NIM : 21210004
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
• Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan dalam
administrasi publik.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
administrasi negara Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study of
Administration” (1887) serta FW. Taylor dengan bukunya “Principles
of Scientific Management”.
4
sehingga metode yang berhasil di dunia bisnis dapat juga diterapkan
untuk manajemen sektor publik.
5
pergantian cara pandang yang lama dengan yang baru, sebagaimana
diungkapkan oleh Nicholas Henry (1995: 21-49). Nicholas Henry
mengungkapkan bahwa standar suatu disiplin ilmu, seperti yang
dikemukakan oleh Robert T. Golembiewski, mencakup fokus dan lokus.
Fokus mempersoalkan what of the field atau metode dasar yang
digunakan atau cara-cara ilmiah apa yang dapat digunakan untuk
memecahkan suatu persoalan. Sedang lokus mencakup where of the
field atau medan atau tempat dimana metode tersebut digunakan atau
diterapkan. Berdasarkan dua kategori disiplin tersebut, Henry
mengungkapkan bahwa telah Terjadi lima paradigma dalam
administrasi negara, seperti diuraikan berikut ini:
6
bukunya Introduction to the Study Public Administration yang antara
lain berisi; politik seharusnya tidak mengganggu administrasi.
7
pemerintah dan politisi. Administrasi publik menunjukkan dominasinya
sebagai pemain utama, namun adanya sumber pembiayaan dari hasil
pungutan pajak masyarakat menjadikan penyelenggaraan administrasi
publik menjadi tidak efisien dan menjadi salah satu kritik teori klasik
administrasi publik
8
adalah birokrasi pemerintahan, sedang fokusnya menjadi kabur karena
prinsip-prinsip administrasi publik mengandung banyak kelemahan.
Sayangnya, mereka yang mengajukan kritikan terhadap prinsip-prinsip
administrasi tidak memberi jalan keluar tentang fokus yang dapat
digunakan dalam administrasi publik. Perlu diketahui bahwa pada masa
tersebut administrasi publik mengalami krisis identitas karena ilmu
politik dianggap disiplin yang sangat dominan dalam dunia administrasi
publik.
9
empiris, pengambilan keputusan, matematik, dan yang lainnya
tergolong dalam aliran sistem administrasi yang holistik (Caiden, 1982:
212-222).
10
pada administrasi profesional dalam rangka memperkuat pemerintah
untuk mencapai tingkat efisiensi, dan mencari cara untuk meluputkan
administrasi publik dari skandal politik dan sistem spoil yang cenderung
mengurangi efektivitas administrasi. Tahap kedua berupaya
menerapkan scientific approach dalam manajemen atau administrasi
publik dan mengesampingkan dunia politik. Tahap ketiga mulai
memperlemah pemanfaatan manajemen ilmiah atau scientific
management, dengan mengusulkan political power sebagai
penggantinya untuk mencapai praktik administrasi yang efektif, dimana
prinsip demokrasi dalam pengambilan keputusan harus mendapat
perhatian yang lebih besar dari pada struktur organisasi dan efisiensi itu
sendiri. Dan tahap keempat adalah terjadinya kerumitan dalam
memisahkan administrasi dari politik karena teori administrasi publik
juga adalah teori politik.
11
kalau paradigma birokratik menilai biaya, menekankan tanggung jawab
(responsibility), maka paradigma post-birokratik menekankan
pemberian nilai bagi masyarakat, membangun akuntabilitas dan
memperkuat hubungan kerja; kalau paradigma birokratik
mengutamakan ketaatan pada aturan dan prosedur, maka paradigma
post-birokratik menekankan pemahaman dan penerapan norma-norma.
Identifikasi dan pemecahan masalah, serta proses perbaikan yang
berkesinambungan; dan kalau paradigma birokratik mengutamakan
beroperasinya sistem-sistem administrasi, maka paradigma post-
birokratik menekankan pemisahan antara pelayanan dengan kontrol,
membangun dukungan terhadap norma-norma, memperluas pilihan
pelanggan, mendorong kegiatan kolektif, memberikan insentif,
mengukur dan menganalisis hasil, dan memperkaya umpan balik
(Barzelay & Armajani, 1997: 496).
12
Selain kritik terhadap teori klasik, munculnya New Public
Management (NPM) juga dipicu dengan adanya krisis negara
kesejahteraan di New Zeland. Australia, Inggris, kemudian di Amerika
Serikat muncul paradigma yang sangat terkenal karena bersifat
reformatif yaitu "Reinventing Goverment yang disampaikan oleh D.
Osborne dan T. Gaebler (1992) dan kemudian dioperasionalisasikan
oleh Osborne & Plastrik (1997). Paradigma ini diinspirasikan oleh
Presiden Reagan yang melihat Government is not the solution to our
problems. Goverment is the problem Di dalam paradigma ini,
pemerintah harus bersifat (1) catalytic, (2) community-owned, (3)
competitive, (4) mission-driven, (5) resu oriented (6) customer driven,
(7) enterprising, (8) anticipatory, (9) decentralized dan (10) market-
oriented. Artinya, pemerintah harus bersifat katalitik memberdayakan
masyarakat, mendorong semangat kompetisi, berorientasi pada misi,
mementingkan hasil dan bukan cara, mengutamakan kepentingan
pelanggan, berjiwa wirausaha, selalu berupaya dalam mencegah
masalah atau bersikap antisipatif, bersifat desentralistis, dan berorientasi
pada pasar.
Paradigma ini juga dikenal dengan nama New Public
Management (NPM) di Inggris, Paradigma NPM ini melihat bahwa
paradigma terdahulu yaitu adminstrasi klasik kurang efektif dalam
memecahkan masalah dan memberikan pelayanan publik, termasuk
membangun masyarakat. Hood (Vigoda, 2003:813) mengungkapkan
bahwa ada tujuh komponen doktrin dalam NPM, yaitu:
13
7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi
dalam penggunaan sumber daya.
14
4. New public servis
New Public Service (NPS) Secara umum alur pikir NPS
menentang paradigma-paradigma sebelumnya (OPA dan NPM). Dasar
teoritis paradigma NPS ini dikembangkan dari teori tentang demokrasi,
dengan lebih menghargai perbedaan, partisipasi dan hak asasi warga
negara. Dalam NPS konsep kepentingan publik merupakan hasil dialog
berbagai nilai yang ada di tengah masyarakat. Nilai-nilai seperti
keadilan, transparansi dan akuntabilitas merupakan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi dalam pelayanan publik. Paradigma NPS berpandangan
bahwa responsivitas (tanggung jawab) birokrasi lebihi diarahkan kepada
warga negara (citizens) bukan clients. Konstituen (constituent) dan
bukan pula pelanggan (customer). Pemerintah dituntut untuk
memandang masyarakatnya sebagai warga negara yang membayar
pajak. Dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi,
sebenarnya warga negara tidak hanya dipandang sebagai customer yang
perlu dilayani dengan standar tertentu saja, tetapi lebih dari itu, mereka
adalah pemilik (owner) pemerintah yang memberikan pelayanan
tersebut. Dalam pandangan New Public Service, administrator publik
wajib melibatkan masyarakat (sejak proses perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi dalam pemerintahan dan tugas-tugas pelayanan umum
lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan pemerintahan yang lebih
baik, sesuai dengan nilai-nilai dasar demokrasi, serta mencegah potensi
terjadinya korupsi birokrasi.
Di tahun 2003, J.V. Denhardt dan R.B.Denhardt (2003) Kedua
tokoh ini menyarankan untuk meninggalkan prinsip administrasi klasik
dan Reinventing Goverment atau NPM, dan beralih ke prinsip New
Public Service. Menurut Denhardt & Denhardt (2003: 42-43).
administrasi publik harus:
15
3. Lebih menghargai kewarganegaraan dari pada kewirausahaan
(value citizenship over entrepreneurship)
4. Berpikir strategis, dan bertindak demokratis (think strategically,
act democratically)
5. Menyadari bahwa akuntabilitas bukan merupakan suatu yang
mudah (recognize that accountability is not simple)
6. Melayani dari pada mengendalikan (serve rather than steer), dan
7. Menghargai orang, bukannya produktivitas semata (value
people, not just productivity).
16
swasta. Paradigma ini mengutamakan mekanisme dan proses
dimana para warga masyarakat dan kelompok dapat
mengartikulasikan kepentingannya, memediasi berbagai
perbedaan- perbedaannya, dan menjalankan hak dan
kewajibannya. Pemerintah diharapkan dapat memainkan
perannya dalam menciptakan lingkungan politik dan hukum
yang kondusif, sementara sektor swasta memainkan perannya
dalam menciptakan lapangan pekerjaan, dan pendapatan,
sedangkan masyarakat madani (civil society) menyelenggarakan
interaksi sosial dan politik secara sehat. Pendek kata, esensi dari
paradigma terakhir ini adalah memperkuat interaksi antar ketiga
aktor tersebut dalam mempromosikan people-centered
development (Cheema, 2007: 34-35).
17
5. Consensus orientation yaitu bahwa harus ada proses mediasi
untuk sampai kepada konsensus umum yang didasarkan atas
kepentingan kelompok, dan sedapat mungkin didasarkan pada
kebijakan dan prosedur.
6. Equity yaitu bahwa semua orang (baik laki-laki maupun wanita)
memiliki kesempatan yang sama untuk memperbaiki dan
mempertahankan kesejahteraannya.
7. Effectiveness and efficiency yaitu bahwa proses dan institusi-
institusi yang ada sedapat mungkin memenuhi kebutuhan
masyarakat melalui pemanfaatan terbaik (best use) terhadap
sumberdaya-sumberdaya yang ada.
8. Accountability yaitu bahwa para pengambil keputusan di
instansi pemerintah, sektor publik dan organisasi masyarakat
madani (civil society) harus mampu mempertanggungjawabkan
apa yang dilakukan dan diputuskannya kepada publik sekaligus
kepada para pemangku kepentingan.
9. Strategic vision yaitu bahwa para pemimpin dan masyarakat
publik harus memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang
terhadap pembangunan manusia, dengan memperhatikan latar
belakang sejarah, dan kompleksitas sosial dan budaya.
18
pajak. Dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi,
sebenarnya warga negara tidak hanya dipandang sebagai customer yang
perlu dilayani dengan standar tertentu saja, tetapi lebih dari itu, mereka
adalah pemilik (owner) pemerintah yang memberikan pelayanan
tersebut.9 Dalam pandangan New Public Service, administrator publik
wajib melibatkan masyarakat (sejak proses perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi) dalam pemerintahan dan tugas-tugas pelayanan
umum lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan pemerintahan
yang lebih baik, sesuai dengan nilai-nilai dasar demokrasi, serta
mencegah potensi terjadinya korupsi birokrasi.
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Administrasi public merupakan ilmu pengetahuan yang dinamis dan
telah mengalami perubahan dan pembaharuan dari waktu ke waktu sesuai
dengan tantangan yang dihadapi. Paradigma yang muncul merupakan sudut
pandang ahli tentang perananan dan tantangan Administrasi Publik dalam
menjawab masalah yang muncul. Walaupun selalu muncul perdebatan dalam
sebuah paradigma akan tetapi secara umum para ahli menilai ada empat
perkembangan paradigma administrasi public. Dalam beberapa literature
Administrasi Publik dari dalam maupun luar negeri secara umum terdapat
empat paradigma yang berkembang dalam Administrasi public yaitu: Old
Public Administration (OPA), New Public Administration (NPA), New Public
Management (NPM), New Public Services (NPS).
Pergeseran Paradigma atau perubahan paradigma mulai dari Old Public
Administration (OPA) dengan fokus administrasi publik berkenaan dengan
efisien, ekonomis dalam memberikan pelayanan. New Public Administration
(NPA) dengan fokus selain pada efisiensi dan ekonomis mengedepankan dalam
pemberian pelayanan juga keadilan sosial. New Public Management (NPM)
yang ditandai dengan adanya reinventing government dengan fokus privatisasi
dalam pengelolaan Negara dengan menempatkan masyarakat sebagai
pelanggan dan New Public Service (NPS) fokus pada pelayanan masyarakat
yang menempatkan masyarakat bukan sebagai pelanggan tapi sebagai warga
negara yang harus dilayani oleh Negara.
Semua paradigma menunjukkan bahwa dalam beberapa dasawarsa
terakhir telah terjadi perubahan orientasi administrasi publik secara cepat.
Kegagalan yang dialami oleh suatu negara telah disadari sebagai akibat dari
kegagalannya dalam merespons perubahan paradigma administrasi publik.
Karena itu, perhatian khusus tidak hanya diberikan kepada peran penting
20
administrasi publik, tetapi juga kecepatan dan ketepatan merespons perubahan
paradigmanya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Denhardt, J.V., and R.B. Denhart. 2003. The New Public Service: Serving, not
Steering, New York: M.E. Sharpe.
Ferlie, E., A.Pettigrew, L. Ashburner and L. Fitzgerald. 1996. The New Public
Management in Action. Oxford: Oxford University Press.
Garson, G.D. & E.S. Overman. 1991. “What is Public Management Today: The
search for an organizing paradigm”. Dalam Public Management: The
essential readings. Diedit oleh Ott.J.S., A.C.Hyde, dan J.M.Shafritz
Chicago: Lyceum Books/Nelson-Hall Publishers.
Henry, N. 1995. Public Administrator and Public Affairs. Sixth Edition. Englewood
Cliffs, N.J.: Prentice-Hall.
Kettl, D. F. 1993. "Public Administration: The State of the Field". Dalam Political
Science: The State of the Discipline II, diedit oleh Ada W. Finifter.
Washington, DC: the American Political Science Association.
22
Osborne, D. And Gaebler, T. 1992. Reinventing Government: How the
Entrepreneurial Spirit is transforming the public sector. Reading, MA:
Harvard University Press.
Osbome, D. And Plastrik, P. 1997. Banishing Bureaucracy: The five Strategies for
Reinventing Government. Reading, MA: Addison-Wesley Publishing
Company, Inc.
23