Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Hukum Respublica, Vol. 18, No.

1 Tahun 2018 : 1 - 13

Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia:


Antara Faktor Penyebab dan Penegakan Hukum

Ridwan Arifin Oemara Syarief∗, Devanda Prastiyo


Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang
Jalan Soekarno-Hatta, Tlogosari, Pedurungan, Semarang

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab korupsi kolektif
di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode penelitian yang diterapkan
penelitian normatif dengan membandingkan kasus, undang-undang dan
peraturan, dan teori yang terkait dengan korupsi kolektif di Indonesia. Hasil
penelitian dapat dijelaskan bahwa penyebab korupsi adalah karena faktor
individu dan struktural. Faktor struktural adalah faktor pengawasan. Semakin
efektif sistem pengawasan, semakin kecil peluang korupsi. Sebaliknya, jika
korupsi masih dipraktikkan secara luas, itu artinya ada yang salah dalam sistem
pemantauan, sedangkan yang dimaksud dengan faktor individu adalah
rendahnya tingkat moral dan integritas karyawan dan pemimpin. Jadi, jika
doperhatikan, pemerintah Indonesia bukanlah undang-undang dan peraturan yang
tidak ada, tetapi karena berbagai faktor yang berada di luar struktur
pemerintahan, jika pemerintah mengendalikan orang-orang yang korup dalam
struktur apa pun, struktur itu pasti akan dinodai.
____________
Kata Kunci: Korupsi Berjamaah, Penyebab, Pemberantasan, Pencegahan

Abstract
The purpose of this study is to explain the factors that cause collective corruption
in Indonesia. To achieve this goal, the research methods applied are normative
research by comparing cases, laws and regulations, and theories related to
collective corruption in Indonesia. The results of the study can be explained
that the causes of corruption are due to individual and structural factors.
Structural factors are supervision factors. The more effective the surveillance
system is, the less chance of corruption. Conversely, if corruption is still widely
practiced, it means something is wrong in the monitoring system, while what is
meant by individual factors is the low level of morale and integrity of employees
and leaders. So, if you pay attention, the Indonesian government is not a law
and regulation that does not exist, but because of various factors that are outside
the government structure, if the government controls corrupt people in any
structure, that structure will definitely be tarnished.
____________
Keywords: Corruption Congregation, Causes, Eradication, Prevention

*
Penulis korespondensi e-mail: ridwan.arifin@mail.unnes.ac.id

1
Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia: ..... (Ridwan Arifin Oemara Syarief, Devanda Prastiyo)

Pendahuluan kekayaan nasional atau penyalahgunaan


Kata korupsi sekarang adalah sesuatu wewenang. Dalam Undang-Undang No. 31
yang sangat akrab. Korupsi dianggap Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
sebagai hal yang buruk, sesuatu yang Pidana Korupsi bersamaan dengan
menjadi penyebab kemerosotan bangsa. Undang-Undang No. 20 tahun 2001, tujuh
Karena itu, masalah ini harus diatasi kelompok utama dan 30 jenis pelanggaran
bersama, dan dilawan bersama. Korupsi korupsi dibedakan. Uang korup besar dan
bukanlah budaya nasional, itu bukan kecil tidak menghilangkan sifat korupsi.
kebiasaan, juga bukan manajemen salah Meskipun sedikit contoh pemerasan,
yang selalu dipertimbangkan. Korupsi adalah pembayaran uang pelicin, uang baik atau
kejahatan, kejahatan adalah tindakan uang, dan lain-lain, masih dianggap sebagai
manusia yang melanggar hukum tertentu, korupsi.2
merugikan diri sendiri, orang lain, Jangan dianggap jika karena jumlah
masyarakat, bangsa, dan bahkan negara. kecil bisa digunakan untuk alasan bertahan
Kejahatan diatur dalam Kitab Undang- hidup. Analoginya adalah, bisakah orang
Undang Hukum Pidana (KUHP) dan hukum merampok atau menjarah hutan untuk
lain yang berisi sanksi pidana. Jika bertahan hidup. Tentu saja tidak, jika
pelakunya bukan manusia, maka itu tidak dibiarkan dalam waktu yang lama, maka ini
termasuk dalam kategori kejahatan akan mempengaruhi perilaku masyarakat
meskipun telah menyebabkan kerugian. sehingga orang tidak bisa lagi membedakan
Misalnya, bencana alam dan kecelakaan antara tidak korupsi dan korupsi. Ada juga
yang disebabkan oleh hewan dan teknologi.1 yang mengatakan jika korupsi tergantung
Jadi, korupsi jelas termasuk dalam pada niat mereka, memberikan tip uang
kategori kejahatan. Pelakunya adalah mungkin jika memang niat mereka untuk
administrator negara atau pegawai negeri. memberi sedekah. Itu juga bisa dibenarkan
Pada dasarnya, tindakan penyalahgunaan jika kiat-kiat pemberian uang berharap
wewenang publik merugikan negara atau dilayani dengan cepat. Seberapa parah
masyarakat dan tindakan yang melanggar kondisi korupsi di Indonesia? Dari catatan
hukum. Di beberapa negara ketentuan pelaporan korupsi ke Komisi Pem-
korupsi juga dapat diterapkan pada individu berantasan Korupsi (KPK), dari 1 Januari
atau kelompok swasta. Berikut ini adalah 2018 hingga 31 Agustus 2018 ada lebih dari
serangkaian tindakan korupsi, yaitu 3.811 laporan. Berdasarkan data statistik
pemerasan, penggelapan aset negara di dari KPK per 30 September 2018, KPK telah
kantor, gratifikasi, suap, suap, konflik menangani kasus-kasus korupsi dengan
kepentingan dalam pengadaan, tindakan rincian: 127 kasus investigasi, 126 kasus
curang, pelanggaran hukum yang merusak investigasi, 101 kasus penuntutan, 75 kasus

1
Bibit S. Rianto, Koruptor Go to Hell, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2009), hlm. 7.
2
Ibid.

2
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 18, No. 1 Tahun 2018 : 1 - 13

incracht, dan 80 kasus eksekusi. Ini berarti represive, dan mencegah kerentanan
bahwa ada banyak indikasi korupsi yang korupsi atau yang biasa disebut preventive,
dapat dilaporkan kepada KPK, yang, jika per serta menghalangi dengan menangani
departemen atau lembaga, hampir masalah korupsi di hulu.4
seluruhnya dilaporkan sebagai korupsi.3 Berbagai cara untuk memberantas
Baru-baru ini mungkin masih segar korupsi telah dilakukan baik secara preventif,
dalam ingatan kita tentang kasus korupsi di represif dan pre-emptive. Tapi, itu belum
sidang yang dilakukan oleh 41 dari total 45 memberikan hasil yang diharapkan. Metode
anggota DPRD Kota Malang. Lembaga pencegahan yang telah diambil oleh
yang seharusnya bertugas mengawasi pemerintah dalam memberantas korupsi
eksekutif sebenarnya lebih korup. Ada telah dimulai dengan Undang-Undang No. 3
banyak contoh kasus anggota legislatif yang tahun 1971 tentang Pemberantasan Korupsi
ditangkap dan diadili karena merusak yang merupakan pengganti Undang-Undang
anggaran kolegial atau kelompok mereka No. 24 tahun 1960 merupakan pengganti
melalui kamuflase anggaran, seperti dana dari peraturan yang mendahului sebelumnya,
pensiun, studi banding, asuransi, dan yaitu aturan penguasa perang pusat pada 16
sebagainya. Konspirasi semacam itu hampir April 1958 No Prp/Perpu /D13/58 dan aturan
seluruhnya terjadi di semua lembaga perang kepala staf angkatan laut pada 17
perwakilan pusat, provinsi dan kabupaten. April 1958 No. Z/1/17. Seiring dengan
KPK telah melakukan banyak penangkapan perkembangan dan standar hidup rakyat
terhadap koruptor dari semua lapisan Indonesia, pemerintah memberlakukan
masyarakat dan posisi. Korupsi tidak cukup Undang-Undang No. 11 Tahun 1980 tentang
hanya untuk ditangani dengan penangkapan Pemberantasan Suap. Dengan demikian,
koruptor, tetapi akar masalahnya juga harus pemerintah sebenarnya telah melakukan
diselidiki. Sebab, meski penjara penuh banyak upaya dalam memberantas korupsi
dengan koruptor, korupsi tetap akan terjadi jauh sebelum KPK dibentuk.5
asalkan akar penyebab korupsi belum tuntas Sejumlah instrumen nasional lain juga
dan musnah. Ini adalah kerentanan korupsi telah dikeluarkan, yaitu TAP MPR No. XI /
dan potensi penyebab masalah korupsi. MPR/RI pada tahun 1998 dan kemudian
Setiap jenis korupsi di setiap lokasi korupsi diikuti dengan produk lainnya, seperti
memiliki karakteristiknya sendiri yang disebut Undang-Undang No. 28 Tahun 1998 tentang
anatomi korupsi. Penanganan korupsi Implementasi Negara yang Bebas dan
dilakukan dengan menangkap dan menuntut Bersih dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme,
para pelaku atau yang biasa disebut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang

3
Statistik Tindak Pidana Korupsi”, https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi, terakhir kali
diakses pada tangggal 2 Desember 2018.
4
Bibit S. Rianto, Koruptor Go…Op.Cit., hlm. 10.
5
Marwan Effendy, Korupsi & Strategi Nasional Pencegahan Serta Pemberantasannya, (Jakarta: GP
Press Group, 2013), hlm. 3.

3
Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia: ..... (Ridwan Arifin Oemara Syarief, Devanda Prastiyo)

pencegahan dan pemberantasan tindak rintahan di suatu negara tinggi, kemungkinan


pidana korupsi bersamaan dengan Undang- korupsi sangat kecil. 10 Dalam rangka
Undang No. 20 Tahun 2001 dan TAP MPR mewujudkan upaya pemerintahan yang baik
No. VII / MPR/RI pada tahun 2001 tentang juga telah dilakukan, antara lain terwujud
Rekomendasi Untuk Arah Pemberantasan dalam Keputusan MPR No. XI MPR/1999
dan Pencegahan Kolusi Nepotisme Korupsi tentang Organisasi Negara yang Bersih dan
dan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
tentang Pembentukan Komisi Pem- Kemudian juga dalam Undang-Undang No.
berantasan Korupsi (KPTPK) yang sekarang 28 Tahun 1999 tentang Implementasi Negara
dikenal sebagai KPK. KPK sendiri memiliki yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
dua otoritas, yaitu sebagai penyidik dan Nepotismen sebagaimana diatur dalam
penuntut umum.6 Produk hukum nasional Pasal 3.11 Selain dua undang-undang dan
bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan peraturan yang telah disebutkan di atas,
yang baik dan kebebasan dari korupsi, kolusi reformasi undang-undang tentang undangan
dan nepotisme.7 tentang korupsi telah secara khusus diganti
Tata pemerintahan yang baik adalah dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002
masalah yang menonjol dalam manajemen tentang Pencucian Uang, dan yang terakhir
administrasi publik. Masyarakat juga secara adalah Undang-Undang No. 32 Tahun 2002
agresif menuntut administrator negara, baik tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.12
di pemerintahan, dewan perwakilan dan Komitmen untuk memberantas korupsi juga
peradilan untuk memegang pemerintahan diperkuat melalui Instruksi Presiden No. 5
yang baik. Selain itu, tuntutan datang dari Tahun 2004 tentang Percepatan Pem-
komunitas internasional.8 berantasan Korupsi.13
Menurut pendapat Joseph, korupsi Bangsa ini harus konsisten dalam
terjadi karena kontribusi terhadap ekonomi berurusan dengan koruptor. Termasuk semua
dan pemerintah.9 Stephen Sherlock juga kemungkinan, serangan balik akan dilaku-
mengatakan bahwa jika kualitas peme- kan oleh koruptor. Penanganan korupsi tidak

6
Monang Siahaan, Korupsi Penyakit Sosial yang Mematikan, (Jakarta: PT Gramedia, 2013), hlm. 27.
7
Mosgan Situmorang, Harmonisasi Hukum Nasional di Bidang Korupsi dengan United Nations Against
Corruption, Jurnal Rechts Vinding, Volume 3, Number 3, December 2014, hlm. 330.
8
Sjahruddin Rasul, Penerapan Good Governance di Indonesia dalam Upaya Pencegahan Tindakan
Korupsi, Mimbar Hukum, Volume 21, Number 3, October 2009, hlm. 532.
9
Vishnu Juwono, Berantas Korupsi: A Political History of Governance Reform and Corruption Initiatives
in Indonesia 1945-2014, PhD Thesis, The London School of Economics and Political Science (LSE), 2016,
hlm. 29.
10
Sofie Arjon Schutte, Against the Odds: Anti-Corruption Reform in Indonesia, Public Administration and
Development, Volume 32, Number 1, 2012, hlm. 39.
11
Article 3 Law No. 28 of 1999 concerning to Implemenatation of Clean and Free of State Administration
from Corruption, Collusion, and Nepotism.
12
Presidential Instruction No. 5 of 2004 concerning Acceleration of Corruption Eradication.
13
Suhartono W. Pranoto, Bandit Berdasi Korupsi Berjamaah, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2008), hlm. 14.

4
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 18, No. 1 Tahun 2018 : 1 - 13

cukup oleh KPK dan aparat penegak hukum, negara dan swasta. Dalam hukum publik,
tetapi harus dilakukan bersama dengan wewenang merupakan inti dalam Hukum
semua komponen bangsa. Untuk menangani Administrasi dan Hukum Tata Negara.
kejahatan korupsi, diperlukan transformasi Seorang pejabat Negara mempunyai
budaya. Di masa sekarang ada kebutuhan kewenangan yang diperlukan dalam
besar akan budaya demokrasi yang, dalam menjalankan lembaga negara. Wewenang
fungsi ekonomi, harus ditegakkan oleh pejabat pemerintah tidak hanya untuk
egalitarianisme. Namun, memang dalam membuat suatu keputusan, akan tetapi juga
kenyataannya masih ada fragmen feodal di wewenang melaksanakan tupoksi yang
masyarakat, mereka enggan untuk didasari keputusan tersebut. Korupsi Politik
membedakan antara properti publik dan sebenarnya merupakan praktek korupsi yang
pribadi. Properti publik atau negara diakui sudah lama dan sekarang telah bermutasi
sebagai milik mereka. Nilai inilah yang harus menjadi neokorupsi yag dilakukan secara
ditinggalkan jauh dari orang biasa dan terang-terangan. Dalam Undang Undang
pejabat pemerintah dan negara.14 Tindak Pidana Korupsi tidak ditemukan
Penelitian ini fokus pada faktor-faktor definisi tersebut.15
penyebab korupsi kolektif di Indonesia. Indra Yuliawan, mengutip pendapat
Penelitian ini belum pernah diteliti Artidjo Alkostar merumuskan korupsi
sebelumnya, meskipun ada penelitian lain, politik, yaitu korupsi yang dilakukan pejabat
tetapi berbeda subtansinya dengan publik dan uang hasil kejahatannya dialirkan
penelitian ini, seperti Indra Yuliawan, pernah untuk kegiatan politik, dengan kata lain
meneliti tentang penegakan hukum terhadap kejahatan ‘korupsi politik’ adalah perbuatan
korupsi politik sebagai bentuk penyalah- yang dilakukan pejabat publik yang
gunaan kekuasaan politik. Hasil penelitian- memegang kekuasaan politik, tetapi
nya menjelaskan berbagai perkara korupsi, kekuasaan politik itu digunakan sebagai alat
pelaku utama korupsi pasti merupakan kejahatan. Upaya penegakan hukum
orang yang mempunyai kekuasaan karena terhadap korupsi politik yang dilakukan
pelaku korupsi harus mempunyai pejabat negara sudah diatur dalam Undang-
kedudukan, bahkan kedudukan paling tinggi Undang Tindak Pidana Korupsi ditambah
dalam suatu lembaga, sebab mempunyai dengan eksistensi Komisi Pemberantasan
kewenangan untuk mengatur seluruh urusan Korupsi telah menjadi tonggak upaya
lembaga termasuk urusan aliran uang. penegakan hukum dalam tindak pidana
Pelaku korupsi berdasarkan Undang- korupsi. Akan tetapi, upaya penegakan
Undang Korupsi dapat merupakan pejabat hukum tindak pidana korupsi politik tidak

14
Teguh Kurniawan, Peranan Akuntabilitas Publik dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemberantasan
Korupsi di Pemerintahan, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Volume 16, Number 2, August 2009,
hlm. 120.
15
Indra Yuliawan, Penegakan Hukum terhadap Korupsi Politik Sebagai Bentuk Penyalahgunaan
Kekuasaan Politik, Jurnal Unnes, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2018, hlm. 879.

5
Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia: ..... (Ridwan Arifin Oemara Syarief, Devanda Prastiyo)

begitu saja mudah karena juga dipengaruhi memastikan dan mengawal konsistensi
faktor dominasi partai politik di sejumlah pelaksanaan pemberantasan korupsi.17
lembaga negara, terlepas dari lembaga Ino Susanti pernah menulis tentang
legislatif, dominasi partai politik juga ke refleksi hukum dalam analisis penegakan
lembaga keuangan, kementerian, dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Hasil
institusi eksekutif sebagai pelaksana penelitiannya Memperluas cakrawala
kebijakan. Dominasi partai politik yang pemahaman korupsi dengan pemaknaan,
ganas dapat meruntuhkan upaya penegakan seperti yang diulas di atas kiranya dapat
hukum korupsi politik karena dipastikan memberi secercah jalan keluar mengenai
banyaknya intervensi dari partai politik dalam kompatibilitas penegakan hukum dalam ilmu
kebijakan pemerintah. Peran aparat hukum dengan upaya pemberantasan
penegak hukum seperti kepolisian, korupsi. Memaknai korupsi dari sudut
kejaksaan dan kehakiman juga peran pandang gagasan yang-politis memiliki
advokat menjadi sinergi yang positif selain sangkut-paut dengan tujuan utama hukum,
kebijakan penguasa untuk membatasi yaitu keadilan, seperti yang dinyatakan
peran partai politik dalam kebijakan Voragen: “Ketika keluhuran yang politis
pemerintah.16 diusung kembali, pertanyaan tentang
Agung Pramono, pernah meneliti keadilan dapat disuarakan”. Pada akhirnya
tentang kekuasaan dan hukum dalam pemaknaan terhadap konsepsi ilmu hukum
perkuatan pemberantasan korupsi. Hasil sendiri menjadi penting dalam rangka meraih
peneltiannya menjelaskan kekuasaan gagasan pemaknaan korupsi dan
instrument politik mampu mendukung pemberantasannya. Hal sentral dalam
perkuatan pemberantasan korupsi refleksi konsepsi ilmu hukum tersebut ialah
sepanjang penggunaan kekuasaan tersebut tentang pendekatan ilmiah terhadap objek
dilandasi semangat moral dan etika yang ilmu hukum.
melekat pada kekuasan untuk memberantas Apabila masalah korupsi telah mampu
korupsi. Hukum sebagai alat pemberan- dipahami secara integral dan komprehensif
tasan korupsi bisa berfungsi dengan baik dengan turut mempertimbangkan dan
manakala mampu tercipta sinergi yang menelaah tiga point krusial yang diangkat
dinamis antar penegak hukum dengan dari pusaran analisis pemberantasan
persepsi yang sama, bahwa korupsi adalah korupsi, maka ilmu hukum mestinya tidak lagi
musuh bersama yang harus diberantas. hanya berpatok pada pemahaman logis atas
Dukungan masyarakat madani dalam upaya norma yuridis tindak pidana korupsi, seperti
memperkuat pemberantasan korupsi sangat yang ada di dalam UU Tipikor. Di sini,
diperlukan sebagai kekuatan moral untuk tegangan antara teori hukum kodrat dan

16
Ibid.
17
Agung Pramono, Kekuasaan dan Hukum dalam Perkuatan Pemberantasan Korupsi, Jurnal Masalah-
Masalah Hukum, Jilid 42, Nomor 1, Januari 2013, hlm. 112.

6
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 18, No. 1 Tahun 2018 : 1 - 13

positivisme hukum mau tidak mau dapat Agie Nugroho Soegiono, pernah
merebak kembali, tapi kalau diperhatikan menulis tentang agenda open government:
dari gagasan dasar analisis korupsi, hukum memerangi korupsi melalui inisiatif open
dalam suasana pemberantasan korupsi data. Tulisannya menjelaskan partisipasi
sepertinya melampaui dimensi keadilan masyarakat ataupun pemangku kepentingan
yang kodrati dan juga dimensi kepastian nonpemerintah dalam upaya pemberantasan
yang yuridis formal. Struktur ilmu hukum harus dan pencegahan korupsi di Indonesia.
mampu membaca dan mengerangkakan the Mendeklarasikan diri sebagai salah satu
political tadi, lantas menerjemahkannya ke pemerintah terbuka (open government) di
dalam wujud praktik penegakan hukum dunia, Pemerintah Indonesia dalam
pemberantasan korupsi, yakni dengan beberapa tahun terakhir telah melakukan
berpegangan pada suatu pendekatan atau berbagai macam inisiatif keterbukaan guna
metode yang benar. merealisasikan peran riil masyarakat dalam
Lepas dari tegangan gagasan di mengawal pemerintahan yang transparan,
antara kedua teori itu, hukum dalam suasana akuntabel, responsif, dan bersih. Tulisannya
pemberantasan korupsi barangkali lebih secara khusus mendiskusikan implementasi
sesuai dimaknai sebagai sebuah pranata data terbuka (open data), salah satu inisiatif
sosial, yang didalamnya mencakup bidang- pemerintah untuk membuka informasi
bidang kehidupan (ekonomi, politik, agama, ataupun data pemerintah kepada publik
dan sebagainya) yang kerap tumpang tindih sebagai kunci penting pencegahan dan
dan bersifat paradoks dalam suatu dinamika pemberantasan korupsi. Selanjutnya, dalam
kebudayaan. Pendekatan yang tepat bagi tulisannya membahas dataset apa saja yang
wawasan tentang hukum yang demikian sekiranya harus dirilis oleh pemerintah, yang
sebaiknya mulai dikelola oleh wacana ilmu berpotensi untuk memaksimalkan penyeli-
hukum demi mewujudkan penegakan hukum dikan kasus korupsi. Terakhir, tulisannya
pemberantasan korupsi yang kompatibel memberikan empat rekomendasi yang
dengannya. Itulah yang dimaksud dengan ditujukan untuk perbaikan tata kelola
pendekatan ilmiah keilmuan hukum yang penyelenggaraan open data di Indonesia
berperspektif sosial dalam mengkons- sebagai langkah nyata dalam memberantas
trusikan keadilan yang hidup di masyarakat. korupsi.19
Karakter metodis seperti itu bisa ditemui Memperhatikan penelitian terdahulu
pada perkembangan telaah ilmu hukum yang tersebut maka jelaslah berbeda dengan
dikenal sebagai: the socio-legal studies.18 substansi penelitian ini, sehingga merupakan

18
Ino Susanti, Refleksi Ilmu Hukum dalam Analisis Penegakan Hukum Pemberantasan Korupsi di
Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum, Volume 14, Nomor 1, Januari 2014, hlm. 132-133.
19
Agie Nugroho Soegiono, Agenda Open Government: Memerangi Korupsi Melalui Inisiatif Open Data,
Intergritas, Volume 3, Nomor 2 - Desember 2017, hlm. 2.

7
Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia: ..... (Ridwan Arifin Oemara Syarief, Devanda Prastiyo)

suatu kebaruan atau original. Adapun Undang No. 31 Tahun 1999 korupsi
permasalahan penelitian ini, yaitu bagai- dilakukan karena dipaksakan karena tidak
manakah faktor-faktor penyebab korupsi memiliki uang untuk memenuhi kehidupan
kolektif di Indonesia? Sejalan dengan sehingga korupsi menjadi alternatif untuk
permasalahan tersebut maka tujuan memenuhi kebutuhan tersebut.21 Tetapi,
penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor sangat irasional jika pejabat negara tidak
penyebab korupsi kolektif di Indonesia. memiliki uang karena pada kenyataannya
pejabat pemerintah dibayar oleh negara
Metode Penelitian dengan nilai yang cukup tinggi sekitar
Artikel ini fokus pada faktor-faktor puluhan juta rupiah dan bahkan ratusan juta
penyebab korupsi kolektif di Indonesia, rupiah setiap bulan. Penyebab sebenarnya
tulisan ini membahas kasus korupsi kolektif adalah kepuasan dengan gaji, kepuasan gaji
Malang pada tahun 2018. Artikel ini didasarkan pada gagasan bahwa seseorang
menggunakan penelitian normatif dengan akan puas dengan gajinya ketika persepsi
membandingkan kasus, undang-undang dan gaji dan apa yang mereka anggap tepat.22
peraturan, dan teori yang terkait dengan
korupsi kolektif di Indonesia. 2. Faktor keluarga
Masalah korupsi biasanya dari
Pembahasan keluarga. Biasanya itu terjadi karena tuntutan
Penyebab Faktor Korupsi di Indonesia: isteri atau memang keinginan pribadi yang
Perkembangan Terkini berlebihan. Hal yang menjadikan posisi dia
1. Perilaku individu duduk sebagai ladang untuk memuaskan
Jika dilihat dari sudut pandang pelaku kepentingan pribadi keluarganya. Keluarga
korupsi, karena koruptor melakukan tindakan harus menjadi benteng tindakan korupsi,
korupsi dapat berupa dorongan internal tetapi kadang-kadang penyebab korupsi
dalam bentuk keinginan atau niat dan sebenarnya berasal dari keluarga. Jadi,
melakukannya dengan kesadaran penuh. keluarga sebenarnya bertanggung jawab
Seseorang termotivasi untuk melakukan atas tindakan korupsi yang dilakukan oleh
korupsi, antara lain karena sifat rakus suami atau kepala rumah tangga. Karena itu,
manusia, gaya hidup konsumtif, kurangnya keluarga sebenarnya ada di dua sisi, yaitu
agama, lemahnya moralitas dalam sisi negatif dan sisi positif. Jika keluarga
menghadapi godaan korupsi, dan kurangnya adalah pendorong korupsi, keluarga berada
etika sebagai pejabat.20 Menurut Undang- di sisi negatif, sedangkan jika keluarga
Undang No. 20 Tahun 2001 jo Undang- menjadi benteng tindakan korupsi, keluarga

20
Moh Yamin, Pendidikan Anti Korupsi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2016), hlm. 46.
21
Firma Sulistiyowati, Pengaruh Kepuasan Gaji dan Kultur Organisasi Terhadap Persepsi Aparatur
Pemerintahan Daerah Tentang Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 11,
Number 1, June 2007.
22
Moh Yamin, Pendidikan Anti…Op.Cit., hlm. 61.

8
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 18, No. 1 Tahun 2018 : 1 - 13

berada di sisi positif dan ini merupakan 4. Sikap kerja


faktor yang sangat penting dalam mencegah Tindakan korupsi juga bisa datang dari
korupsi. sikap bekerja dengan pandangan bahwa
segala sesuatu yang dilakukan harus dapat
3. Pendidikan melahirkan uang. Biasanya yang ada dalam
Korupsi adalah kejahatan yang pikiran mereka sebelum melakukan
dilakukan oleh para intelektual. Pejabat rata- pekerjaan adalah apakah mereka akan
rata yang terjebak dalam kasus korupsi mendapat untung atau tidak, untung atau
adalah mereka yang berpendidikan tinggi, rugi dan sebagainya. Dalam konteks
pendidikan tinggi seharusnya membuat birokrasi, pejabat yang menggunakan
mereka tidak melakukan korupsi, seperti perhitungan ekonomi semacam itu pasti
yang dikatakan Kats dan Hans bahwa peran tidak akan menyatukan manfaat. Sebenar-
akademisi tampaknya masih paradoks. nya yang terjadi adalah bagaimana masing-
Memang pada kenyataannya para pelaku masing pekerjaan bertujuan menghasilkan
tindak pidana korupsi adalah para intelektual keuntungan sendiri.25
yang sebelum melakukan tindakannya telah
melakukan persiapan dan perhitungan yang 5. Hukum dan peraturan
cermat sehingga mereka dapat memani- Tindakan korupsi akan dengan mudah
pulasi hukum sehingga kejahatan tersebut muncul karena undang-undang dan
tidak terdeteksi.23 peraturan memiliki kelemahan, yang meliputi
Meskipun dalam konteks universal, sanksi yang terlalu ringan, penerapan sanksi
pendidikan bertujuan untuk meningkatkan yang tidak konsisten dan sembarangan,
martabat manusia. Oleh karena itu, lemahnya bidang revisi dan evaluasi
rendahnya tingkat pemahaman tentang legislasi. Untuk mengatasi kelemahan ini di
pendidikan sebagai langkah untuk bidang revisi dan evaluasi, pemerintah
memanusiakan manusia, pada kenyataan- mendorong para pembuat undang-undang
nya lebih jauh melahirkan para kerdil yang untuk sebelumnya mengevaluasi efektivitas
berpikiran kecil dan mereka sibuk mencari undang-undang sebelum undang-undang
keuntungan sendiri dan mengabaikan dibuat.
kepentingan bangsa. Karena alasan ini, Sikap solidaritas dan kebiasaan
pendidikan moral sangat dibutuhkan sejak memberi hadiah juga merupakan faktor
dini untuk meningkatkan moral generasi penyebab korupsi. Dalam birokrasi,
bangsa ini.24 pemberian hadiah bahkan telah dilembaga-

23
Habib Sulton Asnawi, Membongkar Paradigma Positivisme Hukum dalam Pemberantasan Korupsi di
Indonesia Pemenuhan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum, Supremasi Hukum, Volume 2. Number 2,
December 2013, hlm. 350.
24
Moh Yamin, Pendidikan Anti…Op.Cit., hlm. 61.
25
Ibid.

9
Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia: ..... (Ridwan Arifin Oemara Syarief, Devanda Prastiyo)

kan, meskipun pada awalnya itu tidak 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
dimaksudkan untuk mempengaruhi kepu- Korupsi yang telah diperbarui dengan
tusan. Lembaga eksekutif seperti bupati/ Undang-Undang No. 20 Tahun 2001. Salah
walikota dan jajarannya dalam melakukan satu kelemahan mendasar adalah
tindak korupsi tidak melakukannya sendiri, perumusan sanksi pidana yang minimal tidak
tetapi ada persekongkolan dengan pengu- khusus. sebanding dengan sanksi pidana
saha atau kelompok kepentingan lain, seperti maksimal. Sangat tidak logis dan tidak
dalam menentukan tender pengembangan sesuai dengan rasa keadilan jika bentuk
wirausaha ini. Walikota, setelah terpilih pidana maksimal penjara seumur hidup dan
kemudian mereka bersama dengan DPRD, hukuman minimum adalah penjara 1 tahun
bupati/walikota membuat kebijakan yang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
hanya mengun-tungkan kolega, keluarga Korupsi.28 Salah satu penyebab kegagalan
atau kelompok mereka. Kelompok peradilan pidana dalam pemberantasan
kepentingan atau pengusaha dengan tindak pidana korupsi adalah cara hukum
kemampuan melobi pejabat pemerintah yang legalistik-positivistik.29
dengan memberikan hadiah hibah, suap,
atau berbagai bentuk hadiah yang memiliki 6. Faktor pengawasan
motif korup dengan maksud meluncurkan Pengawasan dibagi menjadi dua, yaitu
kegiatan bisnis yang bertentangan dengan pengawasan internal yang dilakukan
kehendak rakyat. Sehingga terjadinya kasus langsung oleh pimpinan dan pengawasan
korupsi dalam APBD dapat disimpulkan eksternal yang dilakukan oleh instansi terkait,
salah satu alasannya adalah lemahnya publik dan media. Pengawasan oleh
aspek legislasi.26 Sementara, menurut teori lembaga terkait bisa kurang efektif karena
Ramirez Torres, korupsi adalah kejahatan ada beberapa faktor, termasuk pengawas
perhitungan, bukan hanya keinginan. yang tidak profesional, pengawasan yang
Seseorang akan melakukan tindakan tumpang tindih di berbagai lembaga,
korupsi jika hasil korupsi akan lebih tinggi kurangnya koordinasi antara pengawas,
dan lebih besar dari hukuman yang didapat.27 pengawas yang tidak patuh pada etika
Salah satu faktor lemah dari sanksi hukum atau etika pemerintah. Hal ini
pidana dalam Undang-Undang No. 31 Tahun menyebabkan pengawas sering terlibat

26
Isa Wahyudi, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Korupsi Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah di Malang Raya”, Online Article, hlm. 2, online at https://www.academia.edu/3097182/
ANALISIS_FAKTORFAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_KORUPSI_ANGGARAN_PENDAPATAN_BELANJA_
DAERAH_APBD_DI_MALANG_RAYA?auto=download.
27
Bambang Waluyo, Optimalisasi Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Jurnal Yuridis, Volume 1, Number
2, December 2014, hlm. 174.
28
Benny K. Harman, Langkah-Langkah Strategis Memberantas Korupsi di Indonesia, Jurnal Masalah-
Masalah Hukum, Volume, 40, Number 4, October 2011, hlm. 434.
29
Habib Sulton Asnawi, Membongkar Paradigma…Op.Cit., hlm. 350.

10
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 18, No. 1 Tahun 2018 : 1 - 13

dalam praktik korupsi. Padahal penga- Praktik politik kotor tentu menghasilkan
wasan eksternal oleh masyarakat dan media banyak masalah baru bagi kegagalan
juga masih lemah. Untuk alasan ini, memberantas korupsi. Karena politik yang
diperlukan reformasi hukum dan peradilan kotor ini adalah penyebab tindak korupsi
serta dorongan dari masyarakat untuk baik yang rendah, sedang maupun besar.
memberantas korupsi dari pemerintah.30 Tentu saja, bagaimana hal itu akan
Semakin efektif sistem pengawasan, melahirkan negara yang beradab,
semakin kecil kemungkinan korupsi akan sementara praktik politik yang kotor telah
terjadi. Sebaliknya, jika korupsi benar-benar menyebar di mana-mana, baik di atas
meningkat, itu berarti ada sesuatu yang salah maupun di bawah telah memberikan
dengan sistem pemantauan.31 kontribusi buruk bagi bangsa-bangsa.34

7. Faktor politik Simpulan


Praktik korupsi di Indonesia dilakukan Penyebab korupsi adalah karena faktor
di semua bidang, tetapi yang paling umum individu dan struktural. Faktor struktural
adalah korupsi di bidang politik dan adalah faktor pengawasan. Semakin efektif
pemerintahan. Menurut Daniel S. Lev, politik sistem pengawasan, semakin kecil peluang
tidak berjalan sesuai dengan aturan hukum, korupsi. Sebaliknya, jika korupsi masih
tetapi terjadi sesuai dengan pengaruh uang, dipraktikkan secara luas, itu artinya ada
keluarga, status sosial, dan kekuatan militer. yang salah dalam sistem pemantauan,
Pendapat ini menunjukkan korelasi antara sedangkan yang dimaksud dengan faktor
faktor-faktor yang tidak berfungsi dari aturan individu adalah rendahnya tingkat moral dan
hukum, permainan politik, dan tekanan dari integritas karyawan dan pemimpin. Jadi, jika
kelompok korupsi yang dominan. 32 doperhatikan, pemerintah Indonesia
Penyalahgunaan kekuasaan publik juga bukanlah undang-undang dan peraturan
tidak selalu untuk keuntungan pribadi, tetapi yang tidak ada, tetapi karena berbagai faktor
juga untuk kepentingan kelas, etnis, teman, yang berada di luar struktur pemerintahan,
dan sebagainya. Bahkan, di banyak negara jika pemerintah mengendalikan orang- orang
beberapa hasil korupsi digunakan untuk yang korup dalam struktur apa pun, struktur
membiayai kegiatan partai politik.33 itu pasti akan dinodai.

30
J. Smith, K. Obidzinski, Subarudi, and I. Suramenggala, “Illegal Logging Collusive Corruption and
Fragmented Governments in Kalimantan Indonesia”, The International Forestry Review, 2003, hlm. 294.
31
Sri Yuliani, Korupsi Birokrasi Faktor Penyebab dan Penanggulannya, Online Article, hlm. 5, http://
sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2011/06/KORUPSI-blog.pdf.
32
Iza Rumesten, Korelasi Perilaku Korupsi Kepala Daerah dengan Pilkada Langsung, Jurnal Dinamika
Hukum, Volume 14, Number 2, May 2014, hlm. 353.
33
Vito Tanzi, Corruption around The Word Causes Conseques Scope & Cures, a Working Paper of
International Monetary Fund, May 1998, hlm. 560., available online at https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/
wp9863.pdf.
34
Moh Yamin, Pendidikan Anti…Op.Cit., hlm. 61.

11
Korupsi Kolektif (Korupsi Berjamaah) di Indonesia: ..... (Ridwan Arifin Oemara Syarief, Devanda Prastiyo)

Referensi Juwono, Wisnu. 2016. Berantas Korupsi:


Agie Nugroho Soegiono. Agenda Open Sejarah Politik Reformasi Tata
Government: Memerangi Korupsi Pemerintahan dan Inisiatif Korupsi
Melalui Inisiatif Open Data. di Indonesia 1945-2014. Tesis PhD,
Intergritas. Volume 3. Nomor 2 - Fakultas Ekonomi dan Ilmu Politik
Desember 2017. London (LSE).
Agung Pramono. Kekuasaan dan Hukum Kurniawan, Teguh. Peranan Akuntabilitas
Dalam Perkuatan Pemberantasan Publik dan Partisipasi Masyarakat
Korupsi. Jurnal Masalah-Masalah dalam Pemberantasan Korupsi di
Hukum. Jilid 42. Nomor 1. Januari Pemerintahan. Jurnal Ilmu
2013. Administrasi dan Organisasi.
Asnawi, Habib Sulton. Membongkar Volume 16. Nomor 2. Agustus 2009.
Paradigma Positivisme Hukum Pranoto, Suhartono W. 2008. Bandit Berdasi
dalam Pemberantasan Korupsi di Korupsi Berjamaah. Yogyakarta: PT
Indonesia Pemenuhan Hak Asasi Kanisius.
Manusia di Negara Hukum. Rasul Sjahruddin. Penerapan Good
Supremasi Hukum. Volume 2. Governance di Indonesia dalam
Nomor 2. Desember 2016. Upaya Pencegahan Tindakan
Effendy, Marwan. 2013. Korupsi & Strategi Korupsi. Mimbar Hukum. Volume
Nasional Pencegahan Serta 21. Nomor 3. Oktober 2009.
Pemberantasannya. Jakarta: GP Rianto, Bibit S. 2009. Koruptor Go to Hell.
Press Group. Jakarta: PT Mizan Publika.
Harman, Benny K. Langkah-Langkah Rumesten, Iza. Korelasi Perilaku Korupsi
Strategis Memberantas Korupsi di Kepala Daerah Dengan Pilkada
Indonesia. Jurnal Masalah- Langsung. Jurnal Dinamika
Masalah Hukum. Volume 40. Hukum. Volume 14. Nomor 2. Mei
Nomor 4. Oktober 2011. 2014.
Indra Yuliawan. Penegakan Hukum terhadap Siahaan, Monang. 2013. Korupsi Penyakit
Korupsi Politik Sebagai Bentuk Sosial yang Mematikan. Jakarta:
Penyalahgunaan Kekuasaan Politik. PT Gramedia.
Jurnal Unnes. Volume 4. Nomor 3. Schutte, Sofie Arjon. Melawan Peluang:
Tahun 2018. Reformasi Anti Korupsi di
Ino Susanti. Refleksi Ilmu Hukum dalam Indonesia. Jurnal Administrasi
Analisis Penegakan Hukum Publik dan Pembangunan. Volume
Pemberantasan Korupsi di 32. Nomor 1. 2012.
Indonesia. Jurnal Dinamika Situmorang, Mosgan. Harmonisasi Hukum
Hukum. Volume 14. Nomor 1. Nasional di Bidang Korupsi dengan
Januari 2014. PBB melawan Korupsi. Jurnal

12
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 18, No. 1 Tahun 2018 : 1 - 13

Rechts Vinding. Volume 3. Nomor Tanzi, Vito. Korupsi di Sekitar Kata


3. Desember 2014. Menyebabkan Ruang Lingkup &
Smith, J. K. Obidzinski, Subarudi, dan I. Penyembuhan Conseques. Kertas
Suramenggala. Penebangan Liar Kerja Dana Moneter Internasional.
Korupsi Kolusif dan Pemerintahan Mungkin. 1998
yang Terfragmentasi di Kalimantan Wahyudi, Isa. nd. Analisis Faktor-Faktor yang
Indonesia. The International Mempengaruhi Korupsi Anggaran
Forestry Review. 2003. Pendapatan Belanja Daerah di
Sulistiyowati, Firma. Pengaruh Kepuasan Malang Raya. Artikel Online.
Gaji dan Kultur Organisasi Terhadap Waluyo, Bambang. Optimalisasi Pembe-
Persepsi Aparatur Pemerintahan rantasan Korupsi di Indonesia.
Daerah Tentang Tindak Pidana Jurnal Yuridis. Volume 1. Nomor 2.
Desember 2014.
Korupsi. Jurnal Akuntansi dan
Yamin, Moh. 2016. Pendidikan Anti Korupsi.
Auditing Indonesia. Volume 11.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nomor 1, Juni 2007.
Offset.

13

Anda mungkin juga menyukai