Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

STUDY ILMU POLITIK ISLAM : SEJARAH ISTILAH-ISTILAH TOKOH DAN REFERENSI


SERTA METODE

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Basri, MA

Mata kuliah : SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :

Kelompok 2 / Semester II

Desi Fitri Ramadhani (0308202131)

Nadia Meilita (0308202112)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

T.A 2021-2022
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “STUDY ILMU POLITIK ISLAM : SEJARAH
ISTILAH-ISTILAH TOKOH DAN REFERENSI SERTA METODE”. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Sejarah
Pendidikan Islam.

Dalam Penyusunan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penyusunan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak untuk memberi masukan demi penyempurnaan makalah kam ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Medan, 18 Juni 2021

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..…...........ii

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang …………………………………………………………………….……. 4

Rumusan Masalah …………………………………………………………………….… 4

Tujuan …………………………………………………………………………………… 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian politik dan politik islam…………………………………….…...………. 5

B. Sejarah politik islam………………………………………………………………… 5

C. Tokoh-tokoh politik dalam islam…………………………………………………… 6

D. Istilah politik dalam islam………………………………..………………………… 9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… 10
B. Saran …………………..………………………………………………………... 10

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………....................................

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Politik Islam memberikan pengurusan atas urusan seluruh umat muslim. Namun, realitasnya
politik berubah menjadi pudar saat terjadi kebiasaan umum masyarakat, baik itu berupa perkataan
maupun perbuatannya yang menyimpang dari kebenaran Islam yang dilakukan oleh mereka yang
beraqidahkan tidak baik, baik itu dari kalangan non muslim ataupun dari kalangan umat Islam itu
sendiri. Oleh karena itu politik yang seharusnya bersifat baik menjadi sifat yang kurang baik seperti
kedustaan, tipu daya, dan penyesatan yang dilakukan oleh para politisi maupun penguasa.
Penyalahgunaan wewenang dari para politisi atau penguasa itu bersebrangan dengan kebenaran Islam,
kezhaliman mereka kepada masyarakat, sikap dan tindakan sembrono mereka dalam mengurusi
masyarakat memalingkan makna sebenarnya dari politik itu sendiri. Bahkan, dengan pandangan
seperti itu, para politisi atau penguasa memanfaatkan rakyat demi kepentingan sendiri, bukan sebagai
pemerintah yang shalih dan berbuat baik kepada rakyat. Hal ini dapat memicu bahwa politik itu harus
dijauhkan dari agama (Islam). Sebab, orang yang paham akan agama itu takut kepada Allah SWT
sehingga tidak cocok berkecimpung dalam politik yang merupakan dusta, kezhaliman, pengkhianatan,
dan tipu daya. Cara pandang yang demikian, sadar atau tidak. mereka mempengaruhi sebagian kaum
muslimin yang juga sebenarnya ikhlas dalam memperjuangkan Islam. Untuk mengubah pandangan
seperti itu.

Pada sisl lain. atas dasar ayat Alquran "Tiada Altu lewatkan di dalan Al-Kitab ini sesuatu pun,"
ditambah "Saya tidak mengutusmu kecuali mendatangkan ke- sejahteraan bagi alam semesta" maka
segera disimpulkan bahwa ajaran Islam itu lengkap meliputi berbagai dimensi kehidupan ekonomi,
kehidupan politik dan kehidupan dalam dimensi lain, orang Islam merasa optimis sebab diyakini,
pedomannya sudah ada. Tetapi optimisme saja tampaknya tidak cukup. Fakta empiri menunjukkan,
prilaku politik antara masyarakat lslam dalam sebuah kurun waktu berbeda dari ma- syarakat Islam
kurun waktu yang lain. Perbedaan komunitas muslim pun juga melahirkan perbedaan prilaku politik
yang sering kali saling berbenturan. Begitu juga dalam dimensi kehidupan lain. seperti prilaku ritual,
ekonomi, budaya selalu ada perbedaan. Dan pelajaran fikih dan akidah dipadati dengan perbedaan
pikiran dan prilaku. Itu sebabnya ada yang mencoba berkata, ajaran Islam itu belum tuntas betul. Yang
dimaksud dengan "ajaran Islam sudah lengkap" menjadi tidakjelas kecuali dipahami "lengkap dalam
bentuk prinsip-prinsip dan bersifat global

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian politik dan politik islam
2. Bagaimana sejarah potilik islam
3. Siapa saja tokoh-tokoh politik dalam Islam
4. Apa istilah politik dalam islam

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian politik dan politik islam
2. Untuk mengetahui bagaimana sejrah politik islam
3. Untuk mengetahui tokoh tokoh politik dalam islam
4. Untuk mengetahui istilah politik dalam islam

1
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik dan Politik Islam

Apa itu Politik ? Dan kapan istilah ini muncul? Politik dalam pemahaman orang Yunani diartikan
sebagai negara kota (polis). Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles (384-322 SM). Ia
berangkat dari pengamatannya tentang manusia yang pada dasarnya adalah binatang politik . Dengan
itu ia ingin menjelaskan, hakikat kehidupan social sesungguhnya merupakan politik dan interaksi satu
sama lain dari dua atau lebih orang sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat
hal ini sebagai kecenderungan alami dan tak dapat dihindarkan oleh manusia dan hanya sedikit orang
yang cenderung mengasingkan dirinya dari bekerja sama dengan orang lain. Pada abad ke-16 sampai
awal abad ke20, politik diartikan secara lebih sempit dibandingkan dengan pengertian yang difahami
orang-orang Yunani. Seorang filosof Politik Perancis, Jean Bodin (1530- 1596) memperkenalkan
istilah ilmu politik (science politique). Tetapi karena ia seorang pengacara, sorotannya mengenai ciri-
ciri negara menyebabkan ilmu politik menjadi terkait dengan organisasi dari lembaga yang
mempunyai sangkut-paut dengan hukum. Montesquieu (1689-1755), mengemukakan bahwa semua
fungsi pemerintahan dapat dimasukkan dalam kategori legislative, eksekutif, dan yudikatif.
Berdasarkan perspektif ini dapat dipahami bahwa para ahli ilmu politik sampai sekarang ini,
memusatkan perhatian, pada organisasi dan sistem kerja lembaga-lembaga yang membuat undang-
undang, yang melaksanakannya dan yang menampung pertentangan yang timbul dari kepentingan
yang berbeda dan bermacam- macam penafsiran tentang undang-undang. Apakah ilmu politik benar-
benar ilmiah? Atau Seberapa jauh keilmiahan dapat dicapai dalam memahami politik? Tidak satupun
ilmu-ilmu social, termasuk ilmu politik, sosiologi, psikologi, antropologi, dan ekonomi, bisa mencapai
status ilmiah yang dinikmati oleh fisika, kimia, geologi, fisiologi, astronomi atau setiap disiplin ilmu
alam lainnya. Dengan demikian maka sesungguhnya untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas
adalah merupakan persoalan lebih atau kurang . Kecenderungan kajian politik di masa lampau. Plato
(427-347 SM) dipandang sebagai bapak filsafat politik, dan Aristoteles sebagai bapak ilmu politik,
sekurang- kurangnya di Barat.

B. Sejarah Politik Islam

Asal mula Islam sebagai gerakan politik telah dimulai sejak zaman nabi Muhammad. Pada 622 M, sebagai
pengakuan atas klaim kenabiannya, Muhammad diundang untuk memimpin kota Medinah. Pada saat itu
dua kaum yang menguasai kota; Arab Bani Aus dan Bani Khazraj, berselisih. Warga Medinah menganggap
Muhammad sebagai orang luar yang netral, adil, dan imparsial, diharapkan dapat mendamaikan konflik ini.
Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Medinah, di mana Muhammad menyusun Piagam Madinah.
Dokumen ini mengangkat Muhammad sebagai pemimpin kota sekaligus mengakuinya sebagai rasul Allah.
Hukum yang diterapkan Muhammad pada saat berkuasa berdasarkan Quran dan Sunnah (perilaku yang
dicontohkan Muhammad), yang kemudian dianggap kaum Muslim sebagai Syariah atau hukum Islam, yang
kini ingin ditegakkan oleh gerakan Islam hingga kini. Muhammad mendapatkan banyak pengikut dan
membentuk tentara. Pengaruhnya kemudian meluas dan menaklukkan kota asalnya Mekkah, dan kemudian
menyebar ke seluruh Jazirah Arab berkat kombinasi diplomasi dan penaklukan militer.
Kini, banyak gerakan Islamisme atau Partai Islam tumbuh di kebanyakan negara Demokrasi Islam atau
negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim. Banyak pula kelompok Islam militan yang beroperasi di
beberapa bagian dunia. Istilah kontroversial Islam fundamentalis juga disebutkan oleh beberapa non-
Muslim untuk menggambarkan aspirasi keagamaan dan politik dari kelompok Islam militan. Kini, istilah
demokrasi Islam dan fundamentalisme Islam, kerap tercampur aduk dalam beraneka ragam kelompok yang
mengatasnamakan Islam dan memperjuangkan gerakan Islam, yang masing-masing memiliki sejarah,
ideologi, dan konteks yang beraneka ragam pula.

2
3

Dalam wacana politik ada persoalan, apaltah lterasulan Muhammad saw. mengandung misi politik? apakah
agama Islam terkait erat dengan persoalan politik, kenegaraan dan pemerintahan? Apakah sistem dan
bentuk pemerintahan dan prinsip-prinsipnya dibicadcan dalam Islam? Bagaimana pula aktivitas politik
pasca era Rasulullah? Munculnya perrnasalahan semacam ini terkait dengan:
1. Umat Islam meyakini bahwa risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. adalah agama yang
lengkap, mengurusi semua aspek kehidupan, ritual, sosial eltonomi, politik, dan sebagainya.'
2. Bahwa tugas Nabi Muhammad saw. hanya membawa risalah keagamaan. Ini memberi kesan bahwa
Islam membatasi diri pada persoalan agama saja. Tetapi jelas, Islam menghendaki terwujudnya kesersian
antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
3. Banyak rasul sebelumnya yang tidak mempunyai misi dan aktivitas politik. Dalam hal kekuasaan
pengikut para rasul dipersilahkan tunduk pada penguasa.
Jawaban atas pertanyaan tentang hubungan antara Islam dengan politik dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu :
Pertama , yang berpandangan bahwa Islam bukan agama dalam paham Barat, yang hanya mengurusi
hubungan manusia dengan Tuhan saja. Sebaliknya, Islam adalah agama yang lengkap. Di dalamnya
terdapat sistem kenegaraan. Orang Islam tidak perlu merujuk ketatanegaraan Eropa. Rujukan pemikiran
politik Islam adalah sistem kenegaraan yang dilaksanakan oleh Rasulullah saw dan Khulafa al- Rasyidun.
Pendukung kelompok ini antara lain Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, Rasyid Ridha, al-Maududi.
Kedua, kelompok yang berpandangan bahwa Islam itu agama sebagainlana dipahami masyarakat Barat.
Nabi Muhammad hanya seorang rasul sebagaimana para rasul sebelumnya, tidak otomatis memegang
kekuasaan politik. Tugas seorang rasul yang begitu mulia, mengajak manusia di atas rel yang benar dan
budi pekerti yang luhur, tidak dimaksudkan untuk mendirikan dan mengepalai suatu negara. Pendukung
kelompok ini antara lain Ali Abdu al-Raziq dan Dr. Thaha Husein.
Ketiga, kelompok yang menolak balawa Islam itu lengkap seperti pendapat pertama, tetapi juga menolak
bahwa Islam itu seperti yang dipahami masyarakat Barat. Kelompok ini berpandangan bahwa di dalam
Islam tidak ada sistein politik/kenegaraan, tetapi terdapat plinsip- prinsip dan nilai etika bagi kehidupan
bernegara. Pendukung kelompok ini antara lain Dr. M. Husein Hailkal.' Agaknya Fazlur Rahman termasuk
juga dalam kelompok ini. Ia bukan saja berbicara tentang kemungkinan risalah Nabi mengandung ajaran
politik, tetapi menerjemahkan konsep politik Nabi ke era modern.

C. Tokoh-Tokoh Politik Dalam Islam


1. Jamaluddin Al-Afgani
a. Biografi
Jamaluddin Al-Afghani dilahirkan di Afganistan tepatnya di As’ad Abad salah satu kawasan Zon
Kunar pada tahun 1254 H atau 1838 M. Ia mempunyai pertalian darah dengan pariwayat hadits
terkenal yaitu At-Tarmidzi dan silsilahnya sampai kepada Husein bin Ali cucu Rasulullah SAW.
Sehingga Jamaludiin diberi “Sayyid”. Sejak kecil tinggal di Kabul sampai usia 18 tahun. Kakeknya
Sayyid Ali pernah tinggal di Iran, Hamadan , bersama-sama keluarga (ayahnya bernam Sayyid
Safdar).

b. Pemikiran  Al Afghani  dalam  bidang Politik


Berbagai pertemuan dengan para tokoh semakin ramailah pemikiran di Mesir. Gerakan Pemikiran
ini dinamakan “Gerakan Islah”. Ide Islah maksudnya adalah untuk perbaikan atau perubahan
terencana ke arah yang lebih baik demi kemajuan Islam. Ide-ide gerakan “Islah” yang
dikumandangkan Jamalauddin Al-Afghani adalah sebagai berikut :
1) Mengembalikan kecemerlangan umat silam sebagaimana zaman Khulafaur Rasydidin
2) Membina perpaduan, persatauan dan kesatuan tanpa memandang bangsa dan negara serta
budaya melalu gagasanaya “jami’ah Islamiyah”, orang Barat mengenalnya dengan “PAN-
ISLAMISME”

3
4

3) Mengkitik taklid ‘ama yaitu mengikuti segala sesuatu secara membabi buta tanpa landasan
Al-Qur’an dan Al-Hadis.
4) Menyeru umat Islam untuk kembali pada ajaran yang benar
5) Menyadarkan umat Islam tentang keburukan fanatik pada suatu madzhab yang membawa
perpecahan umat
6) Berpendapat bahwa agar umat Islam menumpahkan perhatiannya pada usaha-usaha
memerdekakan tanah air dan pemikiran merdeka dari penjajah.
Sebenarnya ide “Ishlah”, pembaharuan atau reformasi tersebut bermuara pada kebangkitan umat
Islam dari keterpurukan penetrasi Barat terhadap dunia Timur. Latar belakang kehidupan
Jamaluddin yang keras melahirkan watak dan pribadi yang keras dan frontal. Sehingga dari corak
pemikiran yang radikal, agresif dan revolusioner ini maka muncul beberapa ide, gagasan pemikiran
Jalamuddin AL-Afgani, yaitu sebagai berikut ;
1.    Menyuarakan umat Islam untuk kembali kepada AL-Qur’an dan Hadits, gerakan salafiyah ( para
pendahulu yang sholeh ; revival)
2.    Menggiatkan tradisi intelektual dengan mengkaji berbagai ilmu pengetahuan baik sains, filsafat,
teks-teks wahyu, maupun ajaran Islam
3.    Menyerukan untuk menggali khasanah ajaran Islam
4.    Menggalakan penggunaan rasio dalam memahami teks-teks agama.
5.    Menggabungkan ilmu-ilmu tradisional Islam dengan ilmu pengetahuan modern
6.    Membangkitkan semangat anti-kolonislisme, anti-impelerialisme
7.    Ide gagasannya tentang PAN-ISLAMISME ( kesatuan dan persatuan umat Islam dunia).
Ide dan gagasan pembentukan “Al-Jami’ah Al-Islamiyah” atau Pan-Islamisme dikemukakan setelah
Jamaluddin mendapatkan tempat layak dari Sultan Abdul Hamid di Istambul turki. Pan-Islamisme
diharapkan bergabungnya kekuatan-kekuatan negara Timur yang terdiri dari, Persia , Afghanistan , dan
Turki serta wilayah-wilayah yang ada di bawahannya dengan semacam persatuan dan perjanjian.
2. Muhammad Abduh
a. Biografi
Muhammad Abduh lahir di Mesir tahun  1849. Ayahnya Hasan Khairullah berasal dari Turki. Ibunya
bernama Junainah berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai ke suku bangsa yang sama dengan
Umar bin Khattab.  Pada waktu kuliah di Al-Azhar, Muhammad Abduh bertemu dengan  Jamaluddin
Al-Afghani dan pemikirannya sangat berkesan  pada diri Muhammad Abduh. Setelah tamat dari Al-
Azhar, Muhammad Abduh kemudian  mengajar di almamaternya dan Darul Ulum, disamping
mengajar di rumahnya. Di antara buku  yang diajarkannya adalah buku akhlak karangan Ibnu
Maskawih, buku Muqaddimah karangan Ibnu Khaldun dan sejarah kebudayaan Eropa karangan
Guizote yang diterjemahkan oleh Al-Thanthawi Ketika Jamaluddin Al-Afghani diusir dari Mesir pada
tahun  1879 karena dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi Taufiq, Muhammad Abduh juga
dibuang ke luar kota Cairo.
Pada tahun  1880 Muhammad Abduh diperblehkan kembali ke Cairo dan diangkat menjadi redaktur
surat kabar resmi pemerintah Mesir Al-Waqa’ Al-Misriyah. Pada waktu berada di bawah pimpinan
Muhammad Abduh surat kabar ini tidak hanya menyiarkan berita-berita resmi tetapi juga memuat
artikel-artikel tentang kepentingan nasional Mesir. Ia bekerja sebagai hakim pada suatu Mahkamah lalu
diangkat sebagai anggota Majelis A’la Al-Azhar. Akhirnya pada tahun 1889 ia diangkat sebagai mufti
Mesir hingga wafatnya pada tahun 1905.

b. Pemikiran Abduh dalam Bidang  Politik Di bidang politik,


ia berpendapat bahwa terdapat hubungan yang erat antara seseorang dengan tanah airnya. Prinsip
demokrasi harus secara bersama-sama dilaksanakan oleh rakyat dan pemerintah. Sejarah Islam telah 
membuktikan  betapa kuatnya demokrasi dipegangi oleh kaum muslimn  pada masa-masa pertama
Islam. Muhamad Abduh  berpendapat bahwa tiap negara mempunyai Undang-undang yang cocok
dengan dasar-dasar kebudayaan dan politik yang berlaku di tempat itu atas dasar perbedaan geografi,
4
5

keadaaan perdagangan serta pertaniaannya. penyususn undang-undang tidak perlu meniru pembuatan
undang-undang di Negara lain. Mengenai bentuk undang-undang  dan peraturan pada umumnya bagi
suatu bangsa, harus mencerminkan  karakter rakyatnya sesuai dengan  kebiasaan  hidupnya. Jadi
pendidikanlah yang terlebih dahulu diutamakan agar mereka bisa mencapai tujuan.  Adapun fungsi
undang-undang dikatakan hanya memelihara keadaan yang sudah ada bukan untuk mengadakan
perubahan. Sedangkan  perubahan adat dan akhlak suatu umat dan pengarahan kepada suatu tujuan
hanya bisa dicapai dengan pendidkan bukan dengan undang-undang.
Dengan ketiga hal tersebut yakni tanah air, demokrasi dan pertalian undang-undang dengan keadaan
tanah air seperti bahasa, agama, adat dan akhlak, Muhammad Abduh telah membentangkan apa yang
harus  dibela oleh seorang warga Negara dan yang telah membentuk kepribadiannya sebagai manusia
dan warga negara. Karena itu seorang tidak boleh mengorbankan tanah airnya, bagaimanapaun juga
keadaanya dan tidak boleh mengorbankan bahasa, agama, akhlak dan tradisi bangsanya sebagaimana ia
harus memegangi prinsip demokrasi dalam pemerintahan.
3. Rasyid Ridho
a. Biografi
Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Muhammad Syama Al bin al-Kalamuny, dilahirkan ditengah-tengah
sebuah keluarga yang memiliki sedikit kedudukan dengan tradisi pendidikan dan kesalehan, pada tahun
1865 di al-Qalamun, suatu desa di Libanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Semasa kecil
ia dimasukkan ke madrasah tradisional di al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca al-
Qur’an. Di tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di al-Madrasah al-Wathaniyah al-Islamiyah (sekolah
Nasional Islam) milik Syaikh Husain al-Jisr, yang terletak di Tripoli Setelah menebarkan kiprah dirinya
dalam banyak bidang, pada bulan Agustus tahun 1935, sekembalinya dari Suez setelah mengantarkan
Pangeran Su’ud, ia meninggal dunia dan meninggalkan banyak ide-ide pembaruan, yang cukup
memberikan pengaruh terhadap generasi selanjutnya.

b. Politik menurut pemikiran rasyid ridha


mengadakan pembaruan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi, memberantas takhayul dan bid’ah-
bid’ah yang masuk ke dalam tubuh Islam, menghilangkan faham fatalisme yang terdapat dalam kalangan
umat Islam serta faham-faham salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf, serta meningkatkan mutu
pendidikan dan membela umat Islam dari permainan-permainan politik negara-negara Barat. Secara umum,
pandangan Islam yang dipegang oleh Rasyid ridha, adalah seperti yang disebarluaskan oleh Afghani dan
Muhammad Abduh. Umat Islam adalah jantung dari peradaban dunia selama ia benar-benar Islami.
Penyebab ketertinggalan ini adalah dikarenakan muslim telah kehilangan kebenaran sejati agamanya.
Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya penguasa-penguasa politik yang buruk. Menurut Rasyid Ridha,
kejayaan Islam masa lalu dapat tercipta kembali, apabila orang-orang muslim bersedia kembali pada al-
Qur’an dan perintah-perintah moral yang terkandung di dalamnya. Sedangkan keterampilan teknis secara
potensial adalah universal, dan penguasaan atasnya tergantung pada kebiasaan-kebiasaan moral dan
prinsip-prinsip intelektual tertentu. Jika orang-orang muslim memilikinya, mereka akan dengan mudah
dapat meraih keterampilan teknis, dan kebiasaan-kebiasaan serta prinsip-prinsip semacam itu sesungguhnya
telah terkandung di dalam Islam. Meskipun pada dasrnya ide-ide dan pemikiran yang dihasilkan oleh
Rasyid Ridha memiliki banyak kesamaan dengan ide-ide dan pemikiran sang Guru, Muhammad Abduh,
namun, diantara keduanya juga terdapat perbedaan. Salah satunya adalah, Muhammad Abduh, bersifat
lebih liberal dibandingkan Rasyid Ridha. Selain itu, perbedaan antara keduanya juga terlihat dari cara
mereka menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Bagi Abduh, ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mempunyai
Wajah, Tangan, Kursi, dan lain sebagainya, harus diberi interpretasi, dalam arti harus dimengerti makna
yang tersirat di dalammnya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan Kursi Tuhan adalah Pengetahuan Tuhan, dan yang dimaksud
dengan Tahta Tuhan adalah Kekuasaan-Nya. Bagi Rasyid Ridha, kelihatanya, Tahta Tuhan masih
mengandung arti sebagai tahta, meskipun Tahta Tuhan tidaklah sama dengan tahta pada manusia. Menurut
Rasyid Ridha, hukum dan undang-undang tidak dapat dijalankan tanpa kekuasaan dari pemerintah.
Oleh karena itu, kesatuan umat memerlukan suatu bentuk negara. Negara yang dianjurkan olehnya adalah
negara dalam bentuk kekhalifahan. Kepala negara ialah khalifah. Khalifah, karena mempunya kekuasaan
legislatif, harus mempunyai sifat mujtahid. Tetapi, khalifah tidak boleh bersifat absolut. Ulama merupakan
pembantu-pembantunya yang utama dalam soal memerintah umat. Khalifah adalah mujtahid besar dan di
5
6

bawah kekhalifahan lah, kemajuan dapat dicapai dan kesatuan umat dapat diwujudkan. Sedangkan,
kedaulatan umat tetap berada di tangan umat dan berdasarkan prinsip musyawarah. Idenya mengenai
kekhalifahan tersebut, ia tuangkan dalam karyanya yang berjudul al-Khilafah.

D. Istilah Politik dalam Islam


Islam menyebut politik dengan istilah Siyasah. Jika yang dimaksud politik adalah siyasah mengatur
segenap urusan umat, maka Islam sangat menekankan pentingnya siyasah. Bahkan Islam sangat mencela
orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan umat.
Tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka sesungguhnya Islam memandang
kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah. Tapi Islam hanya menjadi
sarana dalam masalah kekuasaan.
Sebagian orang seringkali menilai istilah politik Islam diartikan sebagai politik menurut perspektif Islam,
hal itu sebagai bentuk kewajaran karena dalam dunia nyata kita selalu disuguhkan praktik politik yang
kurang atau sama sekali menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga muncul pertanyaan apakah politik Islam
itu ada? Apakah Islam punya konsep khusus tentang politik yang berbeda dengan konsep politik pada
umumnya?
Sampai batasan tertentu, Islam memang memiliki konsep yang khas tentang politik. Akan tetapi, tentu saja
Islam tetap terbuka terhadap berbagai konsep politik yang senantiasa muncul untuk kemudian bisa
melengkapi konsep yang sudah ada, sepanjang tidak bertentangan dengan konsep Islam yang sudah ada.
Sifat terbuka Islam dalam masalah politik ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa Islam tidaklah
menetapkan konsep politiknya secara amat rinci. Dalam hal ini, Islam memang harus memiliki corak
politik. Akan tetapi, politik bukanlah satu-satunya corak yang dimiliki oleh Islam. Sebab jika Islam hanya
bercorak politik tanpa ada corak Iain yang seharusnya ada, maka Islam yang demikian ialah Islam yang
parsial.
a. Varian interpretasi Agama
Munculnya varian-varian Islam dengan corak politik yang amat kuat pada dasamya didorong oleh
kelemahan atau bahkan keterpurukan politik umat Islam saat ini. Karena kondisi sedemikian ini,
politik kemudian menjadi salah satu tugas panting umat Islam, untuk bisa bangkit dari kemunduran
agar terhindar dari komoditas politik pragmatis.
Perdebatan dan perselisihan dalam masyarakat Islam sesungguhnya adalah perbedaan dalam masalah
interpretasi, dan merupakan gambaran dari pencarian bentuk pengamalan agama yang sesuai dengan kontek
budaya dan sosial. Misalnya dalam menilai persoalan-persoalan tentang hubungan politik dan agama yang
dikaitkan dengan persoalan kekuasaan dan suksesi kepemimpinan.
Termasuk juga persoalan keseharian manusia, dalam hal ini masalah interpretasi agama dan penggunaan
simbol-simbol agama cenderung digunakan untuk kepentingan kehidupan manusia. Tentu saja peran dan
makna agama akan beragam sesuai dengan keragaman masalah sosialnya.
b. Orientasi Politik dalam Islam
Orientasi utama politik Islam terkait dengan masalah kekuasaan yaitu tegaknya hukum-hukum Allah
dimuka bumi, hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan Allah. Sementara,
manusia pada dasarnya sama sekali tidak memlliki kekuasaan. Bahkan Islam menentang adanya
penguasaan Absolut  seorang manusia atas manusia yang lain. Wallahu A’lam.

BAB III

PENUTUP

6
7

A. Kesimpulan

Politik dalam pemahaman orang Yunani diartikan sebagai negara kota (polis). Istilah ini diperkenalkan
pertama kali oleh Aristoteles (384-322 SM). . Pada abad ke-16 sampai awal abad ke20, politik
diartikan secara lebih sempit dibandingkan dengan pengertian yang difahami orang-orang Yunani.
Seorang filosof Politik Perancis, Jean Bodin (1530- 1596) memperkenalkan istilah ilmu politik
(science politique).

Asal mula Islam sebagai gerakan politik telah dimulai sejak zaman nabi Muhammad. Pada 622 M, sebagai
pengakuan atas klaim kenabiannya, Muhammad diundang untuk memimpin kota Medinah. Pada saat itu
dua kaum yang menguasai kota; Arab Bani Aus dan Bani Khazraj, berselisih. Warga Medinah menganggap
Muhammad sebagai orang luar yang netral, adil, dan imparsial, diharapkan dapat mendamaikan konflik ini.
Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Medinah, di mana Muhammad menyusun Piagam Madinah.

Tokoh-Tokoh Politik Dalam Islam


1. Jamaluddin Al-Afgani
2. Muhammad Abduh
3. Rasyid Ridho
Islam menyebut politik dengan istilah Siyasah. Jika yang dimaksud politik adalah siyasah mengatur
segenap urusan umat, maka Islam sangat menekankan pentingnya siyasah. Bahkan Islam sangat mencela
orang-orang yang tidak mau tahu terhadap urusan umat.
Tetapi jika siyasah diartikan sebagai orientasi kekuasaan, maka sesungguhnya Islam memandang
kekuasaan hanya sebagai sarana menyempurnakan pengabdian kepada Allah. Tapi Islam hanya menjadi
sarana dalam masalah kekuasaan

B. Saran

Dari hasil makalah yang diperoleh, maka dikemukakan saran yang bermanfaat bagi temen-temen yang
akan membaca makalah ini agar memperhatikan makalah yang digunakan sehingga dapat berguna
dengan baik serta melengkapi kekurangan yang ada pada makalah ini

Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.bloggerkalteng.id/2013/06/tokoh-tokoh-pemikiran-politik-islam.html

https://core.ac.uk/download/pdf/270184431.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/11298-ID-pemahaman-politik-islam-studi-tentang-
wawasan-pengurus-dan-simpatisan-partai-pol.pdf

Anda mungkin juga menyukai