Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH STRATIFIKASI DALAM MASYARAKAT

TERHADAP PENEGAKAN HUKUM

1. Stratifikasi Sosial dalam hukum Indonesia


Stratifikasi sosial atau sering kita kenal dengan sebutan pengelompokkan
sosial, atau kasta, atau diskriminasi, atau tingkatan strata sosial. Dalam kehidupan
bermasyarakat sering kita temui hal-hal semacam ini. Penyebab yang melatar
belakangi terjadinya stratifikasi sosial yaitu tingkat kekayaan, tingkat pendidikan,
kepentingan, jabatan, dan masih banyak lagi. Pada akhir-akhir ini stratifikasi
semakin menjadi dan nampak begitu jelas.
Sudah dijelaskan dalam UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum di indonesia. Seperti yang telah
dijelaskan dalam pasal 27 UUD 1945 yang berbunyi, “ Setiap warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Tetapi
seperti yang kita ketahui, hukum di Indonesia masih memandang beda antara
kalangan pejabat dengan masyarakat bawah. Mereka diperlakukan tidak sama
antara keduanya.
Belakangan ini penegak hukum indonesia dirasa kurang tegas dalam
mengambil keputusan terutama pada kasus korupsi. Mungkin ada ketidak beresan
pada sistemnya atau mungkin pada pelaku penegak hukumnya sendiri. Karena
sangat terlihat jelas ketika mengambil keputusan atas hukuman yang diberikan
pada pelaku tindak korupsi. Tetapi ketika dihadapkan dengan kasus-kasus kecil
atau kasus yang dilakukan oleh masyarakat kalangan bawah. Contohnya kasus
pencurian yang sangat sepele tetapi mendapat hukuman yang berat, bahkan lebih
berat dari pada hukuman yang diberikan pada kasus korupsi. Hal ini tidak hanya
terjadi sekali atau dua kali, tetapi berkali-kali. Hampir setiap ada kasus korupsi
selalu seperti itu, bahkan ketika dihadapkan dengan kasus semacam ini hukum di
Indonesia akan tampak tak berdaya.
Keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu, entah itu orang kaya atau
miskin, petani, nelayan ataupun pejabat. Indonesia harus segera bangkit dari
keterpurukan ini. Mau sampai kapankah terus seperti ini. Negara yang bersih dari
korupsi, bersih dari stratifikasi social, bersih dari segala macam kejahatan harus
diwujudkan. Cita-cita Negara yang dulu pernah diucapkan yaitu seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke4 yang berbunyi “Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”.Dari situ sudah tampak jelas cita-cita para
pendiri Negara kita yaitu mewujudkan keadilan social yang artinya ketika terjadi
kasus seperti ini berarti telah menyimpang dari cita-cita bangsa karena tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan itu semua harus dihilangkan dan jangan
terus menerus dilakukan. Kesadaran diri dari para pelaksana hukum dan penegak
hukum harus dilaksanakan jangan hanya tau teori saja tetapi yang lebih penting
adalah praktiknya.

2. Stratifikasi Sosial sebagai Problem Penegakan Hukum


1) Indonesia Negara Hukum
Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercantum dalam UUD 1945
pasal 1 butir 3 yang berbunyi negara Indonesia adalah negara hukum.
Mengutip pendapat dicey untuk dapat disebut sebagai negara hukum ,
maka ada unsur-unsur yang harus dipenuhi:
 Equality before the law yang mempunyai makna bahwa setiap
orang mempunyai kedudukan hukum dan perlakuan yang sama.
 Supremacy of law mempunyai makna bahwa hukum memegang
kekuasaan tertinggi
 Hak Asasi Manusia
Ketiga hal tersebut adalah syarat untuk dapat dikatakan sebagai negara
hukum. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak ada, seyogyanya negara
tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai negara hukum. Sebagai negara
yang mendaulatkan diri sebagai negara hukum, maka ada konsekwensi
logis yang harus di tanggung negara Indonesia yaitu Penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis, kedaulatan rakyat, Menjunjung tinggi hak
asasi manusia. Sebagai negara hukum maka segala kewenagan dan tindak
alat perlengkapan negara harus berdasar pada hukum.

Konsep negara Indonesia saat ini adalah konsep negara hukum modern
dimana segala sesuatu harus berdasar pada hukum dan setiap orang
mempunyai kedudukan yang sama didepan hukum tidak peduli apakah
orang itu seorang penguasa ataupun rakyat biasa. Ketika seseorang
melanggar hukum maka orang tersebut akan mendapatkan hukuman yang
seharusya sesuai dengan konsep Indonesia sebagai negara hukum yang
mana sudah dijelaskan diatas.

Istilah tersebut diatas dapat dikatakan sebagai Reality of Law atau Kondisi
Hukum yang Terjadi. Bila kita kaitkan istilah tersebut diatas dan melihat
permasalahan hukum yang sedang hangat dibahas di media sosial yaitu
seorang Koruptor dengan jumlah hasil korupsinya yang fantastis dihukum
lebih ringan dibandingkan seorang nenek yang mencuri batang kayu jati.
Kemudian permasalahan hukum yang menjadi PR kita bersama yaitu
tentang kasus korupsi, dimana narapidana korupsi mendapatkan fasilitas
mewah dilembaga permasyarakatan dalam menjalani masa hukuman,
yang sangat berbeda dengan fasilitas yang diperoleh oleh rakyat kecil
ketika menjalani masa hukuman dan kasus hukum lainnya yang mana
ketika kita menyimak kasus-kasus tersebut melalui media cetak ataupun
media sosial, kita terkadang setuju dengan istilah Hukum Solah Tajam
Kebawah, namun Tumpul Keatas. Lantas apakah yang menyebabkan
hukum seolah tajam kebawah dan tumpul keatas?

2) Penegakan Hukum dan Stratifikasi Sosial Masyarakat


Melihat dari dua contoh kasus tersebut diatas, secara tidak langsung
menyiratkan adanya perlakuan yang berbeda antara rakyat biasa dan
penguasa dalam proses penegakan hukum. Ketidakadilan dalam proses
penegakan hukum dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor dalam
penegakan hukum itu sendiri. Jika kita merujuk pada pendapat soerjono
soekanto terkait faktor-faktor penegakan hukum, menyampaikan bahwa
penegakan hukum akan menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya atau
akan terganggu dalam perjalanan atau penegakan hukumnya. Masalah
pokok penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang
memepengaruhinya, yaitu :
 Faktor Hukumnya
 Faktor Penegak Hukum
 Faktor Sarana/ Fasilitas
 Faktor Masyarakat
 Faktor Kebudayaan

Jika kita merujuk pendapat soerjono soekanto dalam keterkaitan dengan


dua kasus diatas, faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah
faktor penegak hukum. Penegak hukum yang secara objektif dalam
menangani penegakan hukum berdasarkan perbedaan status sosial atau
Jabatan, yang membeda-bedakan antara si kaya dan si miskin, si ber-uang
dan si ber-utang. Dalam konteks tersebut penulis mengklasifikasikan dalam
stratifikasi sosial. Stratifikasi Sosial yang terjadi dalam proses penegakan
hukum akan menganggu tujuan dari penegakan hukum itu sendiri yaitu
untuk mewujudkan adanya rasa keadilan, kepastian hukum dan
kemanfaatan dalam masyarakat.

Stratifikasi Sosial menurut Zainudin Ali merupakan “Klasifikasi masyarakat


ke dalam kelas-kelas atau secara hierarkis” atau yang biasa disebut dengan
Strata Sosial. Pengelompokan dari adanya stratifikasi sosial biasanya
didasari oleh kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan mungkin juga
pengetahuan. Para ahli sosiologi hukum berpendapat bahwa semakin
kompleks stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat, maka akan semakin
banyak hukum yang mengaturnya. Semakin rendah status sosial seseorang
maka akan semakin banyak perangkat hukum yang mengaturnya,
begitupula sebaliknya. Keadaan seperti itu tidak sesuai dengan tujuan
hukum yang tidak membedakan status, golongan, dan sebagainya atau
yang biasa kita sebut dengan persamaan dihadapan hukum (Equality before
the law) yang mana sudah dijelaskan sebelumnya diatas terkait syarat
negara hukum. Stratifikasi Sosial juga bertentangan dengan Prinsip Hak
Asasi Manusia yang memperlakukan manusia yang satu dengan yang lain
sama dihadapan hukum (DUHAM pasal 7).

Anda mungkin juga menyukai