Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP NEGARA DALAM ISLAM

Disusun oleh Kelompok 3 :

Dafa Arsalan

Davitya Rizky Rachman Eddayan

Mohammad Nauval Alim

Muhammad Fakhri Ramadhan

Universitas Islam Bandung

Bandung

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kewarganegaraan
tentang Konsep Negara Dalam Islam

Makalah Kewarganegaraan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Kewarganegaraan ini tentang Konsep Negara
Dalam Islam ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Indonesia, September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB 1 ............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 1
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 2
BAB 2 ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3
1. Konsep Negara dalam Islam ? ....................................................................................... 3
2. Sistem kepemimpinan dalam negara islam ................................................................... 5
3. Sistem perekonomian dalam Negara islam ................................................................... 7
4. Pola prilaku masyarakat Negara islam ........................................................................... 9
5. Tujuan dengan adanya Konsep Negara dalam Islam .................................................... 10
BAB 3 ............................................................................................................................. 11
PENUTUPAN ................................................................................................................... 11
1. Kesimpulan .......................................................................................................... 11
2. Saran ................................................................................................................... 11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara merupakan organisasi kekuasaan yang berdaulat dengan tata pemerintahan


yang melakasanakan tata tertib atas orang orang di daerah tertentu. Negara juga
merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi
semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independen.
Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam
terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat”
(Salama). Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat disimpulkan Islam adalah
agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan
setelah kematian).
Konsep Negara dalam islam berarti Negara yang didalam peraturan dan tata
tertibnya menyesuaikan dengan agama islam agar Negara dan masyarakatnya dapat
selamat hidup di dunia dan akhirat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep Negara dalam Islam ?


2. Bagaimana sistem kepemimpinan dalam negara islam ?
3. Bagaimana sistem perekonomian dalam Negara islam ?
4. Bagaimana pola prilaku masyarakat Negara islam ?
5. Apa tujuan dengan adanya Konsep Negara dalam Islam ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep Negara menurut ajaran agama islam.


2. Untuk mengetahui bagaimana sistem kepemimpinan yang digunakan dalam Negara
islam.

1
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem perekonomian yang diberlakukan dalam Negara
islam.
4. Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja pola prilaku masyarakat di Negara islam.
5. Untuk mengetahui apa tujuan dari konsep Negara islam.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk menambah wawasan pembaca
mengenai konsep Negara dalam islam, mengetahui bagaimana konsep Negara islam,
menegtahui pencetus agama islam, dan untuk mengetahui tujuan dari konsep Negara
islam.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Konsep Negara dalam Islam ?

Negara dalam Islam masih berupa petunjuk sebagai instrument etis. Bagaimana bentuk
negaranya, sistem pemerintahannya, proses pelaksanaannya, dan lain-lain tidak dijelaskan.
Hal ini memungkinkan terus dibukanya ijtihad politik di dalam diri umat Islam. Dan dalam
melakukan ijtihad tersebut, kaum Muslim umumnya akan melihat sejarah Islam sebagai
referensi.

Terdapat lima konsep negara dalam sejarah Islam.

Pertama, konsep teokratis. Menurut teori, negara teokrasi adalah sebuah negara yang
kedaulatannya ada pada Tuhan. Konsep teokratis pada negara Islam muncul di era paling
awal sejarah Islam, yakni pada masa nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diketahui, dalam
mengelola negara dan masyarakat, nabi senantiasa berdasarkan pada tuntunan dan
bimbingan wahyu dari Allah SWT. Konsep teokrasi ini tentunya tidak akan dapat dilakukan
lagi oleh siapapun setelahnya, mengingat nabi merupakan orang terakhir yang menerima
wahyu dari Allah. Dengan kata lain, tidak ada teokrasi dalam konsep negara Islam setelah
nabi Muhammad wafat, meskipun dia berdalih menyandarkan semuanya pada Al-Quran dan
As-Sunnah.

Kedua, konsep republik. Ketika nabi wafat, dan urusan pemerintahan beralih ke tangan
Khulafaur Rasyidin, terjadi perubahan-perubahan mendasar dalam pengelolaan
pemerintahan Islam. Konsep teokrasi yang pernah dijalankan nabi Muhammad digantikan
dengan bentuk republik. Bentuk republik ini dijalankan karena para Khalifah bukan lagi
orang-orang yang menerima wahyu, layaknya para rasul, meskipun para Khalifah tetap
tunduk pada prinsip-prinsip dasar yang digariskan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Dimulai
oleh Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali
bin Abi Thalib, pemerintahan Islam era Khulafaur Rasyidin mengambil bentuk demokrasi
dan republik. Beberapa pemikir politik dalam Islam berpendapat, bentuk negara dan sistem

3
pemerintahan di era Khulafaur Rasyidin inilah yang paling ideal dalam Islam. Bahkan para
pemikir Muslim di abad ke 19 dan 20 dengan tegas menyatakan bahwa kemuduran umat
Islam di era modern adalah karena umat Islam telah meninggalkan konsep negara yang
pernah diterapkan oleh para Khulafaur Rasyidin. Sarjana-sarjana Barat, sebut saja salah
satunya Philip K. Hitti, turut membenarkan pernyataan tersebut. Menurut Hitti, konsep
negara dengan bentuk republik yang dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin merupakan bentuk
terbaik negara Islam pasca nabi Muhammad.

Ketiga, konsep monarki. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat, yang menandai berakhirnya era
kekalifahan, bentuk negara dalam Islam berubah dari republik ke monarki (kerajaan).
Muawiyah –pionir berdirinya kerajaan bani Umayyah- adalah pemimpin Islam pertama yang
mengubah bentuk pemerintahan tersebut. Sesuai dengan bentuk monarki, kepala negara
bersifat absout, kekuasaan terjadi secara turun temurun, dan musyawarah kurang
dilaksanakan. Bentuk monarki ini dilestarikan oleh Dinasti Abbasiyah yang datang
kemudian. Namun bedanya, pada masa Muawiyah –yang masih terpengaruh jiwa demokratis
Arab- keabsolutan kepala negara belum terlalu menonjol. Sementara para era Abbasiyah,
keabsolutan itu meningkat. Dan keabsolutan itu berada pada pucaknya ketika kekuasaan
Turki Utsmani di Istambul muncul. Kerajaan Turki Utsmani inilah yang nantinya akan
menjadi titik balik dan pusat perdebatan di kalangan umat Islam di dunia mengenai bentuk
negara ideal. Turki Utsmani dijadikan contoh sebagai bentuk negara terburuk dalam sejarah
Islam, dimana kepala negara bukan saja absolute, namun juga memiliki sifat kekudusan.

Keempat, konsep monarki konstitusional. Masuknya pengaruh Barat pada abad ke 19 ke


dunia Islam dalam bidang politik, membuat para pemikir Islam mulai membuka wacana
baru, terutama dalam paham konstitusi dan republik. Sebagai akibatnya kemudian muncul
gerakan konstitusionalisme dalam gerakan Islam. Di antara para pemikir tersebut terdapat
nama Rifa’ah Badawi, Jamaludin Al-Afghani dan Khayr Al-Din At-Tunisi. Dari para
pemikir-pemikir tersebutlah kemudian disusunlah konstitusi pertama di dunia Islam yang
diumumkan di Tunisia pada tahun 1861, menyusul kemudian di Turki pada tahun 1876.
Pada pertengahan abad ke 20 boleh dibilang hampir seluruh dunia Islam sudah mempunyai
konstitusi. Dengan demikian, terjadi perubahan penting di dunia Islam, yaitu perubahan
bentuk pemerintahan dari monarki absolute menjadi monarki konstitusional.
4
Kelima, konsep republik. Masih di abad ke 20, perubahan penting terjadi pula ketika
Musthafa Kemal Attaturk (1881-1938) menghapus dinasti Turki Utsmani dan melahirkan
Republik Turki pada tahun 1923, dan pada tahun 1924, Turki kemudian berubah menjadi
republik murni. Berakhirnya sistem monarki dari Turki memancing antusiasme para pemikir
Muslim untuk mulai membicarakan konsep negara Islam secara lebih serius, terstruktur dan
sistematis.

Dari uraian sejarah di atas, kita dapat melihat bahwa konsep negara dalam Islam secara
umum berbentuk teokrasi, republik, monarki absolute dan monarki konstitusional. Pada
putaran kedua, yakni era pasca nabi Muhammad, Islam menggunakan bentuk republik
dengan berbagai perangkat dan ruh demokrasi di dalamnya. Kemudian setelah memeluk
monarki, pada akhirnya kembali menggunakan republik
Sumber : https://mimbar.co.id/konsep-negara-dalam-islam-sebuah-perspektif-sejarah/

2. Sistem kepemimpinan dalam negara islam

Kepemimpinan berarti kegiatan memimpin, mengarahkan, dan menunjukkan jalan


kepada Allah SWT. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kemampuan mereka sendiri
ke dalam lingkungan orang-orang yang memimpin dalam upaya untuk mencapai Allah SWT
dalam hidupnya di dunia dan di akhirat.
Tujuan kepemimpinan adalah menciptakan rasa aman, keadilan, dan ketenaran,
menegakkan Ammar Maarouf Nahi Munkar, peduli terhadap orang, dan mengatur serta
memecahkan masalah masyarakat.
Kepemimpinan Islam dasar, yaitu: (1) fondasi Tahid, (2) fondasi kesetaraan manusia, (3)
fondasi persatuan Islam, (4) fondasi nasehat tentang konsensus atau kedaulatan rakyat. (5)
Dasar keadilan dan kesejahteraan untuk semua.
Kriteria Kepemimpinan Islami Menurut Didin Hafidudin dalam buku Manajemen
Syariah Dalam Praktik Mengatakan Ada beberapa kriteria pemimpin sukses dalam sebuah
organisasi. Pertama, ketika seorang pemimpin dicintai oleh bawahannya. Organisasi yang
dipimpinnya akan berjalan dengan baik jika kepemimpinannya dinakhodai oleh pemimpin
yang dicintai oleh bawahannya. Kriteria Kedua adalah pemimpin yang mampu menampung
aspirasi bawahannya. Kriteria Ketiga adalah pemimpin yang selalu bermusyawarah. Seorang

5
pemimpin selain harus siap menerima dan mendapatkan tausiyah atau kritikan, pemimpin
yang sukses juga selalu bermusyawarah.
Fungsi kepemimpinan dalam Islam adalah; a. Kepemimpinan dalam Islam bersifat
pertengahan, selalu menjaga hak dan kewajiban individu serta masyarakat dalam prinsip
keadilan, persamaan, tidak cenderung terhadap kekerasan dan kelembutan, tidak
sewenangwenang dan berbuat aniaya b. Kepemimpinan yang konsen terhadap nilai-nilai
kemanusiaan, memperhatikan kemuliaannya dan menyertakan dalam setiap persoalan
krusial, memperlakukan dengan sebaik mungkin. c. Kepemimpinan yang konsen terhadap
kehidupan rakyatnya, dan tidak membedakan mereka kecuali berdasarkan beban tanggung
jawab seorang pemimpin. d. Kepemimpinan yang konsen terhadap tujuan dan memberikan
kepuasan kepada bawahan dengan memberikan suri tauladan yang baik, konsisten dan tetap
bersemangat serta rela berkorban untuk mewujudkan tujuan. e. Kepemimpinan yang
memiliki kemampuan strategis, konsen terhadap faktor internal dan eksternal
Kategori Kepemimpinan Islam Menurut Munawwir Islam tidak pernah membagi type-
type kepemimpinan sebagaimana typetype kepemimpinan konvensional. Namun Islam
menentukan karakterkarakter seorang pemimpin, karena di dalam Islam setiap pemimpin
harus sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan Hadits.11 Jadi pimpinan yang ada di dalam Islam
itu adalah pimpinan yang informal yaitu pimpinan yang diangkat tidak berdasarkan
pengangkatan resmi seperti pimpinan suatu negara, partai politik, perusahaan, lembaga
pendidikan dan lain-lain. Tetapi yang menjadi dasar pengangkatannya adalah sifat-sifat yang
dipunyai sungguhsunguh memiliki kharismatik ke-Islamannya. Sehingga dari kedua kategori
tersebut dapat dilihat bahwa kepemimpinan Islam ditentukan oleh aturan-aturan
kepemimpinan yang harus dijalankan sesuai dengan alQur’an dan Hadits. Tidak ada
pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam kepemimpinan Islam sepanjang kharismatik
keislamannya masih bisa dipertahankan.
Sumber : Kategori Kepemimpinan dalam Islam Muhammad Charis F. 1;Muhammad
Ammar A. 2; Danar Wijokongko3; Muhammad Faza AlHafizd4

6
3. Sistem perekonomian dalam Negara islam

Islam merupakan agama yang menyeluruh, dimana yang mengatur segala perilaku
kehidupan manusia. Bukan hanya menyangkut urusan peribadahan saja, tetapi urusan sosial
dan ekonomi juga diatur dalam Islam.
Oleh karena itu setiap orang muslim, Islam merupakan sistem hidup yang harus
diimplementasikan secara komprehensif dalam seluruh aspek kehidupannya tanpa
terkecuali.
Sudah cukup lama umat manusia mencari sistem untuk meningkatkan kesejahteraan
khususnya dalam bidang ekonomi. Selama ini memang sudah ada beberapa sistem,
diantaranya ada dua aliran besar dalam sistem perekonomian yang dikenal di dunia, yaitu
sistem ekonomi Kapitalisme ( Adam Smith ) dan Sosialisme ( Karl Mark ). Tetapi dalam
kedua sistem ini tidak ada yang berhasil dalam menawarkan solusi yang optimal.
Konsekuensinya orang-orang mulai berpikir mencari alternatif. Alternatif yang diyakini
dan menjanjikan oleh banyak kalangan adalah sistem ekonomi islam, karena sistem ini
berpijak pada asas keadilan dan kemanusiaan.
Oleh karena itu, sistem ekonomi islam ini bersifat Universal, artinya dapat digunakan
oleh siapapun tidak terbatas pada umat Islam saja, dalam bidang apapun serta tidak dibatasi
oleh waktu ataupun zaman, sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan
tetap berpegang pada kerangka kerja atau acuan norma-norma islami, tanpa melihat batas-
batas etnis, ras, geografis, bahkan agama.
Di dunia ini sistem ekonomi yang ada dapat dibagi atas sistem ekonomi kapitalisme yang
berorientasi pada kebebasan dan penumpukkan modal, sosialisme yang fokus pada
pemerataan dan kesejahteraan bersama.
Dan di Indonesia merupakan negara yang termasuk menganut sistem ekonomi campuran
Dimana sistem ekonomi yang memadukan sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme,
maksudnya rakyat diberi kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi namun tetap ada
pemerintah yang mengatur kegiatan tersebut atau pemerintah ikut berperan dalam kegiatan
perekonomian. Sedangkan sistem ekonomi Islam merupakan salah satu sistem ekonomi
yang ada di Indonesia.

7
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi Indonesia yang pada dasarnya
bersumber pada ajaran syariat islam yaitu pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi yang sangat baik. Sistem ekonomi ini
tidak hanya di perbankan, namun mencakup semua sistem keuangan. Perkembangan
ekonomi Islam di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini berkembang sangat pesat,
baik pada tataran teoritis dan konseptual ( akademik ) maupun pada tataran praktis ( khusus
di lembaga keuangan bank dan non bank ).
Perkembangan ini tentu saja sangat menggembirakan, karena ini merupakan suatu
cerminan dari semakin meningkatnya kesadaran umat islam dalam menjalankan syariat
islam. Hal ini refleksi dari pemahaman bahwa ekonomi islam bukan hanya sekedar konsepsi.
Ekonomi Islam merupakan hasil suatu proses transformasi nilai-nilai Islam yang membentuk
kerangka serta perangkat kelembagaan dan pranata ekonomi yang hidup dan berproses
dalam kehidupan masyarakat.
Di Indonesia saat ini sistem ekonomi Islam sudah tumbuh dan berkembang dalam bentuk
lembaga keuangan syariah sejak tahun 1992. Adapun peran sistem ekonomi Islam yang
dapat dijadikan potensi agar Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik dalam
perekonomian, yaitu dari instrumen zakat, infaq, shodaqoh, yang dapat mensejahterakan
rakyat Indonesia, penerapan konsep jujur, adil dan bertanggungjawab merupakan syarat
yang harus dipenuhi dalam kegiatan ekonomi dan juga pelarangan riba dengan menjadikan
sistem bagi hasil dengan instrumen mudharabah dan musyarakah.
Peran ekonomi Islam dalam perekonomian di Indonesia memiliki pengaruh yang cukup
besar. Ekonomi Islam perlu diterapkan dan ditingkatkan eksistensinya karena manfaatnya
yang luar biasa dalam mengatasi perekonomian di Indonesia. Implementasi eksistensi
ekonomi Islam di Indonesia salah satunya tercermin dari semakin banyaknya lembaga
keuangan bank dan non bank.
Semua elemen dalam sistem ekonomi Islam ini tetap membutuhkan pengawalan dalam
pelaksanannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari melencengnya prinsip-prinsip Islam
dalam kegiatan operasionalnya.
Semakin maju dan berkembangnya sistem ekonomi Islam di Indonesia ini diharapkan
dapat meningkatkan serta memberi warna baru dalam perekonomian. Maka, dengan
penerapan sistem ekonomi Islam, negara akan jauh lebih stabil dan tentunya juga lebih adil.

8
Sumber:
https://www.kompasiana.com/ayustina98779/5b1003d75e13733a3d62da33/peran-
sistem-ekonomi-islam-di-perekonomian-indonesia?page=all

4. Pola prilaku masyarakat Negara islam

Dalam Islam, perilaku sosial merupakan salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat.
Manusia dalam segi bathiniyah diciptakan dari berbagai macam naluri, di antaranya
memiliki naluri baik dan jahat. Naluri baik manusia sebagai makhluk sosial itulah yang
disebut fitrah, dan naluri jahat apabila tidak dituntun dengan fitrah serta agama akan menjadi
naluri yang bersifat negatif.

Sejatinya daya tahan naluri manusia terhadap hal-hal jahat (negatif), ditentukan oleh tingkat
kedekatan seorang hamba kepada Allah SWT. Senada dengan apa yang dikemukakan Ketua
PBNU KH Hasyim Muzadi dikutip dari media Republika, bahwasanya hablumminallah dan
hablumminannas adalah cerminan dari tauhid ibadah dan perilaku sosial yang akan
membentuk karakter Islami yang spesifik. Karena setiap manusia secara alamiah telah
diperlengkapi oleh Allah SWT instrumen-instrumen kemanusiaan yang dapat mengangkat
hakat dan martabat manusia itu.

letak Islam sangat menjunjung tinggi perilaku sosial antar umat manusia. Perilaku yang
bersifat menindas serta merendahkan martabat manusia hanya untuk kepentingan sebelah
pihak semata, sangat dilarang dalam Islam. Dan Islam mengajarkan tasammuh yang lebih
universal, tidak memandang dan berpihak hanya kepada golongan tertenu namun kepada
umat manusia secara keseluruhan. Itulah perwujudan dari hablumminannas.

Dan juga masyarakat negara islam sudah seharusnya bisa membentengi diri dengan yg
namanya akhlaqul karimah dan akhlakqul mahmudah selain itupun masyarakat negara islam
harus menanamkan adab dan etika yg baik serta terhindar dari perbuatan yg tercela dan
kesyirikan.

9
Negara-negara muslim seharusnya pun peka terhadap aspek perilaku sosial. dan Hendaknya
pula menjadi negeri yang mencerminkan kepribadian serta perilaku sosial bermasyarakat
yang baik antara sesama masyarakat dan umat manusia di berbagai negeri.

Sumber : https://republika.co.id/berita/mdtwqu/islam-dan-perilaku-sosial

5. Tujuan dengan adanya Konsep Negara dalam Islam

Negara Islam menurut Yusuf al-Qaradhawi adalah “negara yang berlandaskan akidah dan
pemikiran.” Ia menyatakan bahwa ada empat tujuan pemerintahan Islam yaitu: Pertama,
Pemerintahan Islam tidak bertujuan untuk menguasai lahir batin, tetapi untuk memelihara
dan melindungi rakyat. Kedua, menunaikan amanat kepada pemiliknya. Ketiga, menegakan
keadilan bagi ummat manusia. Keempat, mengokohkan agama di muka bumi sebagai tujuan
yang paling utama dengan menanamkan akidah, hudud dan mengaplikasikan hukum dan
pesan-pesannya. Kata kunci: Negara Islam, tujuan negara, Yusuf al-Qaradhawi.
Sumber :
https://www.researchgate.net/publication/331503713_TUJUAN_NEGARA_DALAM_I
SLAM_MENURUT_YUSUF_AL-QARADHAWI

10
BAB 3

PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Dari data yg kami kumpulkan bahwa konsep negara islam itu ada bermacam macam jenisnya dan
tipenya, Untuk sistem pemerintahan ada 5 sistem yg dapat diterapkan, ada juga bagaimana
kepemimpinan negara tersebut, bagaimana sistem perekonomian islam, pola perilaku social, dan
pada akhirnya tujuan dengan adanya konsep negara islam, maka dari itu kita jadi tahu bahwa
konsep negara islam itu ada banyak jenis dan tipenya.

2. Saran

Meskipun kami para penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami para
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami para penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

11

Anda mungkin juga menyukai