CITA HUKUM
A. Hukum Sebagai Sistem Norma dan Fungsi-Fungsinya
Hukum dalam perkembangannya tidak hanya dipergunakan untuk mengatur tingkah
laku yang sudah ada dalam masyarakat dan mempertahankan pola-pola kebiasaan yang telah
ada. Lebih jauh dari pada itu, hukum telah mengarah kepada meggunakannya sebagai sarana
untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat .
Apabila membicarakan hukum sebagai sarana, maka sebanarnya hukum telah memasuki
pembicaraan mengenai hukum sebagai konsep yang modern. Hal ini dikarenakan bahwa
hukum merupakan suatu kebutuhan masyarakat sehingga ia bekerja dengan cara memberikan
petunjuk tingkah laku kepada manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
1. Pengertian hukum
Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah dalam
kehidupan bersama; keseluruhan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat dipakasakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. (sudikno
mortokusumo). Hukum memiliki banyak segi dan bentuk, meliputi segala lapangan
kehidupan manusia menyebabkan orang tidak mungkin membuat suatu defenisi hukum yang
memadai dan konfrehensif (van aveldroom).
Pengelompokan pengertian hukum :
Hukum dipandang sebagi kumpulan ide dan nilai abstrak. Konsekuensi metodologi
adalah bersifat filosofis.
Hukum sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak, maka pusat perhatian
pada hukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom, yang bisa kita
bicarakan sebagai subyek tersendiri terlepas dari kalimatnya dengan hal-hal diluar
peraturan-peraturan tersebut. Konsekuensi metodelogisnya adalah bersifat normatifanalitis.
Hukum dipahami sebagai sarana atau alat untuk mengatur masyarakat, maka metode
yang digunakan adalah metoda sosiologis. Pengertian ini mengaitkan hukum untuk
mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan konkrit dalam
masyarakat.
Hukum pada dasarnya merupakan hasil karya manusia atau sebuah komunitas yang
berjalan secara terus-menerus dan selalu mengalami proses untuk mengkristal
menjadi norma hukum yang tampak dalam bentuk simbol-simbol.(Prof.Esmi)
2. Tujuan Hukum
Garis-garis besar tujuan hukum meliputi pencapaian suatu masyarakat yang tertib dan
damai, mewujudkan keadilan, serta untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan atau
kesejahteraan.
3. Fungsi-Fungsi Hukum
Manusia di dalam kehidupannya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau
kepentingan-kepentingan yang hendak dipenuhinya. Namun, tidak semua manusia
mempunyai kebutuhan atau kepentingan yang sama, melainkan kadang berbeda, dan bahkan
tidak jarang pula bertentangan satu sama lain. Dilain pihak disadari pula bahwa terpenuhinya
suatu kebutuhan manusia amat tergantung pada manusia lainnya, bahkan pemenuhan
kebutuhan manusia dapat diselenggarakan di dalam masyarakat yang tertib dan aman.
Hukum menghendaki agar warga masyarakat bertingkah laku sesuai dengan harapan
masyarakat atau berfungsi sebagi kontrol sosial. Demikian pula hukum berfungsi sebagai
sarana untuk memperlancar proses interaksi sosial, yaitu dengan memandang hukum sebagai
suatu mekanisme kontrol sosial yang bersifat umum dan beroperasi secar merata dihampir
seluruh sektor kehidupan masyarakat.
4. Hukum Sebagai Suatu Sistem Norma.
Apapun namanya maupun fungsi apa saja yang hendak dilakukan oleh hukum tetap
tidak terlepas dari pengertian hukum sebagai suatu sistem, sebagai sistem norma. Pemahaman
yang demikian itu menjadi penting, karena dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai
suatu tujuan yang dikehendaki secara efektif, hukum harus dilihat sebagai sub/sistem dari
suatu sistem yang besar yaitu masyarakat atau lingkungannya.
5. Simpulan
Pada dasrnya hukum mempunyai banyak fungsi dalam usahanya mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam perumusanya sebagai hukum positif
harus dipahami suatu sistem norma. Pemahaman ini penting artinya untuk menghindari
terjadinya kontradiksi atau pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dengan norma
hukum yang lebih rendah kedudukannya. Pemahaman ini semakin penting artinya apabila
kita tetap berkeinginan agar eksistensi hukum sebagai suatu sistem norma mempunyai daya
guna dalam menjalankan tugasnya di masyarakat.
melayani
anggota-anggota
masyarakat
dalam
mengalokasikan
kekuasaan,
hukum
dengan
sistem
politik
di
samping
itu,
menjelaskan
pentignya
paradigma pembangunan hukum agar lebih demokrtis dan dapat merespons suatu
perubahan-perubahan yang terjadi dalam agenda globalisasi.
1. Dinamika Pembangunan Indonesia
Pembangunan yang menekankan pada bidang ekonomi dan paradigma pertumbuhan
dapat berhasil bila didukung oleh stabilitas politik pengusaan sumber daya politik yang begitu
besar, menyebabkan struktur politik di Indonesia sangat ditetukan oleh kemauan politik
presiden. Kunci penentu setiap keputusan politik di indonesia dalah Presiden, meskipun
prosedur formalnya tampak ditetapkan oleh DPR dan MPR. Kondisi itu pulalah yang
memungkinkan pemerintah menempatkan dirinya pada posisi stratgis untuk menentukan
semua kebijaksanaan negara. Sementara rakyat dengan terpaksa menerimanya tanpa diberi
kesempatan untuk bersuara. Model pembentukan kebijaksanaan seperti ini jelas sangat elitis,
karena hanya merekalah yang tau akan kebutuhan rakyat dan berusaha memenuhinya, tanpa
harus mengikiutsertakan rakyat karena dianggap pasif, apatis, dan miskin informasi.
2. Tipologi Kekuasaan Dan Hukum Zaman Orde Baru
Dinamika pembangunan dengan karakteristik bahwa produk hukum selalu dipandang
sebagai prodak politik. Hal ini menyebabkan ia hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan
tujuan-tujuan politik. Tatanan hukum yang dikembangkan sangat elitis dan konserfatif karna
proses pembentukannya sangat sentralistik dan tidak partisisptif. Otonomi politik lebih
mendominasi bila dibandingkan dengan yang dimiliki oleh hukum. Akibatnya hukum sering
dikesampingkan demi kepentingan politik, terutama bila negara disibukkan oleh pembenahan
politik secara mendasar seperti menjaga astatus quo dan stabilitas.
memperhatikan kecenderungan yang telah diakui oleh negara yang telah mengikuti global
trend, yang tampak dalam instrumen-instrumen internasional, seperti deklarasi, konvensi,
code of condact, dan sebagainya.
7. Simpulan
Akhirnya
untuk
mengaktualisikan
tujuan
masyarakat
menuju
pembentukan
masyarakat atau masyarakat madani berdasarkan cita hukum pancasila, maka perubahan
paradigma dalam tatanan hukum perlu diwujudkan dalam setiap tahap pekerjaan hukum.
Namun, tugas berat tersebut perlu didukung oleh sumber daya manusia yang dididik dengan
kurikulum yang diorentasikan kepada terwujudnya cita-cita bangsa. Tanpa melibatkan unsur
pendidikan, khususnya pendidikan hukum, mustahil reformasi hukum berparadigma moral
dapat berhasil.
Demikian pula perlu penataan kembali secara simultan bidang ekonomi, politik, dan
membangun budaya hukum yang dilandasi oleh nilai-nilai dasar bangsa yang terumus secara
normatif. Selain itu, dalam mengimplementasikan nilai-nilai dasar itupun tidak boleh
mengabaikan aspek realien der Gesetzgebung atau modal sosial yang telah dimiliki bangsa
Indonesia baik ditingkat domestik maupun internasional. Langkah ini penting dilakukan,
karena masing-masing sub sistem tersebut saling merasuki secara intensif. Oleh karena itu,
hukum hendaknya benar-benar memiliki fungsi sebagai pengintegrasi yang menerima,
mengolah, dan menghasilkan berbagai masukan dari subsistem-subsistem tersebut.
BAGIAN KEDUA
BUDAYA HUKUM
A. Peranan Kultur Hukum Dalam Penegakan Hukum
Hukum mengandung ide dan konsep yang abstrak. Sekalipun abstrak, tapi ia dibuat
untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu
kegiatan untuk mewujudkan ide-ide tersebut kedalam masyarakat. Rangkaian kegiatan ini
untuk menjadi kegiatan merupakan suatu proses hukum. Jika menyangkut persoalan hukum
maka banyak aspek yang saling bersinggungan/melingkupinya. Oleh karena itu, penegakan
hukum tidak dilihat sebagi suatu yang berdiri sendiri (baca: banyak faktor). Hukum
hendaknya dilihat sebagai suatu gejala yang dapat diamati di dalam masyarakat antara lain
melalui tingkah laku. Artinya bahwa, perhatian harus ditujukan kepada hubungan antara
hukum dengan faktor-faktor non-hukum lainnya, terutama faktor nilai dan sikap serta
pandangan masyarakat, yang selanjutnya disebut dengan kultur hukum.
menggunakan atau tidak menggunakan, dan patuh antara tidak patuh terhadap hukum sangat
ditentukan oleh nilai-nilai yang dihayati oleh masyarakatnya.
B. Pengaruh Budaya Hukum Terhadap Fungsi Hukum
Bagi suatu masyarakat yang sedang membangun hukum selalu dikaitkan dengan
usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik. Hukum
tidak cukup hanya sebagai kontrol sosial, fungsi hukum diharapkan melakukan usaha untuk
menggerakkan rakyat agar bertingkah laku sesuai dengan cara-cara baru untuk mencapai
suatu tujuan yang di cita-citakan. Semestinya segala keputusan melalui hukum itu tidak dapat
dilaksanakan dengan baik dalam masyarakat karena tidak sejalan dengan nila-nilai, sikapsikap, serta pandangan-pandangan yang telah dihayati oleh anggota masyarakat.
1. Hukum moderen dan Budaya Hukum
Perkembngan struktur sosial Indonesia tidak atau kurang sesuai dengan hukum
moderen yang dikembangkan oleh elit penguasa. Dengan kata lain, Struktur sosial bangsa
Indonesia belum seluruhnya diserap oleh hukum moderen sebagai basis sosialnya. Akibatnya,
banyak contoh yang menggambarkan tentang kepincangan pelaksanaan hukum moderen
buatan elit pengusa. Kegagalan untuk mewujudkan salah satu dari nilai-nilai dapat
menimbulkan hasil-hasil yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi harapan dari isi
peraturan. Namun demikian, sebaik apapun hukum yag dibuat pada akhirnya sangat
ditentukan oleh budaya hukum masyarakat yang bersangkutan. Budaya hukum adalah
berbicara mengenai bagaimana sikap-sikap, pandangan-pandangan serta nilai-nilai yang
dimilikimoleh masyarakat.
2. Kegagalan Hukum Modern
Timbulnya ketidakcocokan antara tuntutan Undang-Undang dengan praktek yang
dijalankan oleh masyarakat merupakan suatu penyimpangan, penyimpangan dari normanorma yang telah ditentukan itu terungkap 92,2% bagi hasil. Penyimpangan-penyimpangan
dalam perjanjian itu antara lain tidak membutuhkan saksi, tidak dilakukan secra tertulis, dan
tidak mengindahkan batas waktu perjanjian.
3. Kegagalan Hukum: Kasus Perkawinan
Suatu ilustrasi tentang pelaksanaan Undang-Undang no 1 tahun1974 tentang
perkawinan oleh PSHP Fakultas Hukum Airlangga tentang efektifitas ketentuan umur untuk
kawin (19 Tahun untuk Pria, 16 Tahun untuk wanita) di Bangkalan Madura. Bagaimana
mungkin rakyat di desa itu mengetahui dan mematuhi isi Undang-Undang perkawinan,
sedang pengetahuan kepala desa yang dapat menyebut batasan umur kawin dengan tepat
hanya mencapai 25,38 %. Penelitian ini menemukan bahwa kebiasaan mengawinkan anak
dibawah umur 16 Tahun tetap saja dilakukan oleh masyarakat desa. Sekitar 64,62 perkawinan
dibawah umur ditemukan di Kabupaten Bangkalan.
4. Hukum Sebagai Karya Kebudayaan
Hukum merupakan kongkretisasi nilai-nilai yang terbentuk dari kebudayaan suatu
masyarakat. Oleh karena setiap masyarakat selalu menghasilkan kebudayaan, maka
hukumpun selalu ada disetiap masyarakat dan tampil dengan kekhasan masing-masing.
5. Komponen Budaya Hukum
Nilai-nilai
hukum
prosedural
mempersoalkan
tentang
cara-cara
pengaturan
masyarakat dan manajemen konflik. sedangkan komponen substantif dari budaya hukum itu
terdiri dari asumsi- asumsi fundamental mengenai distribusi `maupun menggunakan sumbersumber di dalam masyarakat, terutama mengenai apa yang adil dan sebagainya.
6. Menuju Efektifitas Hukum
Suatu sistem hukum yang tidak efektif tentunya akan menghambat terealisasinya
tujuan yang ingin dicapai itu. Sistem hukum dapat dikatakan efektif bila perilaku-perilaku
manusia di dalam masyarakat sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam peraturan yang
berlaku. Komunikasi hukum merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar hukum
berlaku efektif.
7. Melembagakan Nilai Hukum Baru
Untuk dapat menanamkan nilai-nilai baru sehingga dapat melembaga sebagai pola
tingkah laku yag baru di masyarakat, maka perlu adanya proses pelembagaan dan
internalisasi dalam rangka pembentukan kesadaran hukum masyarakat.
C. Pembinaan Kesadaran Hukum
Membina kesadaran hukum adalah suatu tuntutan pembaharuan sosial yang dewasa
ini
menjadi
perhatian
pemerintah
dan
mulai
digalakkan
dalam
berbagai
usaha pembangunan. Masalah pembinaan kesadaran hukum sangat berkaitan dengan berbagai
faktor, khususnya sikap para pelaksana hukum. Untuk memupuk dan membina pertumbuhan
kesadaran masyarakat, para penegak hukum mempunyai peranan yang amat besar. Hal ini
penting dilakukan, mengingat institusi hukum itu sendiri dipandang sebagai sarana penting
untuk memelihara ketertiban dan perdaamaian dengan masyarakat. Jadi tegaknya suatu
peraturan hukum baru akan menjadi kenyataan bilamana didukung oleh adanya kesandaran
hukum dari segenap warga masyarakat. semaski marata kesadaran terhadap berlakunya
hukum, semakin kecil pula kemungkinan meunculnya tingkah laku yang tidak sesuai dengan
hukum.
1. Terminologi Kesadaran Hukum
Kesadaran hukum dalam konteks terminologi berarti kesadaran untuk bertindak sesuai
dengan kesadaran hukum. Kesadaran hukum masyarakat merupakan jembatan yang
menghubungkan antara peraturan-peraturan hukum dengan tingkah laku hukum anggota
masyarakatnya.
2. Sikap Moral : Kunci Kesadarn Hukum
Masalah kesadaraan hukum ini timbul apabila nilai-nilai yang akan diwujudkan dalam
peraturan hukum itu merupakan nilai-nilai yang baru, Hal ini sebagai konsekwensi logis dari
meluasnya fungsi hukum yang tidak sekedar merekam kembali pola-pola tingkah laku yang
sudah ada dalam masyarakat.
3. Motifasi Bertingkah Laku
Adanya ketidakcocokan antara peranan yang diharapkan oleh norma dengan tingkah
laku yang nyata, disebabkan karena fungsi hukum tidak lagi sekedar merekam kembali polapola tingkah laku yang terdapat dalam masyarakat. Melainkan hukum pun ingin membentuk
pola-pola tingkah laku yang baru. Hukum diharapkan untuk dapat membentuk, mengarhkan,
dan pada saat tertentu juga merubah masyarakat menuju sesuatu yang dicita-citakan.
4. Faktor Penentu Kesadaran Hukum
Salah satu sumber bagi tidak ditaatinya suatu peraturan adalah faktor inkonsistensi
dalam pelaksanaan hukum disamping faktor komunikasi hukumnya juga. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa tindakan yang akan dilakukan oleh masyarakat sebagai responnya terhadap
peraturan-peraturan hukum sangat bergantung dari isi norma hukum itu sindiri, saksisaksinya aktifitas para pelaksana hukum serta semua faktor- faktor yang yuridis yang bekerja
atas dirinya.
5. Pertimbangan Pembuatan Hukum dan Pembinaan Kesadaran Hukum
Pembuatan hukum itu merupakan suatu rencana bertindak (Plan of Action) artinya apa
yang disebut sebagai Undang-Undang itu hanyalah sekedar kerangka atau pedoman
bertindak. Dan oleh karena itu masih harus dilengkapi dengan segala macam sarana yang
dibutuhkan agar dapat dijalankan dengan semestinya. Terhadap pembuatan hukum tersebut
diperlukan sebagai pembinaan yang berorientasi kepada usaha-usaha untuk menanamkan,
TUGAS INDIVIDU
Sinopsis Buku Bagian Pertama dan Bagian Kedua
PRANATA HUKUM SEBAGAI TELAAH SOSIOLOGIS
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Sosiologi Hukum
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Esmi Warassih Pujirahayu S.H., M.S.
oleh :
REZKY TAMELAH (11010115410040)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016