Anda di halaman 1dari 11

HUKUM PIDANA / HKUM4203

Kemukakan pendapat anda dan diskusikan perbedaan antara hukum pidana dan ilmu hukum pidana.

Pengertian Hukum Pidana menurut Moeljatno adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu
Negara yang mengadakan dasar-dasar dan mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh
dilakukan, dilarang dengan disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang melakukan.

Sedangkan Ilmu Hukum Pidana adalah Ilmu pengetahuan mengenai suatu bagian khusus dari hukum,
yakni hukum pidana. Pengetahuan hukum pidana secara luas meliputi : asas-asas hukum pidana, aliran-
aliran dalam hukum pidana, teori pemidanaan, ajaran kausalitas, sistem peradilan pidana, kebijakan hukum
pidana dan perbandingan hukum pidana.

Perbedaan Hukum Pidana dan Ilmu Hukum Pidana

Hukum Pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan umum, misalnya yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP), yang memiliki implikasi secara langsung pada masyarakat secara luas
(umum), dimana apabila suatu tindak pidana dilakukan, berdampak buruk terhadap keamanan,
ketenteraman, kesejahteraan dan ketertiban umum di masyarakat.

Sedangkan Ilmu hukum pidana bertujuan untuk mengetahui objektivitas dari hukum pidana positif.
Objektifitas hukum pidana dapat dilihat dari substansi hukum pidana positif yang mengatur mengenai
perbuatan-perbuatan yang dilarang.
HUKUM TATA NEGARA / HKUM4201

Jelaskan secara singkat mengenai ruang lingkup Pengaturan Hukum Tata Negara dan Sumber Hukum
Tata Negara di Indonesia ?

Obyek kajian Ilmu Hukum Tata Negara adalah Negara. Dimana Negara dipandang dari sifatnya atau
pengertiannya yang konkrit. Artinya obyeknya terikat pada tempat, keadaan dan waktu tertentu. Hukum
Tata Negara merupakan cabang ilmu hukum yang membahas tatanan, struktur kenegaraan, mekanisme
hubungan antara struktur organ atau struktur kenegaraan serta mekanisme hubungan antara struktur
negara dan warga negara.

Ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah struktur umum dari Negara sebagai organisasi, yaitu:
1.Bentuk Negara (Kesatuan atau Federasi)
2. Bentuk Pemerintahan (Kerajaan atau Republik)
3. Sistem Pemerintahan (Presidentil, Parlementer, Monarki absolute)
4. Corak Pemerintahan (Diktator Praktis, Nasionalis, Liberal, Demokrasi)
5. Sistem Pendelegasian Kekuasaan Negara (Desentralisasi, meliputi jumlah, dasar, cara dan hubungan
antara pusat dan daerah).

Sumber Hukum Tata Negara di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Sumber Materiil, yaitu: suatu keyakinan/ perasaan hukum individu dan pendapat umum yang
menentukan isi hukum. Dengan demikian keyakinan/ perasaan hukum individu (selaku anggota
masyarakat) dan juga pendapat umum yang merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan hukum.

Berkaitan dengan hal diatas, seperti yang kita ketahui bersama segala sesuatu yang ada di Indonesia
haruslah berasal dan bersumber dari Pancasila. Pancasila merupakan sumber hukum materiil bagi
semua hukum yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan sumber Hukum Tata Negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila menjadi inspirasi sekaligus bahan (Materi) dalam menyusun semua Peraturan
Hukum Tata Negara. Pancasila sekaligus sebagai alat penguji setiap Peraturan Hukum Tata Negara
yang berlaku, apakah bertentangan atau tidak dengan nilai-nilai Pancasila seperti yang tercantum
dalam ketetapan MPR No. III/2000 Pasal 1, 2, 3, Serta UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 2.

2. Sumber Formil, sumber formil hukum di Indonesia adalah UUD 1945. UUD 1945 Sebagai hukum
dasar tertulis merupakan bentuk Peraturan Perundang-undangan tertinggi yang menjadi dasar dan
sumber (Formil) bagi semua Peraturan Perundang-undangan yang mengatur Ketatanegaraan
Indonesia seperti yang tercantum dalam Ketetapan MPR No. III/2000 Pasal 3, Serta UU. No. 12
Tahun 2011 Pasal 3. Bentuk & tata urutan Perundangan sebagai bagian dari sumber formil Hukum
Tata Negara Indonesia (UU. No. 12 tahun 2011 pasal 7) antara lain :
a. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945);
b. Ketetapan MPR (TAP MPR);
c. Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU);
d. Peraturan Pemerintah (PP);
e. Peraturan Presiden (PERPRES);
f. Peraturan Daerah (PERDA).

HUKUM LINGKUNGAN (HKUM4210)


Jelaskan perbedaan permasalahan lingkungan di negara maju dengan negara berkembang!

JAWABAN

Masalah lingkungan muncul bersamaan dengan munculnya peradaban manusia. Sesudah manusia
mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber kehidupan.

Salah satu isu penting dalam globalisasi adalah masalah lingkungan. Oleh karena itu, semua pihak
mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan secara proporsional.

Perkembangan jaman pasti mengakibatkan kerusakan lingkungan, Perlu pencegahan demi kelestarian dan
kualitas lingkungan.

Beberapa ancaman terhadap kemampuan lingkungan:


1. Pencemaran telah mengotori lingkungan secara biogeofisika baik tanah, air dan udara berdampak
penurunan kualitas lingkungan;
2. Pola produksi dan konsumsi manusia yang tidak pernah puas hingga pemborosan pemanfaatan alam;
3. Sumber daya alam yang menipis bisa mengancam kehidupan dan kelangsungan manusia.

Di negara maju ada 3 faktor terjadinya masalah lingkungan, yaitu :


1. faktor kependudukan;
2. faktor pertumbuhan ekonomi :
a. Pembangunan merangsang pertumbuhan ekonomi secara eksplosif;
b. Pertumbuhan ekonomi yang di hasilkan lebih menimbulkan kesenjangan sosial.
3. faktor perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) :
a. Perkembangan IPTEK saling bergandeng tangan dengan perkembangan ekonomi, baik secara
global maupun nasional;
b. Perkembangan ekonomi yang eksplotatif selalu didukung oleh perkembangan IPTEK serta campur
tangan manusia terhadap lingkungan hidup akan mempunyai dampak negatif.

Sementara di negara sedang berkembang, kerusakan lingkungan banyak disebabkan oleh kemiskinan dan
kurangnya pembangunan. Faktor yang sangat besar pengaruhnya adalah populasi manusia.

Bentuk-bentuk pencegahan yang harus dilakukan demi kelestarian dan kualitas lingkungan, sebagai
berikut :
1. Pendidikan lingkungan hidup manusia sangat penting agar lingkungan tetap lestari;
2. Faktor-faktor pengganggu kelestarian lingkungan seperti, perburuan liar, pembangunan yang tak
berwawasan lingkungan, pembuangan limbah, harus ditekan dan diberi sangsi sesuai hukum;
3. Kemajuan iptek akan berefek pada kelestarian lingkungan maka perlu adanya sikap preventif;
4. Teknik pendekatan untuk menanamkan kesadaran berwawasan lingkungan, dapat melalui
penyuluhan pada organisasi karang taruna, pemuda, pkk dll;
5. Masalah lingkungan merupakan masalah yang rumit, karena berhasil atau tidaknya berawal dari
dalam diri manusia itu sendiri;
6. Kebutuhan manusia akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia, sehingga perilaku harus di
arahkan pada yang berwawasan lingkungan.
Hukum Pajak Dan Acara Perpajakan (HKUM4407)
Menurut pendapat Anda, apakah definisi pajak yang paling sesuai? Dan
menurut pendapat Anda, bagaimanakah konsep keadilan terhadap sanksi
yang diterapkan untuk wajib pajak?

Jawaban

Berdasarkan UU No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk
secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.

Sesuai falsafah Undang-Undang Perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi
merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Menurut pendapat saya konsep keadilan terhadap sanksi yang diterapkan untuk wajib pajak yaitu sanksi
yang tetapkan untuk wajib pajak tergantung pada pelanggaran apa yang dilakukan, jika orang tersebut
melakukan penggelapan pajak maka harus disanksi tegas, namun jika hanya terlambat dalam membayar
pajak, maka harus diberikan peringatan.

Keadilan adalah syarat tercapainya kebahagiaan hidup. Keadilan merupakan cerminan dari cita-cita rakyat
yang tertuang dalam konstitusi Negara. Ukuran keadilan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan dari
Negara hukum. Untuk mencapai Negara hukum yang berkeadilan diperlukan biaya yang salah satunya
diperoleh dari pungutan pajak, yang aturan dasarnya dicantumkan dalam konstitusi Undang-Undang Dasar
1945.

Hukum Telematika (HKUM4301)


Jelaskan hubungan antara hukum telematika dengan hukum perlindungan konsumen, berikan
contohnya

JAWABAN

Definisi Hukum Telematika, atau yang dikenal dengan cyber law, adalah keseluruhan asas-asas, norma
atau kaidah lembaga-lembaga, institusi-institusi dan proses yang mengatur kegiatan virtual yang
dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (disingkat menjadi TIK).

Hukum telematika merupakan perwujudan dan konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, hukum
informatika. berbagai modus pelanggaran yang memanfaatkan teknologi informasi, mendorong disiplin ilmu
hukum memperluas penafsiran terhadap asas hukum dan norma hukum konvensional yang selama ini
diterima.

Perlindungan konsumen diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 (UUPK 8/1999) tentang
Perlindungan Konsumen, menyebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Hukum perlindungan
konsumen mengatur hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban produsen/pelaku usaha, serta cara-
cara mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban itu.

Perlindungan konsumen bertujuan untuk memberikan kepastian dan keseimbangan hukum antara
produsen dan konsumen sehingga terwujud suatu perekonomian yang sehat dan dinamis sehingga terjadi
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Hubungan hukum telematika hukum perlindungan konsumen.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik telah mengakomodir tata
cara bertransaksi  elektronik. Transaksi elektronik telah diatur dalam Pasal 5s/d 22 UU ITE yang
merupakan inti dari masalah keperdataan dan bisnis dengan tujuan memberikan perlindungan kepada
masyarakat, khususnya konsumen.

Contoh :
Bank BCA jadi sasaran carding (3 Januari 2015)
Dunia perbankan melalui Internet (ebanking) Indonesia, dikejutkan oleh ulah seseorang bernama Steven
Haryanto, seorang hacker dan jurnalis pada majalah Master Web. Lelaki asal Bandung ini dengan sengaja
membuat situs asli tapi palsu layanan Internet banking Bank Central Asia, (BCA). Steven membeli domain-
domain dengan nama mirip http://www.klikbca.com (situs asli Internet banking BCA), yaitu domain
wwwklik-bca.com, kilkbca.com, clikbca.com, klickca.com. dan klikbac.com. Isi situs-situs plesetan inipun
nyaris sama, kecuali tidak adanya security untuk bertransaksi dan adanya formulir akses (login form) palsu.
Jika nasabah BCA salah mengetik situs BCA asli maka nasabah tersebut masuk perangkap situs plesetan
yang dibuat oleh Steven sehingga identitas pengguna (user id) dan nomor identitas personal (PIN) dapat di
ketahuinya. Diperkirakan, 130 nasabah BCA tercuri datanya. Menurut pengakuan Steven pada situs bagi
para webmaster di Indonesia, http://www.webmaster.or.id, tujuan membuat situs plesetan adalah agar
publik menjadi lebih berhati – hati dan tidak ceroboh saat melakukan pengetikan alamat situs (typo site),
bukan untuk mengeruk keuntungan.
Hukum Perlindungan Konsumen/HKUM4312
Menurut Anda apakah selama ini konsumen sudah terlindungi ? Jelaskan jawaban Anda dengan
menyebutkan dasar hukum dan contoh- contoh kasusnya! Lalu diskusikan dengan teman-teman Anda...

Jawaban

Menurut pendapat saya apakah selama ini konsumen sudah terlindungi ? Sudah terlindungi, walaupun
dalam perjalanan dan proses masih butuh usaha baik dari pemerintah sebagai pembuat regulasi dan
peraturan perundangan untuk mengisi kekosongan hukum dalam masalah-masalah perlindungan
konsumen yang terjadi ditengah masyarakat, serta juga dibutuhkan perhatian dari masyarakat akan
kesadaran tentang perlindungan konsumen khususnya dalam hal mengenai kewajiban dan hak nya.

Sejak 20 April 1999, UU Perlindungan Konsumen yang diatur dalam UU no 8 Tahun 1999 atau Undang
Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) mulai sah diberlakukan. Undang-undang ini mengatur secara
rinci tentang pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai
konsumen. Cakupan hukum yang berlaku mengenai hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban
pelaku usaha, dan cara-cara mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban tersebut.

Berdasarkan ketentuan UU Perlindungan Konsumen pasal 1 ayat 1 UU no 8 tahun 1999 definisi


perlindungan konsumen meliputi seluruh upaya untuk memastikan kepastian hukum demi memberikan
perlindungan kepada konsumen. Ada lima asas yang dianut dalam ketentuan UU Perlindungan Konsumen
no 8 tahun 1999 pasal 2 yaitu asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan dan
keselamatan konsumen, serta asas kepastian hukum.

Dengan demikian, UU Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999 merupakan landasan hukum yang kuat
bagi pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli akan konsumen Indonesia untuk
melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen secara merata.
UU Perlindungan Konsumen ini juga berlaku dalam proses jual-beli properti.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa perlindungan konsumen diperuntukkan untuk pemberian
kepastian, keamanan serta keseimbangan hukum antara produsen dan konsumen. Tujuan dibuatnya
perlindungan konsumen dapat dijelaskan dalam dalam Pasal 3 UUPK 8/1999, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif
pemakaian dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya
sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

Perlindungan konsumen adalah hal yang sangat penting atau utama dalam segala transaksi jual beli.
Konsumen dan produsen berhak untuk menerima manfaat yang bersifat tidak merugikan salah satu pihak.
Keterbukaan informasi juga menjadi tolak ukur utama yang dilakukan produsen terhadap konsumen, guna
mendapat kepercayaan maupun kenyaman terhadap konsumen sebagai pengguna barang atau produk
yang dibeli.
Sebagai contoh kasus yang membuktikan bahwa konsumen sudah dapat menggunakan Hukum
Perlindungan Konsumen sebagai dasar untuk memperjuangkan hak nya adalah contoh kasus berikut ini

“Kembalian Uang Alfamart”

Sengketa antara Mustolih dan PT Sumber Alfaria Trijaya (PT SAT) yang awalnya diselesaikan di Komisi
Informasi Pusat dan kemudian berlanjut di Pengadilan Negeri Tangerang , pada dasarnya adalah sengketa
yang terkait dengan perlindungan konsumen. Mustolih adalah seorang konsumen yang berbelanja di
Alfamart, sebuah toko yang dikelola PT SAT. Sedangkan PT SAT adalah pelaku usaha di bidang ritel. Baik
Mustolih maupun PT SAT, keduanya tunduk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Sebagai konsumen, Mustolih memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Dalam kasus sengketa dengan PT SAT, Mustolih ingin menggunakan haknya untuk mengetahui informasi
mengenai penggunaan uang kembalian yang didonasikan melalui Alfamart kepada beberapa yayasan
sosial. Memang uang kembalian tersebut tidak dikategorikan sebagai barang yang dikonsumsi. Namun
upaya Alfamart untuk menjadi penghubung antara yayasan sosial dengan konsumen yang ingin berdonasi
dapat dikategorikan sebagai jasa.

Sebagai pelaku usaha, berdasarkan pasal 7 butir b UU Nomor 8 Tahun 1999, PT SAT berkewajiban untuk
memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan . Oleh karena itu, hasil dari jasa
pengumpulan donasi yang dilakukan oleh PT SAT melalui kasir Alfamart wajib dilaporkan penggunaannya
secara benar, jelas, dan jujur. Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang maksud benar, jelas, dan jujur
dalam UU Nomor 8 Tahun 1999.”
Hukum Ketenagakerjaan ADBI4336

1. Jelaskan perkembangan perburuhan dari sejak sebelum Indonesia merdeka.


2. Menurut pendapat saudara, bagaimana  kedudukan antara pemerintah dengan pekerja/buruh dalam
perjalanan sejarah perkembangan kaum buruh di Indonesia! Sertakan alasannya.

Jawaban

1. UU (Undang-undang) ketenagakerjaan merupakan peraturan yang mengatur berbagai hal terkait


dengan ketenagakerjaan di Indonesia. Undang-undang ketenagakerjaan yang kini berlaku adalah
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU 13/2003”) di mana peraturan
ini memuat: Landasan, asas, dan tujuan pembangunan ketenagakerjaan, perencanaan tenaga kerja
dan informasi ketenagakerjaan, pemberian kesempatan dan perlakuan yang sama bagi tenaga kerja,
pelatihan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, penggunaan tenaga kerja asing, pembinaan
hubungan industrial, pembinaan kelembagaan dan sarana hubungan industrial, perlindungan bagi
pekerja, termasuk hak-hak dasarnya dan pengawasan ketenagakerjaan.

Sejarah Undang-Undang Ketenagakerjaan di Indonesia tak lepas dari sejarah Perbudakan di negeri
ini yang saat itu masih disebut Hindia Belanda. Selepas era perbudakan, pada tahun 1819 dikeluarkan
Peraturan tentang pendaftaran budak. Pada tahun 1820 ada peraturan yang dikeluarkan Pemerintah
Hindia Belanda yang mewajibkan membayar pajak bagi pemilik budak. Kemudian pada tahun 1829
ada peraturan yang melarang mengangkut budak yang masih anak-anak. Setelah itu pada tahun 1839
ada peraturan tentang pendaftaran anak budak dan pengganti nama para budak. Sebelum itu pada
tahun 1825 ada peraturan tentang budak dan perdagangan budak.

Peraturan penghapusan budak dikeluarkan tahun 1854. Kemudian pada tanggal 1 Januari 1860 baru
dinyatakan hapus sama sekali meskipun pada praktiknya setelah tahun 1860 masih banyak orang
yang berstatus budak dan pemilik budak. Istilah budak setelah tahun 1860 itu mulai menciut. Istilah
budak sudah semakin kurang kedengeran tetapi diganti dengan istilah lain yaitu hamba dan
perhambaan.

Pada tahun 1880 dikeluarkan sebuah peraturan terkait dengan para pekerja. Orang-orang yang
bekerja itu disebut koeli (kuli) dan peraturannya adalah Koeli Ordonantie. Pada masa-masa
selanjutnya peraturan Koeli ini mulai menjadi sorotan seiring dengan penggunaan istilah bagi pekerja
yang mulai bergeser dari koeli ke buruh. Menjelang kalahnya Pemerintah Belanda di Indonesia,
ordonnantie itu dihapuskan. Sejarah Undang-Undang Ketenagakerjaan di Indonesia mencapai pada
puncaknya ketika negara ini merdeka dimana hukum yang diterapkan terkait dengan ketenagakerjaan
sejak saat itu hingga kini dan di masa yang akan mendatang akan selalu bersumber dari Undang-
Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

Buruh merupakan bagian penting dalam masyarakat Indonesia. Meski demikian, di Indonesia sendiri
kualitas kehidupan buruh masih belum cukup baik. Meski hal ini harus dibarengi dengan kemampuan
dan kualitas kerja dari buruh, namun pemerintah juga tidak boleh lepas tangan dari upaya
mensejahterakan para buruh tersebut.

2. Kedudukan atau peran Negara dalam hubungan industrial di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
Negara telah cukup banyak menghasilkan produk-produk hukum terkait dengan hubungan kerja
Antara pekerja/buruh dan majikana/pengusaha, namun dalam implementasinya. Pemerintah belum
memihak kepada kaum dzuafa/lemah (pekerja/buruh). Sebagai salah satu indikator bahwa akhir-akhir
ini terjadi pemilihan pengurus Serikat Pekerja/Serikat Buruh sebagian besar bukan berasal dari
Serikat Pekerja/Serikat Buruh, sehingga dalam memperjuangkan hak-hak pekerja/buruh seringkali
tidak membawa hasil sesuai yang diharapkan. Di samping itu, berbagai perundingan penyelesaian
atau konflik antara pekerja/buruh dan majikan/pengusaha kebebasan berse ri kat dan berpendapat
tidak sepenuhnya diberikan kepada pekerja/buruh. Dengan kata lain, sekalipun produk undang-
undang terkait dengan serikat pekerja/buruh telah diimplementasikan, akan tetapi masih terjadi
ketidakkonsistenan pelaksanaan.

Pemerintah dalam mengimplementasikan Pasal-Pasal, yaitu Pasal 56 ayat (2a) dengan Pasal 59 ayat
(3) yang mengatur dasar penetapan upah minimum. Kemudian Pasal 1 butir 15 dengan Pasal 66 ayat
(2a) yang mengatur outsourching pekerja. Ketidakkonsistenan pasal-pasal tersebut mengakibatkan
ketidakefektifan pasal-pasal yang mengatur hak berserikat dan hak atas jaminan social bagi pekerja
PKWT dan outsourching. Di samping itu, ditemukan pula pasal yang menghambat proses efisiensi
perusahaan karena alasan ekonomi yaitu Pasal 164 ayat (3).

Dalam menyelesaikan konflik antara pekerja dengan majikan (pengusaha) masih belum terselesaikan
secara proporsional, sehingga seringkali pihak tenaga kerja merasa dirugikan. Hal ini terutama
penyelesaian masalah tenaga kerja di luar negeri yang memang secara faktual adakalanya pihak
Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) kurang bertanggung jawab dalam aspek kelengkapan
dokumen dan seleksi keterampilan fungsional yang dimiliki oleh calon pencari kerja di Indonesia.
FILSAFAT HUKUM DAN ETIKA PROFESI (HKUM4103) FILSAFAT HUKUM DAN ETIKA PROFESI
(HKUM4103)

Bagaimanakah relevansi pemberlakuan kebijakan PPKM dengan kajian filsafat hukum? Jelaskan!

Jawaban

Filsafat hukum merupakan cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat
hukum. Dengan perkataan lain filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis.

Ruang lingkup filsafat hukum adalah mempelajari mengenai permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan tujuan hukum dalam kehidupan sehari-hari terutama masalah ketertiban dan keadilan yang
menyangkut masalah, hubungan hukum dan kekuasaan, hubungan hukum dengan nilai sosial budaya,
mengapa negara berhak menghukum seseorang, apa sebab orang mentaati hukum, dll.

Relevansi Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang telah dituangkan
dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri pada implementasinya masih menuai pro dan kontra di tengah-
tengah masyarakat. Pemberian sanksi terhadap pelanggar PPKM justru semakin menjadi beban
masyarakat khususnya kelompok yang terdampak langsung oleh Pandemi Covid-19. Selain itu, kurangnya
pertanggungjawaban negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatbagi masyarakat yang terdampak
kebijakan PPKM semakin menekan perekonomian masyarakat kecil. Dengan melihat berbagai
permasalahan yang terjadi, kebijakan PPKM yang dipilih pemerintah Indonesia belum sepenuhnya sesuai
dengan International Health Regulation (IHR). Sebagai masyarakat dunia dan keanggotaannya dalam
WHO, Indonesia seharusnya memperhatikan regulasi internasional dalam menerapkan kebijakan guna
menghadapi Pandemi Covid-19 yang telah ditetapkan sebagai permasalahan global.

Arah kebijakan politik hukum dapat dilihat melalui dua kategori, yaitu konfigurasi politik demokratis dan
konfigurasi politik otoriter. Untuk mengklasifikasikan sebuah kebijakan termasuk dalam kategori yang
mana, maka dapat dilihat melalui dua indikator yaitu indikator proses pembentukan dan indikator
implementasi kebijakan. Proses pembentukan Instruksi Menteri Dalam Negeri sebagai dasar hukum PPKM
yang ternyata tidak sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan telah mencederai arah politik
demokratis Bangsa Indonesia. Sebaiknya, regulasi yang digunakan dalam hal pengendalian penyebaran
Pandemi Covid-19 adalah mengacu pada Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan yang kemudian
diturunkan dalam peraturan menteri yang tidak bertentangan dengan undang-undang tersebut. Sehingga,
implementasi kebijakan penanganan Pandemi Covid-19 ini memiliki dasar regulasi yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai