4/Jun/2018
101
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
halnya dengan penyakit lain korupsi merupakan Sesungguhnya Indonesia negara kaya, tetapi
yang berkembang termasuk Indonesia karena korupsi terus merajalela maka
digambarkan seolah-olah korupsi sebagai kesejahteraan yang mestinya dapat dinikmati
penyakit sosial yang menyebar luas dan berada oleh rakyat semakin banyak semakin jauh dari
di mana-mana sehingga timbul anggapan telah harapan. Misalnya saat ini, jumlah orang miskin
membudaya. di Indonesia sangat memprihatinkan.
Pemerintah Indonesia dalam upaya International Labour Organisation (ILO)
memberantas tindak pidana korupsi dapat memperkirakan jumlah orang miskin secara riil
dikatakan belum berhasil. Ini sangat berdampak di Indonesia mencapai 129,6 juta orang, atau
bagi kehidupan di masyarakat walaupun dalam sekitar 66,3% dari seluruh jumlah penduduk
prakteknya ikut melibatkan peran serta (namun ukuran kemiskinan Indonesia berbeda,
Organisasi Masyarakat atau Lembaga Swadaya sehingga angka kemiskinannya sekitar 13-15%).
Masyarakat dalam pemberantasan tindak Kondisi ini terjadi menurut hemat saya
pidana korupsi. disebabkan suburnya korupsi di republik ini.3
Di tengah-tengah memperingati hari anti
B. Perumusan Masalah korupsi international yang jatuh setiap tanggal 9
1. Bagaimana kedudukan hukum Ormas dalam Desember, di mana perayaan hari korupsi
pemberantasan tindak pidana korupsi di sedunia pada tahun ini, Lembaga Swadaya
Indonesia? Masyarakat Transparency International
2. Bagaimana peran serta Ormas dalam Indonesia (TII), menyampaikan laporannya yang
pemberantasan tindak pidana korupsi? menempatkan Partai Politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga paling
C. Metodologi Penelitian korup di Indonesia. Sedangkan lembaga lain
Metode penelitian yang digunakan dalam adalah peradilan, dan kepolisian.4
penelitian ini adalah penelitian hukum normatif Peran serta masyarakat dalam
atau penelitian hukum kepustakaan. Dengan penyelenggaraan negara diatur dalam Peraturan
cara menganalisis peraturan-peraturan, Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 Tentang Cara
yurisprudensi dan tulisan-tulisan, laporan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun
penelitian, jurnal, yang berhubungan dengan 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
objek yang akan diteliti. mengenai Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara.
HASIL DAN PEMBAHASAN Disebutkan dalam peraturan ini, bahwa yang
A. Kedudukan Hukum Organisasi Masyarakat dimaksud dengan peranserta masyarakat adalah
Dalam Pemberantasan Tindak Pidana peran aktif masyarakat untuk ikut serta
Korupsi Di Indonesia mewujudkan penyelenggara negara yang bersih
Upaya pencegahan dan pemberantasan dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,
tindak pidana korupsi yang mengikutsertakan yang dilaksanakan dengan menaati norma
Organisasi Masyarakat atau Lembaga Swadaya hukum, moral dan sosial yang berlaku dalam
Masyarakat (LSM) telah diatur dalam The United masyarakat. Secara lebih khusus peran serta
Nations Convention Against Corruption (UNCAC) masyarakat dalam pemberantasan tindak pidana
2003, khususnya pada Pasal 13 disebutkan korupsi diatur dalam Peraturan Pemerintah
antara lain, bahwa masing-masing negara pihak Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000
wajib mengambil tindakan-tindakan yang tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
semestinya, dalam kewenangannya sesuai Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam
dengan prinsip-prinsip dasar hukum internalnya, Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
meningkatkan partisipasi aktif perorangan dan Korupsi.
kelompok di luar sektor publik, seperti
masyarakat sipil, organisasi-orgaisasi non
pemerintah (NGO/LSM) dan organisasi- 3
Edi Suharto, 2006, Membangun Masyarakat
organisasi berbasis masyarakat. Memberdayakan Rakyat, PT Refika Aditama, Bandung, hlm.
Masalah besar yang dihadapi bangsa 136.
4
Indonesia saat ini adalah masalah korupsi. Emerson Yuntho, 2011, Tantangan dan Strategi Korupsi.
PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 11.
102
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
103
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
104
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
Kedudukan Kedudukan
Organisasi Organisasi
No. Landasan Hukum Masyarakat atau No. Landasan Hukum Masyarakat atau
Lembaga Swadaya Lembaga Swadaya
Masyarakat Masyarakat
mewujudkan Masyarakat dan memberikan
negara yang Pemberian informasi adanya
bersih dan bebas Penghargaan dugaan terjadi
dari Korupsi, Dalam Pencegahan tindak pidana
Kolusi dan dan korupsi.
Nepotisme Pemberantasan - Organisasi
6. - Pasal 41 dan 42 UU - Tindak Pidana Masyarakat atau
No. 31 Tahun 1999 Masyarakat/ Korupsi Lembaga Swadaya
jo. No. 20 Tahun Lembaga Swadaya Masyarakat yang
2001 tentang Masyarakat telah berjasa
Pemberantasan diharapkan dapat membantu
tindak Pidana membantu upaya pencegahan dan
Korupsi pencegahan dan pemberantasan
pemberantasan tindak pidana
tindak pidana korupsi berhak
korupsi. mendapat
- Pemerintah penghargaan.
memberikan 9. - UU No. 25 Tahun - Dalam
penghargaan 2004 tentang perencanaan
kepada mereka Sistem pembangunan
yang telah berjasa Perencanaan nasional harus
membantu upaya Pembangunan melibatkan
pencegahan dan Nasional masyarakat/Lemb
pemberantasan aga Swadaya
korupsi. Masyarakat
7. - Peraturan - Diharapkan melalui
Pemerintah No. 68 partisipasi musyawarah
Tahun 1999 peranserta perencanaan
tentang Tata Cara masyarakat/ pembangunan.
Pelaksanaan Lembaga Swadaya -
Peranserta Masyarakat untuk Masyarakat/
Masyarakat ikut mewujudkan Lembaga Swadaya
penyelenggara Masyarakat
yang bersih dan diharapkan
bebas dari memberikan
Korupsi, Kolusi masukan baik
dan Nepotisme lisan maupun
dengan mentaati tertulis dalam
hukum, moral, pembahasan
dan norma sosial rancangan
yang berlaku. peraturan daerah.
8. - Peraturan - Organisasi Sumber : Bahan Hukum Primer (diolah dari
Pemerintah Nomor Masyarakat atau bahan hukum primer).
71 Tahun 2000 Lembaga Swadaya
tentang Tata Cara Masyarakat Tabel di atas menunjukkan bahwa
Pelaksanaan berhak mencari, kedudukan hukum Organisasi Masyarakat atau
Peranserta memperoleh dan Lembaga Swadaya Masyarakat kuat karena
105
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
sebagai negara demokrasi rakyat menempati berjalan hampir di seluruh lini kehidupan,
posisi yang pertama. baik di instansi pemerintahan maupun di
Berdasarkan kajian Komisi Pemberantasan lembaga kemasyarakatan karena segala
Tindak Pidana Korupsi, setidaknya ada delapan sesuatu diukur dengan uang. Lahirlah
penyebab terjadinya tindak pidana korupsi di kebiasaan plesetan kata-kata seperti KUHP
Indonesia, sebagai berikut :6 (Kasih Uang Habis Perkara), Tin (Ten
1. Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru persen), Ketuhanan Yang Maha Esa
Sebagai negara yang baru merdeka atau (Keuangan Yang Maha Kuasa), dan
negara yang baru berkembang, seharusnya sebagainya.
prioritas pembangunan di bidang 5. Hukuman yang Ringan terhadap Koruptor
pendidikan. Tetapi, selama puluhan tahun, Disebabkan law enforcement tidak berjalan
mulai dari Orde Lama, Orde Baru sampai di mana aparat penegak hukum bisa
orde reformasi ini, pembangunan dibayar, mulai dari polisi, jaksa, hakim dan
difokuskan di bidang ekonomi. Padahal pengacara, maka hukuman yang dijatuhkan
setiap negara yang baru merdeka, terbatas kepada para kruptor sangat ringan sehingga
dalam memiliki SDM, uang, manajemen dan tidak menimbulkan efek jera bagi koruptor.
teknologi. Konsekuensinya, semuanya Bahkan tidak menimbulkan rasa takut
didatangkan dari luar negeri yang pada dalam masyarakat sehingga pejabat dan
gilirannya, menghasilkan penyebab korupsi pengusaha tetap melakukan proses KKN.
yang kedua. 6. Pengawasan yang Tidak Efektif
2. Kompensasi PNS yang Rendah Dalam sistem manajemen yang modern
Wajar saja negara yang baru merdeka tidak selalu ada instrumen yang disebut internal
memiliki uang yang cukup untuk membayar control yang bersifat in build dalam setiap
kompensasi yang tinggi kepada unit kerja, sehingga sekecil apa pun
pegawainya. Tetapi disebabkan prioritas penyimpangan akan terdeteksi sejak dini
pembangunan di bidang ekonomi sehingga dan secara otomatis pula dilakukan
secara fisik dan cultural melahirkan pola perbaikan. Internal kontrol disetiap unit
konsumerisme, sehingga sekitar 90% PNS tidak berfungsi karena pejabat atau
melakukan KKN. Baik berupa korupsi waktu, pegawai terkait ber-KKN. Konon, untuk
melakukan kegiatan pungli maupun mark mengatasinya dibentuklah Irjen dan
up kecil-kecilan demi menyeimbangkan Bawasda yang bertugas melakukan internal
pemasukan dan pengeluaran audit. Malangnya, sistem besar yang
pribadi/keluarga. disebutkan di butir 1 di atas tidak
3. Pejabat yang Serakah mengalami perubahan, sehingga Irjen dan
Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan Bawasda pun turut bergotong royong
oleh system pembangunan seperti di atas dalam menyuburkan KKN.
mendorong pejabat untuk menjadi kaya 7. Tidak Ada Keteladanan Pemimpin
secara instant. Lahirlah sikap serakah di Ketika resesi ekonomi (1997), keadaan
mana pejabat menyalahgunakan wewenang perekonomian Indonesia sedikit lebih baik
dan jabatannya, melakukan mark up dari Thailand. Namun, pemimpin di
proyek-proyek pembangunan, bahkan Thailand memberi contoh kepada rakyatnya
berbisnis dengan pengusaha, baik dalam dalam pola hidup sederhana dan satunya
bentuk menjadi komisaris maupun sebagai kata dengan perbuatan, sehingga lahir
salah seorang share holder dari perusahaan dukungan moral dan material dari anggota
tersebut. masyarakat dan pengusaha. Dalam waktu
4. Law EnforcementTidak Berjalan relatif singkat, Thailand telah mengalami
Disebabkan para pejabat serakah dan PNS- recovery ekonominya. Di Indonesia, tidak
nya KKN karena gaji yang tidak cukup, maka ada pemimpin yang bisa dijadikan teladan,
boleh dibilang penegakan hukum tidak maka bukan saja perekonomian negara
yang belum recovery bahkan tatanan
6
Abdulah Hehamahua, 2006, Buku Saku Untuk Memahami kehidupan berbangsa dan bernegara makin
Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi, mendekati jurang kehancuran.
Jakarta, hlm. 3-4.
106
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
107
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
108
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
109
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
12
Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 45. Ridwan Zachri dan Wijayanto, 2009, Korupsi Mengorupsi
11
I.K. Rai Setiabudi, Op-cit, hlm. 51. di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 25.
110
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
Pengesahan Konvensi PBB Anti Korupsi 2003. demokrasi dalam mewujudkan partisipasi
Pasal 8 Undang-undang Nomor 25 tahun 1999, masyarakat.
yaitu peran serta masyarakat dalam Peran serta Ormas atau LSM dalam
penyelenggaraan negara merupakan hak dan pemberantsan tindak pidana korupsi di
tanggungjawab masyarakat untuk ikut Indonesia sudah nyata dan mendapat dukungan
mewujudkan penyelenggaraan negara yang positif dari masyarakat sebagai kekuatan
bersih. Landasan filosofisnya, yaitu, penyeimbang. Organisasi Masyarakat anti
perlindungan terhadap pelayanan, keadilan dan korupsi di Indonesia seperti Transparency
kesejahteraan. sebagai perspektif keadilan International Indonesia (TII), Indonesia
sesuai dengan sila kelima, yakni keadilan sosial Corruption Watch (ICW), Solidaritas Masyarakat
bagi seluruh rakyat Indonesia. Anti Korupsi (SAMAK) dan Gerakan Mahasiswa
Peran serta Organisasi Masyarakat di masa Anti Korupsi merupakan jaringan global anti
datang dalam pemberantasan tindak pidana korupsi yang mempromosikan transparansi dan
korupsi dapat ditingkatkan melalui pemberian akuntabilitas kepada lembaga-lembaga negara,
hak untuk mengajukan alat-alat bukti dalam partai politik, pebisnis dan masyarakat sipil. Dan
proses pemeriksaan perkara koropsi atau secara konsisten melakukan pengukuran korupsi
mengajukan keberatan atau gugatan terhadap melalui indeks prestasi korupsi yang
penegak hukum yang menangani perkara tindak dipublikasikan melalui media masa seperti
pidana korupsi yang telah menghentikan Koran, majalah, radio dan televisi.
penyidikan atau penuntutan atau tidak
melaksanakan eksekusi tanpa alasan yang sah B. Saran
dan dapat dipertanggung jawabkan. Diharapkan Ormas atau LSM anti korupsi di
Hak ini diberikan dengan pertimbangan, Indonesia terus berjaya, pantang mundur dalam
Landasan teoritik bahwa Hakim tidak boleh pemberantasan korupsi dengan mengungkap
menjatuhkan pidana kepada seseorang keeuali dan mengukur indeks prestasi korupsi di
apabila dengan sekurang-kurangnya dua aJat Indonesia dan dipublikasikan lewat media
bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa massa. Karena telah diberikan kedudukan yang
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan kuat oleh pemerintah melalui aturan-aturan
bahwa terdakwalah yang bersalah yang ada dan dukungan yang positif dari
melakukannya. Karena itu alat bukti merupakan masyarakat.
hal yang sangat penting dalam perkara korupsi. Seyogianya Ormas atau LSM yang secara
Adapun alat-alat bukti yang sah berdasarkan nyata telah berperan aktif dalam
Pasal 184 KUHAP ialah keterangan saksi, pemberantasan tindak pidana korupsi di
keterangan ahli, surat-surat, petunjuk, dan Indonesia seperti TII, ICW, SAMAK dan Gerakan
keterangan terdakwa.13 Mahasiswa Anti Korupsi secara rutin mendapat
premi atau tunjangan dana sebagai
KESIMPULAN DAN SARAN penghargaan sebagaimana diatur dalam Pasal 7
A. Kesimpulan PP No. 71 Tahun 2000 yang dianggarkan dalam
Kedudukan hukum Organisasi Masyarakat APBD di setiap daerah agar dapat lebih berperan
(Ormas) atau Lembaga Swadaya Masyarakat aktif dalam pemberantasan korupsi karena
(LSM) kuat karena sebagai negara demokrasi semua organisasi memerlukan dana operasional.
rakyat menempati posisi yang pertama sehingga
kebebasan berserikat dan berkumpul bagi setiap DAFTAR PUSTAKA
orang maupun Organisasi Masyarakat atau Abdulah Hehamahua. Buku Saku Untuk Memahami
Lembaga Swadaya Masyarakat dijamin oleh Tindak Pidana Korupsi. Komisi
Undang-undang Dasar, TAP MPRI, Undang- Pemberantasan Korupsi, Jakarta. 2006.
undang, Peraturan Menteri dan Instruksi Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia (Masalah dan
Menteri. Organisasi Masyarakat mendapat Pencegahannya. PT Gramedia, Jakarta. 1984.
dukungan yang kuat dari masyarakat karena Edi Suharto. Membangun Masyarakat
Organisasi Masyarakat merupakan pilar Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama,
Bandung. 2006.
13
Andi Hamzah, 2005, Perbandingan Pemberantasan
Korupsi Di Berbagai Negara, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 97.
111
Lex Et Societatis Vol. VI/No. 4/Jun/2018
112