Tugas ini ditunjukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Agama Islam yang di
ampu oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ideologi politik
dalam islam.
Makalah tentang ideologi politik dalam islam telah kami susun dengan maksimal sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang idiologi politik dalam islam dan manfaat
nya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar belakang.............................................................................1
b. Batasan Masalah.........................................................................2
c. Rumusan masalah........................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
a. Kesimpulan.................................................................................................13
b. Saran...........................................................................................................13
Daftar pustaka.................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara sistem politik sendiri
berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi oleh seluruh warga
negaranya. Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis, liberal dan demokrasi dari
beberapa sistem politik tersebut masih ada juga sistem politik Islam. Setiap Negara pasti
memiliki sistem politiknya masing-masing. Seperti misalnya Negara Indonesia yang
menggunakan sistem politik demokrasi yang berarti sistem tersebut didasarkan pada nilai,
prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis
Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam perkembangan politik di
dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi berdasarkan Al-Qur‟an, Al Hadits dan
sejarah sistem politik di masa
Rasulullah SAW.
Pada saat ini sistem politik suatu negara bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh
elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut. Juga faktor sejarah dalam perpolitikan
di suatu negara. Pengaruh sistem politik negara lain juga turut memberi kontribusi pada
pembentukan sistem politik disuatu negara. Seperti halnya sistem politik di Indonesia,
seiring dengan waktu, sistem politik di Indonesia selalu mengalami perubahan.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem politik
Indonesia akan berpengaruh pada sistem politik negara tetangga maupun dalam cakupan
lebih luas. Struktur kelembagaan atau institusi khas Indonesia akan terus berinteraksi
secara dinamis, saling mempengaruhi, sehingga melahirkan sistem politik hanya dimiliki
oleh Indonesia. Namun demikian, kekhasan sistem politik Indonesia belum dapat
dikatakan unggul bila kemampuan positif struktur dan fungsinya belum diperhitungkan
sistem politik negara lain.
Salah satu syarat penting dalam memahami bagaimana sistem politik Indonesia
adalah melalui pengembangan wawasan dengan melibatkan institusiinstitusi nasional dan
internasional. Artinya lingkungan internal dan eksternal sebagai batasan dari suatu sistem
politik Indonesia harus dipahami terlebih dahulu.
B. BATASAN MASALAH
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Katanya sendiri diciptakan oleh Destutt de
Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat
dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu
(bandingkan Weltanschauung), sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan filosofis, atau
sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang dominan kepada
seluruh anggota masyarakat (definisi ideologi Marxisme).
Sedangkan Politik adalah bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan
tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik membuat konsep-konsep pokok
tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision marking),
kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
Selain itu ada juga ideologi politik, ideologi politik adalah sebuah himpunan ide dan
prinsip yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, dan menawarkan
ringkasan order masyarakat tertentu. Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan
bagaimana mengatur kekuasaan dan bagaimana seharusnya dilaksanakan. Teori komunisKarl
Marx, Friedrich Engels dan pengikut mereka, sering dikenal dengan marxisme, dianggap
sebagai ideologi politik paling berpengaruh dan dijelaskan lengkap pada abad 20. Contoh
ideologi lainnya termasuk: anarkisme, kapitalisme, komunisme, komunitarianisme,
konservatisme, neoliberalisme, demokrasi kristen, fasisme, monarkisme, nasionalisme,
nazisme, liberalisme, libertarianisme, sosialisme, dan demokrat sosial.
Dari pengertian di atas, ideologi politik Indonesia boleh jadi disamakan dengan ideologi
negara Indonesia, yakni Pancasila. Sebelumnya perlu dipahami bahwa Pancasila memiliki
dua peranan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pertama, sebagai pandangan hidup, yakni
sebagai pedoman tingkah laku bagi setiap warga negara Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila, yang telah diwariskan kepada
bangsa Indonesia merupakan sari dan puncak dari sosial budaya yang senantiasa melandasi
tata kehidupan sehari-hari
B. PENGERTIAN POLITIK ISLAM
Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya pembentukan
pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaat-manfaat amaliah, bukan atas dasar
sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern didasarkan pada kepentingan-
kepentingan praktis, bukan atas dasar agama.
Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah bukanlah diturunkan
Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan Rasul dan kaum muslimin untuk
menjamin kemaslahatan umum, tanpa merenggut kebebasan mereka untuk memikirkan
usaha-usaha menegakkan kebenaran, kebajikan, dan keadilan
Alquran sendiri tidak mengatur urusan politik secara khusus, tetapi hanya
memerintahkan untuk menegakkan keadilan, kebajikan, membantu kaum lemah, dan
melarang perbuatan yang tidak senonoh, tercela, serta durhaka. Alquran hanya meletakkan
garis besar pada kaum muslimin, kemudian memberikan kebebasan untuk memikirkan hal-
hal yang diinginkan dengan ketentuan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah
ditetapkan.
Islam pada dasarnya adalah Siyasatullah fil Ardh. Maksudnya, dengan Islam inilah
Allah mengatur semesta alam, yang diperuntukan kepada manusia. Islam itu secara substantif
bersifat politis. Konteks pemberian amanah kepada manusia yang dimaksud di atas adalah
Istikhlaf sebagai konsep politik. Istikhlaf berarti "menjadikan khalifah untuk mewakili dan
melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya."
Untuk lebih memahaminya, perlu kita ingat kembali bahwa Allah memberikan
manusia dua amanah :
2. Amanah Kekhalifahan, hal ini lebih dekat kepada otoritas untuk mengendalikan
kehidupan (di atas bumi). Allah SWT berfirman
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, ..." (QS. An Nur: 55)
Dengan demikian, Islam secara substantif adalah siyasah, yaitu menghendaki agar
ummat menjalankan kepemimpinan politik. Salah satu tujuan Islam adalah bagaimana agar
bisa menerapkan kehidupan secara Islami dan agar sampai tidak ada lagi fitnah di muka
bumi.
Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk merubah situasi saat yang masih jauh
dari harapan ini agar mencapai tujuan di atas. Ada dua pendekatan dalam agenda perubahan
tersebut (secara berurut):
1. Pendekatan secara kultural. Tersirat dalam firman Allah SWT pada Surat Al Jumuah ayat
2, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."
2. Pendekatan secara struktural. Pendekatan inilah yang lebih bersifat siyasi. Jadi, ketika
telah terbentuk masyarakat yang Islami secara kultural, maka dibutuhkanlah
pemerintahan yang Islami. Contohnya dalam peristiwa Piagam Madinah. Ketika itu
masyarakat Madinah sudah terkondisikan sebagai masyarakat yang Islami secara
kultural.
Kedua pendekatan di atas tidak dapat dipilah-pilahkan satu sama lain. Kedua hal di atas
hanyalah terkait pada tahapan perubahan saja. Jadi, sebenarnya tidak ada istilah Islam
kultural, dan Islam Politik. Islam itu adalah menyeluruh. Kemudian Politik di dalam bahasa
Arab dikenal dengan istilah sasa- yasusu-siyasah.Yang berarti (mengurusinya, melatihnya,
dan mendidiknya) dan secara bahasa adalah cara pemerintahan Islam mengurus urusan
rakyatnya, serta urusan negara, umat dan rakyatnya terkait dengan negara, umat dan bangsa
lain. Urusan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan: politik, sosial, ekonomi, pendidikan,
keamanan, dll, yang mana pada masa Rasulullah SAW makna siyasah (politik) tersebut
diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaannya. Lalu, kata tersebut digunakan
dalam pengaturan urusan-urusan manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia
tersebut dinamai politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri
mengurusi (yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya, dan menjaganya.
Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan : yang artinya „Bagaimana mungkin
kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak seperti ngengat/rayap yang menghancurkan
kayu. Dengan demikian,politik merupakan pemeliharaan (ri‟ayah), perbaikan (ishlah),
pelurusan(taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).
Politik dalam Islam Politik dalam literasi Islam dikenal dengan istilah “siyasah” yang
berarti pengaturan masalah keummatan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau
tahu terhadap urusan ummat. siyasah tidak diorientasikan kepada kekuasaan karena ia hanya
berfungsi sebagai sarana menyempurna pengabdian kepada Allah Islam dan
Kekuasaan.Orientasi utama seorang Muslim terkait
Diskursus islam dan pancasila sebagai sebuah ideologi di indonesia menarik untuk
dikaji, untuk itu dalam bagian ini akan diulas serta dianalisis sila-sila pancasila dalam kaitan
dengan islam melalui ayat-ayat al-qur’an. Qur’an digunakan sebagai pisau analisis dalam
tulisan ini karena ia adalah sumber acuan tertinggi dalam ranah hukum islam. Ideologi islam
selalu mengacu kepada hukum tertingginya yang digunkan pula sebagai Grun dnorm dalam
konsep hukum islam. Mengkaitkan keduanya dengan membedah sila serta memiliki tujuan
untuk memiliki melihat titik taut selain itu juga dikaji apakah terdapat benturan filosofis
diantara keduanya.
Walau tulisan ini tidak berfokus pada sisi sejarah, melainkan pada sisi nilai filosofis akan
tetapi sudut pandang sejarah juga masih digunakan untuk melihat kerangka fikir ideologis
pembentukan ideologi negara pancasila.
“Wahai manusia! Sungguh kami telah menciptakan kamu dari laki laki dan perempuan,
kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal” ( Qs. Al-hujurat{49}:13)
“Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapatkan bagian”
Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa Islam harus ditegakkan dengan dua hal :
AlQur’an dan pedang. Al-Qur’an merupakan sumber hukum-hukum Allah sedangkan pedang
melambangkan kekuatan politik atau kekuasaan yang menjamin tegaknya isi Al-Qur’an.
Berbicara masalah ideologi politik Islam di Indonesia tampaknya sudah lama menjadi isu
politik sejak Indonesia memasuki kemerdekaannya. Gerakan ini dimulai dari munculnya konsep
1
nasionalisme dimotori oleh Soekarno yang harus berhadapan dengan kekuatan politik Islam
dalam konsteks hubungan agama (Islam) dan negara untuk membangun ideologi negara
Indonesia. Kadar konfrontasi antara kelompok nasionalis dengan aktivitas Islam jauh lebih besar
2
dibandingkan dengan konfrontasi yang pernah terjadi dalam tubuh Sarekat Islam (SI), antara kubu
Islam dengan Marxisme. Pada fase selanjutnya dua kubu kelompok inilah yang mendominasi
perdebatan panjang tentang watak nasionalisme Indonesia.Fenomena politik awal kemerdekaan
tersebut nampaknya membawa sejarah panjang dalam perjalanan ideologi politik Islam di
Indonesia. Sebagaimana pada masa pemberlakuan demokrasi terpimpin yang dimotori
Soekarno (Orde Lama), gerakan-gerakan ideologi politik Islam nampak pada gerakan
Darul Islam (DI). Gerakan ini1 pada awalnya kuat di tiga propinsi (Aceh, Jawa Barat, dan
mana tokoh Islam diwakili oleh Mohammad Natsir yang mengawatirkan bahwa paham nasionalismenya Soekarno dapat
berkembang menjadi sikap fanatisme buta (aṣābiyah) kepada tanah air. Untuk menghindari kekahawatiran ini, maka menurut Natsir
nasionalisme harus didasarkan pada niat yang suci yang bersifat Ilahiyah yang melampaui hal-hal yang bersifat material, maka dari itu
nasionalisme di Indonesia harus bercorak Islami, karena menurutnya bahwa Islam lah sebagai jalan untuk membuka jalan medan
politik kemerdekaan sebagai penanam awal bibit nasionalisme di Indonesia. Tetapi nampaknya Soekarno mengkritik Natsir juga, bahwa
nasionalisme yang ditawarkan bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit tiruan dari Barat atau berwatak Chauvinisme, tetapi
nasionalisme Soekarno adalah nasionalisme yang berwatak toleran, bercorak ketimuran. Jadi menurut Soekarno konsep nasionalismenya
bisa bekerjasama baik dengan kelompom Islam maupun Marxisme. Lihat dalam Team ICCI, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Dan
Masyarakat Madani (Jakarta: Prenada Media, 2003), 28. Bandingkan juga dalam Zainuddin Maliki, Sosiologi Politik: Makna
Kekuasaan dan Transformasi Politik (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2010), 223.
2. di bawah pimpinan HOS Tjokro Aminoto menjadi gerakan politik pemula yang menjalankan program politik nasional yang mendapat
dukungan dari masyarakat luas yanng mampu menggelorkan semanagat nasional menuntut pemerintahan sendiri rakyat Indonesia. Tetapi
gerakan SI ini tidak bisa bertahan lama karena sejumlah aktivis SI tergoda untuk membelokkan kebijakan politik publik ke arah ideologi
Islam, maka pada pengunjung tahun 20-an popularitas SI mengalami pasang surut, sekalipun tidak secara formal dinyatakan islam sebagai
ideologi, namun keinginan ekslusif pada sejumlah tokoh SI turut menjadi salah satu sebab kemerosotan Serikat islam. Disamping itu
masuknya paham Marxisme menyusup ke dalam SI melalui aktivis politik partai beraliran kiri yang berada dalam Asosiasi Demokrasi
Sosial. penyusupan itu terjadi karena pertimbangan
politik dukungan massa yang besar yang pada waktu itu dimiliki oleh SI. Ibid., 27.
3.. Martin Van Bruinessen, “Geneologies of Islamic Radicalism in Post Soeharto Indonesia South East Asia Research” 10, no. 2 (n.d.): 128.
4. Dalam sistem politik yang diterapka orba tersebut tidak ada arena publik yang bisa digunakan untuk bagi masyarakat untuk melakukanpartisipasi politik.
Ruang pablik sepenuhnya dikendalikan oleh rezim yang berkuasa yang terdiri atas triumvirate, lembaga keprisidenan, militer dan konglomerat. Dalam
formasi politik seperti iti terjadi adalah lembaga keprisidenan yang powerfull di satu pihak, dilain pihak muncul
kabinet yang tersubordinatif.Lihat Maliki, Sosiologi Politik: Makna Kekuasaan dan Transformasi Politik, 267.
5. Politik Muslim mengacu kepada sebuah upaya strategis memberikan dukungan umat Islam untuk bergerak melalui partai non-Muslim. Sedangkan Islam
Politik mengacu kepada artikulasi politik melalui kekuatan yang dianggap sebagai partai Islam. Ibid., 268. Lihat juga lebih jauh dalam Leo Suryadinata,
Elections and Politics in Indonesia (Singapore: ISEAS, 2002), 36.
yang hanya menghasilkan partai korporatisme negara seperti itu tidak memuaskan
lapisan mayoritas umat Islam. Oleh karena itu, menurut analisis Zainuddin Maliki bahwa
politik mayoritas lebih memilih mengartikulasikan ke dalam apa yang disebut orang sebagai
5
“Politik Muslim” dari pada “Islam Politik”. Beda lagi sikap Orde Baru pada paruh kedua
(1986-1997) pada masa ini terdapat perubahan radikal pada kebijakan pemerintah
terhadap Islamisme, pada dekade ini nampaknya pemerintah membiarkan ideologi Islam
masuk ke ranah politik. Hal ini dapat
ditengarai adanya Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang didukung oleh
pemerintah sebagai satu alat yang oleh Hefner disebut sebagai “Islam Rezimis” dengan
tujuan sebagai bagian dari struktur negara. Salah satu alasan utama di balik pergeseran
kebijakan pemerintah adalah pilihan strategis Soeharto untuk mendapatkan dukungan
politik umat Islam bersamaan dengan berkurangnya dukungan militer kepada
pemerintahannya.Orientasi ideologi politik Islam di Indonesia yang bersifat radikal ini
lebih kental mengarah pada penerapan shari’ah pada tingkat masyarakat daripada pada
level negara. Dengan demikian meminjam penjelasan Oliver Roy dapat digambarkan
bahwa telah terjadi pergeseran perjuangan kaum fundamentalis dari pengislaman negara
(formalisasi shari’ah pada level negara) ke pengislaman pada penerapan shari’ah pada level
keluarga dan masyarakat (Islamized space). Maka dari itu baik HTI, MMI maupun FPI
dengan Laskar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya perbedaan yang signifikan dalam menyikapi perpolitikan di indonesia
pada masa orde lama dan orde baru ideologi politik yang dikembangkan adalah ideologi
kebangsaan (Nasionalisme).Tetapi perkembangan selanjutnya terjadi pergeseran yang sangat
beragam terutama ideologi politik yang dikembangkan oleh beberapa kelompok Islam di Indonesia.
Bagi kelompok Islam moderat, istilah demokrasi sebagai isu yang dijadikan pijakan ideologi politik
Islam.
Islam dan Pancasila bukanlah dua ideologi yang saling berbenturan. Islam adalah
sebuah ajaran yang utuh, yang mengedepankan nilai-nilai ketuhanan sekaligus kemaanusiaan
dan kemasyarakatan. Khazanah islam telah diletakkan sebagai pondasi dalam ideologi
pancasila. Islam bukanlah pancasila, akan tetapi nilai-nilai islam telah masuk kedalam
pancasila yang hingga kini digunakan sebagai ideologi bangsa indonesia.
B. Saran
Semoga dengan materi ini kita dapat menambah pengetahuan dan memahami ideologi politik
menurut islam dan mampu menyaring setiap dampak positif dan negative nya
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/313653384_Ideologi_Gerakan_Politik_Islam_Di_Indon
esia
Efendi, Bahtiar. 2011 . Islam dan Negara . Jakarta : Democracy Project Yayasan Abad Demokrasi
http://cecepsuhardiman.blogspot.com/2013/09/ideologi-politik-indonesia-konsep-dan.html
http://nuwobalak.id/islam-dan-politik-di-indonesia/