Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN DAN PENYULUHAN ANTI NARKOTIKAPADA ASN DI

INDONESIA
Oleh:
Muhammad Faqih Rahimi Karepesina
Email : muhammadfaqihkarepesina2414@gmail.com

PENDAHULUAN

A. Latar belaknag

Secara teoritis Narkotika atau sering disebut narkoba adalah zat atau

obat-obatan yang berasal dari tanaman atau bukan termasuk dalam tanaman

baik sintetis maupun simentetisyang akan berakibat penurunan atau perubah

alam bawah sadar ata yang disebut kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai bisa menghilangkan rasa sakit atau nyeri dan sangat dap at

menimbulkan efek ketergantungan. Dicatat dalam Undang-undang Nomor 35

tahun 2009 Tentang Narkotika, Narkotika memiliki istilah yang digunakan

ialah drug yang bukan berarti narcotics dalam farmasi dan farmacologne,

yaitu zat yang sejenisnya apabila sipemakai menggunakanya dia akan

merasakan efek dan pengaruh-pengaruh dalam tubuh dia sendiri, yaitu :

mempengaruhi kesadaran, memberikan dorongan yang dapat berpengaruh

terhadap perilaku manusia, pengaruh-pengaruh tersebut berupa : penenang,

perangsang (bukan rangsangan seks), menimbulkan halusinasi.

Pada decade yang lalu, penggunan narkotika ini dikalangan

bangsa-bangsa tertentu merupakan sebuah budaya akan tetapi akhirnya

narkotika pun menjadi suatu bisnis yang menbahan hukumngkan keuntungan-

keuntungan besar sehingga perdagangan gelap narkotika mulai marak terjadi.

Sampai perdaganga- perdagangan narkotika itu telah di organisasikan

didalam suatu sindikat yang memasuki kedalam aspek-aspek berbangsa dan

bernegara seperti politik dan ekonomi.


Narkotika tak lagi memandang usia, mulai dari anak-anak, remaja,

orang dewasa hingga orang tua. Tidak pula memandang profesi mulai dari

pengangguran, mahasiswa, dokter, pengusaha, hingga pegawai negeri sipil

sekalipun tak luput dari jeretan penyalahgunaan narkotika saat ini. Pegawai

Negeri Sipil sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat yang dengan penuh

kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, undang-undang dasar negara

Republik Indonesia 1945, Negara dan Pemerintahan dalam

menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan serta wajib

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Kedudukan seorang Pegawai Negeri Sipil adalah merupakan unsur

aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan

tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Penyalahgunaan narkotika merupakan kasus yang setiap hari terjadi

atau sering terjadi baik didalam kuantitas dan kualitas maka dari itu hal ini

tidak bisa dibiarkan begitu saja dan dianggap ringan atau sepeleh oleh negara,

dikarenakan kasus ini sering ditemukan dikalangan remaja atau generasi

penerus bangsa. Permasalahan kejahatan tindak pidana narkotika telah

menjadi permasalahan bangsa dan bangsa-bangsa di dunia yang selalu

dibicarakan. Di seluruh dunia permasalahan penyalahgunaan narkotika

hampir semua menjadi permasalahan bangsa-bangsa. Penyalahgunaan

narkotika tentunya dapat mengakibatkan kerusakan secara fisik, kesehatan

mental, emosi dan sikap dalam masyarakat. Permasalahan penyalahgunaan

narkotika telah mengancam masyarakat dan bangsa sehingga menjadi suatu

kejahatan yang terorganisir dalam ringkup nasional maupun bagi dunia


inernasional. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat

makalah berjudul “PENERAPAN DAN PENYULUHAN ANTI

NARKOTIKAPADA ASN DI INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan pidana dan penyuluhan terkait gerakan anti narkoba di

kalangan ASN

2. Bagaimana tingkat keberhasilan dalam perapan dan penyuluhan erkait gerakan anti

narkoba di kalangan ASN

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah

sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini, diharapkan nantinya akan menjadi

pengetahuan baru guna menambah wawasan dan mengembangkan pola

pikir terkait Sanksi Pidana Terhadap Aparatur Sipil Negara Penyalahguna

Narkotika. Adapun Manfaat Teoritis penelitian ini adalah sebagai pijakan

dan referensi kepada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan Sanksi Pidana Terhadap Aparatur Sipil Negara Penyalahguna

Narkotika.

2. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini, diharapkan nantinya berguna sebagai informasi dan
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang Sanksi Pidana Terhadap Aparatur
Sipil Negara Penyalahguna Narkotika.
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis permasalahan

bagaimana penerapan dam penyuluhan mengenai pengaturan tindak pidana

narkotika di Indonesia dan bagaimana sistem hukum pidana mengenai

pengaturan tindak pidana narkotika di Indonesia. Metode penelitian dalam

jurnal ilmiah ini dilakukan dengan pendekatan yuridis normatif yaitu

dengan melakukan analisis terhadap permasalahan melalui pendekatan

asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat

dalam peraturan perundang-undangan. Data yang digunakan dalam jurnal

ilmiah ini adalah data sekunder.

B. KAJIAN TEORITIS

Menurut pasal 28H (1) Undang Undang Dasar 1945 “Setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan”. Rakyat Indonesia tentunya berhak untuk mendapatkan tempat

tinggal dan mendapatkan lingkungan yang tidak terdapat narkotika.

Sebagaimana kita ketahui, narkotika dapat membuat kecanduan dan

merusak tubuh serta merusak kehidupan seorang manusia. Kehidupan

manusia harus bersih dan bebas dari hal-hal yang membuat kesehatan

terganggu.

Kemudian diterjemahkan ke dalam undang-undang No. 35 tahun

2009 tentang Narkotika yang mengatur, mengawasi dan menindak


peredaran dan penyalahgunaan Narkotika. Narkotika tidak saja membuat

manusia kecanduan, akan tetapi dapat mengakibatkan meninggalnya

seseorang dengan cepat dan tidak wajar. Manusia sangat memerlukan

tempat yang bersih dalam lingkungannya dan tubuhnya sehat agar dapat

melangsungkan kehidupannya. Penyalahgunaan narkotika sudah disebut

sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Narkotika tentunya menjadi

musuh bangsa kita dalam hal mencetak generasi penerus bangsa yang

sehat dan bebas dari narkotika.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 31 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di

Lingkungan Kementrian Dalam Negeri pada pasal 4 ayat (1) yang

berbunyi: “Bahwa setiap PNS dalam melaksanakan tugas kedinasan dan

kehidupan sehari-hari, wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam

bernegara,berorganisasi,bermasyarakat, dan terhadap diri sendiri serta

sesama PNS”. Untuk lebih jelas yang dimaksudkan etika PNS terhadap diri

sendiri diantaranya adalah sebagaimana diuraikan dalam pasal 8 huruf b

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 31 Tahun

2011 Tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementrian

Dalam Negeri yang berbunyi: “Tidak menggunakan dan/atau mengedarkan

zat psikotropika, narkotika dan/atau sejenisnya yang bertentangan.

C. PEMBAHASAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pegawai Negeri Sipil (PNS)


dalam menyalahgunakan Narkotika, Narkotika dalam rentang sejarahnya,

telah dikenal dalam peradaban, yang semula berguna untuk kesehatan.

Dalam perkembangan yang cepat, ternyata tidak hanya sebagai obat, tetapi

merupakan suatu kesenangan dan pada akhirnya melumpuhkan

produktivitas kemanusiaan, yang berpotensi menurunkan derajat

kemanusiaan. Karenanya peredaran secara illegal terhadap seluruh jenis

narkotika pada akhirnya menjadi perhatian umat manusia beradab, bahkan

menjadi suatu nomenklatur baru dalam kejahatan, yakni kejahatan

narkoba. Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan tanpa hak dan

melawan hukum, yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi

karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah kurang lebih kurang

teratur dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan

kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial. Penyalahgunaan narkotika

membahayakan kehidupan bangsa dan negara karena narkotika dapat

mengakibatkan rusaknya persatuan dan kesatuan yang pada gilirannya

merusak stabilitas nasional, mentalitas, dan moralitas manusia indonesia

masa depan.

Sering sekali penggunaan narkotika bukan untuk kepentingan

pengobatan dan ilmu pengetahuan, bila dilihat dari keadaan yang demikian

dalam tataran empirisnya. Masyarakat sering menggunakan narkotika

dengan dosis yang besar sehingga dapat memabukkan dan ketagihan. Oleh

sebab itu, kejahatan narkotika dijadikan ajang bisnis yang menjanjikan dan

berkembang pesat, yang mana kegiatan ini berimbas pada rusaknya mental

baik fisik maupun psikis pemakai narkotika khususnya generasi muda.

Penyalahgunaan narkotika sudah di lakukan oleh semua elemen


masyarakat. Dari pejabat penegak hukum, pejabat politik, pejabat swasta,

mahasiswa, anak-anak, dalam hal ini, paratur Sipil Negara (ASN) atau

lebih disebut pejabat atau pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah.

Pada dasarnya dalam cara upaya mencegahnya pemberantasan

pengedaran dan penyalahgunaan narkotika gelap narkoba (P4GN) menjadi

tanggung jawab oleh seluruh elemen di masyarakat tanpa terkecuali

kepada ASN/PNS yang bekerja atau mengabdi untuk masyarakat. ASN

memiliki peran yang penting karena mereka menjadi perantara antara

pelaksanaan program dari pemerintah untuk disampaikan kepada

masyarakat. Akan tetapi jika terdepat oknum ASN yang menyalahgunakan

narkoba akan direhabilitasi seperti masyarakat biasa atau pada umunya

karena ASN merupakan warga negara Indonesia yang memiliki hak

rehabilitasi jika memang terbukti menggunakan atau penyalahgunaan

narkotikan, namun tidak semua ASN yang terlibat rehabilitas karena bisa

saja dipecat atau diberhentikan menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun

2014 tentang ASN.

Keterlibatan ASN dalam kasus narkotika akan mendapatkan sanski

berat sesuai PP Nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dalam pasal 1 ayat (3) “Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan,

tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau

melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam

maupun di luar jam kerja”. dan mengacu pada Undang-undang ASN No 5


tahun 2014 tentang ASN. Yang berisi Pelanggaran berat ini

selain diberhentikan yaitu penurunan pangkat/jabatan bahkan dipenjara

jika diketahui sebagai pengedar narkoba.

Untuk itu penanggulangan penyalahgunaan narkoba diperlukan

upaya yang terpadu dan komprenhensif yang meliputi upaya preventif,

represif, terapi dan rehabilitasi. Metode pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan narkoba yang paling efektif dan mendasar adalah

metode promotif dan preventif. Upaya yang paling praktis dan nyata

adalah represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta

rehabilitatif.

1. Program promotif

Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program

preemtif atau program pembinaan. Pada program ini yang menjadi

sasaran pembinaanya adalah para anggota masyarakat yang belum

memakai atau bahkan belum mengenal narkoba sama sekali. Prinsip

yang dijalani oleh program ini adalah dengan meningkatkan peranan

dan kegitanan masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih sejahtera

secara nyata sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir

untuk memperoleh kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba.

2. Preventif
Program ini selain dilakukan oleh pemerintah, juga sangat

efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi lain termasuk

lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat,

perkumpulan, organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda

kegiatan dalam program preventif ini:

8
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba

b. Penyuluhan seluk beluk narkoba

c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya

d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan upaya distribusi narkoba di

masyarakat.

3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana

program ini ditujukan kepada para peakai narkoba.Tujuan dari program

ini adalah mebantu mengobati ketergantungan dan menyembuhkan

penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus

menghentikan peakaian narkoba. Tidak sembarang pihak dapat

mengobati pemakai narkoba ini, hanya dokter yang telah mempelajari

narkoba secara khususlah yang diperbolehkan mengobati dan

menyembuhkan pemakai narkoba ini.Pngobatan ini sangat rumit dan

dibutuhkan kesabaran dala menjalaninya.Kunci keberhasilan

pengobatan ini adalah kerjasama yang baik antara dokter, pasien dan

keluarganya.

Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat

ini adalah:

a. Penghentian secara langsung;

b. Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian

narkoba (detoksifikasi);

c. Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba;

d. Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba seperti

HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya.

9
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan

jiwa dan raga yang ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama

menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa

bebas dari penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas

pemakaian narkoba.

5. Represif

Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para

produsen, bandar, pengedar danpemakai narkoba secara

hukum.Program ini merupakan instansi peerintah yang berkewajiban

mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi

narkoba.Selain itu juga berupa penindakan terhadap pemakai yang

melanggar undang-undang tentang narkoba.

1
0
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyalahgunaan narkotika sudah melibatkan banyak unsur.

Para kartel narkotika sangat berperan dalam tingginya peredaran

narkotika di Indonesia. Para pejabat, pilot, aparat penegak hukum,

mahasiswa sampai anak-anak telah menjadi korban penyalahgunaan

narkotika. Aparat penegak hukum bahkan bekerjasama dengan kartel

narkotika untuk menjual dan menjaga para kartel narkotika tersebut.

Penegakkan hukum yang bisa disuap dan sangat lemah, menjadi

bertambah unsur yang menyebabkan penyalahgunaan narkotika masih

tetap tinggi di Indonesia.

Konsep dari hukum pidana untuk narkotika itu sendiri

mencakup tindakan krimininal, hukum pidana dan non-pidana (penal).

Tindakan kriminal merupakan ilmu penanggulangan kejahatan yang

dapat dilakukan dengan memadukan penerapan sarana pidana dan

pencegahan tanpa menggunakan sarana pidana. Tindakan Hukum

pidana adalah upaya penanggulangan kejahatan dengan menggunakan

sarana pidana. Sedangkan terkait tindakan non pidana adalah tindakan

pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Tindakan hukum pidana dan

tindakan non pidana adalah merupakan bagian dari tindakan kriminal

dan tindakan kriminal itu sendiri merupakan bagian dalam tindakan

penegakan hukum yang mempunyai tujuan akhir bagi perlindungan

masyarakat yaitu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Tindakan

pidana terhadap pengaturan tindak pidana narkotika di Indonesia

1
1
meliputi pertanggungjawaban pidana, perbuatan-perbuatan yang

dikualifikasikan sebagai tindak pidana dan sanksi pidana.

Pertanggungjawaban pidana itu sendiri terdiri dari

pertanggungjawaban yang dilakukan oleh manusia dan korporasi

sebagai subjek tindak pidana.

Perbuatan-perbuatan yang dilarang terdiri mengedarkan

narkotika atau prekursor narkotika dan menyalahgunakan narkotika

atau prekursor narkotika baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Terdapat sanksi dalam undang-undang ini yaitu sanksi pidana yang

terdiri dari sanksi pidana pokok dan tambahan. Pidana pokok terdiri

pidana mati, penjara, kurungan dan denda. Sedangkan pidana tambahan

terdiri pencabutan izin usaha dan pencabutan status badan hukum

untuk korporasi. Sanksi tindakan yang diberikan adalah pengobatan

dan rehabilitasi kepada pecandu atau korban penyalahgunaan

narkotika. Dalam Undang-Undang Narkotika ini juga mengatur fungsi

dan peran Badan Narkotika Nasional sebagai lembaga pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. BNN

mempunyai peran dan fungsi sebagai penyidik dalam rangka

pemberantasan penyalahgunaan peredaran gelap dan penyalahgunaan

narkotika dan prekursor narkotika.

1
2

Anda mungkin juga menyukai