Anda di halaman 1dari 25

PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK

Dosen Pengampu :

Holilah, S.Ag, M.Si

NIP (198510192015031001)

Disusun oleh:

Mohammad Dias Sanjaya (10010122012)

Jiny Melati Amaliah (10020122050)

Sting Bina Tara (10020122079)

Frisdaniar Ananda (10040122096)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK” ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
studi kewarganegaraan dari Ibu Holilah, S.Ag, M.Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah
tersebut. Dan juga untuk menambah wawasan tentang “PERKEMBANGAN
ADMINISTRASI PUBLIK” bagi kami selaku penulis makalah maupun para pembaca.

Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu maupun
mendukung kami dalam proses penyusunan makalah ini. Meskipun, kami telah berusaha
semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, kami
menerima adanya kritik dan saran dari pihak manapun demi perbaikan makalah ini. Akhir
kata kami ucapkan selamat membaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………..

2.1 Sejarah perkembangan administrasi publik ……………………………………

2.2 Paradigma administrasi negara ………………………………………………..

2.3 Skema New Public Management (NPM) dan New Public Service ……………

2.4 Perbedaan The Old Public Administration dan The New Public Administration

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu warga negara tidak akan lepas dari yang namanya Administrasi Publik. Sejak
beranjak lahir didunia bahkan sebelum kelahiran kita sudah berhadapan dengan administrasi
publik. Mulai dari pendaftaran ketika ibu kita akan memeriksakan kandungannya. Bahkan
setelah kita dilahirkan didunia ini pasti akan ada yang namanya pengurusan akte
kelahiran,kartu keluarga,kartu bpjs untuk berobat,dan masih banyak lagi. Istilah administrasi
publik sebenarnya adalah perluasan dari paradigma administrasi negara. Dimana dahulu
administrasi negara memiliki makna yang kental bahwa pelayanan hanya ditujukan terhadap
negara, sedangkan pada administrasi publik memiliki jangkauan yang luas dan bukan hanya
melayani suatu negara saja namun juga berarti sebuah pelayanan terhadap masyarakat dan
para swasta lainnya. Dalam administrasi publik, peran pemerintah sangat sedikit dan hanya
sebagai fasilitator dan katalisator. Pemerintah hanya sebagai media,wadah untuk menampung
segala keluhan maupun aspirasi masyarakat yang dapat digunakan sebagai inovasi dalam
perbaikan kinerga petugas hingga perbaikan sistem yang ada.
Menurut Dwiyanto (2007), menyatakan setidaknya ada 4 alasan yang mencolok
dalam berkurangnya dominasi pemerintah pada administrasi publik, yaitu:
1. Dinamika ekonomi,politik, dan budaya yang membatasi peran pemerintah dalam
memenuhi tuntutan masyarakat
2. Adanya Globalisasi yang mendominasi sebuah perubahan dimana hal tersebut
membuat daya saing yang sangat kuat diberbagai sektor menuntut semakin
dikuranginya peran negara melalui debirokratisasi dan deregulasi
3. Munculnya ormas dalam segi demokrasi yang menuntut untuk selalu dilibatkan dalam
proses perumusan sebuah kebijakan dan aturan baru yang membuat peran pemerintah
semakin berkurang,
4. Munculnya fenomena hybrid organization yang memadukan antara peran pemerintah
dan bisnis.
Berdasarkan ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian administrasi publik adalah
suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam suatu
organisasi publik yang memiliki tujuan sama untuk melakukan sebuah
perencanaan,pengorganisasian,penggerakan dan pengawasan terhadap sarana guna bertujuan
untuk memberikan pelayanan yang optimal terhadap masyarakat sekitar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan administrasi publik?


2. Apa yang dimaksud dengan paradigma administrasi negara?
3. Apa yang dimaksud dengan New Public Management (NPM) dan New Public Service
(NPS)?

4. Apa perbedaan The Old Public Administration dan The New Public Administration?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan administrasi publik
2. Untuk mengetahui wawasan tentang paradigma administrasi negara
3. Untuk mengetahui pengertian New Public Management (NPM) dan New Public Service
(NPS)
4. Untuk memahami perbedaan dari The Old Public Administration dan The New Public
Administration

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah

Teori dan konsep dari Ilmu Administrasi Publik telah berkembang dari waktu ke
waktu dan sejalan dengan perkembambangan peradaban dan sejarah umat manusia.
Perkembangannya dari Ilmu Filsafat yang objeknya tidak terbatas sampai pada disiplin ilmu
eksakta dan sosial yang mengkhususkan pada bidang bahasan tertentu, seperti Administrasi
Publik ini.
Adapun erkembangan Ilmu Administrasi Publik dapat dilihat sebagai berikut:
 Administrasi Ortodok → Administrasi Publik → Administrasi Negara Baru → New
Public Management → Beyond The New Public Administration → Refounding
Public Administration.
Sebelum babak administrasi ortodok dimulai, telah berkembang praktek-praktek
administrasi yang lebih dikenal sebagai seni seperti pada masa peradaban Mesopatamia,
Babilonia, Mesir, dan Cina seta Yunani dan Romawi.

Pada permulaan abad Masehi, perkembangan Administrasi berkembang lebih maju.


Hal ini tampak nyata dalam praktek-praktek administrasi, manajemen, dan organisasi yang
dikembangkan oleh gereja Roma Katolik. Niccolo Machiavelli merupakan orang yang
memberikan kontribusi secara individual yang sangat besar terhadap pemikiran administrasi
dan manajemen dengan membuat sebuah analisis yang sistematis tentang Prince’s Job dalam
bukunya yang berjudul “The Prince and The Discources”

Administrasi sebagai seni semakin berkembang di kawasan Eropa dengan


melakukan penekanan bahwa perekonomian suatu negara akan kuat apabila kegiatan
administrasi dan manajemen dilaksanakan dengan baik. Pemikiran ini dipelopori oleh tiga
kelompok ahli ekonomi di Eropa, yaitu kaum Kameralis di Jerman, Rusia dan Austria,
kelompok Merkantilis dan Inggris dan kelompok Fisiokratik di Perancis. Mereka percaya
bahwa kedudukan negara mengusahakan maksimasi persedian-persediaan materil.

Seiring dengan terjadinya revolusi industri di Eropa mempunyai dampak dinamik


terhadap pemikiran- pemikiran administrasi dari job centered menjadi human centered atau
orientasi produktivitas menjadi orientasi pengembangan SDM.

Administrasi ditelaah secara ilmiah baru mulai dilakukan pada akhir abad 19 atau
awal abad 20, yang dipelopori oleh F.W. Taylor dan Henry Fayol dengan memunculkan satu
teori dan pendekatan bagi perkembangan studi administrasi yang disebut Administrative
Management Theory atau yang disebut juga teori administrasi umum.

Sejarah Sistem Administrasi Publik Republik Indonesia (SAPRI) dimulai dengan


diproklamirkannya kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus tahun 1945. Sejak itu berbagai
perubahan Sistem Administrasi Publik telah kita lalui mulai kepemimpinan Ir. Sukarno
selaku Presiden RI Pertama hingga masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono saat ini. Perkembangan Sistem Administrasi Publik yang diterapkan di
Indonesia pada tahun 1950- an dan dikenal dengan nama Sistem Demokrasi Liberal.

2.2 PARADIGMA ADMINISTRASI NEGARA

2.2.1. Paradigma Old Public Administration (OPA)


Paradigma ini merupakan paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu
administrasinegara. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor berdirinya ilmu
administrasinegara Woodrow Wilson yang merupakan presiden AS pada saat itu dengan
karyanya “TheStudy of Administration”(1887) serta F.W. Taylor dengan bukunya “Principles
of ScientificManagement” Dalam bukunya ”The Study of Administration”, Wilson
berpendapat bahwa problem utama yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah rendahnya
kapasitas administrasi. Untuk mengembangkanbirokrasi pemerintah yang efektif dan efisien,
diperlukan pembaharuan administrasipemerintahan dengan jalan meningkatkan
profesionalisme manajemen administrasi negara.Untuk itu, diperlukan ilmu yang diarahkan
untuk melakukan reformasi birokrasi denganmencetak aparatur publik yang profesional dan
non-partisan. Karena itu, tema dominan daripemikiran Wilson adalah aparat atau birokrasi
yang netral dari politik. Administrasi negara harusdidasarkan pada prinsip-prinsip manajemen
ilmiah dan terpisah dari hiruk pikuk kepentinganpolitik. Inilah yang dikenal sebagai konsep
dikotomi politik dan administrasi. Administrasinegara merupakan pelaksanaan hukum publik
secara detail dan terperinci, karena itu menjadibidangnya birokrat tehnis. Sedang politik
menjadi bidangnya politisi.Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat
paradigma dikotomi politik dan administrasi, seperti karya Frank Goodnow ”Politic and
Administration”. Karya fenomenallainnya adalah tulisan Frederick W.Taylor ”Principles of
Scientific Management (1911). Taylor adalah pakar manajemen ilmiah yang
mengembangkan pendekatan baru dalam manajemenpabrik di sector swasta Time and
Motion Study. Metode ini menyebutkan ada cara terbaikuntuk melaksanakan tugas tertentu.
Manajemen ilmiah dimaksudkan untuk meningkatkan outputdengan menemukan metode
produksi yang paling cepat, efisien, dan paling tidakmelelahkan.Jika ada cara terbaik untuk
meningkatkan produktivitas di sector industri, tentunyaada juga cara sama untuk organisasi
public.Wilson berpendapat pada hakekatnya bidangadministrasi adalah bidang bisnis,
sehingga metode yang berhasil di dunia bisnis dapat jugaditerapkan untuk manajemen sektor
publik.Teori penting lain yang berkembang adalah analisis birokrasi dari Max Weber.
Webermengemukakan ciri-ciri struktur birokrasi yang meliputi hirarki kewenangan, seleksi
danpromosi berdasarkan merit system, aturan dan regulasi yang merumuskan prosedur
dantanggungjawab kantor, dan sebagainya. Karakteristik ini disebut sebagai bentuk
kewenanganyang legal rasional yang menjadi dasar birokrasi modern.Ide atau prinsip dasar
dari Administrasi Negara Lama (Dernhart dan Dernhart, 2003) adalah
 Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui badan-
badanpemerintah.
 Kebijakan publik dan administrasi menyangkut perumusan dan implementasi
kebijakandengan penentuan tujuan yang dirumuskan secara politis dan tunggal.
 Administrasi publik mempunyai peranan yang terbatas dalam pembuatan kebijakan
dankepemerintahan, administrasi publik lebih banyak dibebani dengan fungsi
implementasikebijakan publik.
 Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh administrator yang
bertanggungjawab kepada ”elected official” (pejabat/birokrat politik) dan memiliki
diskresi yang terbatas dalam menjalankan tugasnya.
 Administrasi negara bertanggungjawab secara demokratis kepada pejabat politik.
 Program publik dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan manajer
yangmenjalankan kontrol dari puncak organisasi.
 Nilai utama organisasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas.
 Organisasi publik beroperasi sebagai sistem tertutup, sehingga partisipasi warga
negaraterbatas.
 Peranan administrator publik dirumuskan sebagai fungsi POSDCORB
(Planning,Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting dan Budgetting)
2.2.2. Paradigma new public management
Paradigma New Public Management (NPM) muncul tahun 1980an dan menguat tahun
1990ansampai sekarang. Prinsip dasar paradigma NPM adalah menjalankan administrasi
negarasebagaimana menggerakkan sektor bisnis (run government like a business atau market
assolution to the ills in public sector). Strategi ini perlu dijalankan agar birokrasi model lama
yang lamban, kaku dan birokratis siap menjawab tantangan era globalisasi . Model
pemikiransemacam NPM juga dikemukakan oleh David Osborne dan Ted Gaebler (1992)
dalam konsep Reinventing Government”. Osbone dan Gaebler menyarankan agar
meyuntikkan semangatwirausaha ke dalam sistem administrasi negara. Birokrasi publik harus
lebih menggunakan cara “steering” (mengarahkan) daripada ”rowing” (mengayuh). Dengan
cara ”steering”, pemerintah tidak langsung bekerja memberikan pelayanan publik, melainkan
sedapat mungkin menyerahkanke masyarakat. Peran negara lebih sebagai fasilitator atau
supervisor penyelenggaraan urusanpublik. Model birokrasi yang hirarkis-formalistis menjadi
tidak lagi relevan untuk menjawabproblem publik di era global.Ide atau prinsip dasar
paradigma NPM (Dernhart dan Dernhart, 2003) adalah sebagai berikut :
 Mencoba menggunakan pendekatan bisnis di sektor publik
 Penggunaan terminologi dan mekanisme pasar, dimana hubungan antara organisasipublik
dan customer dipahami sebagaimana transaksi yang terjadi di pasar.
 Administrator publik ditantang untuk dapat menemukan atau mengembangkan cara baru
yang inovatif untuk mencapai hasil atau memprivatisasi fungsi-fungsi yang sebelumnya
dijalankan pemerintah.
 ”steer not row” artinya birokrat/PNS tidak mesti menjalankan sendiri tugas pelayanan
publik, apabila dimungkinkan fungsi itu dapat dilimpahkan ke pihak lain melalui
sistemkontrak atau swastanisasi.
NPM menekankan akuntabilitas pada customer dan kinerja yang tinggi,
restrukturisasibirokrasi, perumusan kembali misi organisasi, perampingan prosedur, dan
desentralisasidalam pengambilan keputusanParadigma NPM memiliki konsep yang terkait
dengan manajemen kinerja sektor publik, yangmana pengukuran kinerja merupakan salah
satu dari prinsip-prinsipnya. NPM mengacu kepadasekelompok ide dan praktik kontemporer
untuk menggunakan pendekatan-pendekatan dalamsektor privat (bisnis) pada organisasi
sektor publik. Pemerintahan yang kaku dan sentralistiksebagaimana yang dianut oleh OPA
harus diganti dengan pemerintahan yang berjiwa wirausaha. NPM menganjurkan pelepasan
fungsi-fungsi pemerintah kepada sektor swasta.

2.2.3. Paradigma new public service (NPS)


Paradigma New Public Service (NPS) merupakan konsep yang dimunculkan melalui
tulisan Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul “The New Public Service : Serving,
notSteering” terbit tahun 2003. Paradigma NPS dimaksudkan untuk meng”counter”
paradigma administrasi yang menjadi arus utama (mainstream) saat ini yakni paradigma New
Public Management yang berprinsip “run government like a businesss” atau “market as
solution to theills in public sector”. Menurut paradigma NPS , menjalankan administrasi
pemerintahan tidaklah sama denganorganisasi bisnis. Administrasi negara harus digerakkan
sebagaimana menggerakkanpemerintahan yang demokratis. Misi organisasi publik tidak
sekedar memuaskan pengguna jasa(customer) tapi juga menyediakan pelayanan barang dan
jasa sebagai pemenuhan hak dankewajiban publik.Paradigma NPS memperlakukan publik
pengguna layanan publik sebagai warga negara (citizen) bukan sebagai pelanggan
(customer). Administrasi negara tidak sekedar bagaimana memuaskanpelanggan tapi juga
bagaimana memberikan hak warga negara dalam mendapatkan pelayananpublik. Cara
pandang paradigma NPS ini ,menurut Dernhart (2008), diilhami oleh (1) teoripolitik
demokrasi terutama yang berkaitan dengan relasi warga negara (citizens) denganpemerintah,
dan (2) pendekatan humanistik dalam teori organisasi dan manajemen. Paradigma NPS
memandang penting keterlibatan banyak aktor dalam penyelenggaraan urusanpublik. Dalam
administrasi publik apa yang dimaksud dengan kepentingan publik danbagaimana
kepentingan publik diwujudkan tidak hanya tergantung pada lembaga negara. Kepentingan
publik harus dirumuskan dan diimplementasikan oleh semua aktor baik negara, bisnis,
maupun masyarakat sipil. Pandangan semacam ini yang menjadikan paradigma NPS disebut
juga sebagai paradigma Governance. Teori Governance berpandangan bahwa negara
ataupemerintah di era global tidak lagi diyakini sebagai satu-satunya institusi atau aktor yang
mampusecara efisien, ekonomis dan adil menyediakan berbagai bentuk pelayanan publik
sehingga paradigma Governance memandang penting kemitraan (partnership) dan jaringan
(networking) antar banyak stakeholders dalam penyelenggaraan urusan publik.
Dan terjadi pergeseran. Terjadinya pergeseran dari paradigma satu ke paradigma
lain, bukan tanpa sebab. Setiap kali munculnya paradigma baru, tentu ada masalah dengan
paradigma sebelumnya. Thomas Khun. 1 menjelaskan bahwa apabila sepanjang karya-karya
yang dihasilkan (termasuk teori) yang berakumulasi pada dukungan terhadap paradigma,
maka ilmu pengetahuan tersebut berada pada kondisi normal (normal science). Tetapi
apabila di suatu masa ditemukan karya-karya yang membuahkan penyimpangan yang tidak
dapat dijelaskan dengan paradigma yang ada, maka kondisi inilah disebut anomalies.
Kondisi anomalies ini kemudian membuat orang tidak lagi percaya pada paradigma yang
ada dan berusaha membangun paradigma baru. Ketika orang mulai tidak percaya dengan
paradigma lama, dan berusaha menemukan/membangun dan beralih ke paradigma baru,
maka kondisi inilah yang oleh Thomas Khun (1993) disebut sebagai “Revolusi Sains”.
Setelah revolusi orang akan menemukan paradigma baru dengan dukungan teori-teori baru,
maka ilmu yang bersangkutan kembali ke kondisi normal.

pergeseran paradigma khun ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Dimodifikasi dari John J.O.I. Ihalouw, 1985:22


Model ini digunakan untuk mendeskripsikan kondisi New Public Administration, New
Public Management, New Public Service, walaupun Frederickson sendiri menegaskan
bahwa cara berpikir Khun ini hanya dapat berlaku di lingkungan ilmu-ilmu eksakta,
sementara di lingkungan ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu administrasi negara tidak
demikian dengan alasan bahwa nilai-nilai di dalam administrasi negara tetap dan terus
berlanjut dan kompetitif, sehingga pada periode tertentu nilai tertentu dominan dan pada
periode lain nilai-nilai yang lain lebih dominan. Bagi penulis, tahapan pergeseran paradigma
yang disampaikan oleh Kuhn (normal science – anomalies – revolusi science – normal
science –anomalies, dst) berlaku untuk semua disiplin ilmu pengetahuan, baik itu eksakta
maupun sosial humaniora. Sementara yang dikemukakan oleh Frederickson berkenaan
dengan nilai, adalah persoalan tersendiri. Frederickson sendiri menjelaskan bahwa lahirnya
administrasi negara baru sebagai akibat dari beberapa krisis (anomalies) sebelumnya

1
1Thomas, Khun S.1993. Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains, Penerbit Pt1 Remaja

2.3 Skema New Public Management (NPM)

Sebelum mengulas lebih lanjut terkait New Public Management, ada baiknya
memahami terkait definisi Public Management atau Manajemen Publik terlebih dahulu,
Manajemen publik merupakan suatu bentuk perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan terhadap pelayanan kepada masyarakat sebagai sarana untuk mencapai tujuan
publik. Untuk mencapai pelayanan publik yang maksimal, maka diperlukan manajemen yang
efektif dan efisien dalam proses penyelenggaraan pelayanan agar tercapai tujuan dari
pelayanan tersebut, yaitu kepuasaan masyarakat. Dalam merealisasikan sistem manajemen
publik yang sistematis dan dapat menghasilkan tujuan yang telah direncanakan diperlukan
perubahan paradigma birokrasi baru, hal ini disebabkan sebelumnya reformasi birokrasi
pemerintahan terhadap pelayanan publik belum optimal, kinerja ASN rendah, kasus korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) masih menyoroti dikalangan eksekutif maupun legislatif. Maka
terindikasikan bahwa pada masa Old Public Management terdapat kasus yang sangat
fundamental untuk segera dibenahi, terutama dari segi pengembangan sumber daya manusia
dalam mereformasi birokrasi. Hal ini diungkapkan oleh Sumaryadi (2016:1) “Kurangnya
komitmen pemerintah dalam mereformasi birokrasi kita tidak terlepas dari warisan mentalitas
dan birokrasi budaya rente yang sudah ditanamkan sejak masa birokrasi kolonial.” 1

1
Nyoman Sumaryadi. Reformasi Birokrasi Pemerintahan : Menuju tata kelola pemerintahan yang baik
(Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2016), hlm 145-149
Paradigma New Public Management hadir sebagai bentuk dari reformasi Old Public
Management yang kurang efektif untuk menyelesaikan problematika dalam melaksanakan
proses pelayanan terhadap publik. Oleh sebab itu Pandangan terhadap New Public
Management dapat ditekankan pada pendekatan dalam administrasi publik yang
mengedepankan nilai-nilai pengetahuan dari manajemen bisnis untuk menciptakan
Entrepreneur Government, sehingga kinerja pelayanan publik dapat meningkatkan efektivitas
dan efisiensinya pada birokrasi modern. Hal ini dikarenakan New Public Management
mengedepankan manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi
pada kebijakan, namun penggunaan pola atau metode dalam New Public Management ini
dapat berakibat pada pemerintahan, yang diantaranya yaitu tuntutan untuk melaksanakan
efisiensi, pemotongan biaya, dan kapabilitas tender. New Public Management memberikan
perubahan manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional
yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang
fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut akan menghasilkan power yang
besar dan mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah
dengan publik atau masyarakat (Mardiasmo, 2009).2

Tujuan dalam menghasilkan power yang besar merupakan relevansi dari bentuk
manajemen publik lama ke manajemen publik baru akan menciptakan lebih banyak
kreativitas dan inovasi. Inovasi diperlukan dalam skema meningkatkan kualitas, efisiensi, dan
efektivitas pelayanan publik, karena melalui inovasi ini dapat menciptakan sistem, metode,
serta teknologi yang dapat menurunkan biaya, mempersingkat waktu layanan, dan
memangkas birokrasi. Contoh beberapa inovasi dalam pelayanan publik yaitu : (sumber : top
99 inovasi pelayanan publik indonesia)
1. Sistem Informasi Layanan Permohonan Informasi Publik (SILAYAN) Online
Biro Hukum dan Informasi Publik yang bertempat di Jakarta Selatan yang
bertugas menyediakan pelayanan informasi publik bidang pertanian, untuk
memudahkan pekerjaan mereka berinovasi dalam mengembangkan Sistem Informasi
Layanan Informasi Publik (SILAYAN) Online yang merupakan aplikasi pelayanan
informasi publik berbasis web sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 14/2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Masyarakat atau publik terbantu dalam
mengakses permohonan informasi yang diajukan dan terjamin hak-haknya.
SILAYAN Online terintegrasi dengan tiga aplikasi informasi publik lainnya, yaitu
2
Mardiasmo, Akuntabilitas Sektor Publik (Yogyakarta : Andi, 2009), hlm 215-218
SIBERAT (Sistem Informasi Pengajuan Keberatan Permohonan Informasi Publik),
SIKERAT (Sistem Informasi Rekapitulasi Informasi Publik), dan SIDADO (Sistem
Informasi Database Dokumen Informasi Publik). 3

2. Peningkatan Kapasitas Kinerja Aparatur melalui Aplikasi e-Kinerja


Pembentukan aplikasi e-kinerja diperlukan dalam rangka mengukur beban
kerja pemangku jabatan setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup pemerintah
Kota Banda Aceh sebagai pengganti bentuk reward yang sebelumnya diberikan
melalui Tunjangan Prestasi Kerja (TPK) yang diberlakukan sama untuk semua PNS.
Melalui aplikasi ini diberikan Tunjangan Prestasi Kerja (TPK) berdasarkan kinerja
yang sesuai dengan tingkatan (grade) yang diperoleh. Penerapan program e-kinerja ini
menjadi salah satu instrumen pendukung dalam mengukur beban kerja efektifitas
jabatan dan komposisi pegawai pada setiap unit/SKPD serta sebagai dasar
perhitungan prestasi kerja dan pemberian insentif kerja sebagai landasan dalam
menerapkan kebijakan di bidang kepegawaian bagi pemimpin daerah.4
3. Sistem Informasi Puskesmas Terintegrasi
Guna mempercepat proses pelayanan kepada pasien serta meningkatkan
kepuasan pelanggan, Pemerintah Kota Cimahi membuat Sistem Informasi Puskesmas
Versi 1 (Simpus V.1) dengan adanya program ini membantu dalam mendapatkan data
dengan cepat, tepat, dan akurat serta dapat membantu pimpinan dalam mengambil
kebijakan dan perencanaan yang berbasis bukti (evidence based). Efisiensi dalam
program ini meningkat menjadi lebih cepat yaitu sekitar 3-5 menit per orang, adanya
kemudahan bagi pasien miskin/tidak mampu, pelaporan data penyakit lebih cepat,
tepat, dan akurat, serta mengurangi terjadinya kasus rekam medis ganda.5

Selain terdapat beberapa keuntungan dalam penerapan reformasi manajemen publik


baru yang sudah menghasilkan beberapa inovasi dan kreatifitas, terdapat juga beberapa
faktor-faktor yang bisa menjadi penghambat lancarnya suatu perubahan, terutama pada
negara berkembang seperti halnya peran pemerintah yang belum sepenuhnya mendukung
terhadap perubahan tersebut, budaya (culture), sumber daya manusia, serta penegakan hukum

3
Mirawati Sudjono, Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia Tahun 2004 (Jakarta: Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, 2014), hlm 3
4
Ibid, 5
5
Ibid, 54
yang masih lemah. Menurut Mahmudi (2003) beberapa masalah dalam menerapkan New
Public Management pada negara berkembang, antara lain : 6
1. New Public Management yang berlandasan prinsip/mekanisme pasar atas suatu
kebijakan sektor publik serta manajemen. Hal ini berkaitan dengan pengembangan
pasar, yaitu dari pendekatan pemerintah sentris (state centered) yang kemudian
menjadi pasar sentris (market centered approach).
Dalam hal ini, pasar-pasar di negara berkembang pada umumnya relatif tidak efektif
dikarenakan biasanya perekonomian pasarnya lebih didominasi oleh asing, sehingga
sering terjadi masalah terkait kontrak kerja sama dan permasalahan privatisasi
perusahaan-perusahaan sektor publik yang berarti dimiliki oleh kepemilikan
sekelompok tertentu saja.
2. Inovasi dari mekanisme birokrasi ke mekanisme pasar jika tidak diterapkan
berlandaskan prinsip good governance akan menciptakan suatu wabah korupsi, hal ini
berkaitan juga dengan budaya korupsi yang sering terjadi di negara berkembang
sehingga dibutuhkan upaya yang kuat untuk mengurangi kekuasaan birokrasi.
3. Kesulitan penerapan New Public Management (NPM) di negara berkembang juga
terkait dengan adanya problematika kelembagaan dalam penegakan hukum,
permodalan, dan kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu di negara berkembang
akan berusaha melakukan reformasi yang tidak terkait atau berlawanan dalam agenda
New Public Management (NPM) dan tidak dilaksanakan sepenuhnya.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik agar terciptanya bentuk


efisiensi New Public Management maka pemerintah dituntut melakukan pengelolaan
terhadap pelayanan administratif, barang, dan jasa, melalui Undang-Undang Republik
Indonesia No 37 Tahun 2008 pemerintah mendirikan sebuah lembaga yaitu
Ombudsman Republik Indonesia (ORI), yang merupakan lembaga independen yang
bertugas untuk mengawasi penyelenggara pelayanan publik sehingga kualitas
pelayanan yang dapat dirasakan oleh masyarakat meningkat. Serta dapat menerapkan
fungsi-fungsi manajemen dikarenakan manajemen digunakan dalam semua lini
kehidupan dan memiliki multi fungsi. Contoh Pemetaan fungsi manajemen :

6
Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik (Makassar: UPP STI YKPN, 2013), hlm 91
Sumber : Fungsi Manajemen (Richard L. Daft, 2002)

 New Public Service

Dari penjelasan diatas tentunya kita sudah paham apa yang dimaksudnya dengan
NPM (New Public Management). Nah, sekarang apa sih New Public Service itu? Mari kita
bahas!. Suatu negara besar tentunya memiliki sistem yang sudah tertata dengan baik untuk
masyarakatnya. Negara yang baik adalah negara yang telah memiliki kesiapan dalam hal
pelayanan. Indonesia termasuk dalam negara besar yang memiliki jumlah penduduk
banyak,suku yang beragam dan kebudayaan yang berbeda tentunya. Untuk dapat
mewujudkan hal tersebut dibutuhkan tata kelola waktu,pelayanan dan keterlibatan
masyarakat didalamnya. Pelayanan Public adalah sebuah bentuk operasional kebijakan
pemerintah pusat maupun daerah terhadap masyarakat agar segala bentuk permasalahan yang
dialami masyarakat dapat terselesaikan dengan cepat. New Public Service adalah sebuah
paradigma dalam Administrasi Public yang didalamnya berkeinginan untuk memposisikan
masyarakat bukan sebagai pelanggan seperti yang terjadi pada kebijakan New Public
Management (NPM). Konsep NPS sendiri dikenal melalui tulisan Janet V. Dernhart and
Robert B. Dernhart dalam bukunya yang berjudul “The New Public Service, Serving not
Steering” pada tahun 2003. 7Buku ini diawali dengan tulisan “Pemerintahan tidak seharusnya
digerakkan seperti bisnis, tetapi harus dijalankan seperti layaknya demokrasi”. Hal tersebut
mengartikan sebuah “Pelayanan Publik Baru” yang didalamnya berkembang cara pelayanan

7
Janet V. Dernhart, The New Public Service, serving not steering (New York, 2015) 2
baru yang saling menguntungkan. Yaitu dengan cara bekerja sama antara pejabat publik
dengan masyarakat untuk mendefiniskan dan mengatasi masalah umum secara bersama.

Minimnya kepercayaan masyarakat terhadap pejabat negara dan sistem negara


membuat sebagian bentuk layanan menjadi terhambat. Praktik pada pelayanan publik
sebelumnya tidak mengarah kepada kepentingan masyarakat, hal itu yang membuat
keresahan di sebagian masyarakat Indonesia. Dengan adanya kebijakan pelayanan publik
baru (New Public Service) diharapkan segala bentuk kesulitan masyarakat dapat segera
teratasi dan masyarakat bisa merasa bahwa kepentingannya telah direspon oleh pemerintah.
Pelayanan ini dapat berjalan dengan maksimal jika para pelaksananya dapat menjalankan
tugasnya sesuai dengan amanah dan aturan yang ada. Namun, adakah jaminan hal ini dapat
tertata secara prima?. Dalam suatu paradigma pelayanan baru, para petugas harus lebih
mengoptimalkan lagi soal kesetaraan, jangan ada lagi pelayanan menurut level kehidupan.
Namun, faktanya di Indonesia ketidaksetaraan level itu masih saja terjadi. Oleh karena itu,
pelayanan publik baru memberikan fasilitas pengaduan masyarakat dimana masyarakat bisa
mengadukan keluh kesahnya. Jika masyarakat merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan,
maka petugas dapat menampungnya dan mendengarkan aspirasinya untuk digunakan sebagai
bahan evaluasi diri agar pengoptimalan pelayanan dapat berjalan lebih baik lagi. Apa saja
keinginan masyarakat tentang pelayanan publik baru?
 Masyarakat menginginkan sebuah pelayanan yang dapat selalu diakses dimanapun
mereka berada
 Masyarakat juga menginginkan semua petugas pelayanan cerdas dalam
mengopeerasikan teknologi yang ada agar dapat selalu terhubung dengan masyarakat
 Masyarakat menginginkan adanya tempat penyaluran aspirasi dan keluh kesahnya
terhadap sistem maupun petugas sekitar.
8
Keinginan atau tuntutan masyarakat diatas tidak akan terwujud jika partisipan politik tidak
bisa bekerja sama dengan baik. Jika partisipan politik kompak dan berkeyakinan sama pasti
akan mencapai sebuah peraturan dan keputusan yang memuaskan bagi sebagian besar warga
negara.

 Apa perbedaan NPM dan NPS?

8
Ibid, 50
NPM adalah bentuk pelayanan berbasis pasar dimana setiap masyarakat yang ingin
mendapatkan pelayanan terbaik harus mengeluarkan uang dan bukan dengan jumlah sedikit
tentunya, sedangkan NPS adalah bentuk pelayanan prima dimana setiap masyarakat dapat
menerima dan merasakan pelayanan secara merata dan gratis tentunya. Kebijakan ini
beratnya adalah di pemerintah dimana negara harus menanggung biayanya. Contoh dari segi
kesehatan misalnya, ketika pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan yang prima dan
dengan harga yang tidak mahal maka pelayanan ini harus dianggari oleh APB yang telah
disepakati oleh pemerintah. Namun, karena kementerian keuangan menghitung bahwa
anggaran kesehatan itu sangat terbatas, maka dibuatlah peraturan baru BPJS kesehatan. BPJS
kesehatan ini termasuk kedalam kebijakan NPM yang dimana hal ini menggunakan kebijakan
pasar. Untuk masyarakat yang ingin fasilitas yang baik maka bisa mengambil kelas 1 dan
tentunya biaya perbulan lebih besar dibanding dengan kelas 3.

Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa kebijakan NPS memaksa negara untuk berpihak
kepada rakyat. Bentuk pengoprasiannya bukan lagi soal mengarahkan namun sudah pada
melayani

9
Ada beberapa prinsip New Public Service menurut Denhart:
1. Server Citizens, Not Customer (Melayani warga bukan customer)

9
Janet V. Dernhart, The New Public Service, serving not steering (New York, 2015) 155
2. Seeks the Public Interest (Mengutamakan kepentingan publik)
3. Value Citizenship over Entrepreneurship (Kewarganegaraan lebih penting daripada
bisnis)
4. Think Strategically, act Democratically (Berpikir strategis, bertindak demokratis)
5. Recognize that Accountability is not Simple (Akuntabilitas bukan hal ssederhana)
6. Serve Rather than steer, (Melayani daripada mengarahkan)
7. Value People, Not Just Productivity. (Menghargai manusia)

Alternatif yang ditawarkan oleh kebijakan ini berdampak merata bagi masyarakat. Namun,
pemerintah harus belajar dan menerima setiap perubahan. Bahkan,pemerintah harus rela
mengorbankan waktu dan pikirannya untuk bisa mempengaruhi setiap sistem yang ada agar
dapat berjalan dengan baik.

2.4 PERBEDAAN THE OLD PUBLIC ADMINISTRATION DAN THE NEW PUBLIC
ADMINISTRATION
2.4.1 PENGERTIAN THE OLD PUBLIC ADMINISTRATION
Old Public Administration pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat yang
ke-28 yakni Woodrow Wilson. Ia melakukan gerakan untuk melakukan perubahan
administrasi ke arah yang lebih baik dan menyarankan agar administrasi publik dipisahkan
dari dunia politik. Menurut Denhard, prinsip old public administration adalah fokus pada
penyediaan layanan pemerintah secara langsung melalui lembaga pemerintah melalui otoritas
baru, kebijakan, dan administrasi publik terkait dengan desain dan implementasi kebijakan
yang fokus pada satu tujuan yaitu didefinisikan secara politis. Administrator publik
memainkan peran terbatas dalam pembuatan kebijakan dan tata kelola, mereka bertanggung
jawab atas implementasi kebijakan publik. Menurut Denhard, Old Public Administration
merupakan prinsip pemberian pelayanan yang harus dilakukan oleh beberapa administrator
yang bertanggung jawab kepada pejabat terpilih dan memberikan keleluasaan terbatas dalam
pekerjaannya. Beberapa administrator menjawab pemimpin yang dipilih secara demokratis,
program publik paling baik dijalankan melalui organisasi hierarkis, dengan beberapa manajer
melakukan kontrol dari puncak organisasi. Keterlibatan warga negara terbatas dan peran
administrator publik adalah sebagai perencanaan, pengorganisasian, staf, pengarahan,
koordinasi, pelaporan, dan penganggaran. Konsep yang pertama kali berkembang dalam
administrasi pada saat itu adalah konsep administrasi lama. Paradigma ini disebut
Administrasi Negara Tradisional atau Klasik. Berkembang pada awal lahirnya ilmu
administrasi negara yang ditandai dengan terbitnya buku The Study of Administration (1887)
karya Woodrow Wilson. Wilson kini terkenal sebagai pelopor berdirinya ilmu administrasi
negara. Dalam paradigma ini, administrasi publik menunjukkan dominasinya sebagai pemain
utama. Akan tetapi, adanya sumber pembiayaan dari pemungutan pajak publik membuat
penyelenggaraan administrasi publik menjadi tidak efisien dan menjadi salah satu kritik
terhadap teori klasik administrasi publik. Dengan perkembangan lanskap sosial masyarakat
dan proses pembangunan bagaimana membangun kelembagaan yang lebih baik, konsep
Administrasi Lama (OPA) dianggap tidak relevan lagi dengan situasi saat ini. Hal ini
dikarenakan proses perkembangan ilmu administrasi semakin maju, dan perkembangannya
berbeda-beda di setiap negara. Misalnya antara Indonesia (budaya lokal) dengan Amerika,
Inggris, Eropa (budaya Barat). Itu terjadi sesuai dengan keadaan dan kondisi lingkungan yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, rumusan masalah terkait adalah bagaimana
membandingkan budaya lokal dan barat dalam paradigma administrasi lama. Dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang diambil dari literatur, bacaan, dan
literatur yang berkaitan dengan konsep administrasi lama (membandingkan budaya lokal dan
barat dalam paradigma administrasi lama), hasil pembahasan Budaya tidak pernah lepas dari
pengaruh budaya Barat di pengetahuan, kerjasama dan pembangunan nasional. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa perbandingan antara budaya lokal dan barat dalam paradigma
administrasi lama adalah dari aspek sistem pemerintahan Indonesia itu sendiri. Di sisi lain,
budaya Barat yang diterapkan pemerintah Inggris pada dasarnya masih mempertahankan
cara-cara tradisional dengan mengagungkan status Ratu sebagai pemimpin tertinggi negara
dan sebagai simbol persatuan.Selain perbedaan tersebut, kedua budaya tersebut juga memiliki
kesamaan. Artinya mereka masih sangat kuat melawan pemerintahan yang sentralistik dan
otoriter.

2.4.2 PENGERTIAN THE NEW PUBLIC ADMINISTRATION


Paradigma ini berawal dari penerbitan buku Willoughby's Principles of Public Administration
(1927). Di sini terungkap bahwa sebenarnya ada penemuan dan pembelajaran prinsip-prinsip
ilmiah mengenai administrasi. Mereka yang mampu menguasai prinsip-prinsip ini dianggap
sebagai ahli administrasi. Nampaknya dari sinilah lahir penelitian administrasi publik baru di
berbagai universitas, akademi dan asosiasi profesi. Seorang tokoh administrasi publik saat itu,
George Frederickon mengatakan bahwa administrasi negara sebelumnya hanya berfokus pada
pengelolaan lembaga pelayanan yang efisien, ekonomis dan terkoordinasi. Maka alasannya
hampir selalu manajemen yang lebih baik (lebih efisien atau ekonomis). Nah, dalam
paradigma ini, administrasi negara menambahkan “keadilan sosial” pada tujuan dan dasar
pemikiran klasik. Paradigma administrasi baru pada dasarnya mengkritisi paradigma
administrasi lama yang terlalu menekankan indikator ekonomi. Menurut paradigma baru
administrasi, kinerja administrasi tidak hanya dinilai dari pencapaian nilai ekonomi, efisiensi
dan efektifitas, tetapi juga nilai “keadilan sosial” (Disebut pilar ketiga setelah nilai efisiensi
dan efektifitas). Komitmen untuk 'keadilan sosial' berarti bahwa manajer administrasi harus
menjadi 'manajer aktif', bukan hanya birokrat non-politik Hal itu dilakukan dengan
mengembangkan sistem desentralisasi dan kelembagaan demokratis yang responsif,
partisipatif, dan mampu memberikan pelayanan publik secara setara. Karena administrasi
berkomitmen untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (kesetaraan sosial),
Frederickson menolak pandangan bahwa teori administrasi dan administrasi harus netral dan
bebas nilai (Lebih menekankan pada pendekatan preskriptif daripada pendekatan yang tidak
bernilai tambah.).
Melihat kegagalan konsep administrasi publik lama, muncul sistem baru yaitu New Public
Administration. Konsep Administrasi Publik Baru juga berkaitan dengan isu manajemen
kinerja sektor publik karena pengukuran kinerja merupakan salah satu prinsip utamanya.
Perspektif New Public Administration, menurut Denhard New Public Administration
berusaha menggunakan pendekatan sektor privat dan pendekatan bisnis pada sektor publik.
Selain didasarkan pada teori pilihan publik, dukungan intelektual terhadap perspektif ini
datang dari sekolah kebijakan publik (public policy school) dan gerakan manajerialisme. Alur
kebijakan publik pada dekade-dekade sebelumnya memiliki akar ekonomi yang cukup kuat,
sehingga para analis kebijakan dan pakar yang bekerja di bidang evaluasi kebijakan dilatih
dalam konsep ekonomi pasar, biaya dan manfaat serta model pilihan yang rasional.
Menurutnya prinsip Administrasi Publik Baru adalah mencoba menggunakan pendekatan
bisnis di sektor publik, dengan menggunakan terminologi dan mekanisme pasar, administrasi
ditantang untuk dapat menemukan dan mengembangkan cara-cara baru yang inovatif untuk
mencapai hasil dan fungsi. dilakukan oleh pemerintah, artinya birokrat tidak harus
melaksanakan sendiri tugas pelayanan publiknya. New Public Administration (NPA) terdiri
dari empat aspek, yaitu:
1. Perubahan. Administrasi publik yang sebelumnya digunakan untuk mempertahankan
status-quo suatu pemerintahan/birokrasi (survival oriented) diubah oleh NPA menjadi
fleksibel, adaptif, dan terbuka dalam merespon berbagai perubahan sosial, ekonomi, dan
sosial. politik dalam masyarakat.
2. Relevan Setiap masyarakat memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Administrasi
publik yang pada mulanya selalu memandang permasalahan dalam masyarakat hanya dari
sudut pandangnya sendiri (non-partisipatif), dan selalu dianggap sebagai satu-satunya sistem
yang terbaik (one best way system), diubah menjadi administrasi publik yang melibatkan
masyarakat dalam setiap proses perumusan kebijakan (partisipatif) dengan berbagai alternatif
sistem yang dapat disesuaikan dengan perubahan dan keunikan karakteristik masing-masing
masyarakat.
3. Kesetaraan, keadilan dan hukum Tujuan utama dari administrasi publik baru adalah untuk
memberikan kesetaraan, keadilan dan hukum dalam masyarakat dengan mempromosikan
keharmonisan dan integrasi dalam masyarakat.
4. Nilai Untuk mencapai semua tujuannya, administrasi publik yang sebelumnya hanya
bersifat ilmiah, rasional, dan bebas nilai diubah oleh NPA menjadi administrasi publik yang
menekankan nilai organisasi dan kemanusiaan atau etika dan komitmen pribadi.

Menurut Sugandi (2011) dalam (Khalifah, 2015)10, ``Pandangan administrasi organisasi


publik dalam konsep ini mengacu pada seperangkat aturan, hierarki, pembagian kerja yang
jelas, dan prosedur yang terperinci''. Sugandi (2011) dalam (Khalifah, 2015) kembali
menggambarkan Weber sebagai sejarawan Jerman yang menemukan prinsip birokrasi yang
bercirikan:
a.Aturan adalah pedoman formal bagi perilaku pekerja selama bekerja. Aturan membantu
mendisiplinkan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuannya.
b. Kemanusiaan pegawai dinilai dengan aturan dengan pengelolaan data yang objektif. Weber
(Sugandi: 2011) percaya bahwa pendekatan ini dapat menjamin keadilan bagi semua pekerja,
sehingga menghindari penilaian subjektif individu dan hubungan pribadi dengan penilaian
bawahan.
c. Pembagian kerja Semua jabatan mengacu pada spesialisasi dan organisasi dapat
menggunakan tenaga kerja yang profesional dengan memberikan pelatihan kejuruan secara
efektif.
d.Struktur Hirarkis Mengacu pada peringkat tugas berdasarkan otoritas. Kehadiran struktur
kinerja sangat membantu dalam memperjelas perilaku karyawan.
e. Struktur Wewenang Pada setiap tingkatan dalam organisasi, menunjukkan siapa yang
mengambil keputusan pada berbagai variasi yang signifikan.

10
Sugandi, Yogi Suprayogi. 2011. administrasi publik : konsep dan perkembangan ilmu di Indonesia
(Yogyakarta : Graha Ilmu) 89
Ciri dan ciri old public administration menurut Denhardt dalam Thoha11 sebagai berikut.
A. Fokus pemerintah adalah pada layanan yang disediakan oleh atau secara langsung melalui
lembaga pemerintah berlisensi.
B. Kebijakan Publik dan Administrasi berkaitan dengan desain dan implementasi kebijakan
untuk mencapai tujuan politik.
C. Administrasi publik memainkan peran yang lebih kecil dalam proses perumusan kebijakan
pemerintah daripada dalam upaya untuk mengimplementasikan kebijakan publik.
D. Upaya pemberian pelayanan harus dilakukan oleh pengelola yang bertanggung jawab
kepada partai politik dan memiliki keleluasaan terbatas untuk menjalankan tugasnya.
E. Administrator bertanggung jawab kepada pemimpin politik yang dipilih secara demokratis.
F. Administrasi publik sangat efisien dan sangat tertutup, dengan keterlibatan warga yang
sangat terbatas.
G. Program kegiatan dikelola dengan tepat melalui garis hierarki organisasi dan dikelola oleh
personel tingkat tertinggi organisasi.
H. Nilai utama pemerintahan adalah efisiensi dan rasionalitas.
I. Peran pemerintah secara luas didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian,
penempatan staf, pengarahan, koordinasi, pelaporan dan penganggaran.
2.4.3 Kelemahan dan kelebihan Old Public Administration (OPA) dan New Public
Administration
 Kekurangan old public administration
Pemerintahan yang kaku dan sentralistik yang dianut pada Old Public Administration (OPA)
merupakan kebijakan pemerintah karena pemerintah masih memiliki kekuasaan penuh untuk
merumuskan kebijakan. Menunjukkan kebijakan yang hanya menguntungkan Tapi
masyarakat umum tidak bisa sejahtera. Dalam hal itu, paradigma administrasi lama kurang
relevan dalam menangani persoalan publik. Hal itu karena penyelenggaraan negara memiliki
landasan filosofis dan ideologis yang tidak sesuai (unsuitable). Selain itu, pemerintah yang
ketinggalan jaman tidak efektif dalam memecahkan masalah dan memberikan layanan kepada
publik, dan mereka terlalu menyederhanakan realitas tatanan sosial. Kelemahan selanjutnya
adalah karakteristik formalitas birokrasi yang seringkali didominasi oleh hubungan informal.
Sebab, birokrat hanya bisa berfungsi sebagai abdi kekuasaan, abdi rakyat. Kelemahan
terakhir adalah birokrasi hanya menyediakan pekerjaan rutin. Akibatnya, birokrasi seringkali
tidak peka dan tidak mampu merespon perubahan sosial dengan cepat. Tidak ada hasil
aktivitas. Administrasi klasik juga memungkinkan tingkat stabilitas birokrasi yang sangat

11
Rika Diyah Ramadhani. Konsep Old Public Administration.
tinggi, karena keputusan dibuat berdasarkan pertimbangan objektif, birokrat dilindungi dari
kesewenang-wenangan hukum, dan masa depan mereka terjamin. to Birokrasi yang
kompleks, formal, dan berbasis dokumen mencegah penyalahgunaan kekuasaan birokrasi
baik oleh birokrat karir maupun politisi dalam kekuasaan sementara. Administrasi klasik ini
juga dapat diterapkan di negara-negara yang berbentuk kerajaan. Selain itu, netralitas
administrasi klasik ini berarti bahwa birokrasi dapat mengganggu kepentingan orang atau
kelompok tertentu.
 Kelebihan old public administration
Keunggulan administrasi publik klasik adalah politik tidak mengganggu kegiatan
administrasi dalam pemerintahan. Sehingga tidak ada hasil dari kegiatan administrasi
terhadap masyarakat yang bersifat politis. Administrasi publik klasik juga memungkinkan
birokrasi memiliki stabilitas yang sangat tinggi, karena birokrat diputuskan berdasarkan
pertimbangan objektif, birokrat terlindungi dari kesewenang-wenangan hukum, dan masa
depan birokrat terjamin. Struktur birokrasi yang kompleks dan formal serta berdasarkan
dokumen-dokumen resmi akan mencegah birokrasi disalahgunakan baik oleh birokrasi karir
maupun para politisi yang sementara berkuasa. Administrasi publik klasik ini juga dapat
diimplementasikan dalam sebuah negara berbentuk kerajaan. Lebih lanjut, sifat netral
administrasi publik klasik ini dapat menghindarkan birokrasi dari kepentingan tokoh atau
golongan tertentu
 Kelebihan new public administration
Keuntungan dari administrasi baru adalah peningkatan ukuran kualitas dan kinerja birokrasi.
Sebab, pemerintahan baru memiliki standar kualitas kinerja birokrasi yang tinggi. Nilai-nilai
kemanusiaan juga sangat dihargai oleh pemerintahan baru. Hal ini meningkatkan kepuasan
mereka yang bersentuhan dan berurusan dengan birokrasi. Persaingan dalam pemerintahan
baru merupakan nilai tambah. Persaingan ini memastikan birokrat memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat dan meningkatkan kepuasan masyarakat. Disiplin yang diterapkan
pada pemerintahan baru berdampak besar pada kinerja dan kemajuan birokrasi. Pemerintahan
yang baru akan menerapkan disiplin yang tinggi agar para birokrat tidak bisa berbeda-beda
dalam melayani masyarakat. Pemanfaatan teknologi yang juga dilakukan pada pemerintahan
baru merupakan salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Teknologi
memainkan peran besar dalam proses pelayanan publik. Semakin tinggi tingkat teknologi
yang digunakan oleh administrator, maka semakin baik pula kualitas kinerjanya, baik dari
segi kecepatan kerja maupun hasil yang dapat dihasilkan oleh administrator. Selain itu,
reformasi pelayanan publik sedang dilaksanakan di banyak negara seiring dengan transisi dari
pemerintahan lama ke pemerintahan baru.
 Kelemahan new public administration
Dalam administrasi publik baru pemerintah diibaratkan sebagai sebuah kapal. Peran
pemerintah di kapal hanya sebagai nakhoda yang mengatur kecepatan kapal, bukan
mendayung kapal. Urusan mengayuh diserahkan kepada organisasi di luar pemerintah yaitu
organisasi swasta dan organisasi masyarakat sipil sehingga mengurangi fungsi domestikasi
pemerintah. Tugasnya yang hanya sebagai direktur memberikan energi ekstra kepada
pemerintah untuk mengurus urusan pemerintahan domestik dan internasional swasta yang
lebih strategis, misalnya masalah peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan luar
negeri. Di era Administrasi Publik Baru, birokrasi menjadi semakin mahal, dimana para
birokrat menjual birokrasi kepada “pelanggan” dimana dampaknya birokrasi hanya melayani
orang yang berduit, sedangkan orang yang ekonominya rendah tidak diprioritaskan. Ada
beberapa hal yang juga dianggap sebagai kelemahan NPA, dikemukakan oleh Oluwu (2002).
Menurut OLuwu, ketika Administrasi Publik mencoba memahami pesan yang ditawarkan
oleh pendekatan pasar, permasalahan yang muncul adalah terkait dengan pernyataan bahwa
tidak ada perbedaan antara manajemen sektor publik dan sektor swasta dalam
mengimplementasikan Administrasi Publik Baru.

Anda mungkin juga menyukai