DISUSUN
OLEH :
Asni CA181112038
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan lindungan-nya.
Akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi negara. Selain itu Kami menyusun makalah ini
untuk menambah wawasan untuk memahami.
Mungkin makalah yang kami buat ini belum sempurna karena kami masih dalam tahap
pembelajaran, Oleh karena itu kami menerima saran ataupun kritikan dari segala pihak agar
makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam makalah ini saya membahas
tentang “Paradigma new public administration” Semoga makalah yang Kami buat ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.
Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang
berkenan kami mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
2
DAFTAR ISI
Judul
Kata pengantar ……..……………………………….……………………………….…1
Daftar isi ……………..……………….………………………..……………………….2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………….….…..………………………………...5
1.2 Tujuan Penulisan …………….……….……………………....………....9
1.3 Manfaat ………………………………....................................………...9
BAB II KAJIAN TEORITIK
1.1 Teori Menurut Thomas Khun ………………………………………...10
1.2 Teori American Heritage Dictionary …………………………………10
1.3 Teori Menurut Mohanan Dalam Muslim Salam……………………..…………..10
1.4 Teori Menurut Nicolas Henry………………………………………….11
1.5 Teori Menurut Miftah Thoha…………………………………………..14
BAB III PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
A. Permasalahan
A.1 Rumusan Masalah ……………………………………………………………..16
B. Pembahasan
3.1 Pengertian Paradigma New Public Administration................…................16
3.2 Mengapa Disebut Baru ? …………………………. ..............................…..17
3.3 Pokok Pikiran Dalam New Public Administration .. .............................…..18
3.4 Kelemahan dan Kelebihan New Public Administration……………………19
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………22
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
a) Pasca perang Dunia II banyak lahir lembaga-lembaga internasional, seperti PBB,
b) WHO, UNICEF, dll. Tetapi mereka mengalami berbagai kesulitan
dalammenyelesaikan tugas dan pekerjaannya karena ketiadaan sistem administrasi yang
c) Meningkatnya pengangguran, kemiskinan, dan penduduk secara cepat
dianggapsebagai masalah yang timbul karena inefisiensi kinerja para administrator
dankarena kesempitan lingkup pemahaman mengenai administrasi untuk
memenuhikebutuhan manusia
d) Administrasi publik lebih dirasakan sebagai penguat status-quo dari kelompok elit
e) OPA lebih mengutamakan sisi “administrasi” daripada sisi ”publik”, lebih
menekankan “prinsip dan prosedur” daripada “nilai dan filosofi”, “efisiensi dan ekonomi”
daripada “efektivitas dan pelayananan yang efisien”. Bertolak dari hal-hal tersebut,
maka para sarjana dan ilmuwan muda administrasi publikdi AS berusaha menyusun
suatu instrumen baru yang memungkinkan
5
meningkatkan perhatiannya pada masalah-masalah sosial dan mampu mewujudkan
keadilan sosial.
c. Konferensi Minnowbrook I, 1968 (dipelopori oleh Dwight Waldo)
d. Kebutuhan akan hadirnya administrasi publik yang relevan dengan kepentingan publik
dan bagaimana disiplin administrasi publik harus menyesuaikan dengantantangan
tahun 1970an menjadi tema utama dalam konferensi ini. Konferensi Minnowbrook I
dianggap sebagai awal mula lahirnya.
3. Kesamaan, keadilan, dan hukum. Tujuan utama administrasi publik baru adalah
memberikan kesamaan, keadilan, dan hukum di masyarakat dengan mengetengahkanharmoni
dan integrasi di masyarakat;
6
4. Nilai. Untuk mencapai semua tujuannya, administrasi publik yang dahulunya hanya bersifat
scientific, rational, and value-freediubah oleh NPA menjadi administrasi publik yang
menekankan pada nilai-nilai organisasi dan kemanusiaan atau etika dan komitmenpersonal.
Administrasi publik bukan lagi dipahami sebagai robot yang hanyamenekankan pada
isu-isu mekanis (efisiensi dan ekonomis). Seorang administratorpublik tidak hanya harus
memiliki kemampuan manajerial dan keahlian teknis, tetapi juga diperlukan kepekaan
sosial.Frank Marini menyimpulkan bahwa NPA setidaknya terdiri atas lima prinsip utama, yaitu:
relevan, nilai, keadilan sosial, perubahan, dan client-focus (client-oriented).
Golembiewski menyatakan bahwa ada beberapa perspektif positif dari NPA, antara lain:
1. Umat manusia pada dasarnya lembut dan berpotensi sempurna (rakyat merupakan proses bagi
administrasi untuk tumbuh dan berkembang = demokratis/partisipatoris);
1. Menekankan peran sentral nilai-nilai organisasional dan kemanusiaan (tidak
hanyasekadar efisien dan ekonomis);
2. Menekankan inovasi dan perubahan;
3. Menganjurkan keadilan sosial sebagai pedoman dalam melakukan
pembangunanmanusia (administrasi yang bebas-nilai tidak mungkin);
4. Irasional, emosi, intuitif, karena perilaku manusia (masyarakat) tidak selalu dapat diprediksi
(unpredictable);
5. Menolak dikotomi politik-administrasi, karena administrator harus terlibat dan memang
berkompeten baik dalam formulasi maupun implementasi kebijakan.
7
b. Pentingnya administrasi publik untuk menegaskan kembali penguatan
masyarakat.Peran pemerintah (government) sangat penting (inevitable) untuk mewujudkan hal
itu;
c. Perspektif normatif dan keperilakuan;
d. Pelayan publik harus lebih konservatif daripada agen-agen perubahan.
3. Pada M-I, peran government dalam administrasi publik sangat kuat, sedangkan pada M-II,
peran government mulai beralih kepada governance.
1.3 Manfaat
8
4. Kepentingan publik mewakili agregasi kepentingan individu
5. Diskresi diberikan secara luas
6. Desentralisasi organisasi dengan kontrol utama berada pada agen
7. Semangat entrepreneur.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIK
10
Paradigma sebagai suatu models (model) konsepsi umum dari suatu realistis
berdasarkan aturan-aturan teoritis yang diformulaikan. Paradigma sebagai theorical
framework (kerangka obervasi), Kosa kata yang berasosiasi dengan seperangkat konsep
dimana proposisi observasi di formulasi.
1. Paradigma 1
2. Paradigma 2
Prinsip- Prinsip Administrasi, tahun 1927-1937. Pada masa ini lokus administrasi
publik kurang diperhatikan, sedangkan fokusnya adalah “prinsip-prinsip” manajerial
yang dipandang berlaku universal pada setiap bentuk organisasi dan lingkungan budaya.
Perbedaan pendapat dari administrasi publik pada 1940-an salah satunya adalah
keberatan bahwa politik dan pemerintahan tidak akan pernah bisa dipisahkan. Kemudian
yang lainnya adalah bahwa prinsip-prinsip administrasi secara logis tidak konsisten.
Pada abad pertengahan, dua definisi pilar yaitu dikotomi politik/administrasi publik dan
prinsip-prinsip administration telah digulingkan dan ditinggalkan oleh kaum intelektual
yang kreatif di lapangan. Pengabaian ini meninggalkan administrasi publik dari
epistemologi yang berbeda-identitas yang tidak jelas. Beberapa berpendapat bahwa
suatu identitas belum dapat ditemukan. Hubungan konseptual yang logis antara
11
Administrasi Publik dan Ilmu Politik yaitu, proses pembuatan kebijakan publik.
Administrasi Publik menentukan isi “kotak hitam" pada proses itu: perumusan
kebijakan publik dalam birokrasi publik dan mengubungkannya ke politik. Ilmu politik
dianggap mempertimbangkan "Input Dan output" dari proses itu: tekanan dalam politik
menghasilkan perubahan Politik Dan sosial.
12
paradigma bidang ini, maka administrasi publik akan bertukar, terbaik, "penekanan"
dalam bidang ilmu politik, yang terbaik, sub bidang di sekolah ilmu administrasi. Hal ini
sering diartikan bahwa sekolah administrasi bisnis akan menyerap bidang administrasi
publik. Sebagai sebuah paradigma, ilmu administrasi tidak bisa memahami nilai lebih
dari kepentingan umum.Tanpa unsur kepentingan umum, ilmu administrasi dapat
digunakan untuk tujuan apa pun, tidak peduli seberapa bertentangan dengan nilai-nilai
demokrasi. Konsep penentuan dan penerapan kepentingan publik mendefinisikan pilar
administrasi publik dan lokus dari bidang yang hanya menerima sedikit jika setiap
perhatian hanya dalam konteks ilmu administrasi, hanya sebagai fokus teori organisasi /
ilmu manajemen kurang menyimpan dukungan dalam ilmu politik.
Nicholas Henry menyatakan bahwa dalam arti luas administrasi negara adalah
suatu kombinasi teori dan praktek. Nicholas Henry, secara rinci mengemukakan lima
paradigma administrasi negara sebagaimana digambarkan dalam tabel di bawah ini:
No Paradigma Lokus Fokus Keterangan
1. Dikotomi antara Politik dan Administrasi Birokrasi Pemerintahan Administrasi secara
umum (teori organisasi, kepegawaian, penyusunan anggaran, dll) Administrasi dan
13
politik dua hal yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan
2. Prinsip-prinsip Administrasi Tidak dipermasalahkan, berlaku universal Bagaimana
menjalankan prinsi-prinsip administrasi negara (Esensi prinsip-prinsip adminitrasi)
Dipengaruhi oleh ilmu manajemen yaitu POSDCORB
3. Administrasi sebagai ilmu politik Birokrasi pemerintahan Politik birokrasi Pada
akhirnya politik tidak mengakui Administrasi Publik sebagai ilmu politik
4. Administrasi publik sebagai ilmu administrasi Berlaku universal Administrasi secara
umum Alternatif setelah paradigm administrasi sebagai ilmu politik
5. Administrasi publik sebagai administrasi publik Birokrasi pemerintahan & public
affair Teori organisasi, praktek-praktek dalam analisis public policy dan teknik-teknik
administrasi dan manajemen Paradigma yang berlaku sampai saat ini.
14
BAB III
A. PERMASALAHAN
B. PEMBAHASAN
Administrasi Negara Baru (New Public Administration) muncul dari perdebatan hangat
tentang kedudukan administrasi negara sebagai disiplin ilmu maupun profesi. Dwight Waldo
menganggap administrasi negara berada dalam posisi revolusi ( a time of revolution) sehingga
mengundang para pakar ilmu administrasi negara dalam suatu konferensi yang menghasilkan
kumpulan makalah ”Toward a New Public Administration : The Minnowbrook Perspective”
(1971). Tujuan konferensi ini adalah mengidentifikasi apa saja yang relevan dengan administrasi
negara dan bagaimana disiplin administrasi negara harus menyesuaikan dengan tantangan tahun
1970an. Salah satu artikel dalam kumpulan makalah ini adalah karya George Frederickson
berjudul ”The New Public Administration”.
15
administrator publik harus menjadi ’proactive administrator’ bukan sekedar birokrat yang
apolitis.
Fokus dari Administrasi Negara Baru meliputi usaha untuk membuat organisasi publik
mampu mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan secara maksimal yang dilaksanakan dengan
pengembangan sistem desentralisasi dan organisasi demokratis yang responsif dan partisipatif,
serta dapat memberikan pelayanan publik secara merata. Karena administrasi negara mempunyai
komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (social equity), maka
Frederickson menolak pandangan bahwa administrator dan teori-teori administrasi negara harus
netral dan bebas nilai.
16
memberikan ruang partisipasi bagi publik. Sebuah pertanyaan menarik yang disampaikan dan
dijawabnya sendiri (Frederickson) dalam uraian sebelumnya, “apanya yang baru?” kemudian
dijawab, “cara menenun kainnya, bukan benangnya, benangnya boleh usang”. Kalimat ini ingin
menegaskan kembali bahwa nilai-nilai dalam administrasi negara tidak berubah, tetapi hanya
berlanjut. Diakuinya bahwa “keadilan sosial” adalah sebuah nilai yang sama tuanya dengan
lahirnya pemerintahan di dunia ini. Inilah yang membuat Frederickson tidak sependapat dengan
pergeseran paradigma yang dikemukakan oleh Thomas Khun. Keberatan Frederickson
menunjukkan bahwa pergeseran paradigma di dalam administrasi negara hanya berkenaan
dengan penekanan nilai pada masingmasing perspektif, bukan perubahan/pergantian nilai dan
nilai-nilai sebelumnya dianggap tidak berlaku. Bagi penulis pergeseran perspektif dalam
administrasi negara adalah sebuah strategi baru dengan mengemas nilai-nilai lama/yang sudah
ada sesuai dengan persoalan kenegaraan, kemasyarakatan pada saat itu. Keadilan sosial, sebuah
nilai yang dimunculkan kembali dan dianggap baru berkenaan dengan kondisi kehidupan pada
saat itu, dimana terjadi ketimpangan, ketidak-adilan, tertutupnya ruang partisipasi publik dalam
pengambilan kebijakan negara dan berbagai kondisi lain yang menunjukkan ketidak-adilan.
Strategi mengedepankan nilai keadilan sosial dalam mengatasi masalah ketika itulah yang
memunculkan perspektif baru dalam administrasi negara yang dinamakan “New Public
Administration”.
Pokok pikiran yang dikembangkan oleh Frederickson tentang NPA adalah, “Keadilan
Sosial”. Oleh karena itu penjelasan selanjutnya berkenaan dengan, “seperti apa keadilan sosial
itu, dan bagaimana caranya untuk mewujudkan keadilan sosial di dalam sebuah negara. Keadilan
sosial adalah sebuah ungkapan yang mencakup pengertian seperangkat pilihan nilai: pilihan
kerangka organisasi, pilihan corak manajemen,menekankan persamaan hak dalam pelayanan
pemerintahan, menekankan pertanggungjawaban atas keputusan-keputusan dan pelaksanaan
program untuk manajer-manajer publik, menekankan perubahan dalam manajemen publik,
menekankan daya tanggap lebih kepada kebutuhan warga negara ketimbang terhadap kebutuhan-
kebutuhan organisasi publik, menekankan suatu pendekatan terhadap studi mengenai
administrasi negara dan pendidikan administrasi negara yang bersifat interdisipliner, terapan, dan
17
memecahkan masalah secara teoretis sehat.Salah satu perhatian pokok administrasi negara baru
adalah perlakuannya yang adil terhadap warga negara. Pemerintah yang secara sistimatis
melakukan diskriminasi dengan memihak pada birokrasi-birokrasi yang mapan dan stabil,
minoritas klien yang istimewa (departemen pertanian dan petani-petani besar misalnya) dan
menentang minoritas-minoritas lain (misalnya petani, buruh-buruh tani) yang miskin dalam
sumber-sumberdaya politik maupun ekonomi, berlangsungnya pengangguran secara luas,
kemiskinan, kebodohan, penyakit dan keputusasaan, merupakan hasil dalam era pertumbuhan
ekonomi. Keadaan ini secara moral patut dicela, dan apabila dibiarkan tanpa perubahan, akan
menimbulkan ancaman yang fundamental, walaupun dalam jangka lama, terhadap kelangusngan
sistem politik ini, atau dalam sistem politik manapun.
Di era NPA menjadikan birokrasi jadi semakin mahal, dimana para birokrat menjual
birokrasi kepada “pelanggan” dimana dampaknya adalah birokrasi hanya melayani orang yang
berduit, sementara masyarakat yang ekonominya rendah kurang diprioritaskan. Lalu seharusnya
birokrasi melayani masyarakat bukan private. Terdapat sejumlah hal yang dianggap sebagai
kelemahan dari NPA juga, yang dinyatakan oleh Oluwu (2002). Menurut OLuwu, ketika
Administrasi Pubtik berusaha memaharni pesan yang ditawarkan oleh pendekatan pasar maka
permasalahan yang muncul ada1ah terkait dengan pernyataan bahwa tidak ada perbedaan antara
manajemen sektor publik dengan sektor privat dalam mengimplementasikan NPA. Selain itu,
18
terdapat sejumlah pertanyaan lain yang mengemuka mengenai validitas empirik dan NPA dalam
hal klaimnya terhadap manajemen sektor privat yang dianggap ideal untuk sektor publik.
Terdapat sejumlah pertentangan antara klaim datam NPA terhadap kondisi yang ada di sektor
publik. Model usahawan seringkali dapat mengurangi esensi dan nilai-nilai demokratis seperti
keaditan, peradilan, keterwakitan dan partisipasi. Hal ini menurut ESC UN (2004) dakibatkan
oleh adanya perbedaan besar antara kekuatan pasar dengan kepentingari publik, dan kekuatan
pasar ini tidak selalu dapat memenuhi apa yang menjadi kepentingan publik. Bahkan dalam
banyak hal, publik seringkali tidak dilibatkan untuk berpartisipasi dalam menentukan,
merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang diambil untuk dapat
menjamin bahwa publik tetap menjadi pusat dan tindakan-tindakan pemeritah. Lebih jauh,
Drechster (2005) mengingatkan bahwa rnenganggap masyarakat hanya sebagai konsumen
semata menyebabkan masyarakat dijauhkan dan haknya untuk berpartisipasi.
NPA bukan berarti tidak memiliki kelebihan. Kelebihan NPA adalah mutu dan ukuran
kinerja dari birokrasi menjadi meningkat. Ini dikarenakan NPA memiliki standarisasi yang tinggi
terhadap mutu kinerja birokrasi. Nilai-nilai kemanusiaan juga sangat dijunjung tinggi oleh NPA.
Ini menyebakan tingginya kepuasan masyarakat yang bersentuhan dan berurusan dengan
birokrasi. Kompetisi di dalam NPA juga adalah suatu nilai lebih. Kompetisi ini akan membuat
para birokrat untuk meberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sehingga kepuasan
masyarakat meningkat. Kedisiplinan yang diterapkan pada NPA sangat berpangaruh terhadap
kinerja dan kemajuan sebuah birokrasi. NPA menerapkan kedisiplinan yang tinggi sehingga para
birokrat tidak dapat macam-maca dalam meberikan pelayanan terhadap masyarakat.
Penggunaan teknologi juga dilakukan oleh NPA. Teknologi menjadi salah satu faktor
penting dalam menjalankan administrasi publik. Teknologi memiliki peran yang begitu besar
dalam proses pelayanan publik. Semakin tinggi tingkatan teknologi yang digunakan oleh para
administrator maka kualitas kinerja baik dari sisi kecepatan kerja maupun hasil yang mampu
dihasilkan oleh para administrator meningkat. Pergantian dari OPA menjadi NPA ini pun
membuat banyak negara melakukan reformasi pelayanan publik. Penulis akan membahasnya di
pembahasan selanjutnya.
19
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Perkembangan NPA pada zaman dewasa ini sangat dipengaruhi oleh OPA. Ini
disebabkan karena OPA dapat dijadikan sebagai acuan untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang ada. Akan tetapi dari kedua paradigma ini dapat dikatakan memiliki kelebihan
dan kelemahannya masing-masing. Namun hal tersebut seharusnya tidak menjadi masalah,
malah harus menjadi sebuah kelebihan. Karena dengan demikian administrasi publik dengan
kelebihan dan kelemahan dari kedua paradigma tersebut dapat saling melengkapi dan
menyempurnakan. Sehingga dapat tercapainya kepuasan dari masyarakat.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kaskus.co.id/thread/58bd62d9642eb6e25f8b4569/administrasi-kepolisian-
quotparadigma-administrasi-menurut-nicholas-henryquot/
http://buahkaryainsan.blogspot.com/2016/01/teori-revolusi-paradigma-thomas-kuhn.html
http://ilmuitukece.blogspot.com/2016/10/pengaruh-old-public-administration.html
http://rizawhy.blogspot.com/2011/03/public-management-dan-new-public.html
Bahan ajar pengantar Ilmu administrasi negara/publik (paradigma administrasi publik) oleh
Dr.Ir. Rahardian, M. Si
21