Anda di halaman 1dari 4

+

HUKUM MATI BAGI KORUPTOR

Argumentasi PRO
Nasrul
korupsi sudah merajalela di berbagai bidang dan lapisan. Dari generasi ke generasi, dari
rezim ke rezim korupsi sulit diberantas bahkan semakin mengakar dan dilakukan secara
masif. Lembaga-lembaga hukum berdiri, idealnya mampu memberantas korupsi dari hilir
sampai hulu, lembaga adhock yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dibentuk dan
terlahir dari semangat negeri bebas dari rongrongan korupsi,
Dilihat dari sudut pandang kemanusiaan penerapan pidana mati seolah-olah kejam dan tidak
berprikemanusiaan, namun jika direnungkan secara mendalam, sebenarnya pidana mati
memberikan efek jera yang sangat efektif, baik terhadap si pelaku (efek detterence), maupun
terhadap masyarakat yang berpotensi melakukan kejahatan-kejahatan berat (general
detterence).
Dari beberapa perspektif pidana mati masih memiliki tempat dan memberikan harapan agar
masyarakat berfikir ribuan kali untuk melakukan kejahatan-kejahatan berat yang diancam
pidana mati, antara lain, kejahatan narkoba, terorisme, korupsi, pembunuhan berencana dan
perampokkan dengan kekerasan. Meski kritikan terus bertambah terhadap pidana mati, untuk
sekarang ini Indonesia masih memerlukan pidana mati untuk melindungi masyarakat dari
ancaman penjahat-penjahat yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan jiwa
manusia, kita semua hendaknya bisa berfikir holistik dalam menyikapi persoalan pidana mati,
idealnya cita hukum yaitu keadilan, kepastiam dan manfaat bisa terpenuhi secara bersama-
sama,
Aisyah
penerapan pidana mati secara filosofis adalah untuk melenyapkan kejahatan-kejahatan besar
sehingga akan dirasakan keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat banyak meskipun harus
kehilangan satu nyawa, sulit mencapai kesempurnaan, namun demikian setidak-tidaknya
hukum bisa mendekati kesempurnaan dengan ukuran keadilan . Sebagaimana pada pasal 2
ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan tindak Pidana Korupsi. Ayat (2) menyatakan bahwa 
"Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan." Pasal ini menyebutkan “keadaan tertentu”,
keadaan yang dimaksud adalah ketika bencana alam, krisis ekonomi, dan sebagainya dapat
dipidana hukuman mati. 
Heru Hidayat dituntut hukuman mati oleh jaksa dalam perkara ASABRI. Ia bekerjasama
dengan mantan Direktur Utama ASABRI, Adam Damiri dan Sonny Widjaja, telah
mengakibatkan negara rugi Rp22,7 triliun
Hal ini selaras dengan korupsi dilaksanakan ketika keadaan pandemi. Sebab, pandemi
ditetapkan sebagai bencana nasional.
Simpulan PRO
Selpi
Sepanjang peradaban manusia belum punah, kejahatan akan senantiasa ada mengiringi
peradaban yang silih berganti, namun demikian hukum tidak boleh tidur dan mati, hukum
harus tetap ditegakkan meski langit runtuh. Semboyan ini nampaknya tidak berlebihan disaat
negara dihantui penjahat-penjahat yang meracuni negaranya, dan menggerogoti kekayaannya,
serta menyengsarakan warganya.
Indonesia hendaknya bisa berkaca pada China dalam penegakan hukum terhadap korputor, di
China tiada ampun bagi koruptor, bahkan Cheng ke jie wakil ketua Parlemen China juga
dihukum mati, ju Rongji Perdana Mentri China beberapa tahun yang lalu mengatakan
“siapkan ribuan peti mati untuk para koruptor, tetapi siapkan juga satu peti mati buat saya,
jika saya juga korupsi, saya siap dihukum mati.” Perkataan Ju Rongji tersebut hendaknya
menginspirasi para pemimpin Indonesia untuk tegas dalam pemberantasan korupsi tanpa
pandang bulu. Dengan cara seperti itulah korupsi bisa ditekan, diberantas dan diminimalisir.
Plato, seorang filsuf Yunani kuni berkata, para pemimpin yang menelantarkan dan tidak
memberikan kesejahteraan rakyat dapat dihukum mati tanpa upacara. oleh karena itu kami
tim pro akan tetap pro dalam mosi debat ini
-
HUKUM MATI BAGI KORUPTOR

Argumen KONTRA
Nasrul
Hak hidup adalah hak paling mendasar yang tidak bisa dikurangi dalam keadaan apapun yang
dijamin oleh konstitusi.Sebagaiamana yang disampaikan oleh ketua komnas HAM RI Ahmad
Taufan Damanik “Padahal tidak ada korelasi antara penerapan hukuman mati dengan upaya
pencegahan dan efek jera di dalam pemberantasan tindak korupsi,”
Kemudian, vonis hukuman mati bukan lah solusi yang tepat untuk memberantas korupsi,
karena selain tidak cukup efektif mengatasi tindak pidana korupsi, juga bertentangan dengan
norma hak asasi manusia. Indonesia tidak saja dinilai dari seberapa kuat membangun sistem
pencegahan dan penindakan terhadap praktek korupsi, tetapi juga akan dinilai seberapa jauh
memiliki komitmen kepatuhan terhadap standar hak asasi manusia. 
Komnas HAM sejak awal tidak sepakat dengan hukuman mati, karena bagi Komnas HAM
hak untuk hidup merupakan hak absolut seorang manusia, Meski dalam Kovenan Hak Sipil
dan Politik (ICCPR) pasal 6 ayat 2 masih membenarkan hukuman mati, namun hanya
diterapkan kepada tindakan pidana paling serius (the most serious crimes) yakni pelanggaran
HAM yang berat (gross violation of human rights) yakni genosida, kejahatan kemanusiaan,
kejahatan perang dan agresi, dan tidak termasuk tindak pidana korupsi. Resolusi Dewan
HAM PBB justru mendorong untuk menghapus hukuman mati.
AIsyah
Mungkin lebih baik menekankan strategi pemberantasan korupsi yang efektif ketimbang
mengedepankan hukuman mati sebagai ganjaran. pembenahan tata kelola secara masif dan
bersifat sistemik dari akar permasalahannya dapat menjadi strategi pemberantasan korupsi.
Kemudian dalam hal budaya korupsi yang jamak di masyarakat misalnya, dengan
menggencarkan upaya mendidik kepatuhan terhadap hukum dari usia dini serta menerapkan clean
government di level pemerintahan.

Juru bicara KPK Ali Fikri, turut urun pendapat. Tuntutan pidana mati, disampaikan Ali Fikri,
adalah sebagai pemberatan bukan menjadi pokok dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Ia menyampaikan bahwa prioritas bagi KPK adalah pendidikan dan pencegahan
baru kemudian penindakan. Melalui upaya pencegahan tindak korupsi potensi kerugian Negara
dapat diminimalkan serta melalui pendidikan anti korupsi dapat dibangun sistem yang lebih
berintegritas
Simpulan KONTRA
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki
hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapan saja, di
mana saja, dan kepada siapa saja, sehingga sifatnya universal.Salah satu contoh dari HAM ialah hak untuk
hidup

HAM hak untuk hidup merupakan hak absolut seorang manusia, dalam berbagai kajian PBB
menyimpulkan tidak ada korelasi antara pemberantasan tindak pidana kejahatan dengan hukuman
mati.  Meski dalam Kovenan Hak Sipil dan Politik (ICCPR) pasal 6 ayat 2 masih membenarkan
hukuman mati, namun hanya diterapkan kepada tindakan pidana paling serius (the most serious
crimes) yakni pelanggaran HAM yang berat (gross violation of human rights) yakni genosida,
kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang dan agresi, dan tidak termasuk tindak pidana korupsi.

Mengutip dari paparan ICW, skor Indeks korupsi (CPI) China tahun 2020, sebagai salah satu
Negara yang gencar menerapkan hukuman mati bagi pelaku korupsi, tercatat di angka 42 dari
skala 0-100 dimana nilai yang lebih tinggi merupakan indikator bahwa responden memberikan
penilaian yang baik, sementara nilai rendah mengindikasikan bahwa responden menilai bahwa di
daerahnya praktik korupsi masih tinggi, yang berarti praktik korupsi disana masih cukup tinggi.
Sebaliknya, negara-negara terbaik  Indeks Persepsi Korupsinya (di antara angka 85-87) yakni
Denmark, Selandia Baru, Finlandia, Singapore, Swedia dan Switzerland, (kecuali Singapore yang
masih menerapkan hukuman mati namun bukan untuk tindak pidana korupsi), negara-negara
tersebut sudah lama menghapuskan hukuman mati. Sementara negara-negara yang paling buruk
Indeks Persepsi Korupsinya (di antara angka 10-14), yakni Korea Utara, Yaman, Sudan Selatan,
Suriah dan Somalia, justru adalah negara yang menerapkan hukuman mati.  .  oleh karena itu
kami tim kontra akan tetap kontra dalam mosi debat ini

Anda mungkin juga menyukai