukan melalui pembinaan struktur dan budaya
nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat (living law, volk geist),
sehingga hukum yang dilahirkan akan dapat berjalan secara efektif sesuai dengan
yang dicita-citakan.
membantu dalam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Buku