Oleh:
Muhammad Arfandy Amran , Syamsuddin Muchtar2, Hijrah Adhyanti Mirzana3
1
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 30 - 46) https://ojs.unm.ac.id 31
research is a normative legal research using statutory approaches, case approaches, and
conceptual approaches presented in a qualitative descriptive manner. The data used is
secondary data consisting of primary legal materials and secondary legal materials. Legal
materials come from statutory regulations and other literature. Data collection techniques
were carried out through library research or legal documentation. The results of the
research show that the phrase loss can be in the form of material or non-material losses
which are arranged alternatively. It does not have to fulfill all the elements of Article 1
Paragraph 4. This means that if one of the three parties is harmed, then the formulation
of this offense is interpreted as fulfilling the elements. The loss phrase can be fulfilled if
the fulfillment of real losses or actual losses has been examined or audited beforehand.
There are still various problems both in terms of legal substance, legal structure and legal
culture or culture as evidenced that not a single case has permanent legal force that has
been convicted using the offense of Collusion and Nepotism.
PENDAHULUAN
Reformasi merupakan peristiwa penerimaan pegawai, baik pada lembaga
penting dalam perjalanan sejarah Bangsa pemerintah maupun perusahaan swasta.
Indonesia oleh karena reformasi Hal ini merupakan kecendrungan untuk
merupakan sebuah momentum yang mengambil jalan pintas untuk memenuhi
menandai perubahan pada berbagai harapan atau melihat kemungkinan untuk
bidang sebagai realisasi dari tuntutan oleh keuntungan pribadi yang terkait dengan
masyarakat. Salah satunya adalah kesempatan untuk melakukan tindakan
tuntutan perubahan pada bidang hukum terkait nepotisme. Masih banyak
dan ketatanegaraan sebagai bentuk masyarakat beranggapan bahwa
respon atas pemerintahan orde baru yang perbuatan nepotisme bukanlah perbuatan
tertutup. Hal tersebut diperparah dengan yang sebagaimana tindak pidana korupsi.
menjamurnya praktik korupsi, kolusi dan Dampak yang ditimbulkan dari maraknya
nepotisme (selanjutnya disebut KKN) praktik nepotisme ialah “munculnya rasa
pada pelaksanaan pemerintahan pada tidak adil yang diakrenakan monopoli
masa orde baru yang mengakibatkan informasi serta akses terhadap pihak-
masyarakat menyuarakan tuntutannya. pihak tertentu, sementara harusnya
Praktik KKN merupakan perspektif pelaksanaan transparansi dalam
umum masyarakat saat itu bahkan hingga informasi dan akses agar keseluruhan
sekarang untuk menilai pelaksanaan pihak bisa ikut melakukan partisipasi.”1
pemerintahan orde baru. KKN sendiri Praktik nepotisme terjadi oleh
merupakan produk negatif dari gejala karena adanya anggapan masyarakat
sosial–politik sebagai indikasi untuk lebih mementingkan keluarga dan
kemerosotan nilai dan moral pada praktik koleganya, sekalipun mereka tidak
pemerintahan bahkan pula mental mempunyai kapasitas terhadap posisi
masyarakat Indonesia secara meluas. tersebut. Terdapat pula anggapan yang
Masih sering kita mendapati praktik menyatakan bahwa nepotisme dilakukan
nepotisme di Indonesia, hingga telah oleh batin, sehingga salah satu bentuk
menjadi sesuatu yang umum bahwa dari pemilihan keluarga dan kroni dengan
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
32 ___Analisis Tindak Pidana Kolusi dan Nepotisme dalam Undang-Undang..., Muhammad Arfandy Amran, dkk
2 Ismail Nurdin, Etika Pemerintahan: Norma, Konsep, Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari
dan Praktek bagi Penyelenggara Pemerintahan, Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme, Lex Crimen 8. No. 3
(Yogyakarta, Lintang Rasi Aksara, 2017). (2019): 5.
3 Maharso dan Tony Sujawardi, Fenomena Korupsi 5 Amir Ilyas, 2012, Asas-asas Hukum Pidana,
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 30 - 46) https://ojs.unm.ac.id 33
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
34 ___Analisis Tindak Pidana Kolusi dan Nepotisme dalam Undang-Undang..., Muhammad Arfandy Amran, dkk
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 30 - 46) https://ojs.unm.ac.id 35
7 9
Irwansyah, 2020, Penelitian Hukum Pilihan Metode Yudi Kristiana, 2016, Pemberantasan Tindak Pidana
& Praktik Penulisan Artikel, Yogyakarta, Mirra Buana Korupsi Perspektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar
Media. Grafika.
8
Evi Hartanti. 2016, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta:
Sinar Grafika.
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
36 ___Analisis Tindak Pidana Kolusi dan Nepotisme dalam Undang-Undang..., Muhammad Arfandy Amran, dkk
atau negara. Pada pasal tersebut, frasa a. Kata merugikan; Kata merugikan
merugikan orang lain, masyarakat dan dapat diartikan sebagai
negara memiliki makna yang kurang jelas mendatangkan rugi, menyebabkan
sehingga dapat menimbulkan perbedaan rugi, atau mendatangkan sesuatu yang
pengertian maupun pemaknaan yang kurang baik seperti kerusakan,
berbeda-beda sehingga apa yang menjadi kesusahan.
harapan dalam mencapai pemahaman b. Kata orang lain; Kata orang lain dapat
yang seragam mengenai frasa tersebut diartikan sebagai manusia lain, bukan
menjadi tidak dapat terwujud. diri sendiri, bukan kaum sendiri
Pemaknaan yang berbeda-beda atau seperti golongan atau kerabat sendiri.
pemahaman yang tidak seragam dalam c. Kata Masyarakat; Kata masyarakat
frasa tersebut akan membingungkan menurut KBBI dapat diartikan
penegak hukum sehingga menjadi sebagai sejumlah manusia dalam arti
penting untuk terlebih dahulu dilakukan seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
interpretasi atau pemaknaan. kebudayaan yang mereka anggap
Terkait dengan pemaknaan atau sama.
interpretasi, Penulis akan memberikan d. Kata Negara; Kata negara dapat
uraian frasa merugikan orang lain, diartikan sebagai organisasi dalam
masyarakat dan/atau negara yang akan suatu wilayah yang mempunyai
menggunakan tiga metode interpretasi kekuasaan tertinggi yang sah dan
dalam hukum pidana diantaranya, ditaati oleh rakyat atau kelompok
interpretasi gramatikal (tata bahasa) atau sosial yang menduduki wilayah atau
grammaticele interpretatie, penafsiran daerah tertentu yang diorganisasi di
dengan metode secara logis atau bawah lembaga politik dan
systematische interpretatie, dan pemerintah yang efektif, mempunyai
interpretasi secara historis atau kesatuan politik, berdaulat sehingga
historische interpretatie. berhak menentukan tujuan
Interpretasi Gramatikal (Tata Bahasa) nasionalnya.
atau Grammaticele Interpretatie
Interpretasi gramatikal merupakan Penafsiran dengan Metode Secara
suatu penafsiran yang seharusnya Logis atau Systematische Interpretatie
diperhatikan baik arti suatu perkataan
yang umum menurut tata bahasa, maupun Frasa merugikan orang lain.
berhubungan antara suatu perkataan Frasa merugikan orang lain tidak
dengan perkataan yang lain.10 Dalam ditemukan dalam aturan perundang-
kaitannya dengan Tindak Pidana Kolusi, undangan yang lain, namun terdapat frasa
terdapat satu frasa yang membingungkan yang hampir serupa yakni frasa
dan membutuhkan penafsiran yakni frasa membawa kerugian yang dapat
“merugikan orang lain, masyarakat ditemukan dalam “Pasal 1365 BW
dan/atau negara”. Dalam hal ini Penulis (Burgerlijk Wetboek) yang mengatur
akan mengaitkan frasa tersebut dengan bahwa “tiap perbuatan yang melanggar
tata bahasa dalam Bahasa Indonesia hukum dan membawa kerugian kepada
melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia orang lain, mewajibkan orang yang
berikut ini:11 menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk menggantikan
10 11
PAF. Lamintang dan Fransiscus Theojunior https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada 23
Lamintang. 2014, Dasar-Dasar Hukum Pidana di November 2022 Pukul 22.10 WITA.
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika.
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 30 - 46) https://ojs.unm.ac.id 37
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
38 ___Analisis Tindak Pidana Kolusi dan Nepotisme dalam Undang-Undang..., Muhammad Arfandy Amran, dkk
Pembatasan atau indikator dari delik diatur dalam Pasal 1365 BW (Burgerlijk
khususnya pada Tindak Pidana Kolusi Wetboek). Kerugian tersebut tersusun
dan Tindak Pidana Nepotisme yang harus secara alternatif. Tidak harus terpenuhi
termuat secara jelas pada delik maupun keseluruhan unsur dari Pasal 1 Ayat 4
pada bagian penjelasan yang merupakan Undang- Undang-undang KKN. Artinya
satu kesatuan dengan batang tubuh apabila salah satu diantara ketiga pihak
undang-undangnya. tersebut dirugikan, maka rumusan delik
Oleh karena ketidakjelasan unsur ini sudah dapat dikategorikan telah
delik pada frasa kerugian orang lain, memenuhi unsur.
masyarakat, dan/atau negara Selanjutnya, mengenai bagaimana
menyebabkan sulitnya untuk menentukan menentukan sifat kerugian atau status
jenis perbuatan mana yang dikategorikan kerugian terhadap orang lain, masyarakat,
sebagai praktik kolusi dan nepotisme. Hal atau negara. Menurut Penulis,
tersebut dapat berakibat terhadap berdasarkan interpretasi di atas, maka
Undang-undang KKN menjadi non kerugian tersebut dapat didasarkan pada
aplikatif. Ketidakjelasan unsur tersebut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
tentunya membutuhkan penjelasan atau 25/PUU-XIV/2016 tentang frasa
uraian yang lebih jelas sehingga kerugian, artinya bahwa kerugian
penafsiran yang digunakan juga menjadi tersebut adalah kerugian nyata atau
seragam dan tidak multitafsir bagi para actual loss. Hal tersebut haruslah terlebih
penegak hukum. Kondisi tersebut dahulu diperiksa atau diaudit oleh Badan
seharusnya menjadi tugas para pembuat Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk
undang-undang untuk dapat menentukan kerugian formil dari
mengevaluasi dan merekonstruksi konsep perbuatan yang ditimbulkan.
delik dan unsurnya melalui revisi Apabila kita mencermati konsep di
Undang-undang KKN, atau minimal atas, maka dapat dilihat bahwa sifat delik
melahirkan peraturan pemerintah sebagai ini nantinya adalah delik materil, yang
turunan undang-undang tersebut yang berarti bahwa perbuatan kolusi dan
dapat menjelaskan maksud dari unsur nepotisme tersebut haruslah memberikan
tersebut secara jelas dan tidak multitafsir. dampak terlebih dahulu kepada orang
Dengan lahirnya aturan yang tidak multi lain, atau masyarakat, atau negara. Dari
tafsir maka setidaknya arti atau makna rumusan tersebut pula dapat dilihat
kerugian orang lain, masyarakat, dan/atau bahwa delik ini nantinya merupakan delik
negara dapat dimaknai secara seragam yang bersifat alternatif, artinya bahwa
dan jelas untuk kemudian dapat tidak keseluruhan dampak kerugian itu
memberlakukan undang-undang ini harus terbukti, namun cukup salah satu
secara lebih aplikatif. dari ketiga unsur tersebut terbukti, maka
Berdasarkan uraian tersebut, maka unsur kerugian orang lain, masyarakat,
Penulis akan mencoba memberikan atau negara telah terbukti memenuhi
pemaknaan tentang frasa kerugian orang unsur delik.
lain, masyarakat, dan negara. Kerugian
orang lain, masyarakat, dan negara Penegakan Hukum dalam Tindak
menurut Penulis adalah menyebabkan Pidana Kolusi dan Nepotisme
atau dihasilkannya kerugian terhadap berdasarkan Undang-Undang Nomor
orang lain, masyarakat atau negara dari 28 Tahun 1999 tentang
perbuatan kolusi atau nepotisme. Frasa Penyelenggaraan Negara yang Bebas
kerugian tersebut dapat berupa kerugian dan Bersih dari Korupsi, Kolusi dan
materil maupun non materil sebagaimana Nepotisme (KKN)
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 30 - 46) https://ojs.unm.ac.id 39
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
40 ___Analisis Tindak Pidana Kolusi dan Nepotisme dalam Undang-Undang..., Muhammad Arfandy Amran, dkk
mendukung bahwa telah terjadi suatu dalam bab yang mengatur tentang
tindak pidana.13 ketentuan sanksi pidana. Pada ketentuan
Selain daripada itu, Majelis Hakim tersebut mengatur secara eksplisit
cenderung menggunakan delik Undang- mengenai subjek hukum, perbuatan-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana perbuatan atau unsur-unsur yang dilarang
Korupsi oleh karena politik hukum maupun sanksi pidana yang mengatur
maupun budaya hukum dalam Tindak standar minimal dan maksimal
Pidana Kolusi maupun Tindak Pidana hukumannya. Namun dalam Undang-
Nepotisme belum terlalu jelas terlihat undang KKN terdapat beberapa rumusan
sehingga menjadi lebih beralasan bagi yang dikategorikan sebagai tindak pidana
Majelis Hakim pada tingkat kasasi untuk namun penempatan ketentuan subjek
memutus perkara ini dengan delik pada hukum, perbuatan atau unsur dan sanksi
Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan pidananya tidak lazim. Ketidaklaziman
Tindak Pidana Korupsi. Di samping itu disebabkan oleh karena subjek hukum
politik hukum dan budaya hukum yang dan unsur perbuatan yang dilarang diatur
selama ini lebih cenderung menguat pada dalam bab tentang Ketentuan Umum,
penindakan dan pemberantasan Tindak sementara sanksinya diatur pada bagian
Pidana Korupsi, juga terlihat bahwa yang berbeda yakni pada bab tentang
dalam delik sebagaimana diatur dalam ketentuan sanksi pidana.
Undang-undang KKN, Kolusi dan a. Kompetensi absolut pengadilan tidak
Nepotisme tidak dapat diinterpretasikan jelas
secara lebih jelas oleh karena perangkat Persoalan selanjutnya mengenai
undang-undang maupun doktrin-doktrin kompetensi absolut peradilan yang
yang selama ini berkembang terkait menangani perkara. “Kompetensi absolut
Tindak Pidana Kolusi dan Tindak Pidana merupakan kewenangan pengadilan
Nepotisme belumlah memadai. untuk mengadili suatu perkara menurut
Dalam melihat kondisi penegakan obyek, materi atau pokok sengketa. Pada
hukum khususnya dalam Tindak Pidana Undang-undang KKN tentang
Kolusi dan Nepotisme, Penulis akan Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
melihat dari tiga sudut pandang Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
sebagaimana pendapat Lawrence Nepotisme (KKN)” tidak memberikan
Freidmann bahwa dalam melihat suatu penjelasan yang jelas kompetensi absolut
sistem hukum maka ada tiga indikator yang berwenang untuk mengadili, apakah
yang digunakan yakni substansi hukum, dia masuk dalam kompetensi peradilan
struktur hukum dan kultur/budaya pidana umum atau masuk dalam
hukum. Untuk selanjutnya, Penulis akan kompetensi peradilan pidana korupsi.
menguraikan terkait substansi hukum, b. Subjek penyelenggara negara
struktur hukum dan kultur hukum dalam terbatas.
penegakan hukum dalam Tindak Pidana Subjek penyelenggara negara dalam
Kolusi dan Tindak Pidana Nepotisme Undang-undang KKN diatur dalam
berikut ini. ketentuan umum Pasal 1 yang mengatur
Substansi Hukum: Rumusan tindak bahwa “penyelenggara negara
pidana dalam Ketentuan Umum yang merupakan pejabat Negara yang
tidak lazim. Ketentuan rumusan delik menjalankan fungsi eksekutif, legislatif,
dalam berbagai peraturan perundang- atau yudikatif, dan pejabat lain yang funsi
undangan di Indonesia umumnya diatur dan tugas pokoknya berkaitan dengan
13
Harkristuti Harkrisnowo, Perundang-Undangan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, Jurnal Kriminologi
yang Merupakan Upaya Penanggulangan Kejahatan Indonesia 2. No. 1 (2020): 4.
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 30 - 46) https://ojs.unm.ac.id 41
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
42 ___Analisis Tindak Pidana Kolusi dan Nepotisme dalam Undang-Undang..., Muhammad Arfandy Amran, dkk
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 30 - 46) https://ojs.unm.ac.id 43
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
44 ___Analisis Tindak Pidana Kolusi dan Nepotisme dalam Undang-Undang..., Muhammad Arfandy Amran, dkk
14 15
Nasaruddin Umar 2019, Hukum Tindak Pidana Zainal Arifin Mochtar dan Eddy O.S. Hiariej, 2022,
Korupsi di Indonesia dan Strategi Khusus Pembinaan Dasar-dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Perpustakaan
Narapidana Korupsi, Ambon: LP2M IAIN Ambon. Nasional, Katalog dalam Terbitan.
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
Volume XVIII Nomor 1, April 2023 (halaman 30 - 46) https://ojs.unm.ac.id 45
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369
46 ___Analisis Tindak Pidana Kolusi dan Nepotisme dalam Undang-Undang..., Muhammad Arfandy Amran, dkk
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Jurnal:
Arifin Mochtar, Z. dan Eddy O.S. Hiariej. Dahlia H. Ma’u, 2014. Korupsi Kolusi
2022. Dasar-dasar Ilmu Hukum. dan Nepotisme Dalam
Jakarta: Perpustakaan Nasional, Perspektif Hukum Islam, Jurnal
Katalog dalam Terbitan. Al-Syir’ah. 2 (1): 8.
Hartanti, E. 2016. Tindak Pidana Dahniati. 2020. Nepotisme dalam
Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika. Perspektif Hukum Pidana
Ilyas, A. 2012. Asas-asas Hukum Pidana. Indonesia”. JOM Fakultas
Yogyakarta: Rangkang Hukum Universitas Riau. 8 (1):
Education. 2.
Irwansyah. 2020. Penelitian Hukum Exel Pattiasina. 2019. Sanksi Pidana
(Pilihan Metode & Praktik Terhadap Penyelenggara Negara
Penulisan Artikel). Yogyakarta: Akibat Melanggar Undang-
Mirra Buana Media. Undang Nomor 28 Tahun 1999
Lamintang, P.A.F. dan Theojunior Tentang Penyelenggaraan
Lamintang, F. 2014. Dasar- Negara yang Bersih dan Bebas
Dasar Hukum Pidana di Dari Korupsi, Kolusi, Dan
Indonesia. Jakarta: Sinar Nepotisme, Lex Crimen. 8 (3): 5.
Grafika. Harkristuti Harkrisnowo. 2020.
Kristiana, Y. 2016, Pemberantasan Perundang-Undangan yang
Tindak Pidana Korupsi Merupakan Upaya
Perspektif Hukum Progresif, Penanggulangan Kejahatan
Jakarta: Sinar Grafika. Kolusi, Korupsi dan Nepotisme,
Maharso dan Sujawardi, T. 2018. Jurnal Kriminologi Indonesia 2
Fenomena Korupsi dari Sudut (1): 4.
Pandang Epidemiologi. Indah Sari. 2020. Perbuatan Melawan
Yogyakarta: CV Budi Utama. Hukum (PMH) dalam Hukum
Nurdin, I. 2017. Etika Pemerintahan: Pidana dan Hukum Perdata.
Norma, Konsep, dan Praktek Jurnal Ilmiah Hukum
bagi Penyelenggara Universitas Dirgantara. 11 (11):
Pemerintahan. Yogyakarta: 69.
Lintang Rasi Aksara.
Saddam Rivanie Parawansa, S. 2022.
Hukum Pidana Terorisme
(Hakikat Sanksi dan Pengaturan
Terorisme di Indonesia).
Jogjakarta: Penerbit KBM.
Umar, N 2019. Hukum Tindak Pidana
Korupsi di Indonesia dan
Strategi Khusus Pembinaan
Narapidana Korupsi. Ambon:
LP2M IAIN Ambon.
p-ISSN1412 – 517X
Supremasi: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum, & Pengajarannya e-ISSN 2720 – 9369