Anda di halaman 1dari 9

7.1.

GERAKAN DAN KERJASAMA NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI


Gerakan antikorupsi oleh lembaga-lembaga negara merupakan cerminan
tanggungjawab untuk memberantas korupsi dalam birokrasi pemerintahan.
Sedangkan gerakan antikorupsi oleh masyarakat menunjukkan kesadaran
untuk memilih peran sesuai dengan bidang dan kompetensinya masing-
masing, yang ditujukan untuk mempengaruhi penguatan perilaku
antikorupsi atau integritas dalam sebuah lingkungan tertentu. Pada
umumnya gerakan antikorupsi dilakukan berbasis kemitraan/kerjasama baik
sesama pihak maupun lintas sektoral, karena dengan kerjasama akan lebih
efektif dan lebih luas manfaatnya.

7.1.1. Sektor Publik/Pemerintah


Lembaga publik memiliki sasaran dan tujuan yang berbeda dengan
lembaga/ perusahaan swasta dan/atau komersial. Tujuan utama dari
lembaga publik adalah. untuk menyelenggarakan kesejahteraan
masyarakat. Lembaga publik bertujuan menyelenggarakan kesejahteraan
masyarakat dengan memberikan pelayanan atau jasa, dan dalam bekerja
lembaga ini tidak berorientasi pada mencari keuntungan (non-profit)
7.1.2. Sektor Swasta dan BUMN
Sektor swasta dan BUMN rentan terlibat dalam tindak pidana kasus
korupsi. Dalam semua kasus korupsi yang ditangani KPK, sekitar 80%
melibatkan swasta antara lain suap-menyuap dan gratifikasi untuk
mempengaruhi keputusan penyelenggara negara atau pegawai negeri.
(Laporan Tahunan KPK 20). Korupsi tidak hanya melibatkan oknum
pejabat, tetapi melibatkan 2 kali lebih banyak pelaku usaha (Profit, 20..).
Oleh karena itu pencegahan korupsi di sektor swasta sangat mendesak
dilakukan, selain untuk menghilangkan kompetisi yang tidak sehat juga
untuk meminimalisir keterlibatan pengusaha dalam praktik korupsi
Pencegahan korupsi di sektor swasta tersebut utamanya melalui
perbaikan sistem dan tatakelola.
7.1.3. Gerakan dan Kerja Sama Masyarakat
Saat ini semakin banyak gerakan antikorupsi yang lahir dari masyarakat
sipil (civil society), yang mana dalam aksi-aksinya juga melibatkan
kerjasama dengan pihak lain. Umumnya bidang-bidang pencegahan
menjadi fokus gerakan dan kerjasama antikorupsi tersebut diantaranya
pembangunan karakter integritas, perbaikan sistem, pendidikan/pelatihan
antikorupsi, partisipasi publik dan penguatan tatakelola.Berdasarkan
pelaku gerakan, dapat diidentifikasi beberapa model gerakan antikorupsi
di Indonesia sebagai berikut:
a Lembaga Pendidikan dan Pusat Studi Antikorupsi
Semakin banyak sekolah dan perguruan tinggi yang memandang
pentingnya pendidikan karakter yang mengutamakan nilai
integritas dan antikorupsi. Sekolah- sekolah mengadakan
matapelajaran karakter dan Perguruan Tinggi melaksanakan mata
kuliah Pendidikan Antikorupsi bagi anak-anak didiknya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta KPK
b Lembaga Swadaya Masyarakat Antikorupsi
LSM pada umumnya lahir sebagai respon terhadap kurang
baiknya kinerja pemerintah. Sebelum era reformasi, banyak LSM
harus berhadapan dengan Pemerintah karena tidak berjalannya
proses demokratisasi. Dalam perkembangannya, saat ini LSM
bahkan justru dipandang sebagai mitra pemerintah dalam upaya
menangani suatu isu tertentu. Di Indonesia LSM Antikorupsi
tumbuh cukup pesat, beberapa diantaranya memiliki reputasi
nasional seperti Indonesia Corruption Watch (ICW),
Transperancy Intemational Indonesia (TII). Keduanya telah
menjadi pembentuk opini publik dan mitra pemerintah dalam
upaya pencegahan korupsi.
c Komunitas-komunitas Antikorupsi
Dalam beberapa tahun semakin banyak gerakan antikorupsi lahir
dari basis komunitas yang beragam seperti anak muda, guru,
dosen, seniman, perempuan dan sebagainya; dan pendekatan yang
beragam dalam menyampaikan pesan antikorupsi, Proses
tumbuhnya komunitas antikorupsi diawali dengan menguatnya
kesadaran diri yang kemudian dilanjutkan dengan memilih peran
berkontribusi dalam pencegahan korupsi dengan cara mendirikan
komunitas ataupun bergabung dengan komunitas yang sudah ada.

7.2. INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI


Instrumen ini dapat berbentuk kebijakan antikorupsi yang dikeluarkan
oleh pemerintah baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan dan
lembaga-lembagayang bertugas mencegah dan/atau memberantas korupsi.
beberapa contoh saja perundang-undangan di tingkat nasional yang dibuat
oleh DPR dan/atau Pemerintah dalam rangka mencegah dan memberantas
korupsi. Ada peraturan. perundang-undangan yang memang secara langsung
berhubungan dengan pencegahan dan pemberantasan korupsi.
1. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Undang-undang ini lahir segera setelah jatuhnya rezim orde baru dan
dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme dapat merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara serta membahayakan eksistensi negara.
Dalam undang-undang ini, yang dimaksud dengan Penyelenggara
Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif,
legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana KorupsiUndang-Undang tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dikeluarkan dengan
pertimbangan bahwa pemberantasan tindak pidana korupsi belum
dapat dilaksanakan secara optimal dan lembaga yang ada pada saat itu
yang berwenang menangani tindak pidana korupsi belum berfungsi
secara efektif dan efisien, oleh karena itu dibutuhkan lembaga
independen, yang saat bekerja tidak dapat dipengaruhi oleh
kekuasaan manapun
4. Undang-Undang No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana
KorupsiDinyatakan dalam Undang-Undang No. 46 Tahun 2009
bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi merupakan pengadilan
khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi berkedudukan di setiap ibukota
kabupaten/kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum
pengadilan negeri yang bersangkutan.
5. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian UangSalah satu cara
koruptor menyembunyikan uang hasil korupsinya adalah dengan cara
melakukan pencucian uang (money-laudering). Untuk itu Pemerintah
telah mengeluar- kan undang-undang untuk memberantas tindak
pidana ini. Beberapa cara melakukan tindak pidana pencucian uang
adalah dengan cara menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibah- kan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta
Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak
pidana, termasuk tindak pidana korupsi.
6. Undang-Undang No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations
Convention. Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Antikorupsi, 2003) Sebagian isi undang-undang ini
telah dibahas dalam bab lain. Silahkan dibuka dalam bab yang
mebahas tentang gerakan, kerjasama dan instrumen internasional
pencegahan korupsi.
7. Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
8. Undang-Undang No. 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
NegaraAparatur Sipil Negara (ASN) sebagai profesi, saat
melaksanakan tugasnya harus didasari pada prinsip-prinsip tertentu
diantaranya nilai-nilai dasar tertentu, kode etik dan kode perilaku,
komitmen, serta integritas moral yang tinggi. Selain itu, seorang
ASN, perlu memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugas serta
kualifikasi akademiknya saat bertugas sehingga ia dapat dengan baik
melaksanakan tugas sesuai dengan profesi dan jabatannya
9. Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi
Publik Undang-undang ini pada intinya memberikan kewajiban
kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap
pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik,
kecuali beberapa informasi tertentu yang memang dikecualikan dalam
undang-undang ini misalnya informasi yang berkaitan dengan
dokumen atau rahasia negara.
10. Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers
Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Pers yang bebas
juga dapat menyuarakan kepentingan masyarakat, bukan kepentingan
individu serta kelompok tertentu. Dengan adanya Pers yang bebas,
maka masyarakat dapat menerima informasi yang akurat dan dapat
dipercaya.
11. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang
Hukum Acara Pidana Undang-Undang No. 8 tahun 1981 adalah
undang-undang yang mengatur bekerjanya sistem peradilan pidana
(criminal justice system) di Indonesia. Selama tidak diatur.
12. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana adalah induk dari segala
peraturan hukum pidana yang ada di indonesia. KUHP berisikan asas-
asas umum dalam hukum pidana dan asas- asas pemidanaan general
principles of criminal law)
13. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Untuk mengikutsertakan dan meningkatkan peran masyarakat dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi, Pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2000. Setiap
orang, Organisasi Masyarakat, atau Lembaga Swadaya Masyarakat
berhak mencari, memperoleh dan memberikan informasi tentang
adanya dugaan. atau telah terjadi tindak pidana korupsi serta
menyampaikan saran dan pendapat kepada penegak hukum dan/atau
KPK
14. Perma nomor 13 tahun 2016 tentang tata cara penanganan perkara
tindak pidana oleh Korporasi
Dengan adanya Perma nomor 13 tahun 2016 aparat penegak hukum
dapat menjerat Korporasi, dikarenakan selama ini korporasi
adakalanya melakukan tindakan-tindakan pidana yang dapat
mendorong adanya kerugian terhadap Negara maupun bangsa serta
adakalanya juga korporasi menjadi tempat sebagai pencucian uang
dari adanya tindak pidana dan tidak ada dalih lagi untuk tidak dapat
menjerat korporasi dikarenakan hukum acara yang belum jelas diatur
ataupun hukum materilnya dan ini merupakan hal baik dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.
15. Permenpan & RB No, 52 tahun 2014 terkait Zona Integritas Menuju
Wilayah Bersih dari Korupsi dan Wilayah Bersih dan Melayani
Dengan turunan di jenjang Perguruan Tinggi melalui Permeristekdikti
No. 57 tahun 2016. Mahasiswa dan civitas akademika perlu aware
bahwa ada program pencegahan yang harusnya dilaksanakan
perguruan tinggi, khususnya PTN. Untuk meningkatkan peran
7.3. LEMBAGA PENCEGAHAN KORUPSI
Selain peraturan perundang-undangan yang telah dipaparkan di atas,
berikut beberapa lembaga atau instansi yang merupakan instrumen yang
dibuat dalam upaya mencegah dan memberantas korupsi dan perilaku
koruptił.

1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan
korupsi dari lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan
undang-undang menyebutkan peran KPK dalam memberantas korupsi
adalah sebagai trigger-mechanism. Ini berarti KPK berperan sebagai
pendorong atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi
oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya menjadi lebih
efektif dan efisien
2. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial dibentuk berdasarkan amendemen ketiga Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana pada
tahun 2001 disepakati tentang pembentukan Komisi Yudisial yang
diatur dalam Pasal 248 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. pembentukan Komisi Yudisial disandarkan
pada keprihatinan mendalam mengenai kondisi wajah peradilan yang
muram dan keadilan di Indonesia yang tak kunjung tegak. Komisi
Yudisial pada awalnya dibentuk untuk melaksanakan 2 (dua)
kewenangan yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim.
3. Ombusdman Republik Indonesia
Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara di Indonesia
yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan
pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerintahan, termasuk yang diselenggarakan oleh Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum
Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari APBN atau APBD. Sebelum
bernama Ombudsman Republik Indonesia, Lembaga ini bernama
Komisi Ombudsman Nasional. Ombudsman dibentuk berdasarkan
Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia.
4. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
PPATK atau Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah
dan memberantas tindak pidana Pencucian Uang. PPATK
bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan dalam
melaksanakan tugas. dan kewenangannya bersifat independen dan
bebas dari campur tangan dan pengaruh kekuasaan mana pun.

Dalam melaksanakan tugasnya PPATK mempunyai fungsi: a) untuk


mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang; b)
mengelola data dan informasi yang diperolehnya, c) mengawasi
kepatuhan Pihak Pelapor, dan d) menganalisis atau memeriksa
laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi sebagai
hasil dari tindak pidana. PPATK berwenang untuk menganalisis dan
memeriksa transaksi keuangan yang mencurigakan
5. Lembaga Pengawas Perbankan
Jika anda menyimpan uang anda di bank, tentunya anda ingin agar
uang anda tersimpan. secara aman dan tidak disalahgunakan atau
dikorupsi oleh pemilik bank. OJK atau Otoritas Jasa Keuangan adalah
lembaga yang diberi tugas untuk mengatur dan mengawasi perbankan
nasional. disebutkan bahwa salah satu tugas OJK adalah mendorong.
terwujudnya sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu
pertumbuhan perekonomian nasional
6. Komisi Penyiaran Indonesia
Sejak disahkannya Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran terjadi perubahan. fundamental dalam pengelolaan sistem
penyiaran di Indonesia. Perubahan paling mendasar dalam semangat
undang-undang tersebut adalah adanya limited transfer of authority
dari pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak ekslusif
pemerintah kepada sebuah badan pengatur independen independent
regulatory body) bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

7. Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilihan Umum


Pemilihan umum sering disebut sebagai pesta demokrasi. Pemilihan
Umum adalah salah satu sarana perwujudan kedaulatan rakyat dalam
membentuk pemerintahan yang demokratis. Dibutuhkan aturan main
serta lembaga penyelenggara pemilihan umum dan pengawas
pemilihan umum yang kredibel untuk mewujudkan pemilihan umum
yang jujur dan adil, Lembaga penyelenggara pemilihan umum dan
pengawas pemilihan umum harus diduduki oleh personel atau orang-
orang yang berintegritas yang tidak berpihak kepada peserta pemilu
baik perorangan maupun partai politik.masyarakat dalam pencegahan
dan pemberantasan

Anda mungkin juga menyukai