Anda di halaman 1dari 14

KISI – KISI :

1. Fungsi hukum (secara khusus), bukan yang secara umum → ada 5 fungsi hukum
1) Fungsi hukum sebagai “a Tool of Social Control”
Setiap kelompok masyarakat selalu ada permasalahan sebagai akibat perbedaan
 Antara yang ideal dan yang aktual → aturan-aturan sebelum ada pandemi covid
vs pada saat ada pandemic covid 19
 Antara yang standar dan yang praktis → UU lalu lintas (memakai helm ketika
berkendara sepeda motor) vs tidak memakai helm karena dianggap lebih
praktis
 Antara yang seharusnya atau yang diharapkan dilakukan dan apa yang dalam
kenyataannya dilakukan → UU perkawinan vs pernikahan siri

Didalamnya seringkali terdapat penyimpangan terhadap nilai-nilai yang ideal


dalam masyarakat, seperti : pencurian, perzinaan, melukai orang lain, membunuh,
mencemarkan nama baik orang, dan lain sebagainya.

Hukum sebagai alat kontrol sosial memberikan arti bahwa ia merupakan sesuatu
yang dapat menetapkan tingkah laku manusia (sesuatu yang menyimpang terhadap
aturan hukum). Sebagai akibatnya, hukum dapat memberikan sanksi atau tindakan
terhadap si pelanggar. Oleh karena itu, hukum pun menetapkan sanksi yang harus
diterima oleh pelakunya. Dalam hal ini berarti, hukum mengarahkan agar
masyarakat berbuat secara benar menurut aturan sehingga ketentraman dapat
terwujud.

Sanksi hukum terhadap perilaku yang menyimpang diantaranya adanya perbedaan


: 1.Keyakinan agama 2.Aliran filsafat yang dianut, dll

sanksi ini berkaitan dengan kontrol sosial. ✓Sebagai contoh → “sanksi pezina bagi
masyarakat penganut hukum Islam secara konsekuen berbeda dengan masyarakat
Eropa Barat. Orang Islam memberikan sanksi yang lebih berat, sedangkan orang
Eropa Barat memberi sanksi yang lebih ringan. hukum bukan satu-satunya alat
kontrol sosial, disini hukum sebagai alat pengendali sosial yang memainkan peran
pasif. hukum menyesuaikan diri dengan kenyataan masyarakat yang dipengaruhi
oleh keyakinan dan ajaran filsafat lain yang diyakininya.

2) Fungsi Hukum sebagai “a Tool of Engineering”


Fungsi ini sebagai sarana perekayasa sosial yaitu → untuk mengubah masyarakat
dengan menciptakan perubahan-perubahan dalam masyarakat menuju kemajuan
yang terencana. Artinya, untuk menata kembali kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan tujuan pembangunan bangsa.Masyarakat mana pun dipastikan akan
mengalami perubahan, Oleh karena itu, para pembuat hukum dituntut untuk
senantiasa mengikuti perkembangan hukum dalam masyarakat.
Pengertian a tool of engineering yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto ini
merupakan “Pelopor Perubahan” yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang yang memperoleh kepercayaan dari masyarakat sebagai
pemimpin/penguasa/tokoh pelopor dari perubahan tersebut.
Kaidah hukum sebagai alat untuk merubah masyarakat mempunyai peranan
penting terutama dalam perubahanperubahan yang dikehendaki atau perubahan
yang direncanakan (intended change atau planned change)

3) Fungsi Hukum sebagai Simbol


Fungsi ini dimaksudkan untuk menyederhanakan rangkaian tindakan atau peristiwa
tertentu, sehingga mudah diperoleh pengertian yang bersifat umum.
❑Keberadaan fungsi hukum sebagai simbol sangat membantu komunikasi antara
pelaksana hukum dengan warga masyarakat, serta proses sosialisi hukum itu
sendiri. Simbolis untuk menyederhanakan suatu aturan hukum agar mudah
dimengerti oleh warga masyarakat merupakan langkah mendasar. Simbolis
mencakup proses-proses yang menghendaki seiap orang mampu menerjemahkan
atau menggambarkan rangkaian peristiwa hukum dalam satu istilah yang singkat
dan sederhana.
Untuk lebih memahami makna fungsi sebagai simbol, kita harus mengetahui tujuan
penyimbolan hukum sebagai berikut :
1. Menyederhanakan suatu rangkaian tindakan atau peristiwa tertentu, agar mudah
diperoleh pengertian yang bersifat umum dari tindakan atau peristiwa yang
kemungkinan mempunyai esensi sejenis.
2. Memudahkan para pelaksana hukum dalam menerapkan simbol hukum tertentu
dari suatu tindakan atau peristiwa yang tidak bersesuaian dengan hukum. Contoh
seseorang yang mengambil barang milik orang lain dengan maksud memiliki
dengan jalan melawan hukum, oleh hukum pidana disimbolkan sebagai tindakan
pencurian.
4) Fungsi Hukum sebagai “a political instrument”
❑Fungsi hukum sebagai sarana politik adalah untuk memperkokoh kekuasaan
politik atau mengefektifkan pelaksanaan kekuasaan negara. keberadaan hukum
tertulis yang dibuat secara prosedural.
❑Keberadaan hukum dan politik dalam kenyataannya memang tidak mungkin
dapat dipisahkan, karena keberadaan hukum sebagai kaidah tertulis merupakan
pesan pesan politik politik, tetapi setelah ditetapkan pemberlakuannya, tidak boleh
lagi ditafsirkan secara politik yang bermuatan kepentingan, tapi harus ditafsirkan
secara yuridis.

5) Fungsi Hukum Sebagai Integrator


❑Fungsi hukum ini untuk mengurangi konflik yang terjadi dan memperlancar
proses interaksi pergaulan sosial. Artinya hukum menjadi sarana untuk menciptaan
keserasian berbagai kepentingan masyarakat, sehingga proses pergaulan hidup
berlangsung dengan tertib dan lancar.
Salah satu fungsi hukum untuk memperlancar interkasi dalam memajukan
pembangunan ekonomi, dapat dilihat pada aspek kegunaannya sebagai berikut:
a. Bidang hukum public. yang bersifat administrasi untuk mendorong
perkembangan ekonomi melalui lembaga-lembaga hukum.
b. Bidang hukum privat, mengatur hubungan antar pelaku ekonomi sehingga
dapat meningkatkan kepastian hukum melalui perjanjian atau kontrak.
2. Efektivitas hukum (faktor-faktor yang mempengaruhi berfungsinya hukum dalam
masyarakat) → ada 4 faktor
1) Kaidah Hukum Di dalam teori ilmu hukum, dapat dibedakan antara tiga hal
mengenai berlakunya hukum sebagai kaidah hukum, yakni sebagai berikut;
a) Kaidah hukum berlaku secara yuridis, penentuannya didasarkan pada
kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau terbentuk atas dasar yang telah
ditetapkan.
b) Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut efektif
artinya kaidah itu dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa walaupun
tidak diterima oleh warga masyarakat (teori kekuasaan), atau kaidah itu
berlaku karena adanya pengakuan dari masyarakat.
c) Kaidah hukum berlaku secara filosofis, yaitu sesuai dengan cita hukum
sebagai nilai positif yang tertinggi.

Sebab suatu kaidah hukum atau peraturan tertulis benar-benar berfungsi,


senantiasa dapat dikembalikan pada empat faktor yaitu :

a) Kaidah hukum atau peraturan hukum itu sendiri


b) Petugas yang menegakan atau yang menerapkan hukum
c) Sarana atau fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan
kaidah hukum
d) Warga masyarakat yang akan terkena ruang lingkup peraturan tersebut.
2) Penegak Hukum. Penegak hukum atau orang yang bertugas menerapkan hukum
mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Sebab, menyangkut petugas pada strata
atas, menengah dan bawah. Artinya di dalam melaksanakan tugas penerapan
hukum, petugas seyogyanya harus memiliki suatu pedoman salah satunya peraturan
tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup adalah tugasnya.
Didalam penegakan hukum tersebut kemungkinan petugas penegak hukum
menghalangi hal-hal sebagai berikut :
a) Sampai sejauh mana petugas terikat dengan peraturan yang ada
b) Sampai batas-batas mana petugas berkenan memberikan kebijakan
c) Teladan macam apakah yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada
masyarakat
d) Sampai sejauh manakah derajat sinkronisasi penugasan yang diberikan
kepada para petugas sehingga memberikan batas-batas yang tegas pada
wewenangnya.
3) Sarana / Fasilitas. amat penting untuk mengefektifkan suatu aturan tertentu. Ruang
lingkup sarana dimaksud, terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor
pendukung. →Misalnya apabila mesin ketik atau komputer yang kurang baik,
bagaimana petugas dapat membuat berita acara yang baik tentang suatu kejahatan.
Bagaimana polisi dapat bekerja dengan baik apabila tidak dilengkapi dengan
kendaraan dan alat-alat komunikasi yang proporsional. → faktor pemeliharaannya
juga memegang peran yang sangat penting. Memang seringkali terjadi bahwa suatu
peraturan sudah difungsikan padahal fasilitasnya belum tersedia lengkap. Peraturan
yang semula bertujuan untuk memperlancar proses, malahan mengakibatkan
terjadinya kemacetan.
Ada baiknya bahwa pada waktu hendak menerapkan suatu peraturan secara resmi
atau memberikan tugas kepada petugas, dipikirkan mengenai fasilitas yang
berpatokan kepada :
a) yang sudah ada, perlu dipelihara agar tetap berfungsi
b) yang belum ada, perlu diadakan dengan memperhitungkan jangka waktu
pengadaannya
c) yang kurang, perlu dilengkapi
d) yang telah rusak, perlu diperbaiki atau diganti
e) yang macet, perlu dilancarkan
f) yang telah mundur, perlu ditingkatkan.
4) Warga Masyarakat. kesadarannya untuk mematuhi suatu peraturan perundang-
undangan, derajat kepatuhan untuk mengefektifkan suatu peraturan. Dalam halnya
bernegara Masyarakat merupakan salah satu bagian penting dalam melakukan
penegakan hukum di indonesia. Peran ini dapat dilakukan baik itu oleh perorangan,
kelompok masyarakat, maupun lembaga lainnya.
Contohnya sebagai warga negara yang demoktaris, Masyarakat berpartisipasi
dalam kehidupan masyarakat atau pemerintahan. dapat dilakukan cara ikut serta
dalam kebijakan yang telah dibuat pemerintah serta ikut serta dalam memutuskan
kebijakan apabila ada suatu permasalahan dengan cara musyawarah. Masyarakat
juga perlu melakukan kontrol terhadap pemerintahan. Dengan adanya pengawasan
masyarakat terhadap kebijakan atau keputusan pemerintah, dengan tujuan agar
pemerintah menjalankan tugasnya, mencegah pemerintah dalam melakukan hak
yang sewenang wenangnya hingga merugikan banyak masyarakat.

3. Hubungan hukum dan kekuasaan


Hukum dan kekuasaan terjadi karena Hukum pada dasarnya bersifat memaksa, dan
kekuasaan dipergunakan untuk mendukung hukum agar ditaati oleh anggota masyarakat.
→ Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka semakin berkurang
diperlukan dukungan kekuasaan untuk melaksanakan hukum. Sekema di catatan
4. Teori perjanjian masyarakat
Manusia (masyarakat) taat dan tunduk pada hukum oleh karena berjanji untuk mentaatinya.
Hukum dianggap sebagai kehendak bersama, suatu hasil konsensus (perjanjian) dari
segenap anggota masyarakat.
Ada beberapa perbedaan pendapat tentang timbulnya teori perjanjian masyarakat ini, yaitu
antara :
a) Teori Perjanjian Thomas Hobbes
Pada mulanya manusia itu hidup dalam suasana / keadaan berperang. Kemudian,
agar tercipta suasana yang damai dan tentram, diadakanlah perjanjian diantara
mereka. Selanjutnya diadakan perjanjian antara semua masyarakat dengan
seseorang yang diserahi kekuasaan untuk memimpin. Kekuasaan yang dimiliki
pemimpin tersebut mutlak. Dari situlah timbullah kekuasaan yang bersifat absolut.
b) Teori Perjanjian John Locke
Pada waktu terjadinya perjanjian juga disertakan syarat-syarat yang antara lain
membatasi kekuasaan dan melarang pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Teori John Locke ini menghasilkan kekuasaan yang dibatasi oleh konstitusi. Dalam
arti : kekuasaan tidak bersifat absolut.
c) Teori Perjanjian J.J. Rousseau
Kekuasaan yang dimiliki oleh anggota masyarakat tetap berada pada individu-
individu dan tidak diserahkan pada seseorang tertentu secara mutlak atau dengan
persyaratan tertentu. Konstruksi yang dihasilkan adalah pemerintahan demokrasi
langsung. Teori ini hanya dapat diterapkan di negara dengan wilayah sempit dan
penduduk sedikit.
5. Ciri – ciri perubahan sosial
1. Terjadi di mana-mana → Tempat terjadinya perubahan sosial bisa di mana saja mulai
dari masyarakat desa hingga kota, meski dengan tingkat perubahan yang bisa jadi berbeda
antara satu tempat dengan tempat yang lain. Masyarakat tradisional biasanya akan
mengalami pola perubahan yang berlangsung lambat. Sedangkan masyarakat modern
cenderung lebih cepat dan singkat.
2. Dilakukan secara sengaja → Perubahan sosial akan dilakukan secara sengaja, walaupun
ada beberapa situasi di mana perubahan yang berlangsung terjadi tanpa adanya unsur
kesengajaan. Sebagai contohnya, produsen kendaraan bermotor mengembangkan inovasi
kendaraan agar bisa digunakan untuk transportasi yang lebih baik dan lebih cepat. Akan
tetapi, masyarakat tidak bisa membayangkan jika hasil perubahan tersebut memiliki
pengaruh ke berbagai unsur lainnya, seperti keselamatan dan juga biaya penggunaannya
seperti bensin atau servis bulanan. Ciri-Ciri Perubahan Sosial
3. Berkelanjutan → Perubahan sosial berlangsung secara berkelanjutan. Hal ini berarti
bahwa masyarakat akan selalu berubah. Baik secara cepat atau lambat. Di mana perubahan
terjadi sebagai konsekuensi dasar karena sifat manusia yang terlahir sebagai makhluk
sosial.
4. Imitatif → Imitatif/meniru/mengikuti adalah ciri-ciri selanjutnya. Dalam
berlangsungnya kehidupan, masyarakat akan melakukan perubahan dengan mengikuti
masyarakat yang lain. Hal ini terjadi karena setiap kelompok dalam masyarakat saling
memiliki pengaruh. Antara kelompok masyarakat pun tidak bisa memisahkan atau
mengisolir diri. Misalnya saja perubahan dalam gaya berbusana, potongan rambut, desain
rumah, dan lainnya.
5. Hubungan Kausalitas → Perubahan sosial bisa terjadi karena aspek material atau
imaterial dengan hubungan yang bersifat timbal balik, di mana bisa menguntungkan satu
pihak atau kedua belah pihak.

6. Dampak negatif perubahan sosial


1. Disorganisasi, keadaan tanpa aturan karena adanya perubahan pada lembaga sosial
tertentu. Disorganisasi juga dapat dijelaskan sebagai proses pudarnya atau
lemahnya norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat yang disebabkan oleh
perubahan sosial. Disorganisasi ditandai adanya masalah sosial berupa
penyimpangan sosial. Lemahnya nilai dan norma sosial yang dipengaruhi oleh
perubahan sosial yang dapat terjadi karena masuknya kebudayaan dari luar. Sebagai
contoh, berkembangnya westernisasi dapat melunturkan budaya lokal karena
perilaku dan gaya hidup dalam masyarakat cenderung menyimpang dari nilai-nilai
lokal. Lemahnya nilai dan norma sosial juga dapat disebabkan oleh perubahan
dalam lembaga kemasyarakatan akibat perang, konflik, revolusi, dan bencana alam.
2. Culture Shock. keadaan masyarakat yang merasa kebingungan terhadap
kebudayaannya. Keadaan ini dapat terjadi karena perubahan dalam waktu singkat
dapat membingungkan masyarakat jika masyarakat tidak dapat segera beradaptasi.
Contoh culture shock adalah perubahan sosial yang disebabkan oleh penguasaan
teknologi. Bagi beberapa kelompok masyarakat, pemanfaatan teknologi komputer
dan internet bukan suatu hal baru. Bahkan pemanfaatan teknologi tersebut sudah
menjadi bagian gaya hidup. Pemanfaatan teknologi tersebut juga dilirik oleh
pemerintah untuk diterapkan dalam kebijakannya. Sebagai contoh : pemerintah
mengubah kebijakan tentang penerimaan peserta didik baru dari system yang
manual menjadi sistem daring serta perubahan pelaksanaan Ujian Nasional berbasis
kertas menjadi berbasis komputer. Bagi masyarakat perkotaan, perubahan ini
disambut baik, tetapi bagi masyarakat di pedesaan perubahan tersebut
menimbulkan kendala besar. Beberapa daerah belum siap karena sarana dan
prasarana belum mendukung sehingga membutuhkan waktu untuk mengikuti
perubahan tersebut. Dampak Negatif Perubahan Sosial
3. Kesenjangan Budaya (Culture Lag). Menurut William F. Ogburn, culture lag
merupakan pertumbuhan kebudayaan yang tidak selalu sama cepat dalam
keseluruhan unsur budaya lainnya. Artinya, ada kebudayaan yang tumbuh secara
cepat dan ada pula bagian lain yang pertumbuhannya secara lambat. Dalam
kehidupan masyarakat, perkembangan kebudayaan materil ditandai dengan
penemuan baru (discovery) dan invention yang berkaitan dengan teknologi.
Sementara itu, kebudayaan nonmateril yang meliputi kebiasaan, tata cara, dan pola
organisasi sosial harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam
kebudayaan materil. Sebagai contoh, internet disalahgunakan untuk melakukan
tindak kejahatan. Kondisi tersebut disebabkan masyarakat belum siap menerima
perkembangan materil (internet) secara cepat sehingga unsur non-materil (nilai dan
norma) menjadi terganggu. Dampak Negatif Perubahan Sosial
4. Peningkatan Perilaku Menyimpang dan Kriminalitas. Globalisasi mendorong
keterbukaan masyarakat terhadap pengaruh budaya lain. Apabila masyarakat tidak
menyaring berbagai pengaruh budaya asing dapat menyebabkan pengaruh negatif
ikut diserap dan diadaptasi masyarakat. Sebagai contoh, pengaruh budaya barat
terkait pergaulan bebas yang diadaptasi oleh remaja di Indonesia. Pengadaptasian
budaya tanpa memperhatikan nilai dan norma lokal mendorong munculnya
perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan perilaku
individu/kelompok yang tidak sesuai dengan nilai, norma dan adat suatu kelompok.
Hanya saja, realitas yang sering terjadi ialah : Pelaku merasa benar. Pelaku
menganggap nilai dan norma dalam masyarakat kuno dan ketinggalan zaman
apabila tidak mengikuti perkembangan budaya luar. Padahal tidak semua pengaruh
budaya asing bersifat positif dan layak diikuti. Dampak Negatif Perubahan Sosial
Selain perilaku menyimpang, perubahan sosial mendorong peningkatan
kriminalitas dalam masyarakat. Faktor pendorong kriminalitas atau kejahatan sosial
dapat disebabkan adanya tekanan-tekanan, baik ekonomi maupun sosial.
Kriminalitas dapat dilatarbelakangi oleh beragam faktor, salah satunya tekanan
ekonomi. Misalnya, seseorang mencuri demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Kebutuhan hidup senantiasa bertambah setiap waktu, sedangkan kemampuan
ekonomi terkadang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut dapat
membutakan hati seseorang sehingga menghalalkan segala cara demi memenuhi
kebutuhan hidup. Apakah setiap orang yang mengalami kemunduran sosial akan
melakukan perilaku menyimpang dan tindak kriminalitas? Tentu saja tidak. Semua
kembali kepada diri tiap-tiap individu. Apabila individu tersebut memiliki iman
yang kuat, ia tidak akan melakukan tindakan yang tidak terpuji. Ia akan berupaya
mencari jalan keluar lain yang tidak menyimpang untuk menghadapi dampak
perubahan sosial regress. Dampak Negatif Perubahan Sosial
5. Anomi. istilah yang diperkenalkan oleh Emile Durkheim untuk menggambarkan
keadaan kacau atau tanpa peraturan. Emile Durkheim menyatakan anomi adalah
suatu keadaan tanpa norma. Keadaan tanpa peraturan tersebut dapat disebabkan
oleh perubahan sosial. Sebagai contoh, perang menyebabkan nilai dan norma
masyarakat memudar karena lembaga sosial tidak berfungsi optimal. Sementara itu,
masyarakat belum mampu menciptakan nilai dan norma baru yang berfungsi
sebagai pedoman berperilaku. Kondisi inilah yang disebut anomi. Dampak Negatif
Perubahan Sosial
6. Pudarnya Solidaritas Sosial. Solidaritas merupakan sesuatu yang penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya solidaritas sosial, hubungan sosial antar
masyarakat sekitar dapat terjalin dengan baik. Akan tetapi, saat ini kehidupan
masyarakat mulai menunjukkan kecenderungan pudarnya solidaritas sosial yang
mereka miliki. Masyarakat cenderung mementingkan kesibukan pribadi sehingga
kegiatan berinteraksi dengan lingkungan sekitar sering terabaikan. Misalnya
ketergantungan terhadap gawai menimbulkan dampak perubahan dalam
masyarakat, salah satunya memudarkan rasa solidaritas sosial. Ketergantungan
terhadap gawai dapat mengikis rasa empati dan simpati seseorang. Selain itu,
perilaku tersebut dapat mengurangi intensitas aktivitas interaksi sosial dengan
sesama. Apabila gejala tersebut terus terjadi sangat memungkinkan mendorong
seseorang menjadi antisosial. Dampak Negatif Perubahan Sosial
7. Pencemaran Lingkungan. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat menyebabkan
permasalahan sosial seperti pencemaran lingkungan. Teknologi-teknologi yang
digunakan manusia menyebabkan polusi yang mengancam kelestarian lingkungan.
Asap yang ditimbulkan oleh sepeda motor, mobil, dan berbagai mesin produksi
dapat menurunkan kualitas udara. Selain itu, berkembangnya industrialisasi dalam
masyarakat menyebabkan eksploitasi alam sehingga merusak kelestarian alam.
Aktivitas konsumsi masyarakat yang semakin meningkat juga berbanding lurus
dengan peningkatan jumlah sampah, baik organik maupun anorganik. Proses
pemusnahan sampah dan daur ulang sampah ternyata tidak sebanding dengan
banyaknya sampah yang diproduksi masyarakat. Sampah pun cepat menggunung
dan menyebabkan pencemaran, baik tanah, air, maupun udara. Penumpukkan
limbah rumah tangga dan industri juga dapat menyebabkan terjadinya bencana
alam seperti banjir dan rusaknya ekosistem. Oleh karena itu, manusia hendaknya
menjalin interaksi dengan alam secara baik. Dampak Negatif Perubahan Sosial
8. Marginalisasi. Marginalisasi berasal dari kata margin, yang berarti batas, pinggir,
atau tepi. Marginalisasi merujuk pada suatu kondisi atau situasi seseorang atau
kelompok yang dibatasi perannya, diabaikan hak-hak yang seharusnya didapat,
atau berada pada wilayah pinggiran dari komunitas dan sistem sosial dalam
masyarakat. Dengan demikian, orang-orang yang termarginalisasi akan mengalami
pembatasan terhadap berbagai aspek kehidupan sehingga berada pada pinggiran
atau tepi (terabaikan oleh sistem dalam masyarakat). Salah satu contoh
marginalisasi adalah proses industrialisasi di pedesaan. Industrialisasi di kawasan
pedesaan mengakibatkan marginalisasi penduduk sekitar, terutama yang berprofesi
sebagai petani. Marginalisasi terjadi karena para petani semakin terpinggir dari
mata pencaharian awalnya. Para petani bekerja di lahan yang semakin sempit akibat
industrialisasi.
7. Pluralisme hukum dan sentralisme hukum → soal analisis / pendapat
Pluralisme hukum secara umum didefinisikan sebagai suatu situasi dimana ada dua atau
lebih sistem hukum bekerja secara berdampingan dalam suatu bidang kehidupan sosial
yang sama.
pemberlakuan hukum negara (state law) sebagai satu-satunya hukum bagi semua warga
masyarakat dengan mengabaikan keberadaan sistem-sistem hukum yang lain, seperti
hukum agama, hukum kebiasaan, dan juga semua bentuk mekanisme-mekanisme
pengaturan lokal yang secara empiris berlangsung dalam kehidupan masyarakat.
8. Pancasila dan filsafat hukum sebagai dasar “rule of moral”
a) Pancasila
❑ Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun tidak
langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang
besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam,
bahkan menguasai eksistensi negara – negara, termasuk Indonesia. ❑ Akibat yang
langsung terlihat adalah : terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan
karena adanya perbenturan kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. ❑
Prinsip-prinsip dasar telah ditentukan oleh peletak dasar (the founding fathers) negara
Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara,
yakni Pancasila. ❑ Dengan pemahaman demikian, maka Pancasila sebagai filsafat
hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai-nilai baru
dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi. Pancasila ❑ Secara ilmiah harus
disadari bahwa suatu masyarakat dan suatu bangsa akan senantiasa memiliki suatu
pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain
di dunia. Ini yang disebut sebagal local genius (kecerdasan/kreativitas lokal) dan
sekaligus sebagai local wisdom (kearifan lokal) bangsa. ❑ Dengan demikian, bangsa
Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup
dengan bangsa lain. Ketika para pendiri negara Indonesia menyiapkan berdirinya
negara Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu
pertanyaan yang fundamental : “di atas dasar apakah negara Indonesia merdeka ini
didirikan?” ❑ Segala aspek dalam penyelenggaraan negara dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dasar yang
mutlak berupa sifat kodrati manusia. Kemudian, seluruh nilai – nilai Pancasila tersebut
menjadi dasar raga dan jiwa bagi bangsa Indonesia. ❑ Hal ini berarti bahwa dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-
nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas / kewajiban
negara dan warga negara, sistem hukum negara, moral negara, serta segala aspek
penyelenggaraan negara lainnya. Filsafat Huk
b) Filsafat
❑ Filsafat hukum adalah pendirian atau penghayatan kefilsafatan (yang paling
fundamental) yang dianut orang atau masyarakat atau negara tentang hakikat, ciri-ciri
hakiki serta landasan berlakunya hukum. ❑ Filsafat Hukum yang dianut akan berperan
sebagai landasan kefilsafatan dan norma kritik bagi berlakunya tata hukum serta
keseluruhan proses-proses kehidupan hukum di dalam masyarakat bersangkutan, yang
meliputi pembentukan dan penerapan serta penegakan hukum. ❑ Filsafat hukum yang
dianut itu adalah bagian dari pandangan hidup yang dianut dalam masyarakat
bersangkutan. Dapat dikatakan, bahwa filsafat hukum adalah penerapan pandangan
hidup dalam bidang hukum. Pada akhirnya, yang menentukan isi peraturan hukum
dituntut untuk menciptakan hukum yang sesuai dengan falsafah dan jiwa bangsa ➢Di
dalam hukum, yang terjadi adalah proses penilaian. ➢Yang dinilai adalah perilaku

manusia di dalam pergaulan hidup manusia ➢Yang melakukan penilaianpun adalah

manusia juga (Masyarakat, pemerintah, penegak hukum) ❑ Pandangan atau


penghayatan manusia tentang tempat dirinya dalam rangka keseluruhan itu disebut
dengan pandangan hidup. ❑ Dengan demikian, tiap tata hukum akan mencerminkan
atau diwarnai oleh pandangan hidup tertentu atau pandangan tentang hakikat manusia
yang dianut dalam masyarakat dimana tata hukum itu tumbuh dan berlaku sebagai
hukum. ❑ Pandangan hidup tersebut berpangkal tolak dari landasan kefilsafatan serta

ukuran bagi norma kritik yang mendasari atau menjiwai tata hukum. ❑ Oleh sebab itu,
pandangan hidup yang dianut akan memberikan koherensi (kesatupaduan) dan
pengarahan pada keseluruhan proses-proses sosial serta penormaan (pengkaidahan)
peraturan-peraturan hukum beserta dengan proses-proses penerapannya dalam
kehidupan bermasyarakat. Jadi, tata hukum adalah hasil perpaduan dinamis antara
pandangan hidup yang dianut dan kenyataan dalam lingkungan hidup manusia, yang
dipadatkan dalam keseluruhan asas - asas hukum, kaidah-kaidah hukum dan pranata-
pranata hukum yang tersusun dalam suatu struktur yang bersistem. Juga filsafat hukum
yang merumuskan landasan kefilsafatan dan norma kritik bagi tata hukum yang
berlaku. Hal ini akan diwarnai oleh pandangan hidup yang dianut oleh negara dan
masyarakatnya. Asas kerukunan, asas kepatutan, dan asas keselarasan merupakan ciri
khas dari Hukum Pancasila Hal ini dapat dicakup dengan satu istilah, yakni sifat
kekeluargaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Hukum Pancasila adalah hukum
yang bersemangat kekeluargaan. Semangat kekeluargaan menunjuk pada sikap yang
berdasarkannya kepribadian setiap warga masyarakat diakui dan dilindungi oleh
pemerintah dan negara. Oleh sebab itu, diperlukannya hukum progresif yang memuat
kandungan moral yang sangat kuat. Dalam konteks ini, hukum tidak dijadikan sebagai
teknologi yang tidak bernurani, tetapi sebagai suatu institusi yang bermoral
(berdimensi kemanusiaan). Hal inilah yang disebut moral Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai