Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AGAMA DAN POLITIK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
NIGAR FAZRIANTY
NUR FITRIAH JAMI AULIYAH
TIYAN RAHMADANI

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
2020

1
KATA PENGANTAR
 
 Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan
HidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang  berjudul
“Pengertian Tentang Islam dan Politik”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah pengentahuan penyusun dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.Demi kesempurnaan makalah ini,
penyusun mohon kritik dan saran dari  pembaca yang bersifat membangun. Demikianlah
makalah ini saya buat semoga dapat bermanfaat bagi para  pembaca semua, apabila ada
kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.
 
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
 

Bekasi, 20 Januari 2021


 
Hormat Kami,

 
Penyusun
 

2
DAFTAR ISI
 
H A L A M A N J U D U L ...........................................................................................1
KATA PENGANTAR ..................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 4
1.2 Batasan Masalah..................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.4 Tujuan ................................................................................................................5
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Politik ........................................................................ 6
2.2 Pengertian Politik Islam ............................................................... 6
2.3 Sistem Politik Islam di Masa Rasulullah ...................................... .10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 14
3.2 Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara sistem politik
sendiri berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi oleh
seluruh warga negaranya. Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis,
liberal dan demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut masih ada juga sistem
politik Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing-masing. Seperti
misalnya Negara Indonesia yang menggunakan sistem politik demokrasi yang berarti
sistem tersebut didasarkan pada nilai, prinsip,  prosedur, dan kelembagaan yang
demokratis. Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam
perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi
berdasarkan Al-Qur‟an, Al Hadits dan sejarah sistem politik di masa Rasulullah
SAW.
1.2 Batasan Masalah
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas diantaranya:
1. Pengertian Politik
2. Pengertian Politik Islam
3. Sejarah Kepemimpinan Rasulullah
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu Politik?
2. Apa itu Politik Islam?
3. Bagaimana sejarah kepemimpinan Rasulullah?

4
1.4 Tujuan
Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan,yaitu:
1. Penulis ingin mengetahui arti dari Politik.
2. Penulis ingin mengetahui seperti apa Politik Islam.
3. Penulis ingin mengetahui seperti apa sejarah kepemimpinan Rasulullah.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan study
kepustakaan, yaitu penulis mencari buku-buku dan browsing bacaan yang
berhubungan dengan Agama Islam, Al-Qur‟an dan Al Hadits.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda
mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional. Komponen-komponen yang diperlukan dalam politik yaitu :
a. Masyarakat
b. Kekuasaan
c. Negara
Fungsi Politik adalah
a. Perumusan kepentingan
b. Pemaduan kepentingan
c. Pembuatan kebijakan umum
d. Penerapan kebijakan Pengawasan pelaksanaan kebijakan
2.2 Pengertian Politik Islam
Politik dan agama adalah sesuatu yang terpisah. Dan, sesungguhnya  pembentukan
pemerintahan dan kenegaraan adalah atas dasar manfaat-manfaat amaliah, bukan
atas dasar sesuatu yang lain. Jadi, pembentukan negara modern didasarkan pada
kepentingan-kepentingan praktis, bukan atas dasar agama. Pemerintahan yang
berlaku pada masa Rasulullah dan khalifah  bukanlah diturunkan Allah dari langit.
Wahyu Allah hanya mengarahkan Rasul dan kaum muslimin untuk menjamin
kemaslahatan umum, tanpa merenggut kebebasan mereka untuk memikirkan usaha-
usaha menegakkan kebenaran, kebajikan, dan keadilan. Alquran sendiri tidak
mengatur urusan politik secara khusus, tetapi hanya memerintahkan untuk
menegakkan keadilan, kebajikan, membantu kaum lemah, dan melarang perbuatan
yang tidak senonoh, tercela, serta durhaka. Alquran hanya meletakkan garis besar
pada kaum muslimin, kemudian memberikan kebebasan untuk memikirkan hal-hal
yang diinginkan dengan ketentuan tidak sampai melanggar batas-batas yang telah

6
ditetapkan. Islam pada dasarnya adalah Siyasatullah fil Ardh. Maksudnya, dengan
Islam inilah Allah mengatur semesta alam, yang diperuntukan kepada manusia.
Islam itu secara substantif bersifat politis. Konteks pemberian amanah kepada
manusia yang dimaksud di atas adalah Istikhlaf sebagai konsep politik. Istikhlaf
berarti "menjadikan khalifah untuk mewakili dan melaksanakan tugas yang
diwakilkan kepadanya."Untuk lebih memahaminya, perlu kita ingat kembali bahwa
Allah memberikan manusia dua amanah :
1. Ubudiyah, yaitu untuk beribadah, penghambaan kepada Allah.
2. Amanah Kekhalifahan, hal ini lebih dekat kepada otoritas untuk mengendalikan
kehidupan (di atas bumi). Allah SWT berfirman, "Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang  beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, ..." (QS. An Nur: 55) Dengan demikian, Islam secara substantif
adalah siyasah, yaitu menghendaki agar ummat menjalankan kepemimpinan
politik. Salah satu tujuan Islam adalah bagaimana agar bisa menerapkan
kehidupan secara Islami dan agar sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi.
Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan untuk merubah situasi saat yang masih
jauh dari harapan ini agar mencapai tujuan di atas. Ada dua pendekatan dalam
agenda perubahan tersebut (secara berurut):
1. Pendekatan secara kultural. Tersirat dalam firman Allah SWT pada Surat Al
Jumuah ayat 2, "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah
(As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata."
2. Pendekatan secara struktural. Pendekatan inilah yang lebih bersifat siyasi.
Jadi, ketika telah terbentuk masyarakat yang Islami secara kultural, maka
dibutuhkanlah pemerintahan yang Islami. Contohnya dalam peristiwa
Piagam Madinah. Ketika itu masyarakat Madinah sudah terkondisikan
sebagai masyarakat yang Islami secara kultural. Kedua pendekatan di atas
tidak dapat dipilah-pilahkan satu sama lain. Kedua hal di atas hanyalah
terkait pada tahapan perubahan saja. Jadi, sebenarnya tidak ada istilah Islam
kultural, dan Islam Politik. Islam itu adalah menyeluruh. Kemudian Politik

7
di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah sasa- yasusu-siyasah Yang
berarti (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya) dan secara bahasa
adalah cara pemerintahan Islam mengurus urusan rakyatnya, serta urusan
negara, umat dan rakyatnya terkait dengan negara, umat dan bangsa lain.
Urusan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan: politik, sosial, ekonomi,
pendidikan, keamanan, dll, yang mana pada masa Rasulullah SAW makna
siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan
gembalaannya. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-
urusan manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut
dinamai  politikus ( siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa
ulil amri mengurusi ( yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat,
mengaturnya, dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan orang Arab
dikatakan : yang artinya „Bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila
pemimpinnya rusak seperti ngengat/rayap yang menghancurkan kayu.
Dengan demikian, politik merupakan pemeliharaan (ri‟ayah), perbaikan
(ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan
pendidikan (ta`dib). Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik
(siyasah) dalam sabdanya : "Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya
oleh para nabi (tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang
lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada
banyak para khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim). Teranglah bahwa politik
atau siyasah itu makna awalnya adalah mengurusi urusan masyarakat.
Berkecimpung dalam  politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin
dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan
melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu
mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan
kaum muslimin, mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang
mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran
yang nyata (kufran  bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak hadits
terkenal. Ini adalah perintah Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Berkaitan
dengan persoalan ini Nabi Muhammad SAW bersabda :"Siapa saja yang
bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba)
Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak memperhatikan urusan
kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka." (HR. Al Hakim)

8
a. Pilar-pilar dasar dalam pemerintahan Politik Islam antara lain adalah :
1. Kedaulatan di Tangan Syara‟(hukum Islam)
2. Kekuasaan di Tangan Umat
3. Hanya Khalifah yang Berhak Mengadopdi Hukum
4. Wajib Membai‟at Satu Khalifah
Struktur Pemerintahan dan Administrasi dalam sistem Khalifah
Politik Islam :
1) Khalifah
2) Mu‟awin Tafwidh/Mentri tapi tidak berhak membuat UU
(Pembantu Khalifah Bidang Pemerintahan)
3) Mu‟awin Tanfidz (Pembantu Khalifah Bidang Administrasi)
4) Wali/Kepala Daerah
5) Amir Jihad-Mabes Angkatan Bersenjata
6) Departemen Keamanan Dalam Negeri
7) Departemen Luar Negeri
8) Departemen Perindustrian
9) Departemen Kehakiman
10) Departemen Penerangan
11) Kemaslahatan Publik
12) Baitul Mal (rumah penyimpan harta)
13) Majelis Ummah/Dewan Perwakilan Rakyat
b. Sistem Politik dalam Negeri Khilafah
1. Menerapkan syariat Islam kepada seluruh rakyat, Muslim maupun
Non-Muslim.
2. Memberikan kebebasan kepada rakyat Non-Muslim menjalankan
ibadah, makan, minum, tatacara berpakaian, dan menikah menurut
agama dan keyakinan mereka.
3. Memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada setiap warga
negara, Muslim dan Non-Muslim, kecuali yang menjadi kekhususan
masing-masing.
4. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan umat Islam dalam satu
negara, dengan akidah yang sama, yaitu akidah Islam.

9
c. Sistem Politik luar Negeri Khilafah
1. Mengembang Islam kepada seluruh bangsa, negara dan umat lain.
2. Menerapkan syariat Islam kepada bangsa, negara dan umat lain yang
berhubungan dengan Khilafah.
3. Berjihad dalam rangka membebaskan penghambaan manusia oleh
manusia (“ibadat al-‟ibad) untuk menyembah Rabb al-‟Ibad.
d. Jaminan Penerapan Syariat Islam, di Dalam dan Luar Negeri:
1.) Ketakwaan individu, rakyat dan aparatur negara
2.) Kontrol masyarakat (umat dan partai politik) yang mempunyai
kesadaran ideologis.
3.) Penerapan Islam secara kaffah, adil dan konsekuen oleh negara
kepada seluruh rakyat.
e. Fungsi Organisasi dan Partai Dalam Sistem Khilafah:
1. Edukasi: Mendidik umat dan masyarakat agar memahami Islam
dengan benar.
2. Agregasi: Menghimpun umat dan masyarakat berdasarkan ikatan
Islam.
3. Artikulasi: Menyampaikan aspirasi umat dan masyarakat yang sesuai dengan
Islam, dan mengoreksi kebijakan yang bertentangan dengannya.
Organisasi dan partai seperti ini hukumnya Fardu Kifayah:
2.3 Sistem Politik Islam Di Masa Rasulullah Saw
a. Sejarah Politik Masa Nabi SAW. dan Khulafa’ al-Rāsyidîn
Pemerintahan Islam sejak dari masa Nabi Muhammad SAW di Madinah pada
622 M hingga Khulafa al-Rāsyidîn yang berakhir pada sekitar 656 M
merepresentasikan sebuah upaya penegakan kebajikan di muka bumi.
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah kepemimpinan moral yang
sangat peduli pada perwujudan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Seperti dicatat dalam sejumlah riwayat, pemerintahan Nabi di Madinah adalah
pemerintahan yang toleran. Dokumen tentang toleransi dapat dibaca dalam
Piagam Madinah yang berintikan antara lain:  penghormatan pada pemeluk
agama yang berbeda, hidup bertetangga secara damai, kerja sama dalam
keamanan, dan perlindungan bagi pihak- pihak yang teraniaya. Isi Piagam
Madinah tersebut dicatat sebagai dokumen politik pertama dalam sejarah yang
mengadopsi prinsip-prinsip toleransi. Selain itu, Piagam Madinah dilihat dari

10
kacamata teori politik, dianggap memiliki gagasan-gagasan HAM modern
meskipun lahir di masa  pra-modern. Pemerintahan Nabi di Madinah berhasil
menyatukan suku-suku yang bertikai menjadi satu bangsa. Tidaklah mudah
menyatukan suku-suku yang berkonflik ratusan tahun di sana. Tetapi dengan
kekuatan integritas moral yang kuat seperti Nabi SAW., masalah konflik dapat
diatasi. Maka gampanglah jalan bagi Nabi untuk melakukan pembangunan
berdasarkan al-Qur‟an sehingga terciptalah kesejahtraan rakyat.
Menurut riwayat, tidak ada pemberontakan berarti selama Nabi memerintah di
sana dari rakyatnya. Yang terjadi justru, ketaatan penuh rakyat pada
kepemimpinan Nabi. Pernik-pernik konflik terjadi hanya dengan negara-
negara tetangga yang takut kehilangan pengaruh kekuasaannya.
Jadi, selama Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin Negara Madinah, ia
menjadi pemimpin yang adil dan menerapkan keagungan moral bagi
rakyatnya. Itulah sebabnya A‟isyah istri Nabi pernah mengatakan bahwa
“akhlaq Rasulullah adalah al-Qur‟a n”. Al-Qur‟an dan Sunnahnya menjadi
undang-undang negara yang mengikat kaum Muslimin di sana. Sekalipun
begitu, umat-umat lain juga dilindungi. Dalam Q.s., al-Ambiyā‟:107
disebutkan yang artinya, “ Tidaklah Kami utus engkau selain menjadi rahmat
bagi seluruh alam ”. Konsep rahmatan lil’ālamîn adalah konsep 2 toleransi di
dalam Islam yang hingga sekarang sering dikutip sebagai teologi toleransi
yang amat penting dalam relasi Islam dan negara.
Demikianlah, kepemimpinan Nabi adalah cermin moralitas dan teladan indah
bagi umat Islam dan bahkan umat manusia. Nabi SAW adalah model ideal
umat yang karir hidupnya dapat memunculkan kearifan-kearifan politik umat.
Hingga wafatnya pada Juni 632 M, Nabi Muhammad SAW telah menjadi
Nabi-Penguasa yang efektif atas sebagian  besar semenanjung Arabia.Pasca
wafatnya Nabi, pemerintahan Islam diteruskan oleh empat khalifah yang
utama (Khulafa’ al-Rāsyidîn), yakni Abu Bakar ra, Umar bin Khattab, Usman
bin „Aff ān, dan Ali bin Abin Thalib. Keempat khalifah tersebut
menyelenggarakan pemerintahan Islam mendekati  pemerintahan Nabi
Muhammad SAW. Keadilan, penegakan hukum, musyawarah, dan
egalitarianisme amat ditegakkan sehingga empat khalifah itu diberi gelar
empat khalifah yang mendapat petunjuk. Meski ada riak-riak politik di dalam
era keempat khalifah itu, tapi secara keseluruhan menampakkan gerak moral

11
yang amat kosnsisten dan  perluasan wilayah yang amat efektif ke luar Jazirah
Arabia. Selama tiga  puluh tahun (30 tahun), keempat khalifah menampakkan
sebuah  pemerintahan politik Islam yang amat agung dan menjadi sejarah
politik yang demokratis di dunia saat itu. Pasca keempat khalifah,
pemerintahan Islam mengalami pasang-surut.
Demikian pula sejarah Islam mengalami kebangkitan dan keruntuhan. Dari
sejarah itu, menunjukkan garis konstan bahwa  pemerintahan yang
mengedepankan moralitas akan memperoleh kejayaan dan sebaliknya. Karena
itu, sejarah politik Islam adalah sejarah pasang-surut antara yang ma’ruf  dan
yang mungkar.
Umat Islam harus mengambil nilai-nilai dan prinsip-prinsip politik yang baik
dan menjauhkan noda-noda hitamnya jika ingin sebuah pemerintahan itu tegak
di muka bumi.
b. Nilai-Nilai Politik Dalam al-Qur’an
 Namun perlu dicatat, al-Qur‟an bukanlah kitab politik. Ia hanya memberikan
prinsip-prinsipnya saja dan bukan mengajari cara-cara  berpolitik praktis.
Dengan 3 demikian, perhatian utama al-Qur'an adalah memberikan petunjuk
yang benar kepada manusia, yaitu petunjuk yang akan membawanya kepada
kebenaran dan suasana kehidupan yang baik. Sebagai kitab petunjuk, al-Qur'an
mengarahkan manusia kepada hal-hal  praktis. Ia memberi tekanan lebih atas
amal perbuatan daripada gagasan.
Bertolak dari sisi pandangan ini, maka iman barulah punya arti jika diikuti
secara terpadu oleh perbuatan baik yang positif dan konstruktif Sebagai suatu
petunjuk bagi manusia, al-Qur'an menyediakan suatu dasar yang kukuh dan tak
berubah bagi semua prinsip-prinsip etik dan moral yang perlu bagi kehidupan
ini. Menurut Muhammad Asad, al-Qur'an memberikan jawaban komprehensif
untuk persoalan tingkah laku yang  baik bagi manusia sebagai perorangan dan
sebagai anggota masyarakat dalam rangka menciptakan suatu kehidupan yang
berimbang di dunia ini dengan tujuan terakhir kebahagiaan di akhirat.
Al-Qur'an sendiri mengajarkan bahwa kehidupan di dunia merupakan
prasyarat bagi kebahagiaan hidup yang akan datang seperti dinyatakan dalam
al- Qur'an, “Barang siapa buta di dunia ini, maka akan buta di akhirat, dan
bahkan lebih sesat lagi perjalanannya” (terj. Q.s., al-Ahzāb 72) Bagi seorang

12
mukmin, al-Qur'an merupakan manifestasi terakhir bagi rahmat Allah swt.
kepada manusia, di samping sebagai  prinsip kebijaksanaan yang terakhir pula.
Jadi, jangan menjadikan al-Qur‟an dan pemerintahan Nabi untuk instrument
politik. Tapi ambillah prinsip-prinsip etiknya dan sesuaikan dengan kondisi-
kondisi sosial politik sehingga melahirkan suatu kombinasi moralitas Islam
dan relevansi sosial politik.
Wallāhu A’lamubil-Shawāb.

13
BAB III

PENUTUP
 
A. KESIMPULAN
Dengan demikian penyusun dapat menyimpulkan bahwa hubungan Islam dan Politik
itu sangat berkaitan karena telah dijelaskan tentang aturan dan cara-cara dalam
berpolitik yang sesuai tuntunan Al Quran dan Hadits. Oleh karena itu sistem politik
Islam yang melihat dokumen-dokumen dari Al-Qur‟an ini memuat  prinsip-prinsip
politik berupa keadilan, musyawarah, toleransi, hak-hak dan kewajiban, amar
ma’ruf dan nahi mungkar, kejujuran, dan penegakan hukum. Jadi dengan sistem dan
peraturan-peraturan hukum yang sesuai dengan Al-Qur‟an sudah pasti sistem politik
Islam lebih baik dibandingkan dengan sistem Politik yang lain.
B. SARAN
Dengan uraian di atas kita dapat menyadari bahwa apapun sistem politik yang di
gunakan disetiap Negara akan percuma kalau tidak didasari dengan kesadaran Iman
dan Taqwa kepada Allah oleh setiap pemimpin dan rakyatnya.
 
 

14
 
DAFTAR PUSTAKA
 

http://luluvikar.wordpress.com/?Islam%20dan%20Politik http://www.eramuslim.com/suara-
langit/penetrasi-ideologi/politik-islam-dan- politik-jahiliyyah.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Islam http://id.wikipedia.org/wiki/Khalifah
http://www.hudzaifah.org/Article64.phtml http://www.scribd.com/doc/17236048/Sejarah-
Politik- Islam http://id.wikipedia.org/wiki/Politik 

15

Anda mungkin juga menyukai