Anda di halaman 1dari 3

Sosiologi Hukum: Efektivitas Hukum Dalam Masyarakat, dan Syaratnya, Contoh

Pendekatan Sosiologis dalam Studi HES, Progressive Law, Law and Social Control,
Socio-Legal, dan Legal Pluralism

Efektivitas Hukum Dalam Masyarakat, dan Syaratnya


efektivitas hukum adalah suatu aturan hukum yang bersifat wajib, bahwa orang harus
berperilaku sebagaimana yang dituntut oleh hukum, bahwa orang harus mengikuti dan
menerapkannya.
Salah satu cara bagi masyarakat untuk mematuhi aturan hukum dan mensukseskannya adalah
dengan memasukkan sanksi. Selain itu, untuk memastikan efektivitas hukum, harus atau
perlu dikomunikasikan. Di sisi lain, kesadaran hukum di masyarakat perlu ditingkatkan
dengan membangun pengetahuan hukum, pemahaman hukum.
Menurut Soerjono Soekanto, segala faktor yang mempengaruhi sah tidaknya suatu undang-
undang atau keputusan adalah sah jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Hukum itu sendiri baik, di mana hukum bekerja untuk keadilan, kepastian dan
kemanfaatan.
2. Penegakan hukum baik ketika mekanisme kerja aparat penegak hukum dipengaruhi
oleh lembaga penegak hukum, budaya tempat kerja, dan perangkat peraturan.
3. Fasilitas atau layanan pendukung seperti pendidikan, organisasi yang baik, fasilitas
yang memadai, dana yang memadai.
4. Pengakuan hukum masyarakat yang diharapkan dapat menyelaraskan nilai-nilai
dengan budaya masyarakat untuk menjalin hubungan timbal balik antara hukum adat
dan hukum positif di Indonesia.
Contoh Pendekatan Sosiologis dalam Studi Hukum Ekonomi Syariah
Contoh pendekatan sosiologis dalam Studi Hukum Ekonomii Syariah adalah persoalan
kegiatan jual beli yang dilarang dalam Islam, bersifat gharar, atau memberi kesan barang
jualan yang utama tidak jelas tujuannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, pendekatan
sosiologis dapat digunakan sebagai sarana untuk memahami hukum ekonomii syariah. Hal ini
karena sosiologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan sosial masyarakat, mempelajari
hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya dan pengaruhnya terhadap masyarakat.
Latar Belakang Munculnya Gagasan Progressive Law
Penerapan dan penegakan hukum di Indonesia melambat tajam. Pernyataan ini berdasarkan
Pasal 28D (1) UUD 1945, yang berarti bahwa semua warga negara mempunyai hak yang
sama dan tidak dapat dibedakan berdasarkan harta, status, kedudukan ataupun keturunan. Di
sisi lain, hukum menjadi tumpul dalam berurusan dengan mereka yang berkuasa saat itu. Tapi
hukum bisa sangat keras atau tajam ketika berhadapan dengan orang yang lemah dan tidak
berdaya.
Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa hukum progresif dapat muncul karena hukum
dinilaii tidak adil bagi semua golongan masyarakat, karena dipandang tajam ke bawah dan
tumpul ke atas.
Hukum progresif bertujuan untuk mengarahkan masyarakat menuju kehidupan yang adil,
sejahtera, dan bahagia. Oleh karena itu, hukum progresif muncul dari ketidakpuasan ahli
hukum terhadap teori dan praktik hukum yang tidak adil.
Law and Social Control, Socio-Legal, dan Legal Pluralism
Law and Social Control
Hukum dan Social Control, atau hukum sebagai alat kontrol sosial, adalah proses dan sistem
yang mendidik, mengajak, bahkan memaksa orang untuk bertindak sesuai dengan hukum
atau peraturan yang berlaku. Hukum sebagai alat kontrol sosial memberikan pengertian
bahwa hukum adalah sesuatu yang dapat menentukan tingkah laku manusia. Perilaku ini
diartikan sebagai penyimpangan dari aturan hukum, dan akibatnya hukum dapat memberikan
sanksi kepada mereka yang melanggarnya.
Jadi, hukum berguna dan berfungsi untuk menjaga Ketertiban atas aturan yang ada, dan juga
sebagai pedoman dalam mempertahankan Ketertiban sosial dan juga pedoman Pengendalian
Sosial apabila ketika masyarakat melakukan perbuatan menyimpang. Pelanggaran dikenakan
sanksi sebagai akibat dari perbuatan tercela yang dilakukan oleh masyarakat. Artinya hukum
digunakan sebagai alat kontrol sosial agar tercapai ketertiban dan ketentraman sehingga
masyarakat dapat berperilaku benar sesuai aturan yang ada. Di sisi lain, tujuan kontrol sosial
adalah agar masyarakat mengikuti norma-norma yang telah ditetapkan.
Socio-Legal
Sosio-Legal sebenarnya adalah "menyeluruh". Maksudnya apa?, menyeluruh dsini itu
maksudnya, mencakup semua pendekatan hukum, proses hukum dan sistem hukum.
Pendekatan yurisprudensi sosial menggabungkan pendekatan dari ilmu-ilmu sosial, termasuk
ilmu politik, ekonomi, budaya, sejarah, antropologi, ilmu komunikasi, dan berbagai ilmu
lainnya. Pendekatan sosio-legal dengan demikian menjadi konsep gabungan yang menyatu.
Ketika mempelajari masalah hukum, keuntungan dari pendekatan sosio-hukum adalah
membantu kita memahami dan mengontekstualisasikan struktur sosial dan politik yang
mempengaruhi hukum dan praktiknya. Kajian hukum sosial dimulai dengan menelaah ciri-
ciri hukum yang terkait dengan tindakan warga negara dan penyelenggara negara, menelaah
dan menelaah makna yang dipahami dan tindakan yang dilakukan oleh warga negara dan
pemerintah.
Legal Pluralism
Sebuah konsep yang dikembangkan oleh sosiolog hukum dan antropolog sosial yang
“menggambarkan berbagai lapisan hukum yang biasanya ada dalam satu bangsa atau
masyarakat, dengan sumber legitimasi yang berbeda”. domain sosial. Pluralisme hukum
mendefinisikan hukum secara luas, mencakup tidak hanya sistem pengadilan dan hakim yang
didukung oleh penegakan negara, tetapi juga "tatanan normatif non-hukum." Ini mencakup
pendekatan metodologis dan, sebagai sebuah konsep, "meliputi berbagai hal yang sering
dibahas. perspektif hukum, mulai dari persepsi tatanan hukum yang berbeda di dalam negara
hingga konsep hukum yang lebih luas dan terbuka, efektivitasnya tidak selalu bergantung
pada persetujuan negara. Pengertian hukum yang terakhir ini dapat muncul ketika terdapat
dua atau lebih sistem hukum dalam bidang sosial yang sama.

Anda mungkin juga menyukai