Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN:

PERAN PENEGAK HUKUM DALAM MENEGAKKAN HUKUM DI


INDONESIA
Dosen Pengampu : Siti Nuraini, M.Pd.

Kelas R-40

DISUSUN OLEH
Dedek Agung Kurniawan_121330027

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


LAMPUNG SELATAN
2023
Abstrak
Di dalam UUD 1945 pasal 1 ayatt3 dikatakan bahwa Negara Indonesia adalah
negara hukum. Negara hukum yang dimaksud di sini berartiibahwa negara
yang,menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Secara umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara hukum terdapat
tiga prinsip dasar, yaitu supremasi hukum, kesetaraan di hadapan hukum, dan
penegakan hukum dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum. Secara
konsepsional, sebagaimana diatur di dalam UU No. 48 Tahun 2009 dijelaskan
bahwa aparat penegak hukum itu terdiri dari polisi, jaksa, advokat dan hakim.
Dalam proses penegakan hukum, subjek hukum yang paling utama adalah polisi,
jaksa, hakim dan pengacara. Permasalahan hukum di Indonesia dapat disebabkan
oleh beberapa hal di antaranya, yaitu sistem peradilannya, perangkat hukumnya,
inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun perlindunga n
hukum. Penegakan hukum di Indonesia masih dipengaruhi oleh penegak hukum itu
sendiri, di mana uang dan kenalan bisa mempengaruhi hukum.
Kata Kunci: hukum, penegak hukum

Abstract
In the 1945 Constitution article 1 paragraph 3 it is said that the State of Indonesia
is a state of law. The state of law referred to here means that the state upholds the
rule of law to uphold truth and justice. In general, in every country that adheres to
the idea of the rule of law there are three basic principles, namely the rule of law,
equality before the law, and law enforcement in a way that does not conflict with
the law. Conceptually, as stipulated in Law No. 48 of 2009, it is explained that law
enforcement officers consist of police, prosecutors, advocates and judges. In the
process of law enforcement, the main subjects of law are police, prosecutors, judges
and lawyers. Legal problems in Indonesia can be caused by several things,
including the justice system, legal instruments, inconsistencies in law enforcement,
power intervention, and legal protection. Law enforcement in Indonesia is still
influenced by law enforcement itself, where money and acquaintances can affect
the public.
Keywords: law, law enforcement

PENDAHULUAN
Di dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 3 dikatakan bahwa “Negara Indonesia adalah
negara hukum”. Negara hukum yang dimaksud disini berarti bahwa negara yang
menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Secara
umum, dalamssetiap negara yanggmenganut paham negaraahukum terdapat tiga
prinsip dasar, yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan dihadapan
hukum (equality before the law), dan penegakan hukum dengan cara yang tidak
bertentangan dengan hukum (due process of law). Negara Indonesia mewujudkan
cita-cita hukumnya menurut Pasal 27(1).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi: “Segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
mentaati undang-undang ini dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Oleh karena itu, sikap dan perilaku politik aparatur negara dan penduduk ( warga
negara dan orang asing) harus berdasarkan dan tunduk pada hukum.Pada ha l
permasalahan hukum di Indonesia dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain
sistem hukum, perangkat hukum, inkonsistensi penegakan hukum, lemahnya
kekuatan dan perlindungan hukum, hukum yang berbeda tersebut. celah terlihat
jelas pada sifat masyarakat bawah dan kelas atas. Berbagai kesenjangan hukum itu
nampak dialam ioleh masyarakat bawah dan masyarakat atas seperti salah satu
contoh dimana kasus pesta anak ulama yang masanya hadir sangat banyak di masa
pandemi dijerat hukum sementara masyarakat kalangan atas seperti kasus artis yang
menikahkan anaknya yang dihadiri pejabat negara malah tidak tersentuh sama
sekali dengan hukum. Padahal sama sama dilaksanakan ditengah pandemi.
Beberapa contoh lain, yaitu adanya tersangka kasus BLBIi yang di SP3 oleh KPK
sehingga dia bebas padahal negara dirugikan 4, 5 triliun lebih sementara masyarakat
kecil yang mencuri 3 buah kakao harus divonis hukum padahal kerugian yang
ditaksir tidak seberapa. Dari beberapa kasus di atas dapat ditarik kesimpula n
sementara bahwa penegakan hukum di Indonesia masih dipengaruhi oleh penegak
hukum itu sendiri, dimana uang dan kenalan bisa mempengaruhi hukum.

METODE
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitia n
kajian pustaka atau studi kepustakaan, yaitu berisi teori-teori yang relevan dengan
masalah masalah penelitian. Adapun masalah pada penelitian ini adalah “Peran
Penegak Hukum dalam Penegakan Hukum Di indonesia”. Adapun jenis penelitia n
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library
research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya
tulis ilmiah yang bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang
bersifat kepustakaan, atau telah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu
masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalami terhadap
bahan-bahan pustaka yang relevan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penegakan hukum adalah proses pemenuhan keinginan dalam hukum sehingga
menjadi kenyataan dan masyarakat mengikutinya. masyarakat Indonesia Semakin
banyak orang merindukan polisi yang berwibawa untuk menegakkannya rasa
keadilan dan ketenangan yang menenangkan. lembaga penegak hukum bisa
dibingkai mencoba untuk menerapkan hukum sebagaimana mestinya, Memantau
pelaksanaannya untuk memastikan bahwa pelanggaran tidak terjadi, dan kapan
pelanggaran itu terjadi Pelanggaran untuk mengembalikan hukum yang dilanggar,
agar dapat ditegakkan kembali. Penegakan hukum merupakan kegiatan
harmonisasi hubungan nilai yang digambarkan sebagai prinsip tetap dan sikap
terhadap tindakan urutan terjemahan dari nilai tingkat terakhir. Buat, simpan, dan
untuk memelihara ketentraman sosial. penegakan hukum terhadap kejahatan Di
Indonesia mengacu pada pendekatan standar hukum yang bersifat punitif memilik i
efek pencegahan. Tanpa rasa damai, ada pembangunan Negara-negara dengan
berbagai masalah menghadapi kendala. Jadi, untuk kemajuan maksimal, patuhi
hukum dan lindungi keamanannya membutuhkan lembaga penegak hukum.
Berdasarkan UU No. 48 Tahun 2009 dijelaskan bahwa aparat penegak hukum itu
terdiri dari: polisi, jaksa, advokat dan hakim. Dalam proses penegakan hukum
subjek hukum yang paling utama adalah polisi, jaksa, hakim dan pengacara. Para
penegak hukum dapat ditinjau dari berbagai perspektif sebagai individu atau
manusia dengan kualitas, kualifikasi dan kultur kerjanya masing- masing sehingga
peran dari pejabat penegak hukum sangat dominan. Selain itu peran kelembagaan
atau institusi penegak hukum dengan masalah-masalah masing- masing belum
terinstutisionalisasikan secara rasional dan inpersonal. Di samping itu, penegakan
hukum memerlukan keteladanan dan kepemimpinan sehingga dapat menjadi
penggerak dan inspirator penegakan hukum yang pasti dan efektif dalam mencapai
keadilan. Integritassdan loyalitas menjadi dambaan bagi penegakan hukum yang
menjunjung tinggi supremasi hukum. Tetapi ironisnya yang kerap kali terjadi setiap
yang berperkara dipengadilan pada umumnya ingin menang bukan untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran.
Faktor lain yang sama pentingnya dalam kepolisian adalah pembangunan uji coba
gratis untuk memastikan perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia bagi rakyat benar-benar aturan hukum yang bebas dan tidak memihak.
Indonesia menganut rule of law sebagai negara, maka menurut UUD 1945,
peradilan harus mandiri dan tidak memihak. Saat menyelesaikan kasus, faktor
manusia sangat penting dan dalam hal ini hakim. Di Indonesia, faktor manusia
kurang diperhatikan, seperti mempertimbangkan latar belakang, pendidikan dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam pengambilan keputusan. Oleh karena
itu, bentuk kerja hakim merupakan proses yang lebih menyeluruh. Peradilan
dipandang sebagai bagian atau kelanjutan dari gagasan dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa salah satu penyebab lemahnya
penegakan hukum di Indonesia adalah masih rendahnya moralitas aparat penegak
hukum (hakim, polisi, jaksaadan advokat) serta judicial corruption yang sudah
terlanjur mendarah daging sehingga sampai saat ini sulit sekali diberantas.
Ketidakmampuan penegakan hukum diakibatkan profesionalisme aparat yang
kurang, sedangkan ketidakmauan penegakan hukum berkait masalah KKN
(Korupsi.Kolusi dan Nepotisme) yang dilakukan oleh aparat hukum sudah menjadi
rahasia umum.
Berbagai hal sudah bergeser dari amanah konstitusi namun kita tidak sepantasnya
untuk menyalahkan sepenuhnya kegagalan tersebut kepada para penegak hukum
atau pihak-pihak yang menjalankan hukum karena bagaimanapun masyarakat
adalah pemegang hukum dan tempat hukum tersebut berpijak. Semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” merupakan entri yang sangat menuju masyarakat
kewargaan. Masyarakat kewargaan pertama-tama akan mempersoalkan siapa-siapa
yang termasuk ke dalam kategori warga atau kewargaan dalam masyarakat. Kalau
kita belajar dari pengalaman, maka semboyan “Bhineka Tunggal Ika” lebih
memberi tekanan pada aspek ”Tunggal”, sehingga memaksa eksistensi pluralis me,
demi ketunggalan atau kesatuan
KESIMPULAN
Penegakan hukum adalah proses pemenuhan keinginan dalam hukum sehingga
menjadi kenyataan dan masyarakat mengikutinya. Masyarakat Indonesia semakin
banyak orang merindukan polisi yang berwibawa untuk menegakkannya rasa
keadilan dan ketenangan yang menenangkan. lembaga penegak hukum bisa
dibingkai mencoba untuk menerapkan hukum sebagaimana mestinya, Memantau
pelaksanaannya untuk memastikan bahwa pelanggaran tidak terjadi, dan kapan
pelanggaran itu terjadi Pelanggaran untuk mengembalikan hukum yang dilanggar,
agar dapat ditegakkan kembali. Penegakan hukum merupakan kegiatan harmonisas i
hubungan nilai yang digambarkan sebagai prinsip tetap dan sikap terhadap tindakan
urutan terjemahan dari nilai tingkat terakhir.
Para penegak hukum dapat ditinjau dari berbagai perspektif sebagai individu atau
manusia dengan kualitas, kualifikasi dan kultur kerjanya masing- masing sehingga
peran dari pejabat penegak hukum sangat dominan. Selain itu peran kelembagaan
atau institusi penegak hukum dengan masalah-masalah masing- masing belum
terinstutisionalisasikan secara rasional dan inpersonal.

DAFTAR PUSTAKA
Fadhlin Ade Candra, F. J. (2021). Peran Penegak Hukum dalam Penegakan
Hukum di Indonesia. Edu Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial, dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1); 41-50.
Mahardika, R.E., et.al. (2020). Persepsi Mahasiswa Terhadap Radikalisme: Studi
Penelitian Deskriptif di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Risalah: Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam, 6(1)
Soekanto, Soerjono. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai