ABSTRAK
Permasalahan tindak pidana narkotika merupakan sebuah permasalahan yang sangat rumit
diatasi sampai saat ini, juga merupakan salah satu kejahatan yang luar biasa. Permasalahan itu
terus mengahantui setiap kalangan masyarakat baik yang tua dan yang muda di seluruh bangsa-
bangsa di dunia. Penyalahgunaan narkotika memilik dampak yang sangat berbahaya contohnya
dapat merusak sistem kerja otak, fisik, emosi, kesehatan mental dan sikap dalam kehidupan
bermasyarakat. Sanksi terhadap pengedar maupun pemakai penyalahgunaan narkotika dapat
dikenakan hukuman yang berat sesuai ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Undang-
undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah mengatur tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika, hal ini bertujuan bahwa kejahatan ini dapat diberantas dengan
pemberlakuan sanksi pidana yang cukup berat kepada para pelaku maupun pihak-pihak lain
yang terlibat dalam tindak pidana narkotika. Kejahatan narkotika dapat dikenakan sanksi
pidanan penjara, pidana denda, pidana seumur hidup, dan sanksi lainnya. Namun, dalam
praktiknya hukuman yang dijatuhkan kepada para pihak yang terikat dengan penyalahgunaan
narkotika sering kali putusan pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa lebih ringan dari
ketentuan pidana minimum khusus yang telah diatur dalam undang-undang. Terkait makalah
ini, penulis menjelaskan bagaimana tindak pidana penyalahgunaan narkotika telah mengancam
masyarakat, memaparkan berbagai solusi pencegahan dan penanganan narkotika bertujuan
untuk mengetahui tindakan yang dapat dijatuhkan terhadap kejahatan penyalahgunaan narkotika
sebagai salah satu kejahatan transnasional dan untuk mengkaji kontrol sosial sebagai solusi
yang konkrit terhadap penyalahgunaan narkotika yang merajalela yang dapat membunuh
generasi bangsa.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Narkotika pada dasarnya sangat dibutuhkan dan memounyai manfaat yang baik
di bidang kedokteran, ada beberapa obat golongan nerkotika yang diizinkan untuk
digunakan dalam pelayanan kesehatan, dengan indikasi atau kegunaan sebagai
analgesic. Obat golongan narkotika dapat digunakan sebagai pengurang rasa nyeri,
karena sifatnya yang berkairan dengan reseptor opoid yang ada di tubuh. Namun,
penggunaan narkotika di kalangan masyarakat banyak salah mengartikan penggunaan
narkotika sehingga menyebabkan hal yang negatif sehingga banyak memakan korban
dan merusak generasi penerus bangsa.
B. Rumusan Masalah
1) Apa fakor pesatnya peredaran penyelahgunaan narkotika ?
2) Mengapa masyarakat dari berbagai kalangan dapat terjerumus ke dalam
penyalahgunaan narkotika ?
2
3) Bagaimana peran hukum sebagai pengontrol dari penyalahgunaan narkotika ?
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Tindak pidana narkotika merupakan salah satu tindak pidana khusus karena
tidak menggunakan KUHP sebagai dasar pengaturannya melainkan diatur dalam
undang-undang khusu di luar KUHP yaitu UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika. Narkotika atau Narkoba berdasarkan etimologi berasal dari bahasa inggris
yaitu narcose atau narcosis yang juga dalam bahasa Yunani berarti menidurkan atau
membiuskan. Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang efeknya dapat berupa perubahan
perasaan, menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan,yang dibedakan
ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.1
1
Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
3
Narkotika digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu Narkotika Golongan I,
Narkotika Golongan II, dan Narkotika Golongan III. Penggolongan narkotika
berdasarkan Pasal 6 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 antara lain:
a. Narkotika Golongan I, yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika Golongan II, yaitu narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika Golongan III, yaitu narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
2
Wijayanti Puspita Dewi, Penjatuhan Pidana Penjara Atas Tindak Pidana Narkotika Oleh Hakim di
Bawah Ketentuan Minimum Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,
2019, hal 60.
3
Hari i Sasangka,Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana (Bandung: Mandar Maju, 2011)
4
d. untuk melepaskan diri dari rasa kesepian dan ingin memperoleh
pengalaman-pengalaman emosional;
e. untuk berusaha agar dapat menemukan arti hidup;
f. untuk mengisi kekosongan dan mengisi perasaan bosan, karena kurang
kesibukan;
g. untuk menghilangkan rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan oleh
problema yang tidak bisa diatasi dan jalan pikiran yang buntu, terutama
bagi mereka yang mempunyai kepribadian yang tidak harmonis;
a. Faktor Subversi
b. Faktor Ekonomi
setiap pecandu narkoba setiap saat membutuhkan narkotika sebagai bagian dari
kebutuhan hidupnya yang cenderung dosisnya akan selalu bertambah,
dibandingkan dengan dengan beberapa barang dagangan lainnya, narkotika
adalah komoditi yang menguntungkan, meskipun ancaman dan resikonya cukup
berat.
c. Faktor Lingkungan
5
B. Penerapan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Kejahatan di Indonesia
4
Anton Sudanto, Penerapan Hukum Pidana Narkotika di Indonesia, Jakarta. Vol 8 No. 1, 2017. hal 140
5
Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Perundangan Narkotika. (Jakarta,Pustaka Yustisia, 2012), hal 119-138.
6
minimal hanya dapat dikenakan apabila tindak pidananya didahului dengan
permufakatan jahat, dilakukan secara terorganisasi, dan dilakukan oleh korporasi 6
6
Gatot Supramono SH, Hukum Narkoba Indonesia, (Tegal, Penerbit Djambatan, 2001) hal 199.
7
Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik, dan Sistem Peradilan Pidana, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, 2002, hlm. 15.
7
Setatus hukum anak sebagai pelaku tindak pidana penyalahguna Narkotika
bahwa anak berkedudukan atau bersetatus sebagai anak yang berkonflik dengan hukum
sebab anak tersebut berdasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan telah diduga menjadi
pelaku tindak pidana penyalahguna narkotika. Anak juga dapat bersetatus sebagai korban
tindak pidana penyalahguna narkotika sesuai dengan Undang-Undang Nomor.11 Tahun
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 ayat (4) karena anak dimanfaatkan
oleh oknum yang tidak bertanggungjawab baik itu dijadikan sebagai kurir, penjual
narkotika maupun dipaksa untuk memakai narkotika dan bahkan sudah menjadipecandu
narkotika sehinggadengan demikian dapat disebut sebagai korban penyalahguna
narkotika yang sangat berdampak negatif terhadap perkembangan dan pembinaan anak.
Pengaturan mengenai sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana narkotika telah
diatur di dalam ketentuan peraturan-perundang-undangan dinataranya diatur di dalam
Undang-undang Nomor. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU
SPPA) Dalam Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Peradilan Pidana Anak telah diatur mengenai pengatutran sanksi pidana bagi anak yang
melakukan tindak pidana atau dalam hal ini tindak pidana narkotika Narkotika yaitu
terdapat pada Pasal 69 sampai Pasal 83.
8
menjalani sanksi pidana atau eksekusi pidana para pihak yang terlibat dalam
pengeksekusian terhadap anak tersebut wajib mendapatkan perlakuan yang manusiawi.8
Peran serta masyarakat untuk ikut menjaga generasi muda dan anak-anak khusus
peran penting terdapat pada keluarga atau orang tua jika anaknya menjadi pelaku atau
korban maka orang tua dan keluarga diwajibkan untuk melaporkan anaknya kepada
Badan Narkotika Nasional setempat guna segera mendapatkan pertolongan dan
pengobatan melalui rehabilitasi.
8
Abd. Bsid, Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Dalam Perspektif Hukum Positif.
Malang, 2020, hal 471.
9
Hariyanto, Bayu P. (2018). Pencegahan Dan Pemberantasan Peredaran Narkoba Di Indonesia. Jurnal
Daulat Hukum, Vol.1, (No.1), pp.201-210
9
Pencegahan penyalahgunaan narkotika harus sesegera mungkin dilakukan
dengan tindakan yang bersifat antisipatif, meliputi pencegahan primer, pencegahan
skunder, dan pencegahan tersier, seperti berikut ini10:
KESIMPULAN
• Tindak pidana narkotika merupakan salah satu tindak pidana khusus karena
tidak menggunakan KUHP sebagai dasar pengaturannya melainkan diatur dalam
10
Yusuf Apandi, Katakan Tidak Pada Narkoba (Bandung: Simbiosa Rekatama Mebia, 2012), hlm. 22.
10
undang-undang khusu di luar KUHP yaitu UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika. Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang efeknya dapat berupa
perubahan perasaan, menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan
ketergantungan,yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana
terlampir dalam undang-undang ini. Perbuatan kejahatan penyalahgunaan
Narkotika dapat menimbulkan efek negative bagi tubuh dan berdampak sangat
berbahaya. Penggunaan narkotika secara tidak sah tidak hanya merugikan pelaku
tindak pidana narkotika saja melainkan juga dapat merugikan pihak lain.
Penyalahgunaan Narkotika memiliki beberapa faktor yaitu untuk membuktikan
keberanian dalam melakukan Tindakan-tindakan berbahaya dan mempunyai
resiko, untuk menghilangkan rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan oleh
problema yang tidak bisa diatasi dan jalan pikiran yang buntu, terutama bagi
mereka yang mempunyai kepribadian yang tidak harmonis.
11
orang baik individu, masyarakat dan negara. melakukan langkah langkah
Pencegahan yaitu Pencegahan penyalahgunaan narkotika harus sesegera
mungkin dilakukan dengan tindakan yang bersifat antisipatif, meliputi
pencegahan primer, pencegahan skunder, dan pencegahan tersier.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Gatot Supramono SH, Hukum Narkoba Indonesia, (Tegal, Penerbit Djambatan, 2001)
hal 199.
Hari i Sasangka,Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana (Bandung: Mandar
Maju, 2011)
Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Perundangan Narkotika. (Jakarta,Pustaka Yustisia,
2012), hal 119-138.
Yusuf Apandi, Katakan Tidak Pada Narkoba (Bandung: Simbiosa Rekatama Mebia,
2012), hlm. 22.
Jurnal
Abd. Bsid, Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Dalam Perspektif
Hukum Positif. Malang, 2020, hal 471.
Anton Sudanto, Penerapan Hukum Pidana Narkotika di Indonesia, Jakarta. Vol 8 No.
1, 2017. hal 140
Undang-Undang
Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
12