Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AGAMA DAN POLITIK

Dosen Pengampu; M. HASBI, S. AG, M. PD. I

Di Susun Oleh:

Kelompok 3

1. Messy Carolin / 2100861201181


2. Muhamad Fadil elfaesa / 2100861201157

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS BATANGHARI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan kerja sama dalam mengerjakan makalah tentang agama ilslam dan politik
ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 15 November 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Judul ………………………………………………………………………….. 1

Kata Pengantar ………………………………………………………………. 2

Daftar Isi ………………................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………......................................................................... 4
B. Pokok Permasalahan…....................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ........................................................................................ 5
B. Pengertian Politik dan Agama ..................................................... 5,6,7,8
C. Pandangan Islam Dalam Politik ..................................................... 9
D. Politik dalam Islam ......................................................................... 9,10
E. Kontribusi Islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara
…11,12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 13
B. Saran ……………………………………..….…………………… 13

Daftar pustaka .......................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara sistem
politik sendiri berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi
oleh seluruh warga negaranya. Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik
komunis, liberal dan demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut masih ada
juga sistem politik Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing-
masing.

Seperti misalnya Negara Indonesia yang menggunakan sistem politik


demokrasi yang berarti sistem tersebut didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur,
dan kelembagaan yang demokratis Disini kami akan membahas tentang peranan
agama Islam dalam perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji
berbagai informasi berdasarkan Al-Qur‟an, dan Al Hadits.

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah


masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa itu Politik?

2. Bagaimana pandangan poltik dalam islam?

3. Apa saja kontribusi islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam


masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai
definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional.

Komponen-komponen yang diperlukan dalam politik yaitu :

a. Masyarakat
b. Kekuasaan
c. Negara

Fungsi Politik adalah Perumusan kepentingan Pemaduan kepentingan Pembuatan


kebijakan umum Penerapan kebijakan Pengawasan pelaksanaan kebijakan.

B. Pengertian Politik dan Agama

Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya pembentukan
pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaatmanfaat amaliah, bukan atas dasar
sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern didasarkan pada kepentingan-
kepentingan praktis, bukan atas dasar agama.

Pemerintahan yang berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah bukanlah


diturunkan Allah dari langit. Wahyu Allah hanya mengarahkan Rasul dan kaum muslimin
untuk menjamin kemaslahatan umum, tanpa merenggut kebebasan mereka untuk
memikirkan usaha-usaha menegakkan kebenaran, kebajikan, dan keadilan.
Alquran sendiri tidak mengatur urusan politik secara khusus, tetapi hanya
memerintahkan untuk menegakkan keadilan, kebajikan, membantu kaum lemah, dan
melarang perbuatan yang tidak senonoh, tercela, serta durhaka. Alquran hanya meletakkan
garis besar pada kaum muslimin, kemudian memberikan kebebasan untuk memikirkan hal-
hal yang diinginkan dengan ketentuan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah
ditetapkan.

Islam pada dasarnya adalah Siyasatullah fil Ardh. Maksudnya, dengan Islam inilah
Allah mengatur semesta alam, yang diperuntukan kepada manusia. Islam itu secara
substantif bersifat politis. Konteks pemberian amanah kepada manusia yang dimaksud di
atas adalah Istikhlaf sebagai konsep politik. Istikhlaf berarti "menjadikan khalifah untuk
mewakili dan melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya."

Untuk lebih memahaminya, perlu kita ingat kembali bahwa Allah memberikan
manusia dua amanah :

1. Ubudiyah, yaitu untuk beribadah, penghambaan kepada Allah.


2. Amanah Kekhalifahan, hal ini lebih dekat kepada otoritas untuk mengendalikan
kehidupan (di atas bumi).

Allah SWT berfiberfirma:

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-
benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman
sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan
sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik." (QS. An Nur: 55)

Dengan demikian, Islam secara substantif adalah siyasah, yaitu menghendaki agar
ummat menjalankan kepemimpinan politik.
Salah satu tujuan Islam adalah bagaimana agar bisa menerapkan kehidupan secara
Islami dan agar sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi.

Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk merubah situasi saat yang masih
jauh dari harapan ini agar mencapai tujuan di atas. Ada dua pendekatan dalam agenda
perubahan tersebut (secara berurut):

1. Pendekatan secara kultural Tersirat dalam firman Allah SWT pada Surat Al
Jumuah ayat 2, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata."
2. Pendekatan secara struktural . Pendekatan inilah yang lebih bersifat siyasi. Jadi,
ketika telah terbentuk masyarakat yang Islami secara kultural, maka
dibutuhkanlah pemerintahan yang Islami. Contohnya dalam peristiwa Piagam
Madinah. Ketika itu masyarakat Madinah sudah terkondisikan sebagai
masyarakat yang Islami secara kultural.

Kedua pendekatan di atas tidak dapat dipilah-pilahkan satu sama lain. Kedua hal di
atas hanyalah terkait pada tahapan perubahan saja. Jadi, sebenarnya tidak ada istilah Islam
kultural, dan Islam Politik. Islam itu adalah menyeluruh.

Kemudian Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah sasayasusu-


siyasah . Yang berarti (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya) dan secara bahasa
adalah cara pemerintahan Islam mengurus urusan rakyatnya, serta urusan negara, umat dan
rakyatnya terkait dengan negara, umat dan bangsa lain.

Urusan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan: politik, sosial, ekonomi,


pendidikan, keamanan, dll, yang mana pada masa Rasulullah SAW makna siyasah (politik)
tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaannya. Lalu, kata tersebut
digunakan dalam pengaturan urusan urusan manusia; dan pelaku pengurusan urusan-
urusan manusia tersebut dinamai politikus (siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab
dikatakan bahwa ulil amri mengurusi (yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat,
mengaturnya, dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan,yang
artinya:

Bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak seperti
ngengat/rayap yang menghancurk an kayu. Dengan demikian, politik merupakan
pemeliharaan (ri‟ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk
(irsyad), dan pendidikan (ta`dib).

Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya :

"Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi (tasusuhumul
anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi
setelahku, namun akan ada banyak para khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim).

Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah mengurusi urusan
masyarakat. Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin
dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan
kejahatan musuh kafir dari mereka.

Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi
urusan kaum muslimin, mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang
mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata
(kufran bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits terkenal. Ini adalah perintah
Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan persoalan ini Nabi Muhammad
SAW bersabda :

"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah
(hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak memperhatikan urusan
kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka." (HR. Al Hakim).
C. Pandangan islam dalam politik

Islam adalah agama yang syammil mutakammil (sempurna dan paripurna), islam
bukan hanya mengatur masalah ritual ubudiyah saja, tapi seluruh aspek kehidupan
manusia, bahkan sampai ke hal-hal terkecil dalam kehidupan manusia. Jika islam hanya
mengatur masalah-masalah ibadah saja, tanpa mengatur masalah sosial budaya,
pendidikan, tata Negara/pemerintahan, dan sosial politik, maka sama saja islam dengan
agama lain, tidak ada keistimewaan islam dibandingkan agama-agama lainnya.

Dalam masalah politik, banyak kalangan yang berpendapat bahwa islam tidak
mengenal politik, antara agama dan politik tidak bisa disatukan, dan banyak pendapat
lainnya. Namun saya berpendapat, pendapat yang mengatakan islam tidak berpolitik dan
tidak mengatur masalah politik sehingga dalam islam tidak dibernarkan berpolitik adalah
sebuah pendapat yang sebenarnya sama saja mengatakan bahwa islam itu agama yang
tidak sempurna dan paripurna, islam agama yang tidak menjangkau semua aspek
kehidupan.

Aqidah Islam bersifat komprehensif dan menyeluruh, ia berbeda dari semua umat
karena konsepsinya tentang ubudiyah. Umat Islam meyakini bahwa Allah Maha Esa, dan
meyakini bahwa Allah meliputi setiap gerak manusia dalam semua urusan. Dia adalah
Pencipta dan Pemberi Rizki kepada hamba-Nya. Dia juga pembuat undang-undang untuk
mereka menyangkut semua aspek kehidupan. Islam tidak membatasi ubudiyah kepada
Allah hanya menyangkut aspek spiritual belaka, sementara aspek kehidupan lainnya
ditujukan kepada selain-Nya. Misalnya, membuang nilai-nilai.

D. Politik Dalam islam


1. Politik dalam Islam

Politik dalam Islam dikenal dengan istilah “siyasah” yang berarti pengaturan
masalah keummatan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap
urusan ummat. siyasah tidak diorientasikan kepada kekuasaan karena ia hanya berfungsi
sebagai sarana menyempurna pengabdian kepada Allah Islam dan Kekuasaan.Orientasi
utama seorang Muslim terkait dengan masalah kekuasaan ialah menegakkan hukum-
hukum Allah di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan
Allah Sementara, manusia pada dasarnya sama sekali tidak memiliki kekuasaan. Bahkan
Islam menentang adanya penguasaan mutlak seorang manusia atas manusia yang lain,
karena yang demikian ini bertentangan dengan doktrin Laa ilaha illallah yang telah
membebaskan manusia dari segenap thaghut (tiran). Sehingga, kekuasaan manusia yang
menentang hukum-hukum Allah adalah tidak sah.

Tujuan Siyasah dalam Islam Islam memandang kehidupan dunia sebagai ladang
bagi kehidupan akhirat. Kehidupan dunia harus diatur seapik mungkin sehingga manusia
bisa mengabdi kepada Allah secara lebih sempurna. Tata kehidupan di dunia tersebut harus
senantiasa tegak di atas aturan-aturan dien

Konsep ini sering dianggap mewakili tujuan siyasah dalam Islam:

 iqamat din (hirasatud din)


 wa siyasatud dunya (menegakkan din dan mengatur urusan dunia).
2. Hubungan antara Islam dan Politik

Islam merupakan agama yang mencakup keseluruhan sendi kehidupan manusia


(syamil). Islam bukanlah sekedar agama kerahiban yang hanya memiliki prosesi-prosesi
ritual dan ajaran kasih-sayang . Islam bukan pula agama yang hanya mementingkan aspek
legal formal tanpa menghiraukan aspek-aspek moral. Politik, sebagai salah satu sendi
kehidupan, dengan demikian juga diatur oleh Islam. Akan tetapi, Islam tidak hanya terbatas
pada urusan politik

3. Islam tidak Bisa Dibangun Secara Sempurna Tanpa Politik

Tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi merupakan amanah yang harus


diwujudkan. Hukum-hukum tersebut tidak akan mungkin bisa tegak tanpa politik pada
umumnya dan kekuasaan pada khususnya.

Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa Islam harus ditegakkan dengan dua hal :
AlQur’an dan pedang. Al- Qur’an merupakan sumber hukum -hukum Allah sedangkan
pedang melambangkan kekuatan politik atau kekuasaan yang menjamin tegaknya isi Al-
Qur’an.

E. Kontribusi Islam Dalam Kehidupan Politik Berbangsa dan Bernegara


Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia selain itu
agama juga agama berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yg
kita yakini hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak
menyikapi sesuatu. Contohnya saja diZaman Nabi Muhammad agama berperan
penting dalam segala bidang termasuk pemerintahannya. Dizaman sekarang ini
banyak orang pinter tapi agamanya kurang selain itu pinternya pada kebelinger, pintar
bicara saja. tapi tidak ada buktinya. Makanya agama itu dibutuhkan oleh setiap umat
manusia
Islam adalah solusi. Solusi segala permasalahan di dunia ini dengan
kesempurnaan ajarannya ( syumul ). Kesempurnaan ajaran Islam dapat ditelaah dari
sumber aslinya, yaitu Alquran dan Sunnah yang mengatur pola kehidupan manusia,
mulai dari hal terkecil hingga terbesar baik ekonomi, sosial, politik, hukum,
ketatanegaraan, budaya, seni, akhlak/etika, keluarga, dan lain-lain. Bahkan, bagaimana
cara membersihkan najis pun diatur oleh Islam.
Ajaran Islam merupakan rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam),
artinya Islam selalu membawa kedamaian, keamanan, kesejukan, dan keadilan bagi
seluruh makhluk hidup yang berada diatas dunia. Islam tidak memandang bentuk atau
rupa seseorang dan membedakan derajat atau martabat manusia dalam level
apapapun. Islam menghormati dan memberikan kebebasan kepada seseorang untuk
menganut suatu keyakinan atau agama tanpa memaksakan ajaran Islam tersebut
dijalankan (laa ikrahaa fiddiin).
Penjelasan Qur’an Surat an -Nisa Ayat 59 :
“Hai orang -orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan Ulil
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al- Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar
-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)
Tentang Ayat Ini Al- Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata tentang
firman - Nya, “Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kamu.” Ayat
ini turun berkenaan dengan ‘Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin ‘Adi, ketika diutus
oleh Rasulullah di dalam satu pasukan khusus. Demikianlah yang dikeluarkan oleh
seluruh jama’ah kecuali Ibnu Majah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali, ia berkata: “Rasulullah SAW
mengutus satu pasukan khusus dan mengangkat salah seorang Anshar menjadi
komandan mereka. Tatkala mereka telah keluar, maka ia marah kepada mereka dalam
suatu masalah, lalu ia berkata, ‘Bukanlah Rasulullah SAW memerintahkan kalian
untuk mentaatiku?’ Mereka menjawab, ‘Betul.’ Dia berkata lagi, ‘Kumpulkanlah
untukku kayu bakar oleh kalian.’ Kemudian ia meminta api, lalu ia membakrnya, dan
ia berkata, ‘Aku berkeinginan keras agar kalian masuk ke dalamnya.’ Maka seorang
pemuda diantara mereka berkata. ‘Sebaiknya kalian lari menuju Rasulullah SAW dari
api ini. Maka jangan terburu-buru (mengambil keputusan) sampai kalian bertemu
dengan Rasullah SAW. Jika beliau perintahkan kalian untuk masuk ke dalamnya,
maka masuklah.’ Lalu mereka kembali kepada Rasulullah SAW dan mengabarkan
tentang ha l itu. Maka Rasulullah pun bersabda kepada mereka, ‘Seandainya kalian
masuk ke dalam api itu, niscaya kalian tidak akan keluar lagi selama- lamanya.
Ketaatan itu hanya pada yang ma’ruf.” (HR. Bukhari-Muslim dari hadits Al- A’masy)
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW sudah memberi batasan kepada kita,
bahwasannya ketaatan hanya pada yang ma’ruf, dan bukannya pada yang tidak
ma’ruf.
Ayat juga ini disebutkan oleh ulama sebagai hak para pemimpin yang menjadi
kewajiban rakyat. Sedangkan pada ayat sebelumnya QS. An-Nisa': 58, sebagai hak
rakyat yang menjadi kewajiban para pemimpin. Yaitu agar para pemimpin
menunaikan amanat kepemimpinan dengan sebaik-baiknya. Memberikan hak kepada
yang berhak menerimanya, dan memutuskan hukum di antara rakyatnya dengan
seadil-seadil-adilny.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dengan demikian penyusun dapat menyimpulkan bahwa hubungan Islam dan


Politik itu sangat berkaitan karena telah dijelaskan tentang aturan dan caracara dalam
berpolitik yang sesuai tuntunan Al Quran dan Hadits. Oleh karena itu sistem politik Islam
yang melihat dokumen-dokumen dari Al- Qur‟an ini memuat prinsip -prinsip politik
berupa keadilan, musyawarah, toleransi, hak- hak dan kewajiban, amar ma’ruf dan nahi
mungkar, kejujuran, dan penegakan hukum. Jadi dengan sistem dan peraturan-peraturan
hukum yang sesuai dengan Al- Qur‟an sudah pasti sistem politik Islam lebih baik
dibandingkan dengan sistem Politik yang lain.

B. Saran

Dengan uraian di atas kita dapat menyadari bahwa apapun sistem politik
yang di gunakan disetiap Negara akan percuma kalau tidak didasari dengan
kesadaran Iman dan Taqwa kepada Allah oleh setiap pemimpin dan rakyatnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/366474349/Makalah-Agama-Islam-dan-Politik

http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/politik-islam-danpolitik-
jahiliyyah.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam

http://biosaefful.blogspot.co.id/2012/07/memahami-kontribusi-agama-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai