Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK -2 :

1. Cristian Harry

2. David Fernando

3. Fathan William

4. Fernando

5. Jessica

6. Leonita

7. Ludfhi

8. Monica

9. Sunmega

10. Vivian

SUBJEK : TUGAS PERADILAN SEMU DAN DEBAT

TOPIK-1 : “IMPLEMENTASI HUKUMAN MATI BAGI TINDAK


PIDANA KORUPSI”

Argumen Pro :

1. Penerapan hukuman mati pada koruptor layak diterapkan karena dianggap


dapat memberikan efek jera. Efek jera tersebut disebabkan karena
timbulnya shock therapy, tekanan atau guncangan mental seperti rasa takut
akan kematian. Dengan rasa takut tersebut, maka pihak-pihak yang tadinya
berniat merencanakan perbuatan korupsi akan membatalkan niat nya untuk
melakukan korupsi.
2. Penerapan hukuman mati pantas didapatkan oleh pelaku tindak pidana
korupsi karena Korupsi merupakan pelanggaran HAM yang berat,.
Perbuatan yang dilakukan oleh mereka sudah merugikan berbagai pihak,
tidak hanya merugikan perekonomian nasional negara, namun juga
merugikan kehidupan masyarakat, sebab anggaran-anggaran yang
digunakan untuk memenuhi hak masyarakat, justru dicuri dan
dipersalahgunakan. Anggaran yang dicuri melalui korupsi itu sudah cukup
untuk memberikan makanan bagi orang yang lapar di dunia hingga 80 kali,
bahwa hampir 870 juta orang kelaparan setiap hari dan banyak dari jumlah
tersebut yang merupakan anak-anak. Korupsi merupakan penghalang yang
besar untuk merealisasikan HAM, korupsi telah melanggar prinsip-prinsip
dasar HAM seperti transparansi, akuntabilitas, non-diskriminasi dan
partisipasi dalam setiap aspek masyarakat, tindakan para pelaku tindak
pidana korupsi sudah merebut hak-hak masyarakat secara tidak langung.
Hukuman mati di Indonesia bukanlah sesuatu yang melanggar hak asasi
manusia. Hak asasi manusia dalam undang-undang dapat dibatasi semata-
mata demi menghormati hak asasi orang lain.
3. Dari aspek keagamaan, kami mendukung hukuman mati karena tindakan
korupsi adalah pelanggaran HAM, menifestasi pengingkaran terhadap
amanah dan keadilan, serta pengingkaran nikmat-nikmat Tuhan.
4. Hukuman mati harus diterapkan pada pelaku tipikor karena efek dari
tipikor sendiri memiliki efek domino yang dapat mempengaruhi banyak
bidang dan tidak hanya itu saja melainnkan tindak pidana korupsi
merupakan “extraordinary crime”, seperti yang kita ketahui pelaku
korupsi tidak hanya 1 atau dua orang saja dan jika hanya di hukum penjara
seumur hidup atau juga sesuai dengan ketentuan waktu yang telah
ditetapkan justru hanya akan memakan uang negara lebih banyak lagi
karena negara harus membiayai kebutuhan pokok mereka selama berada di
penjara .

5. Kami sangat menyetujui bahwa adanya hukuman mati bagi para koruptor.
Dikarenakan kasus yang terjadi akan korupsi di Indonesia sangat banyak
adanya. Dengan adanya hukuman mati tersebut, maka para koruptor akan
menjadi jera. Adanya tindakan korupsi sudah merusak negara bahkan
kepercayaan masyarakat terhadap pihak yang berkuasa. Korupsi juga
melibatkan orang” yang seharusnya sangat di percaya oleh negara dan juga
masyarakat. Bila dibandingkan dengan negara lainnya seperti denmark,
selandia baru, finlandia, arab bahkan china dll mampu untuk mengurangi
koruptor dengan berbagai cara salah satunya adalah hukuman mati.

Argumen Kontra :

1. Penerapan hukuman mati tidak layak diterapkan karena dianggap tidak


dapat memberikan efek jera, sebab dari sisi pragmatis tidak ada bukti
statistik perihal korelasi antara penerapan hukuman mati dan jumlah tindak
pidana korupsi. Buktinya, sebagai contoh dapat kita lihat dari kasus tindak
pidana lain yang menerapkan hukuman mati, yaitu kasus penyalahgunaan
dan pengedaran narkoba. Di Indonesia sudah diterapkannya hukuman mati
bagi orang yang menyalahgunakan dan mengedarkan narkoba, namun
kenyataannya pelaku-pelaku penyalahgunaan dan pengedaran narkoba
masih banyak.
2. Penerapan hukuman mati bagi para pelaku tindak pidana korupsi telah
melanggar Pasal 4 Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia adalah hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan
pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, yang mana setiap manusia/individu berhak untuk hidup.
Dengan adanya penerapan hukuman mati, berarti hak hidup para krouptor
tersebut justru direbut oleh para penegak hukum.
3. Indonesia merupakan Negara yang berlandaskan agama, sila pertama dari
Pancasila secara spesifik menyebutkan bahwa Negara Indonesia ialah
Negara yang berlandakan ketuhanan. Setiap ajaran agama secara jelas
melarang tindakan pembunuhan bahkan Tuhan/Allah selalu memaafkan
umat-Nya yang berbuat salah.
4. Pemberlakuan hukuman mati dianggap sebagai pelanggaran terhadap
Konstitusi. Sehingga dalam kontra dari hukuman mati, memberi sebuah
argumen bahwa dengan adanya pasal 28A tersebut harus lah hukuman
mati ditiadakan. Sehingga sudah tidak ada lagi hal yang bertentangan
dengan Konstitusi. Selain itu mereka juga beranggapan bahwa Konsitusi
itu adalah hukum yang tertinggi, sehingga peraturan yang berada
dibawahnya yang dinilai melanggar atau bertentangan dengan Konstititusi
itu ditiadakan. Sementara para hakim yang lain, juga memiliki pendapat
bahwa hukuman mati memang bertentangan dengan Konstitusi. Mereka
menyatakan bahwa memang hukuman mati sudah jelas-jelas bertentangan
dengan hak seseorang untuk hidup ( HAM ), sedangkan mereka juga ada
yang mengatakan bahwa secara filosofi moral Konstitusi tidak
memberikan wewenang kepada negara untuk memberlakukan hukuman
mati.
5. Kami menolak penerapan hukuman mati kepada pelaku tindak pidana
korupsi. Menurut kami, akan lebih baik apabila para pelaku tindak pidana
korupsi di pindahkan ke suatu daerah terpencil yang dimana daerah
tersebut tidak ada sinyal dan mereka tidak diperbolehkan membawa
telepon genggam. Para pelaku tindak pidana korupsi tersebut lebih baik di
suruh untuk bekerja di daerah terpencil tersebut untuk menanam dan
belajar cara memperoleh makanannya sendiri dengan harapan bahwa para
pelaku tindak pidana korupsi akan merenungkan perbuatannya yang salah
dan akan menyesali perbuatannya.
Topik -2 : PENERAPAN E-TILANG

Argumen Pro:

Ada 3 alasan mengapa penerapan sistem E-Tilang lebih unggul , yaitu :

1. Dalam penerapan sistem E-Tilang tidak ada namanya interaksi langsung


dengan petugas kepolisian. Dimana hal tersebut sangat mendukung
pemerintah Indonesia untuk memberantas kecurangan seperti suap yang
umumya sering.
2. Penerapan E-Tilang tidak membutuhkan personil kepolisian sehingga
efisien dan juga tepat sasaran
3. Penerapan E-Tilang dapat diberlakukan dimanapun dengan sumber daya
yang mencukupi.

Argumen Kontra :

1. Mekanisme pelayanan aplikasi E-Tilang yang selama ini ada


sesungguhnya tidak sesuai dengan pasal 4 huruf (b) Peraturan Kepala
Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2018 yaitu efisiensi dan efektivitas, yaitu prosedur E-Tilang harus
sederhana, cepat, dan mudah dilaksanakan serta berdampak pada
menurunnya pelanggaran lalu linyts, namun fakta dilapangan prosedur E-
Tilang justru mempersulit penindakan pelanggaran lalu lintas karena
perlunya dua kali kerja dalam tahap registrasi identitas pelanggar.
2. Penerapan E-Tilang memakan biaya yang lebih karena diperlukan
pembelian alat lagi
3. Penerapan E-Tilang sulit dilakukan di tempat non urban dikarenakan
masih kurangnya sumber daya yang memadai

Anda mungkin juga menyukai