Anda di halaman 1dari 13

Peran Penyidik Polisi Dalam Mengungkap Tindak Pidana Narkoba

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester

Mata Kuliah Hukum Acara Pidana

Dosen : Eko Budi S, S.H, M.H.

Niken Fadilah Izmi

21107011047

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Tugas makalah ini pada dasarnya membentuk kami untuk bisa mengerti dan dapat
memahami lebih dalam mengenai mata kuliah Hukum pidana. Di dalam ini kami memberi judul
“ Peran penyidik polisi dalam mengungkap tindak pidana narkoba"
Dan kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih tidak sempurna, karena keterbatasan
kami, untuk itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI….............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN …..........................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

1. Bagaimana peran penyidik dalam mengungkap tindak pidana narkoba berdasarkan UU no 35


Thun 2009?......................................................................................................................................3

2. Apa saja kendala yang dihadapi penyidik dalam mengungkap tindak pidana narkoba?............5

3. Bagaimana Contoh Penangkapan Ammar Zoni Atas Kasus Narkoba?.......................................6

BAB III PENUTUP........................................................................................................................8

A. Kesimpulan.................................................................................................................................8

B. Saran............................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkotika (zat narkotika dan bahan narkotika) adalah zat buatan atau semi buatan atau
obat yang berasal dari tumbuhan atau selain tumbuhan yang menimbulkan kerugian berdasarkan
ketentuan yang terdapat dalam pasal 1 (1) Undang-Undang Narkotika No. 35 Tahun 2009. rasa
sakit dan juga dapat menyebabkan kecanduan. Kejahatan narkoba dapat diklasifikaikan sebagai
berlebihan atau ringan, tetapi tanpa penggunaan obat resep dan perdagangan ilegal. Tingginya
angka ketergantungan narkoba di Indonesia menjadi perhatihan publik, mengingat penyebaran
narkoba telah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk kalangan muda. Hal ini dapat
menghambat kehidupan bangsa dan negara di masa yang akan datang.

Masalah penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba memiliki dimensi yang luas dan
kompleks baik dari segi medis maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial, budaya,
kriminalitas, kerusuhan, dll). Maraknya perdagangan narkoba ilegal seringkali menggunakan
sistem yang terputus sehingga mempersulit penegak hukum untuk menindak kejahatan narkoba
ketika anggota jaringan tidak mengetahui niat satu sama lain. pengguna tidak mengenal
pengedar, sementara pengedar yang satu tidak mengenal pengedar yang lain, bahkan tidak
mengetahui siapa pengedar besar narkoba tersebut. Dari kasus yang dipublikasikan. pengedar
tidak hanya mengedarkan dan menjual obat, tetapi pengedar berperan ganda sebagai pengguna
dan penjual. Sebagian besar peredaran narkoba di Indonesia pada tahun 2021 diselenggarakan
oleh orang asing (asing) dan dikendalikan oleh jaringan internasional.

Di Indonesia, undang-undang yang mengatur dan mengatur penggunaan narkoba, serta


undang-undang tentang kecanduan narkoba dan pengobatan korban, disebut UU Narkotika.
Berbagai pengaturan penggunaan narkotika berawal dari undang-undang no. 9 tahun 1976
tentang narkoba. Seiring berjalannya waktu, peraturan pengendalian penggunaan narkoba diganti
dengan UU No. 22 yang kemudian diperbarui dan diganti dengan UU 35 Tahun 2009

iii
(selanjutnya disebut UU Narkotika Tahun 2009), karena UU yang lama dianggap tidak cukup
untuk mencegah penyebaran dan perdagangan gelap narkotika. pada saat itu Undang-Undang
Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 mengatur tentang proses penyidikan, penuntutan, dan
penyidikan di Pengadilan Narkotika, khususnya pasal 73 sampai dengan pasal 103. Dalam setiap
rangkaian kasus narkoba, proses penyidikan merupakan proses terpenting dalam pemberantasan
ketergantungan narkoba. Sebab, seperti ditulis sebelumnya, penyidikan adalah proses
pengumpulan bukti untuk menentukan siapa tersangkanya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran penyidik dalam mengungkap tindak pidana narkoba berdasarkan UU no 35


Thun 2009?

2. Apa saja kendala yang dihadapi penyidik dalam mengungkap tindak pidana narkoba?

3. Bagaimana Contoh Penangkapan Ammar Zoni Atas Kasus Narkoba?

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui peran penyidik dalam mengungkap tindak pidana narkoba berdasarkan UU
no 35 Thun 2009

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi penyidik dalam mengungkap tindak pidana narkoba

3. Untuk mengetahui contoh penangkapan ammar zoni atas kasus narkoba

iv
BAB II

PEMBAHASAN

1. Peran Penyidik Dalam Mengungkap Tindak Pidana Narkoba Berdasarkan Undang-


Undang No. 35 Tahun 2009.

Menurut Jurnal Hukum Indonesia, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan atau bukan tumbuhan, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat
menyebabkan ketidaksadaran atau perubahan, hilangnya sensasi, mengurangi rasa sakit, dan bisa
membuat ketagihan. Di sisi lain, Narkotika adalah obat atau bahan yang bermanfaat dalam
bidang pengobatan, perawatan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. namun di sisi
lain dapat menimbulkan ketagihan yang sangat berbahaya jika digunakan tanpa pengawasan dan
kntrol yang ketat dan menyeluruh. Dalam segi hukum, keberadaan narkoba adalah legal.
Undang-undang Narkoba hanya melarang penggunaan 0bat-obatan yang tidak sesuai dengan
peraturan yang ada, dan kondisi tersebut seringkali menimbulkan kecanduan untuk manfaat
nonmedis dan ilmiah pada tingkat percobaan. tetapi menjadi bisnis yang menguntungkan dan
berkembang pesat dimana kegiatan ini dapat menyebabkan kerugian fisik dan mental di semua
lapisan masyarakat.

Dari segi usia, tidak hanya remaja, tetapi juga orang paruh baya dan lanjut usia
menggunakan narkoba. Penyebaran narkoba tidak lagi terbatas di kota-kota bes saja, tetapi sudah
merambah ke kota-kota kecil dan sudah menyebar ke daerah kota bahkan desa-desa.

Undang-Undang Narkotika Indonesia yaitu UU No. 35 Tahun 2009 mengatur tentang segala
jenis tindak pidana narkoba, dan ketentuan KUHP UU Narkotika No. 35 Tahun 2009 memuat
beberapa pasal yang mengantur sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana penyalahgunaan
narkoba. UU Narkotika No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa seseorang
dapat dipidana jika terbukti bersalah menanam, membudidayakan atau memiliki narkoba
tersebut. Kepemilikan, pemilikan atau pemberian obat-obatan terlarang. Berdasarkan peraturan
pidana telah terbukti bahwa negara Indonesia tidak menghendaki penyalahgunaan narkoba

v
kecuali digunakan untuk kepentingannya sendiri dan digunakan untuk orang yang benar-benar
membutuhkan.

Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan khusus dibandingkan dengan kejahatan


lainnya. Menurut Suwanto, sifat kejahatan narkoba adalah kejahatan terorganisir dalam jaringan
sindikat, jarang ada kasus narkoba yang tidak tersindikasi, terutama heroin. Bersifat
internasional, bukan lokal. Meskipun rami dapat ditanam di Indonesia, rami dikonsumsi di
seluruh dunia sehingga dapat dikirim ke luar negeri. Penulis menggunakan sistem mutual
anonimity, artinya konsumen dan penjual tidak memiliki hubungan langsung (terpisah), sehingga
sulit untuk menemukan penjual jika pengguna tertangkap, begitu pula sebaliknya. Dalam
kejahatan narkoba, pelaku juga merupakan korban, sehingga laporan kejahatan narkoba sangat
sedikit.

Berdasarkan UU No. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia 2 Tahun 2002 juga
memiliki makna yang menunjukkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki
tugas termasuk penyidik dan penyidik. Hal ini tentunya dapat dilihat dari ketentuan Pasal 14 (1)
(g). Tentang putusan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa Kepolisian
Negara Republik Indonesia melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap segala tindak
pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pasal 81 menjelskan


bahwa penyidik kepolisian Negara Indonesia dan penyidik BNN berwenang melakukan
peyelidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan prekurso Narkotika
berdasarkan Undang-Undang.

Jadi, berdasarkan ketentuan KUHAP Pasal 5, Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 35
tahun 2009 maka snagat jelas bahwa penyidik yakni dari kepolisian Negara Republik Indonesia,
sedangkan penyidik yang menangani tindak pidana khusus setiap apparat penegak hukum
memahami ruang lingkup serta Batasan wewenangnya. Dengan begitu, diharapkan di satu sisi
tidak terjadi pelaksanaan wewenang yang tumpah tindih, di sisi lain tidak akan ada perkara yang
tidak ditangani oleh apparat yang tidak ditangani oleh apparat sama sekali.

vi
2. Kendala Yang Dihadapi Penyidik dalam Mengungkap Tindak Pidana Narkoba

Hak untuk mengadili kasus kejahatan narkoba di Indonesia. Polisi juga harus mengikuti
aturan Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) saat mengusut kejahatan narkoba.
Undercover Buy (pembelian terselubung) pengertian undercover atau penyusupan adalah suatu
rupa sehingga orang-orang yang melakukan dan segala kegiatan tidak boleh menimbulkan
kecurigaan pada orang disusupi. Tindakan pembelian terselubung (undercover buy) diatur dalam
pasal 75 huruf j undang-undang narkotika yang artinya penyidik narkotika dan prekurso
narkotika berhak untuk melakukan atau bertindak langsung sebagai pembeli.

Ada beberapa hambatan atau kendala didalamnya yang terjadi, yaitu antara lain seperti:

a) Kurangnya jumlah sumber daya teknis yang diperlukan, kurangnya sumber daya teknis yang
digunakan untuk penelitian dan investigasi, seperti penyadapan telepon. Tanpa peralatan yang
memadai dapat mempengaruhi kinerja penyidik dalam mengumpulkan barang bukti tindak
pidana narkoba. Misalnya, dalam melakukan pembelian secara terselubung, penyidik mengaku
kesulitan dengan penyadapan yang nantinya dijadikan sebagai barang bukti, mengingat alat bukti
yang digunakan dalam pendeteksian dan penanganan narkotika menunjukkan bahwa semua
informasi, baik elektronik maupun rekaman/informasi yang dapat dilihat atau didengar, dapat
digunakan sebagai bukti di pengadilan bahwa penyadapan akan diperlukan.

b) Pembatasan biaya operasional dalam proses penelitian dan investigasi. Untuk


mengimplementasikan teknologi tersebut, penyidik narkotika dan prekursor narkoba
membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi dibandingkan dengan penyidikan tindak
pidana umum. Misalnya, penyelidikan kejahatan biasa hanya membutuhkan biaya sekitar
500.000 hingga 1.000.000 rupee, berbeda dengan investigasi narkotika menggunakan teknik
penyamaran yang membutuhkan 2.000.000 hingga 3.000.000, mengingat biaya ini juga termasuk
biaya transportasi, pembelian klandestin, intersepsi. pengeluaran dan lain-lain.

vii
C. Para penyidik merasa ngeri dan menjadi saksi di persidangan. Anggota dari kasus ini adalah
detektif polisi, meskipun telah mengubah penampilannya dengan memakai kalung rantai, tato
dan rambut gondrong, anggota polisi ini seringkali mudah dikenali oleh jaringan narkoba karena
setiap petugas polisi secara otomatis menjadi saksi di pengadilan setelah setiap penangkapan.
Tidak ada orang lain yang bisa menjadi saksi di pengadilan, saksi yang merupakan anggota polisi
harus tahu tentang penangkapan itu.

Para anggota penyidik kepolisian tersebut selain sudah terdeteksi oleh sindikat narkoba,
para anggota kepolisian juga bisa menjadi target oleh sindikat narkoba lainya, karena bagi suatu
jaringan narkoba mereka tidak akan mau kalah dari kepolisian. Setelah salah satu rekan jaringan
tersebut tertangkap, setidaknya polisi yang berhasil menangkap rekannya tersebut juga harus
terkena suatu masalah. Para sindikat narkoba selalu mencari-cari kesalahan yang dilakukan
polisi. biasanya hal tersebut dilakukan secara tidak langsung, tapi bahkan tidak jarang upaya
yang mereka lakukan dalam mencari-cari kesalahan polisi sudah tidak masuk akal, semua hal itu
dilakukan agar para anggota polisi tersebut mendapatkan masalah atau dibuat sibuk oleh masalah
yang mereka buat agar jaringan tersebut dapat bebas meneruskan pekerjaanya dan memberi
kerugian pada anggota kepolisian.

3. Penangkapan Ammar zoni atas Kasus Narkoba.

Polres Metro Jakarta Selatan akhirnya menggelar konferensi pers terkait penangkapan
Ammar Zoni atas kepemilikan sabu. Ammar Zoni ditangkap di kediaman pribadinya di wilayah
Babakan Madang, Kabupaten Bogor pada Rabu (8/3/2023) malam. Kapolres Metro Jakarta
Selatan Kombes Pol Ade Ary memaparkan bahwa Ammar Zoni adalah pelaku ketiga yang
diringkus pada hari yang sama. Satreskoba Polres Metro Jakarta Selatan sebelumnya sudah
menangkap M, sopir Ammar, dan rekannya yang berinisial RH.

"Kronologi kejadiannya adalah pada Rabu 8 Maret 2023 sekira pukul 11.00 WIB terjadi
kesepakatan antara tersangka AZ (Ammar Zoni) dan M untuk membeli serta menggunakan
narkotika jenis sabu," kata Ade Ary dalam konferensi pers di Polres Metro Jakarta Selatan,
Jumat (10/3/2023). Setelah terjadi kesepakatan, Ammar Zoni lalu mentransfer uang sebesar Rp
1,5 juta kepada M untuk dibelikan sabu.

viii
M kemudian meminta RH untuk mengantarnya ke salah satu penjual narkotika di kawasan
Jakarta Barat. Sesampainya di Kampung Boncos, Jakarta Barat, RH mengenalkan M kepada
penjual sabu yang kerap dipanggil "Bang". Transaksi jual-beli sabu pun terjadi di antara M dan
"Bang" dengan nilai sebesar Rp 1 juta untuk dua klip sabu. Setelah pembelian sukses, M
memberikan RH sejumlah uang untuk jasanya mengantar pada "Bang". RH lalu menggunakan
uang pemberian dari M untuk membeli satu klip bening narkoba jenis sama kepada "Bang".

"Satu klip bening narkotika itu akhirnya dinikmati bersama-sama oleh M dan RH di sekitar
Kampung Boncos," kata Ade Ary. Usai menikmati barang haram tersebut, M dan RH pulang
untuk mengantarkan pesanan sabu Ammar Zoni. Sesampainya di wilayah Pasar Minggu, Jakarta
Selatan, M dan RH diciduk Satuan Reserse Narkotika Polres Metro Jakarta Selatan.

Keduanya diamankan di Pintu Timur Taman Margasatwa Ragunan sekira pukul 19.30
WIB. Setelah dilakukan pemeriksaan, keduanya mengatakan bahwa barang haram yang dibawa
adalah milik Ammar Zoni. "Dari dua tersangka (M dan RH) diamankan tiga bungkus plastik
bening berisi narkotika jenis sabu. Kemudian kepada petugas yang melakukan penangkapan,
tersangka M mengakui bahwa barang itu adalah titipan saudara AZ," kata Ade Ary. Polisi pun
langsung bergerak cepat untuk menangkap Ammar Zoni di rumahnya.

Suami Irish Bella tersebut akhirnya bertindak kooperatif saat polisi meringkusnya. "Kami
telah menetapkan Ammar Zoni dan dua orang lainnya sebagai tersangka karena mereka tanpa
hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, dan menguasai narkotika golongan 1 yang
merupakan bukan tanaman atau sabu," tutur Ade Ary. Ketiganya disangkakan dengan Pasal 112
Ayat 1 subsider Pasal 127 Ayat 1 Huruf A UU nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

ix
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran penyidik dalam pendeteksian tindak pidana Narkoba, apabila kepolisian melakukan
penyidikan bekerjasama dengan Badan Narkoba dan beberapa pejabat sesuai dengan peraturan
yang berlaku yaitu. UU no. 35/2009 tentang Narkotika. Kompetensi penyidik Polri dalam
melakukan penyidikan diatur dalam KUHAP dan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Karena sistem Lex specialis derogat leg generalis berlaku di
Indonesia yaitu. ketentuan khusus lebih diutamakan daripada ketentuan umum, ketentuan khusus
acara pidana dapat diatur berbeda dengan KUHAP. Oleh karena itu, kepolisian, Badan Narkotika
Norwegia, dan PNS tertentu bertanggung jawab untuk menyelidiki dan mengusut kejahatan
narkoba. Metode yang digunakan para ilmuwan dalam penelitiannya adalah dengan melakukan
observasi terlebih dahulu, kemudian dengan observasi atau ekor, ada tujuan. kemudian
penyamaran yaitu penyembunyian atau penyusupan aparat kepolisian dan pembelian
penyamaran untuk melakukan pembelian penyamaran yang tercakup dalam Undang-Undang
Narkotika Nomor 35 Tahun 2009, kemudian memberikan atau membiarkan seorang pengawas
mengincar orang dan/atau barang untuk disuplai kepada orang yang dicurigai lainnya. menjadi
bagian dari jaringan, maka mendengarkan yaitu mendengarkan yang peneliti lakukan pada
ponsel target. Tentang pengobatan kecanduan narkoba.

2. Hambatan penyidik Polri dalam menuntaskan tindak pidana narkoba yaitu keterbatasan
teknologi, keterbatasan biaya operasional dan intimidasi terhadap penyidik dan saksi di
pengadilan. Teknik pembelian rahasia atau pembelian rahasia yang diamati di industri adalah
hambatan untuk mendapatkan informasi dari pengedar narkoba untuk mengidentifikasi informan
atau spionase yang berguna, hambatan kedua untuk mengidentifikasi pembelian rahasia, dan
hambatan ketiga untuk jaringan narkoba menggunakan teknik penambangan.Selain kendala

x
tersebut, peneliti juga berusaha meminimalisir kendala yang dihadapi peneliti di lapangan yaitu
dengan memaksimalkan sumber daya manusia agar dapat menggunakan peralatan yang
diperlukan secara optimal, menambah anggaran untuk pelaksanaan teknik pembelian rahasia, dan
peneliti harus profesional dalam tugas mereka.

B. Saran

1) Penyidik selaku penegak hukum khususnya Satuan Reserse Narkoba untuk lebih
meningkatkan kemampuan melakukan penyidikan terhadap pelaku kejahatan narkoba, sehingga
dapat mengungkap bandar besar narkoba yang ada.

2) Perlu adanya anggaran yang memadai agar kegiatan dalam penyidikan tindak pidana narkoba
bisa lebih maksimal, serta membentuk hubungan yang harmonis dengan masyarakat untuk lebih
memudahkan mencari informan terkait penyalahgunaan narkoba.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana Memahami Tindak Pidana Dan Pertanggungjawaban
pidana sebagai syarat pemidanaan, (Yogyakarta: Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP-
Indonesia, 2012).

Bambang Sunggono, 1998, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Chartika Kiaking, Penyalahgunaan Narkotika Menurut Hukum Pidana Dan Undang-undnag


Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (jurnal Lex Crime vol. 6 No. 1), Tahun 2017.

Jessy Putri Yani, peranan Penyidik Dalam Membantu Penyelesaian Tindak Pidana Narkoba,
(Universitas Prof. Dr. Hazain, 201).

O. C kaligis & Associates, 2007, Narkoba dan peradilan Di Indonesia, Cetakan ke-2 Alumni
Bandung.

Ronny Hanijito Sumitro dan Sri Mamuji, 2003, Metodologi Penelitian Hukum dan jurimentri
Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sasangka Hari, Narkotika dan psikotropika Dalam Hukum Pidana (Jakarta: Mandar Maju, 2003).

Stepen Huwitz dan moeljatno, Kriminologi (Jakarta: Bina Aksara, 1986).

xii

Anda mungkin juga menyukai