Anda di halaman 1dari 24

PERUBAHAN PARADIGMA

ADMINISTRASI NEGARA DI INDONESIA

Mata Kuliah :
PENGANTAR ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
Dr. Novayanti Sopiya Rukmana, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
KELAS B
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
PROFIL KELOMPOK 2

1. Muhammad Fachry Awaluddin

2. Asria Maharani

3. Natasya Dwi Yanti

4. Amelia Wulandari Puji Ningsi

5. Aulia Nurfadhila. R

6. Amanda Kyla Aneira

7. Fitri Pratidina Novita Ashari

8. Syifa Zeplania Mulfa

9. Regina Firyal Maharani

10. Clara Kristin

11. Muh. Haiqal Edy

12. Hikmasari

13. Magfira Zalsabila

14. Dela Amanda

15. Magfirah

16. Jelita Marantika

17. Melania Wulansari

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat

tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami ucapkan Terima Kasih terhadap bantuan dari

Dosen yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dipraktekkan oleh

pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah

kami.

Makassar, 08 November 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Profil Kelompok ............................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................................ iii

BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Paradigma ....................................................................................... 3


2.2 Klasifikasi Paradigma....................................................................................... 3
2.3 Contoh Kasus dalam Paradigma ....................................................................... 17
BAB III

KESIMPULAN ............................................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks penyelenggaran pemerintahan dimanapun, administrasi publik

akan memainkan sejumlah peran penting diantaranya dalam menyelenggarakan

pelayanan publik guna mewujudkan salah satu tujuan utama dibentuknya negara yakni

kesejahteraan bagi masyarakatnya. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah

memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan public yang diperlukan oleh

masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan

lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan,

utlilitas, dan lainnya.

Sistem administrasi public di negara Kesatuan Republik Indonesia mengenal tiga

tingkatan pemerintahan, yakni pemerintahan provinsi, dan pemerintahan kabupaten/kota.

Secara resmi tidak terdapat tingkatan pemerintahan di luar hal tersebut. Namun demikian

masih terdapat satu jenis pemerintahan lain yang memperoleh tempat khusus baik dalam

peraturan perundang-undangan maupun dalam kajian administrasi public. Jenis

pemerintahan tersebut adalah pemerintahan local yang dimanifestasikan baik dalam

bentuk pemerintahan maupun desa. Penyelenggaraan administrasi publik di berbagai

tingkatan pemerintahan ini pada dasarnya tidak terlepas dari perkembangan pemikiran

administrasi public. Tulisan ini bertujuan untuk membahas perkembangan pemikiran

mutakhir tentang administrasi public dan berusaha meletakkannya dalam jenis

pemerintahan sub-regional yang cukup strategis, yakni pemerintahan local.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian paradigma Dikotomi Politik dan Administrasi, Prinsip-Prinsip

Administrasi, Administrasi sebagai Ilmu Politik, Administrasi Publik sebagai Ilmu

Administrasi, Administrasi Publik sebagai Administrasi Negara.

2. Apa perubahan paradigma Dikotomi Politik dan Administrasi, Prinsip-Prinsip

Administrasi, Administrasi sebagai Ilmu Politik, Administrasi Publik sebagai Ilmu

Administrasi, Administrasi Publik sebagai Administrasi Negara.

3. Apa contoh kasus-kasus paradigma Dikotomi Politik dan Administrasi, Prinsip-

Prinsip Administrasi, Administrasi sebagai Ilmu Politik, Administrasi Publik sebagai

Ilmu Administrasi, Administrasi Publik sebagai Administrasi Negara.

C. Tujuan

Untuk mengetahui perubahan paradigma administrasi publik di negara Indones

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paradigma

Paradigma adalah perkembangan atau perubahan pada suatu teori yang biasanya

dapat dilihat dari keadaan ilmu teori yang di anggap sudah tidak relavan dan tidak dapat lagi

menyelesaikan suatu masalah dalam suatu masyarakat tertentu. Administrasi Negara adalah

suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga elemen penting kehidupan bernegara yang

meliputi lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta hal- hal yang berkaitan dengan

publik yang meliputi kebijakan publik dan manajemen publik.

Jadi, Paradigma administrasi negara adalah suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-

metode, prinsip dasar, atau cara yang diterapkan untuk memahami fenomena atau

memecahkan masalah dalam administrasi negara, yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah

pada masa tertentu. Lewat paradigma ini akan diketahui ciri-ciri dari administrasi negara.

Paradigma dalam administrasi negara amat bermanfaat, karena dengan demikian seseorang

akan mengetahui tempat di mana bidang ini dipahami dalam tingkatan nya yang sekarang

ini.

2.2 Klasifikasi Paradigma


1) Paradigma 1 > The Politics Administration Dichotomy

Paradigma ini dikenal dengan paradigma dikotomi Politik administrasi, dari tahun

1900-1926.

3
Tonggak sejarah yang dapat dipergunakan sebagai momentum dari fase

paradigma pertama ini ialah tulisan dari Frank J. Goodnow dan Lenald D. White. Di

dalam bukunya Politics and Administration, Frank Goodnow" berpendapat bahwa ada

dua fungsi pokok pemerintah yang amat berbeda satu sama lain. Dua fungsi pokok terse

but ialah politik dan administrasi sebagaimana yang tertulis dalam judul bukunya. Politik

menurut Goodnow harus membuat kebijak sanaan-kebijaksanaan atau melahirkan

keinginan-keinginan negara. Sementara administrasi diartikan sebagai hal yang harus

berhubung an dengan pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut. Pe misahan

kekuasaan memberikan dasar perbedaan antara politik dan administrasi. Badan legislatif

dengan ditambah kemampuan penafsiran dari badan yudikatif mengemukakan keinginan-

keinginan negara dan kebijaksanaan formal. Sedangkan badan eksekutif

mengadministrasikan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut secara adil dan tidak

memihak kepada salah satu kekuatan politik.

Penekanan paradigma I ini adalah pada locus-nya, yakni mem permasalahkan di

mana seharusnya administrasi negara ini berada. Secara jelas, menurut Goodnow dan

pengikut-pengikutnya, administrasi negara seharusnya berpusat pada birokrasi

pemerintahan. Sementara itu, walaupun badan legislatif dan yudikatif mempunyai juga

kegiatan administrasi dalam jumlah tertentu, namun fungsi pokok dan tanggung jawabnya

tetap menyampaikan keinginan-keinginan negara. Inisial legitimasi yang konseptual

tentang locus ini memberikan pusat pengertian atau definisi dari bidang administrasi.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan locus paradigma pertama ini ialah timbulnya suatu

persoalan di antara kalangan akademisi dan praktisi mengenai dikotomi politik-

administrasi

4
Administrasi negara menerima perhatian yang besar dari beberapa sarjana pada

periode ini, sebagai hasil adanya suatu gerakan pelayanan masyarakat umum (public

service movement). Gerakan ini dilakukan oleh banyak universitas-universitas di bagian

awal abad ini. Ilmu Politik, sebagaimana isu yang dilaporkan tahun 1914 oleh Komisi

Instruk si dalam Pemerintahan dari Asosiasi Ilmu Politik Amerika (Committee on

Instruction in Government of the American Political Science As sociation) menyatakan

bahwa komisi ini sangat memikirkan tentang bagaimana melatih orang-orang, dan

mempersiapkan mereka secara profesional dalam bidang-bidang tertentu seperti

misalnya; hukum, kewartawanan, ahli-ahli untuk jabatan-jabatan pemerintahan, dan

petugas-petugas riset. Dari sini jelaslah bahwa administrasi merupakan sub-bidang dari

ilmu politik. Tahun 1912, suatu komisi mengenai latihan jabatan praktis untuk pegawai-

pegawai pemerintah dibentuk dibawah koordinasi dari APSA (American Political Science

Association. Asosiasi Ilmu Politik Amerika). Pada tahun 1914 dalam laporannya komisi

tersebut memberikan rekomendasi bahwa di masa depan perlu didirikan fakultas-fakultas

profesional yang khusus untuk melatih ad ministrator-administrator negara, dan titel

(degree) teknis yang baru diberikan untuk tujuan tersebut."

Administrasi negara mulai mendapatkan legitimasi akademis pada tahun 1920-an.

Pada tahun 1926 usaha yang amat terhormat dilakukan oleh Leonald White dengan

menerbitkan bukunya yang terkenal Introduction to the Study of Public Administration.

Buku pertama yang secara keseluruhannya dipersembahkan untuk menge nalkan ilmu

administrasi negara. Dwight Waldo pernah mengatakan mengenai buku White ini bahwa

buku tersebut merupakan sari karakter kemajuan Amerika, dan di dalam saripatinya itu

5
tercermin dorongan yang umum dari bidang ini. Dorongan itu antara lain mengemukakan

sebagai berikut:

(1) Politik seharusnya tidak usah mengganggu lagi administrasi.

(2) Manajemen memberikan sumbangan analisis ilmiahnya terhadap administrasi.

(3) Administrasi negara adalah mampu menjadikan dirinya sebagai ilmu pengetahuan

yang "value- free".

(4) Misi dari ilmu administrasi adalah ekonomis dan efisiensi.

Hasil dari paradigma pertama ini memperkuat paham (nation) per bedaan dari

dikotomi politik-administrasi. Paham perbedaan ini akan tampak jelas dengan cara

menghubungkannya dengan suatu korespon den antara dikotomi nilai (value) dan

practice. Dengan demikian, sega la hal yang diteliti oleh administrasi negara di dalam

lembaga eksekutif bagaimanapun diwarnai dan diabsahkan (legitimized) dengan praktik

dan ilmiah (practice and scientific). Sementara itu studi mengenai pub lic policy-making

dan masalah-masalah yang bergayutan telah mulai di tinggalkan oleh sarjana-sarjana ilmu

politik. Pembagian daerah analisis antara administrasi negara dan ilmu politik selama

masa orientasi lo cus ini tampaknya mempunyai dampak yang panjang sampai sekarang

ini. Hal ini dapat dilihat beberapa universitas di Amerika Serikat (kelihatannya diikuti

pula oleh universitas-universitas di Indonesia) bahwa bidang administrasi negara itu di

dalamnya diajarkan materi-materi seperti: teori organisasi, administrasi keuangan,

administrasi kepegawaian.

2) Paradigma 2 > The Principles Of Administration


Prinsip-prinsip Administrasi, Tahun 1927-1937.

6
Tahun 1927, W. F. Willoughby menerbitkan bukunya yang berjudul Principles of

Public Administration. Buku ini merupakan buku teks ke dua yang membahas secara

penuh di bidang administrasi negara. Buku pertama ditulis oleh Leonald D. White yang

termasuk dalam paradigma pertama. Prinsip-prinsip administrasi negara yang

dikemukakan oleh Willoughby ini memberikan indikasi terhadap tren baru dari perkem

bangan bidang ini. Sekaligus membuktikan bahwa prinsip-prinsip itu ada dan dapat

dipelajari. Dengan demikian, administrator-administrator bisa menjadi ahli dan cakap di

dalam pekerjaannya kalau mereka mau mempelajari bagaimana menerapkan prinsip-

prinsip tersebut.

Pada fase paradigma kedua ini, administrasi negara benar-benar mencapai puncak

reputasinya. Sekitar tahun 1930-an, administrasi ba nyak mendapat sumbangan yang

berharga dari bidang-bidang lainnya seperti industri dan pemerintahan. Sehingga dengan

demikian, pengem bangan pengetahuan manajemen memberikan pengaruh yang besar

terhadap timbulnya prinsip-prinsip administrasi tersebut. Itulah sebabnya locus dari

paradigma ini mudah diketahui yakni berada pada esensi prin sip-prinsip tersebut.

Sesungguhnya walaupun administrasi itu sebenar nya bisa berada di mana saja, akan

tetapi karena prinsip adalah prinsip dan administrasi adalah administrasi, maka menurut

persepsi paradigma ini administrasi negara mempunyai suatu prinsip tertentu.

Prinsip-prinsip administrasi negara yang dimaksudkan tersebut ialah adanya suatu

kenyataan, bahwa administrasi negara bisa terjadi pada semua tatanan administrasi tanpa

memedulikan kebudayaan, fungsi, lingkungan, misi, atau kerangka institusi. la bisa

diterapkan dan diikuti di bidang apa pun tanpa terkecuali. Kenyataan ini mem berikan

7
penegasan bahwa prinsip-prinsip administrasi tersebut bisa diterapkan dan dipakai oleh

negara-negara yang berbeda kebudaya an, lingkungan, fungsi, misi, dan atau kerangka

institusi. Dengan demikian bisa terjadi administrasi negara di barat atau di timur, asal kan

prinsip-prinsip tersebut digunakan. Selanjutnya, oleh karena administrasi negara telah

memberikan konstribusinya yang banyak terhadap formulasi prinsip-prinsip ad ministrasi

melalui suatu usaha penelitian ilmiah, maka administrasi negara seharusnya

menghasilkan suatu paket akademis di dalam menerapkan suatu prinsip dalam dunia

kenyataan organisasi, perusahaan, atau apa pun namanya. Ahli-ahli organisasi sering

menyebutkan aliran ini sebagai aliran manajemen administratif (administrative

management), karena aliran ini memusatkan titik perhatiannya pada esclon hierarki atas

dari sesuatu organisasi. Suatu literatur yang relevant yang dihasilkan oleh aliran manaje

men administratif ini kira-kira bersamaan waktunya dengan suatu usaha pengembangan

di bidang bisnis (business school) yang memusatkan per hatiannya pada hierarki

terbawah atau pelaksana organisasi (asseble line). Ahli-ahli riset pada aliran ini sering

kali menamakannya sebagai manajemen ilmiah (scientific management) yang

mengembangkan prin sip efisiensi tenaga gerakan dari pelaksana. Literatur yang sangat

terke nal di masa ini ialah tulisan Frederick W. Taylor, Principle of Scientific

Management (1911) dan beberapa hasil karya Frank dan Lillian Gil breth. Dalam

hubungannya dengan konsep paradigma ini manajemen ilmiah sedikit sekali pengaruhnya

terhadap konsep administrasi negara pada fase ini. Karena manajemen hanya memberikan

titik perhatiannya pada tingkat pelaksana dalam sesuatu organisasi.

Menurut Gulick dan Urwick, prinsip adalah amat penting bagi administrasi

sebagai suatu ilmu. Adapun letak di mana prinsip itu akan dipakai tidak begitu penting.

8
Focus memegang peranan penting dibandingkan atas locus. Prinsip administrasi yang

terkenal dari Gu lick dan Urwick ialah singkatan POSDCORB (Planning, Organizing,

Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting). Walaupun sebagian besar orang

menamakan masa-masa ini adalah masa "Orto dok Kesiangan" bagi administrasi negara.

Akan tetapi, inilah ciri yang bisa diteliti dari paradigma kedua.

Tahun-tahun berikutnya merupakan tahun tantangan bagi admi nistrasi negara.

Banyak konsep-konsep baru yang mencoba mengkritik konsep administrasi negara yang

dirasakan ortodoks tersebut. Dalam tahun 1938, setahun setelah Gulick dan Urwick

mengemukakan prinsip prinsip administrasi tadi, Chester 1. Barnard menerbitkan

bukunya The Functions of Executive. Pengaruhnya terhadap administrasi negara be lum

dirasakan dapat mengatasi persoalan pada waktu itu. Akan tetapi, pada kemudian hari

buah pikiran Barnard tersebut memberikan penga ruh terhadap Herbert A. Simon, ketika

Simon menulis kritikannya yang tajam pada bidang ini. Kritikan Simon tersebut dapat

dibaca dalam bu kunya Administrative Behavior. Walaupun secara jelas, Administrative

Behavior banyak terpengaruh oleh Barnard, akan tetapi karena pada waktu itu Barnard

menjabat Presiden Direktur New Jersey Bell Tele phone dan tidak menjadi anggota dari

masyarakat administrasi negara, maka pengaruh tersebut tidak dibesar-besarkan (has been

delayed).

3) Paradigma 3 > Public Administration as Political Science


Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik, Tahun 1950-1970.

Sebagai hasil dari derasnya kritikan yang ditujukan kepada kon sepsi administrasi

negara pada waktu itu, maka akhirnya bidang ini melakukan lompatan ke belakang

menemui orang tua disiplin ini yakni ilmu politik. Akibat dari lompatan menemui orang

9
tua itu, maka terjadilah perubahan dan pembaruan definisi locus-nya yakni birokrasi

pemerintahan, dan kekurangan hubungan dengan focusnya.

Secara singkat dikatakan bahwa fase paradigma ketiga ini merupakan suatu usaha

untuk menetapkan kembali hubungan konseptual antara administrasi negara dengan ilmu

politik. Akan tetapi, konsekuensi dari usaha ini ialah keharusan untuk merumuskan

bidang ini paling sedikit dalam hubungannya dengan focus keahliannya yang esensial.

Itulah sebabnya tulisan-tulisan administrasi negara dalam ta hun 1950-an penekanan

pembicaraannya pada wilayah kepentingan (area of interes) atau sebagai sinonim dari

ilmu politik: Administrasi negara sebagai suatu bidang studi yang dapat diidentifikasikan

memu lai perjalanannya yang panjang menurun bukit yang berputar-putar.

Walaupun usaha untuk kembali kepada ilmu politik sebagai suatu identifikasi dari

administrasi negara pada paradigma ini, akan tetapi sebaliknya ilmu politik mulai

melupakannya. Tahun 1962 ad ministrasi bukan lagi dianggap sebagai bagian dari ilmu

politik. Hal ini terbukti dari laporan komisi ilmu politik sebagai suatu disiplin dari APSA

(American Political Science Association). Tahun 1964, suatu survei yang dilakukan oleh

sarjana-sarjana ilmu politik mem berikan petunjuk tentang merosotnya minat terhadap

administrasi negara dalam fakultas-fakultas ilmu politik. Tahun 1967 administrasi negara

benar-benar dicoret dari program pertemuan tahunan APSA. Melihat perlakuan ilmu

politik terhadap administrasi seperti yang di ceritakan di atas, maka tahun 1968 Dwight

Waldo memprotes keadaan seperti itu. Dia menulis bahwa sarjana-sarjana ilmu politik

tidak lagi meng identifikasikan dirinya dengan administrasi negara adalah bersikap tidak

memedulikan dan memusuhi. Mereka menginginkan secepatnya bebas dari administrasi

10
negara. Sarjana-sarjana administrasi negara merasa tidak senang dan dianggap sebagai

warga negara kelas dua.

Antara tahun 1960 sampai tahun 1970 hanya dijumpai empat persen dari semua

artikel yang diterbitkan dalam lima jurnal utama ilmu politik yang membicarakan

administrasi negara." Dasawarsa 60-an merupakan suatu saat memisahkannya

administrasi negara sebagai bidang kajian dalam ilmu politik. Fakultas-fakultas ilmu

politik menyebutnya dengan inisial "Tipe P. A."

Ada dua perkembangan baru yang patut dicatat pada masa ini, yakni: Pertama,

tumbuhnya penggunaan studi kasus sebagai suatu sarana yang bersifat epistimologis.

Kedua, timbulnya studi perbandingan dan pemba ngunan administrasi sebagai salah satu

bagian dari administrasi negara.

4) Paradigma 4 > Public Administration as Administrative Science


Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi, Tahun 1956-1970.

Paradigma 4 ini waktunya berada dalam kurun waktu paradig ma ke-3. Timbulnya

paradigma 4, sebagian sebabnya karena sarjana sarjana administrasi negara dianggap

sebagai warga negara kelas dua dari ilmu politik. Akibat karena itu, maka mereka

mencari alternatif pemecahannya. Tampaknya jalan yang dipilih ialah kembali bahwa

administrasi negara adalah ilmu administrasi.

Istilah ilmu administrasi (administrative science) dipergunakan dalam paradigma

4 ini untuk menunjukkan isi dan fokus pembicara an. Dalam ilmu ini terdapat pula

pembahasan-pembahasan mengenai teori organisasi dan ilmu manajemen. Teori

organisasi pada intinya mendapat sumbangan pokok dari hasil kerja sarjana-sarjana

11
psikologi sosial, administrasi perusahaan, dan sosiologi. Sehingga dengan demikian,

sarjana-sarjana administrasi negara mendapatkan infor masi yang tepat untuk memahami

perilaku organisasi. Adapun ilmu manajemen sangat tergantung pada riset yang

dilakukan ahli statistik, analisis sistem, komputer dan ekonomi. Sehingga karenanya

sarjana sarjana administrasi negara mendapatkan informasi untuk mengukur pelaksanaan

kerja secara tepat dan menaikkan efisiensi manajerial.

Sebagai suatu paradigma, pada fase ini ilmu administrasi ha nya memberikan

focus, tetapi tidak pada locus-nya. Ia menawarkan teknik-teknik, dan bahkan sering kali

teknik-teknik yang canggih dan memerlukan keahlian dan spesialisasi. Tetapi untuk

institusi apa, teknik dan keahlian tersebut seharusnya diterapkan bukanlah menjadi

rumusan perhatian dari ilmu ini. Sebagaimana yang diba has dalam paradigma 2 di muka,

administrasi adalah administrasi di mana pun ia dapat dijumpai. Focus lebih utama

daripada locus-nya.

Sejumlah usaha-usaha pengembangan, terutama diperoleh dari pengaruh fakultas

administrasi perusahaan (school of business ad ministration) mempercepat proses

mencari alternatif paradigma ilmu administrasi ini. Tahun 1956 terbitlah jurnal

Administrative Science Quarterly, sebagai sarana yang amat penting untuk menyuarakan

pendapat dan konsepsi-konsepsi dari paradigma ini. Sarjana admi nistrasi negara Keith

M. Henderson berpendapat di pertengahan tahun 1960 bahwa teori organisasi adalah atau

seharusnya menjadi fokus utama dari administrasi negara. Demikian pula, tidak bisa di

lupakan begitu saja usaha-usaha yang dirintis oleh para cendekiawan terdahulu, seperti

James G. March dan Herbert A. Simon dalam buku yang dikarang berdua, berjudul

12
Organizations (1958), Richard Cyert dan March, dalam bukunya A Behavioral Theory of

the Firm (1963), James G. March, dalam Handbook of Organization (1965), dan James

D. Thomson, dalam bukunya Organizations in Action (1967). Kesemuanya itu telah

memberikan alasan teoretis yang kuat dalam memilih administrasi sebagai paradigma

administrasi negara.

Pada awal tahun 60-an, Organizational Development (OD) atau pengembangan

organisasi (PO) mulai berkembang secara pesat sebagai satu spesialisasi dari ilmu

administrasi. OD sebagai suatu bi dang kajian berlandas pada psikologi sosial dan pada

nilai-nilai "demokratisasi" birokrasi baik pemerintah maupun swasta, demikian. pula

"aktualisasi diri" dari masing-masing anggota organisasi. Karena hal-hal inilah, maka OD

dipandang oleh para cendekiawan muda administrasi negara, sebagai suatu subjek yang

bisa menawarkan bi dang riset yang dapat bersaing dalam kerangka ilmu administrasi.

Nilai-nilai demokratis dapat dipertimbangkan, dan pertimbangan pertimbangan normatif

dapat dikembangkan, ketangguhan intelek tual dan metodologi yang ilmiah dapat

dipergunakan dalam OD ini.

Paradigma keempat ini dalam perjalanan meniti langkahnya, bukannya tidak

mempunyai persoalan. Banyak persoalan-persoalan yang perlu dijawab, seperti misalnya

jika fokus tunggal telah dipilih oleh administrasi negara yakni ilmu administrasi, apakah

ia masih berhak berbicara tentang public (negara) dalam administrasi terse but? Ilmu

administrasi tidak lagi mempunyai prinsip-prinsip umum, karena prinsip-prinsip tersebut

telah diganti menjadi prinsip organisa si dan manajemen yang spesifik, Jika suatu ketika

administrasi negara akan bertukar fokus misalnya, mau menekankan kepada ilmu politik

13
lagi, akan tetaplah administrasi negara sebagai bagian dari ilmu ad- ministrasi? Dan

persoalan lain yang mendasar ialah bagaimanakah perbedaan yang jelas antara private

(swasta) dan public (negara) dalam administrasi negara.

Persoalan-persoalan tersebut memuncak dalam gerakan pem baruan yang

dilakukan oleh para cendekiawan muda di bidang ini. Pertemuan-pertemuan di

Philadelphia, Minnowbrook di Syracuse, dan di USC Los Angeles seperti yang

diceritakan di muka, bergejolak pada masa paradigma ke-4 ini.

Suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari bahwa perbedaan an tara

pemerintah dan swasta (public dan Private) sulit dirumuskan secara empiris. Adanya

industri militer yang komplek, adanya peraturan-per aturan dari departemen-departemen

pemerintah yang mengatur hubu ngan pemerintah dengan industri-industri swasta, dan

adanya kemajuan keahlian dari masing-masing departemen di dalam membantu memaju

kan teknik manajerial perusahaan-perusahaan swasta pada setiap aspek kehidupan

masyarakat. Semuanya itu bersekutu untuk menjadikan ad ministrasi negara sebagai

suatu kesatuan yang elusif dalam kaitannya dengan penentuan kepatutannya dalam

paradigma ini.

Kacaunya penggunaan istilah public (negara) dalam bidang ad ministrasi ini

kelihatannya tidak bisa dimengerti. Seorang sarjana berpendapat bahwa kita harus mulai

berbicara tentang administrasi negara, karena organisasi-organisasi manajerial

mempunyai hubung an yang erat dengan publik, negara, pemerintah dan hal-hal yang

bersifat politis. Hal ini disebabkan karena tumbuhnya saling keter gantungan dalam

masyarakat teknologi.

14
Negara dalam administrasi negara janganlah ditafsirkan dalam hubungannya

dengan istilah-istilah institusi, melainkan hendaknya ia ditafsirkan secara filosofis,

normatif, dan etis. Negara dalam hal tersebut akan menjadi sesuatu yang mempunyai

pengaruh terhadap kepentingan masyarakat (public interest). Dengan demikian locus dari

istilah administrasi negara dapat pula mencakup pengertian swasta.

5) Paradigma 5 > Public Administration as Public Administration Toward Curricular


Authonomy
Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara, Tahun 1970.

Meskipun kekacauan intelektual masih juga berlangsung sampai saat ini, namun

administrasi negara mencapai suatu proses pembaru an yang valid. Pembaruan dalam

tahap paradigma yang kelima ini locus administrasi negara tidak semata-mata pada ilmu

murni admi nistrasi, melainkan pada teori organisasi. Dalam dua setengah dekade

terakhir perhatian pada teori organisasi ditujukan terutama pada bagaimana dan mengapa

organisasi-organisasi itu bekerja, bagaima na dan mengapa orang-orang berperilaku

dalam organisasi demikian pula bagaimana dan mengapa keputusan-keputusan itu

diambil. Per hatian itu lebih diberikan pada bagaimana dan mengapanya diban dingkan

pada bagaimana seharusnya hal-hal tersebut terjadi. Selain itu, pertimbangan-

pertimbangan untuk menggunakan teknik-teknik ilmu manajemen ke dalam lingkungan

pemerintahan menjadi perha tian pula dalam fase paradigma kelima ini.

Lebih dari itu, administrasi negara semakin bertambah perhati annya terhadap wilayah

ilmu kebijaksanaan (policy science), Politik ekonomi, proses pembuatan kebijaksanaan

15
pemerintah dan analisis nya (public policy making process), dan cara-cara pengukuran

dari hasil-hasil kebijaksanaan yang telah dibuat.

Aspek-aspek perhatian ini dapat dianggap dalam banyak hal se bagai suatu mata

rantai yang menghubungkan antara focus administrasi negara dengan locus-nya.

Sebagaimana yang terlihat dalam tren yang diikuti oleh paradigma ini, maka focus

administrasi negara adalah teori organisasi, praktika dalam analisis public policy, dan

teknik-teknik ad ministrasi dan manajemen yang sudah maju. Adapun locus normatif dari

administrasi negara digambarkan oleh paradigma ini ialah pada birokrasi pemerintahan

dan pada persoalan-persoalan masyarakat (public affairs). Walaupun public affairs masih

dalam proses mencari bentuknya, akan tetapi melihat perkembangannya bidang ini

menduduki tempat utama dalam menarik perhatian administrasi negara.

Dalam waktu yang singkat, administrasi negara sebagai suatu bi dang kajian telah

menunjukkan warnanya sendiri. Beberapa departe men, fakultas, dan akademi baru

administrasi negara dan public affairs bermunculan. Hal ini membuktikan adanya suatu

sikap yang jelas dari paradigma ini. Antara tahun 1973-1978 telah dibentuk kurang lebih

21 persen fakultas profesional administrasi negara dan public affairs, dan sekitar 53

persen departemen administrasi negara dan public affairs.

Walaupun terdapat pula beberapa universitas menempatkan program administrasi

negara ke dalam departemen ilmu politik, hal tersebut hanya dijumpai pada universitas-

universitas kecil. Mereka lebih senang hanya mau melayani pendaftaran yang semakin

menyu sut dibandingkan dengan suatu usaha terencana untuk mengembang kan

kurikulum administrasi negara sebagai bagian dari ilmu politik. Selain itu, fakultas-

16
fakultas yang dulunya dibentuk dari kombinasi administrasi negara dengan administrasi

perusahaan sebagai akibat dari paradigma 4 di muka, telah menyusut lebih dari

separuhnya.

Salah satu kecenderungan dari pertumbuhan administrasi negara ini terbentuknya

asosiasi nasional dari fakultas-fakultas tersebut (The National Association of School of

Public Affairs and Administration). Asosiasi ini pada tahun 1980 mempunyai anggota

lebih dari 200 institusi, dan lebih dari 25.000 mahasiswa baik yang penuh ataupun yang

parttime terdaftar dalam program MPA (Master of Public Ad ministration) pada akhir

tahun 1970-an.

2.3 Contoh Kasus dalam Paradigma

 Dikotomi Politik dan Administrasi

Kasus Kepegawaian

Peraturan Pemerintah No. 53 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Di sini seperti ada seorang ASN pergi nonton konser tapi masih menggunakan seragam

dan itu melanggar kode etiknya ASN.

Prinsip disiplin dengan tidak memakai seragam atau fasilitas negara di luar jam

kantor karena hal itu dapat melanggar koede etik ASN. Mempunyai asas legalitas yang di

mana seorang pegawai memiliki kebebasan, tetapi dengan batas yang telah disepakati

oleh pemerintah. Mempunyai asas profeksionalitas, karena melanggar kode etik ASN

dalam menggunakan pakaian untuk menghadiri konser.

17
 Prinsip-Prinsip Administrasi

Kasus pungli, dimana pungli ini diartikan sebagai meminta sejumlah untuk

mempercepat pelayanan yang ada di lembaga tersebut artinya contoh kasus ini dapat

disebut dengan praktik maladministrasi yaitu memberikan sejumlah imbalan kepada

birokrat pemerintahan.

 Administrasi sebagai Ilmu Politik

Kasus Birokrasi Pemerintah

Penyebaran dana bansos di Klaten, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Brebes.

Para elit memberikan bantuan dengan cara membuat simbol-simbol yang akan diberikan

kepada masyarakat dan tidak sedikit para elit turun langsung ke lapangan agar mereka

mendapat simpatik dari masyarakat.

 Administrasi Publik sebagai Ilmu Administrasi

Adanya diakronis terhadap timbul-tenggelamnya beberapa paradigma

Administrasi Publik sebagai ilmu walaupun ada beberapa sarjana yang meragukan teori

inti atau paradigma dalam Ilmu Administrasi Publik, seperti diungkapkan oleh Caiden

bahwa “banyak teori dalam Administrasi Publik, tetapi tak ada teori dari Administrasi

Publik,” (Caiden, 1971), namun sejarah dan beberapa ahli telah mencatat adanya

beberapa paradigma Administrasi Publik. Ada beberapa cara yang digunakan untuk

melukiskan perkembangan administrasi publik.

 Administrasi Publik sebagai Administrasi Negara

Kasus Kebijakan Publik

 Peraturan Presiden RI No. 14 Tahun 2021 terkait pengadaan dan pelaksanaan

vaksinasi.

18
Kebijakan publik ini terkait vaksinasi bertujuan untuk meminimalisir penyebaran

covid-19 dan merupakan salah satu produk politik yang berbentuk kebijakan publik

yang tertuang dalam peraturan presiden RI.

 Pasal 76 UU No. 12 Tahun 2012 ayat 2 huruf b tentang bantuan pendidikan.

Pemerintah memberikan bantuan biaya kepada mahasiswa untuk mengikuti atau

menyelesaikan pendidikan tinggi berdasarkan pertimbangan utama dalam

keterbatasan kemampuan ekonomi, seperti KIP-Kuliah.

19
BAB III
KESIMPULAN

Paradigma adalah perkembangan atau perubahan pada suatu teori yang biasanya dapat

dilihat dari keadaan ilmu teori yg di anggap sudah tidak relavan dan tidak dapat lagi

menyelesaikan suatu masalah dalam suatu masyarakat tertentu. Di sini kita membahas tentang

paradigma administrasi yang terdiri dari 5 paradigma, yaitu paradigma 1 Dikotomi Politik

Administrasi Dari Tahun 1900-1926, Paradigma 2 Prinsip - Prinsip Administrasi Tahun 1927 -

1937, Paradigma 3 Administrasi Negara Sebagai Ilmu Politik Tahun 1950 - 1970, Paradigma 4

Administrasi Negara Sebagai Ilmu Administrasi Tahun 1956 - 1970, Dan Paradigma 5

Administrasi Negara Sebagai Administrasi Negara Tahun 1970.

20

Anda mungkin juga menyukai