Anda di halaman 1dari 9

KLIPING

KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

Disusun oleh:

Nama: Artha perucha

Kelas: XII IPA 4

Mapel: Pendidikan Agama Kristen

SMAN 16 BEKASI

Jalan Arteri, RT.003/RW.002, Jatimelati, Kec. Pd. Melati, Kota Bks, Jawa Barat 17415
A.Latar Belakang

Negara hukum adalah negara yang dalam menjalankan sitemnya berdasarkan atas hukum yang
berlaku berdasarkan kepentingan umum serta bebas dari kesewenag-wenangan penguasa. Dalam
penyelenggaraannya negara haruslah bertumpu pada demokrasi. Karena jika negara hukum tanpa demokrasi
sama dengan hilangnya maksud atau makna dari negara hukum tersebut.

J.B.J.M ten Berge menyebutkan prinsip-prinsip negara hukum dan demokrasi sebagai berikut
1. Prinsip-prinsip negara hukum :
a. Asas legalitasb.
b. Perlindungan hak-hak asasic.
c. Pemerintah terikat pada hukumd.
d. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukume.
e. Pengawasan oleh hakim yang merdeka2.

2. Prinsip-prinsip Demokrasi
:a. Perwakilan politik
b.. Pertanggungjawaban politik
c.. Pemencaran kewenangan
d. Pengawasan dan Kontrole.
e. Kejujuran dan keterbukaan pemerintah terhadap umum
f. Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan

Catatan sejarah yang kelam menujukan banyaknya kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia dan
diantara kasus-kasus pelanggaran tersebut masih banyakyang hingga kini belom terselesaikan.
Contoh kasus pelanggaran HAM yangpernah terjadi Indonesia yaitu :
1. Kasus G30S/PKI
2. Kasus Novel Baswedan
3. Kasus Pembunuhan Munir
4. Kasus perampasan literasi buku-buku kiri
5. Peritiwa Trisakti
Karena itulah perlunya pengkajian lagi yang lebih mendalam terkait kasuspelanggaran Hak Asasi
Manusia yang ada di Indonesia mengigat statusnyasebagai negara hukum yang demokratis dan
seharusnya menjunjung tinggi hak asasi yang ada.
B. Pengertian Pelanggaran HAM
Setiap manusia memiliki hak, entah itu bayi atau lansia, miskin atau kaya, muda atau tua. Akan tetapi
sebenarnya ada satu hak yang paling dijunjung dalam hidup setiap manusia dan eksistensinya sudah ada sejak
kita berada dalam kandungan, hak tersebut adalah hak asasi manusia atau yang biasa disebut HAM. HAM
secara umum adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki oleh setiap insan yang lahir di dunia sebagai karunia
Tuhan serta harus dihormati dan ditegakkan. HAM tidak dapat dicabut serta bersifa ygt hakiki dan universal pada
semua manusia.DalamUndang-Undang No.39 tahun 1999 Pelanggaran HAM adalah setiapperbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara melawan hukum ,mengurangi,menghalangi, membatasi dan mencabut HAM seseorang atau
kelompok orangyang dijamin oleh undang-undang ini dan tidak mendapat atau dikhawatirkantidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkanmekanisme hukum yang
berlaku.Yang sekarang telah menjadi UU No.26/2000tentang pengadilan HAM yang berbunyi
pelanggaran HAM adalah setiapperbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengajaataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,menghalangi,
membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompokorang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini, dan tidak didapatkan ataudikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang berlaku.Mastricht Guidelines3 telah menjadi dasar utama bagi identifikasi pelanggaran HAM .
Macam pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu pelanggaran HAM berat dan pelanggaran
HAM ringan. Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan termasuk dalam pelanggaran HAM yang berat.

Kejahatan genosida itu sendiri berdasarkan UU No.26/2000 tentang pengadilan HAM adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok, bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama.5

Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditunjukan
secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan kemerdekaan atau perampasan
kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggarkan (asas-asas)ketentuan pokok
hokum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudak seksualan, pelacuran secara paksaan atau
bentuk- bentuk kekerasan seksual lain yang setara , penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut
hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.C. Subjek yang dapat
menjadi pelanggar HAM menurut Mastricht Guidelines3 pelanggaran HAM terjadi lewat acts
ofcommission (tindakan untuk melakukan),oleh pihak Negara atau pihak lain yang tidak diatur secara
memadai oleh Negara atau lewat acts ofdiscommission(tindakan untuk tidak melakukan tindakan apapun)
olehPelanggaran HAM oleh pihak Negara dapat dilihat dalam hal kegagalan nya untuk memenuhi tiga jenis
kewajiban yang berbeda,yakni:1. Kegagalan dalam kewajiban untuk menghormati, seperti pembunuhan
diluarhukum.2. Kegagalan dalam kewajiban untuk melindungi, seperti kegagalan untuk mencegah
terjadinya penyerangan etnis tertentu.3. Kegagalan dalam kewajiban untuk memenuhi, seperti kegagalan
dalam memberikan layanan pendidikan dan kesehatan yang memadai. Sedangkan bentuk pelanggaran yang
dilakukan oleh satuan pemerintah nya diantara-Nya pembunuhan oleh tentara, pemberontakan dan
serangan bersenjata oleh salah satu pihak melawan pihak lain. Menurut UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM juga disebutkan bahwa pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara
maupun bukan aparatur Negara. Oleh karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya
ditujukan terhadap aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur
negara. Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan
terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan.
Pelanggaran hukum menurut HAM

Secara harfiah pelanggaran Hukum dan Pelanggaran HAM memiliki perbedaan fundamen yaitu Pelanggaran
hak asasi manusia yang didefenisikan oleh UU HAM No. 39 Tahun 1999 adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat negara baik sengaja ataupun tidak disengaja, atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.seadngkan
menurut hemat kami pelanggran hukum lebih luas cakupannya bisa dalam lingkup pidana, perdata, tata negara,
bahkan dalam peraturan yang tidak tertulis. Secara jelas dapat kami sebutkan bahwa pelanggran ham adalah
spesies dan pelanggran hukum merupakan genusnya . Saat ini tidak dapat dibantah lagi Bahwa seluruh hak
asasi manusia
Merupakan hal yang tidak Terpisahkan, saling tergantung,Saling berhubungan dan sama Pentingnya terhadap
martabat Manusia. Oleh karena itu, negara Bertanggung jawab tidak hanya Terhadap pelanggaran hak Ekonomi,
sosial dan budaya, Tetapi juga terhadap pelanggaran Hak sipil dan politik.

Beberapa unsur yang muncul dalam batasan tersebut bahwa Pelaku pelanggaran hak asasi
Manusia berpotensi dilakukan Oleh seseorang atau kelompok Termasuk aparat negara. Artinya,
Harus dicermati bahwa bentuk-Bentuk pelanggaran hak asasi
Manusia bisa dilakukan oleh pemerintah sebagai duty bearer maupun oleh warga negara itu sendiri sebagai right
holder.Pelanggaran tersebut bisa pula didasari unsur kesengajaan maupun ketidaksengajaan, dengan kata lain
tidak ada alasan pembenaran atas terjadinya suatu pelanggaran hak asasi manusia. Yang perlu dilakukan
adalah perbaikan atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia tersebut, termasuk pada para pelaku,
pemerintah, lembaga peradilan, kepolisian, dan lembaga Legislatif. Komitmen yang sungguh-Sungguh untuk
mengatasi pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi. Dengan demikian dalam pemahaman yang luas, potensi
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia dalam penegakan hukum sangat boleh terjadi. Hal Ini dimungkinkan
ketika substansi penegakan hukum tersebut tidak Lagi mengindahkan prinsip-prinsip Atau pun nilai norma hak
asasi manusia itu sendiri.
Aborsi Menurut HAM

bagaimana PP No. 61 Tahun 2014 mengatur tentang mekanisme


dan prosedur aborsi bagi korban perkosaan dari perpektif HAM dan Hukum Islam.
Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 75 ayat (1)UU Kesehatan,
yang menyebutkan bahwa aborsi dilarang terkecuali ada indikasi kedaruratan medis
dan kehamilan akibat perkosaan. Menurut peraturan tersebut pelaksanaan aborsiharus
memenuhi prosedur pembuktian berupa pembuktian usia kehamilan melalui surat keterangan dokter, keterangan
penyidik dan keterangan psikolog tentang terjadinya perkosaan. Menurut hukum Islam, hukum melakukan aborsi
bagi korban perkosaan berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi. Sementara Menurut Undang –Undang No
39 Tahun 1999 tentang HAM aborsi hanya boleh dilakukan untuk melindungi jiwa ibu dan anak, alasan selain itu
dianggap melanggar HAM. UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM mengatur tentang hak hak yaitu hak untuk
hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hakmemperoleh keadilan, hak
atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Mengenai hak untuk hidup, Pasal 9 (1) Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, mengatur bahwa setiap orang Berhak untuk hidup, dan
mempertahankan hidup dan meningkatkan Taraf kehidupannya. Ketentuan ini menunjukkan bahwa hak untuk
Hidup merupakan hak mendasar yang melekat atau dimiliki seseorang Sebagai karunia Tuhan. Selanjutnya
pada pasal 53 (1) Undang-Undang Hak Asasi Manusia mengatur tentang hak anak. Dalam pasal tersebut
Dinyatakan bahwa setiap anak dalam kandungan berhak untuk hidup, Mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupannya.Sejalan dengan Undang-Undang HAM, maka Undang-Undang No. 22 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak juga mengatur tentang Perlindungan anak. Perlindungan anak adalah segala
kegiatan untuk Menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup,Tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
Harkat, martabat kemanusiaan
Membunuh Menurut HAM

Hak Asasi Manusia atau yang lebih dikenal dengan sebutan HAM adalah hak dasar yang dimiliki oleh
setiap manusia yang didapat sejak lahir. Sebagai salah satu contohnya ialah hak untuk hidup.
Hak untuk hidup tentu dimiliki oleh setiap manusia. Dengan adanya hak ini, manusia bisa menikmati
keindahan dan kepahitan dunia ini. Manusia bisa memiliki emosi yang berbeda-beda. Manusia bisa
berkomunikasi dan beraktivitas. Manusia bisa melakukan segalanya.
Namun dengan adanya hak ini, muncul permasalahan yang benar-benar bertentangan dengan hak
untuk hidup, yaitu pembunuhan. Pembunuhan datang dalam berbagai macam bentuk seperti
mengakhiri nyawa orang lain ataupun mengakhiri nyawa diri sendiri.Dalam kasus mengakhiri nyawa
orang lain, sebagai contoh adalah pembunuhan biasa yang sering terjadi baik sengaja (meracuni,
perkosaan sampai mati, dll) maupun tak sengaja (kecelakaan). Dalam pengananan kasus ini,
seringkali muncul rasa ketidakadilan seperti pembunuh hanya dipenjara meski telah membunuh
sekian orang atau bahkan bisa dilepaskan karena dianggap tidak sengaja (tak bersalah). Padahal
dalam kehidupan bermasyarakat ada suatu frase “mata ganti mata, gigi ganti gigi”, artinya suatu
perbuatan yang mencelakai dibalas dengan hal yang sama. Namun, mengapa kita tidak
memberlakukan frasa itu? Karena bila kita memberlakukannya, maka kita hanya akan mnejadi
pembunuh, menentang hak untuk hidup dan menjadi seseorang yang tak jauh beda dari ‘mereka’.
Dalam kasus terparah, kita bisa terperangkap dalam lingkaran pembunuhan.
Secara keseluruhan, pembunuhan adalah suatu hal yang buruk di mata masyarakat, namun apakah
itu melanggar hak untuk hidup? Terutama bila kasus itu adalah kasus bunuh diri / demi
menyelamatkan orang lain? Pembunuhan adalah pembunuhan maka hal tersebut tentu melanggar
hak untuk hidup, namun akan berbeda cerita bila korban yang meminta untukdibunuh sebab hak
untuk hidup berarti hak yang diperoleh oleh setiap manusia untuk hidup dan ada dalam dunia ini.
Dan kita ketahui bahwa kita boleh menerima maupun menolak hak yang kita miliki, dan hal ini
berlaku dalam hak untuk hidup. Maka bukanlah suatu masalah bila mengakhiri hidup sendiri, hanya
saja akan dipandang buruk oleh masyarakat sekitar terutama oleh agama dan hukum.
Kebebasan Beragama Dalam HAM

Secara normatif dalam perspektif Hak Asasi Manusia (HAM) hak kebebasan beragama atau
berkeyakinan dapat disarikan ke dalam 8 (delapan) komponen yaitu;
1. Kebebasan Internal Setiap orang mempunyai kebebasan berfikir, berkeyakinan dan
beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menganut atau menetapkan agama atau
kepercayaan atas pilihannya sendiri termasuk untuk berpindah agama dan keyakinannya.

2. Kebebasan Eksternal Setiap orang memiliki kebebasan, apakah secara individu atau di dalam
masyarakat, secara publik atau pribadi untuk memanifestasikan agama atau keyakinan di
dalam pengajaran dan peribadahannya

3. Tidak ada Paksaan Tidak seorangpun dapat menjadi subyek pemaksaan yang akan
mengurangi kebebasannya untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama atau keyakinan
yang menjadi pilipilihanny4.

4. Tidak Diskriminatif Negara berkewajiban untuk menghormati dan menjamin kebebasan


beragama atau berkepercayaan semua individu di dalam wilayah kekuasaannya tanpa
membedakan suku, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan keyakinan, politik atau
pendapat, penduduk: asli atau pendatang, serta asal usulnya.

5. Hak dari Orang Tua dan Wali Negara berkewajiban untuk menghormati kebebasan orang
tua, dan wali yang sah, jika ada untuk menjamin bahwa pendidikan agama dan moral bagi
anak-anaknya sesuai dengan keyakinannya sendiri.

6. Kebebasan Lembaga dan Status Legal Aspek yang vital dari kebebasan beragama atau
berkeyakinan, bagi komunitas keagamaan adalah untuk berorganisasi atau berserikat
sebagai komunitas. Oleh karena itu komunitas keagamaan mempunyai kebebasan dalam
beragama atau berkeyakinan termasuk di dalamnya hak kemandirian di dalam pengaturan
organisasinya.

7. . Pembatasan yang diizinkan pada Kebebasan Eksternal Kebebasan untuk menjalankan


agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh undang-undang dan demi
kepentingan melindungi keselamatan dan ketertiban publik, kesehatan atau kesusilaan
umum atau hak-hak asasi dan kebebasan organisasinya

8. Non-Derogability Negara tidak boleh mengurangi kebebasan beragama atau berkeyakinan


dalam keadaan apapun.

III. JAMINAN KEMERDEKAAN BERAGAMA DALAM UUD & UU 1. UUD 1945 Pasal 28E, ayat (1)
Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, ayat (2) Setiap orang
berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan
hati nuraninya. 2. UUD pasal 29 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

~Sekian dan terima kasih~


God bless

Anda mungkin juga menyukai