Mahfud MD
Pernyataan Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan Prof. Mahfud MD mengenai
“setiap perbuatan kejahatan itu tidak semuanya disebut dengan pelanggaran HAM”.
Menurutnya pelanggaran HAM itu adalah Tindakan yang dilakukan secara terstruktur oleh
negara beserta aparat, kemudian rakyat yang menjadi korbannya. Perbedaan pola pelanggaran
HAM saat era Presiden Jokowi berbeda dengan era orde baru. Di era orde baru pelanggaran
memang dilakukan dengan sengaja oleh aparat pada rakyatnya dengan cara terstruktur serta
memiliki target yang jelas. Di akhir Prof Mahfud MD juga menegaskan bahwa pelanggaran
HAM di era ini juga terjadi pelanggaran HAM namun sudah banyak mengalami kemajuan
yakni pelanggaran HAM yan dilakukan secara terencana sudah berkurang banyak.
Pada poin kedua yaitu mengenai pernyataan tentang tidak adanya kasus pelanggaran
HAM di era Jokowi dari tahun 2014 sampai 2019, hanya pelanggaran HAM yangterjadi
sebelum era Jokowi yang ada yang belum diunggkap saat ini. Pernyataan ini sebenarnya
menimbulkan kebingungan terhadap masyarakat, karena berdasarkan dari kasus-kasus yang
terjadi ada banyak sekali tindak kekerasan yang bisa dikatan sebagai pelanggaran HAM.
Contoh salah satunya, KontraS menyoroti mengenai tindakan kekerasan yang terjadi di wilayah
Papua. Setidaknya terdapat 64 peristiwa kekerasan terhadap masyarakat yang didominasi oleh
tindakan penembakan, penganiayaan, dan penangkapan, selanjutnya berdasarkan Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) tercatat ada 30 kasus pelanggaran Hak asasi
manusia yang dialami oleh mahasiswa sepanjang tahun 2018 hingga pertengahan Agustus 2019
di beberapa daerah di Indonesa. Demonstrasi besar-besaran pada Tahun 2019 yang memakan
korban jiwa yang berjatuhan, adanya pemukulan sewenang-wenang dari aparat negara,
penagkapan secara paksa sampai mengkriminalisasi seseorang untuk dijatuhi hukuman. Ada
banyaknya kasus yang terjadi yang dilakukan oleh aparat negara seperti contoh diatas namun
tidak dipandang sebagai pelanggaran HAM namun hanya diadili dengan penjatuhan hukuman
sanksi disiplin, penurunan pangkat, penjatuhan hukuman ringan yang tidak setimpal dengan
apa yang mereka buat dan bahkan ada juga yang bebas dan tidak dijatuhkan hukuman bersalah.
Hal tersebut merupakan suatu hal yang tidak dilihat atau diabaikan oleh pemerintah. Yang
sebenarnya hal tersebutlah merupakan suatu akar dari permasalahan tindak kejahatan
kemanusiaan.
Poin selanjutnya saya melihat tidak adanya upaya pemerintah dalam mengungkap kasus
HAM, pemerintah harusnya bergerak aktif melakukan upaya-upaya pencegahan dan berusaha
mengungkapkan pelanggaran HAM di masa lalu. Bukankah negara ini dipimpin oleh
pemerintah yang ingin melihat negaranya baik dan rakyatnya sejahtera, bukankah pemerintah
berkewajiban mengusut tuntas kasus-kasus yang terjadi di masa lalu. Namun hal itu yang
sepertinya diabaikan oleh pemerintah. Kita semua mengetahui bahwa ada banyak kasus yang
sampai saat ini masih belum diusut tuntas. Tercatat bahwa ada banyak kasus kejahatan terhadap
kemanusiaan yang telah diselidiki oleh Komnas HAM Republik Indonesia dari peristiwa 1965
sampai sekarang banyak kasusnya itu diberhentikan dan hanya tiga kasus yang sudah diadili
tetapi semua terdakwa kasus terhadap kemanussan divonis bebas. Apakah itu merupakan
sebuah keadilan yang menurut pemerintah adil. Ada banyak pelaku kasus pelanggaran HAM
yang masih belum diadili dan pelaku tersebut masih bisa duduk di dalam lingkaran kekuasaan,
menjadi Dewan Pertimbangan Presiden, mentri, dan menjadi pemimpin di sebuah partai
politik, dan bahkan sampai mencalonkan dirinya untuk maju mengikuti kontestasi pemilihan
kepala negara.
Terdapat banyak gelombang aksi upaya untuk menuntut pemerintah agar dapat
menuntaskan kasus – kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Adanya gerakan aksi kamisan
yang menuntut para pelaku penembakan dan penghilangan paksa Trisakti, Semanggi 1 dan 2,
dan kasus tragedi kemanusiaan di Indonesia dapat diusut tuntas oleh pemerintah. 14 tahun Aksi
Kamisan ini telah digelar di depan istana presiden menanti kepastian terhadap kasus
pelanggaran HAM. Pemerintah seolah mengabaikan tanggung jawabnya. Pengabaian
pengusutan tuntas kasus pelanggaran HAM ini memiliki dampak buruk yang akan terus muncul
dan akan membuat masalah yang terus berulang. Pemikiran untuk berbuat kejahatan akan terus
ada dan tidak akan berhenti sampai kapan pun jika pemerintah tidak melakukan upaya
pencegahan yang konkrit. Penuntasan kasus – kasus sebelumnya diharapkan dapat menjadi
pembelajaran di masa yang akan datang. Pemerintah dan aparat nya harus bersikap adil untuk
mencegah pelanggaran yang terjadi, melakukan pendekatan secara persuasif kepada
masyarakat dan tanpa adanya paksaan apalagi dengan menenteng senjata yang dapat memicu
Tindakan konflik yang berkepanjangan dan jatuhnya korban jiwa seperti kasus – kasus
sebelumnya.