Di Susun Oleh:
Kelompok 3
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS BATANGHARI
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan kerja sama dalam mengerjakan makalah tentang agama ilslam dan politik
ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Judul ………………………………………………………………………….. 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………......................................................................... 4
B. Pokok Permasalahan…....................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ........................................................................................ 5
B. Pengertian Politik dan Agama ..................................................... 5,6,7,8
C. Pandangan Islam Dalam Politik ..................................................... 9
D. Politik dalam Islam ......................................................................... 9,10
E. Kontribusi Islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara
…11,12
A. Kesimpulan ..................................................................................... 13
B. Saran ……………………………………..….…………………… 13
PENDAHULUAN
Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara sistem
politik sendiri berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi
oleh seluruh warga negaranya. Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik
komunis, liberal dan demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut masih ada
juga sistem politik Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing-
masing.
B. Pokok Permasalahan
3. Apa saja kontribusi islam dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional
maupun nonkonstitusional.
a. Masyarakat
b. Kekuasaan
c. Negara
Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya pembentukan
pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaatmanfaat amaliah, bukan atas dasar
sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern didasarkan pada kepentingan-
kepentingan praktis, bukan atas dasar agama.
Islam pada dasarnya adalah Siyasatullah fil Ardh. Maksudnya, dengan Islam inilah
Allah mengatur semesta alam, yang diperuntukan kepada manusia. Islam itu secara
substantif bersifat politis. Konteks pemberian amanah kepada manusia yang dimaksud di
atas adalah Istikhlaf sebagai konsep politik. Istikhlaf berarti "menjadikan khalifah untuk
mewakili dan melaksanakan tugas yang diwakilkan kepadanya."
Untuk lebih memahaminya, perlu kita ingat kembali bahwa Allah memberikan
manusia dua amanah :
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-
benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman
sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan
sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik." (QS. An Nur: 55)
Dengan demikian, Islam secara substantif adalah siyasah, yaitu menghendaki agar
ummat menjalankan kepemimpinan politik.
Salah satu tujuan Islam adalah bagaimana agar bisa menerapkan kehidupan secara
Islami dan agar sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi.
Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk merubah situasi saat yang masih
jauh dari harapan ini agar mencapai tujuan di atas. Ada dua pendekatan dalam agenda
perubahan tersebut (secara berurut):
1. Pendekatan secara kultural Tersirat dalam firman Allah SWT pada Surat Al
Jumuah ayat 2, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata."
2. Pendekatan secara struktural . Pendekatan inilah yang lebih bersifat siyasi. Jadi,
ketika telah terbentuk masyarakat yang Islami secara kultural, maka
dibutuhkanlah pemerintahan yang Islami. Contohnya dalam peristiwa Piagam
Madinah. Ketika itu masyarakat Madinah sudah terkondisikan sebagai
masyarakat yang Islami secara kultural.
Kedua pendekatan di atas tidak dapat dipilah-pilahkan satu sama lain. Kedua hal di
atas hanyalah terkait pada tahapan perubahan saja. Jadi, sebenarnya tidak ada istilah Islam
kultural, dan Islam Politik. Islam itu adalah menyeluruh.
Bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila pemimpinnya rusak seperti
ngengat/rayap yang menghancurk an kayu. Dengan demikian, politik merupakan
pemeliharaan (ri‟ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk
(irsyad), dan pendidikan (ta`dib).
"Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi (tasusuhumul
anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi
setelahku, namun akan ada banyak para khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim).
Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah mengurusi urusan
masyarakat. Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin
dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan
kejahatan musuh kafir dari mereka.
Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi
urusan kaum muslimin, mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang
mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata
(kufran bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits terkenal. Ini adalah perintah
Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan dengan persoalan ini Nabi Muhammad
SAW bersabda :
"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah
(hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak memperhatikan urusan
kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka." (HR. Al Hakim).
C. Pandangan islam dalam politik
Islam adalah agama yang syammil mutakammil (sempurna dan paripurna), islam
bukan hanya mengatur masalah ritual ubudiyah saja, tapi seluruh aspek kehidupan
manusia, bahkan sampai ke hal-hal terkecil dalam kehidupan manusia. Jika islam hanya
mengatur masalah-masalah ibadah saja, tanpa mengatur masalah sosial budaya,
pendidikan, tata Negara/pemerintahan, dan sosial politik, maka sama saja islam dengan
agama lain, tidak ada keistimewaan islam dibandingkan agama-agama lainnya.
Dalam masalah politik, banyak kalangan yang berpendapat bahwa islam tidak
mengenal politik, antara agama dan politik tidak bisa disatukan, dan banyak pendapat
lainnya. Namun saya berpendapat, pendapat yang mengatakan islam tidak berpolitik dan
tidak mengatur masalah politik sehingga dalam islam tidak dibernarkan berpolitik adalah
sebuah pendapat yang sebenarnya sama saja mengatakan bahwa islam itu agama yang
tidak sempurna dan paripurna, islam agama yang tidak menjangkau semua aspek
kehidupan.
Aqidah Islam bersifat komprehensif dan menyeluruh, ia berbeda dari semua umat
karena konsepsinya tentang ubudiyah. Umat Islam meyakini bahwa Allah Maha Esa, dan
meyakini bahwa Allah meliputi setiap gerak manusia dalam semua urusan. Dia adalah
Pencipta dan Pemberi Rizki kepada hamba-Nya. Dia juga pembuat undang-undang untuk
mereka menyangkut semua aspek kehidupan. Islam tidak membatasi ubudiyah kepada
Allah hanya menyangkut aspek spiritual belaka, sementara aspek kehidupan lainnya
ditujukan kepada selain-Nya. Misalnya, membuang nilai-nilai.
Politik dalam Islam dikenal dengan istilah “siyasah” yang berarti pengaturan
masalah keummatan Islam sangat mencela orang-orang yang tidak mau tahu terhadap
urusan ummat. siyasah tidak diorientasikan kepada kekuasaan karena ia hanya berfungsi
sebagai sarana menyempurna pengabdian kepada Allah Islam dan Kekuasaan.Orientasi
utama seorang Muslim terkait dengan masalah kekuasaan ialah menegakkan hukum-
hukum Allah di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa kekuasaan tertinggi ialah kekuasaan
Allah Sementara, manusia pada dasarnya sama sekali tidak memiliki kekuasaan. Bahkan
Islam menentang adanya penguasaan mutlak seorang manusia atas manusia yang lain,
karena yang demikian ini bertentangan dengan doktrin Laa ilaha illallah yang telah
membebaskan manusia dari segenap thaghut (tiran). Sehingga, kekuasaan manusia yang
menentang hukum-hukum Allah adalah tidak sah.
Tujuan Siyasah dalam Islam Islam memandang kehidupan dunia sebagai ladang
bagi kehidupan akhirat. Kehidupan dunia harus diatur seapik mungkin sehingga manusia
bisa mengabdi kepada Allah secara lebih sempurna. Tata kehidupan di dunia tersebut harus
senantiasa tegak di atas aturan-aturan dien
Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa Islam harus ditegakkan dengan dua hal :
AlQur’an dan pedang. Al- Qur’an merupakan sumber hukum -hukum Allah sedangkan
pedang melambangkan kekuatan politik atau kekuasaan yang menjamin tegaknya isi Al-
Qur’an.
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan uraian di atas kita dapat menyadari bahwa apapun sistem politik
yang di gunakan disetiap Negara akan percuma kalau tidak didasari dengan
kesadaran Iman dan Taqwa kepada Allah oleh setiap pemimpin dan rakyatnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/366474349/Makalah-Agama-Islam-dan-Politik
http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/politik-islam-danpolitik-
jahiliyyah.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam
http://biosaefful.blogspot.co.id/2012/07/memahami-kontribusi-agama-dalam.html