Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


NEGARA, UMAT DAN ULIL AMRI

Disusun Oleh :
BaiqAuliyaMeliana (201810189)
Merry Eka Putri (201810182)
Sarah Zahairah (201810174)

Dosen :
Ahmad Misbah, M.AG

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BHAKTI


PEMBANGUNAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul "Negara, Umat dan Ulil Amri"
tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................2
BAB II NEGARA, UMAT, DAN ULIL AMRI.....................................................3
2.1 Negara..............................................................................................................3
2.2 Bentuk Negara dalam Islam............................................................................4
2.3 Sistem Pemerintahan dalam Islam...................................................................7
2.4 Umat................................................................................................................11
2.5 Pengertian Ulil Amri.......................................................................................12
2.6 Siapakah Ulil Amri..........................................................................................12
2.7 Ketaatan Kepada Ulil Amri.............................................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................14
3.1 Simpulan .........................................................................................................14
3.2 Saran ...............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam sebagai suatu agama yang universal, tidak hanya mengatur akidah keagamaan
dan keluhuran akhlak yang menjadi dasar masyarakat.tetapi membawa syariat yang
jelas lagi adil. Syariat inilah yang mengatur hubungan satu sama lain di dalam segala
aspek, baik individu, keluarga, masyarakat dan hubugan negara islam dengan negara
lain. Melalui definisi tentang negara para ahli terdapat penjelasan bahwa syarat
berdirinya suatu negara adalah adanya pemimpin, bangsa (rakyat), wilayah, konstitusi
dan kedaulatan. Dalam islam konsep negara tidak jauh berbeda namun berlandaskan
Al-Quran dan Sunah, agar negara dapat melindungi nyawa dan  mensejahterakan
rakyatnya bukan menghisap harta rakyatnya.
Agar segala kehidupan manusia sejahtera maka setiap manusia wajib menegakan
hukum Allah SWT dalam segala aspek kehidupan, agar hukum tersebut terlaksana
maka diperlukan orang orang yang memiliki kewenangan sehingga hukum dapat
berjalan baik, untuk itu keberadaan suatu institusi negara adalah suatu keniscayaan.
Karena jika tak ada negara maka segala perintah, tata aturan-Nya tidak dapat di
wujudkan dan dilaksanakan dengan sempurna. Menurut Ibnu Taimiyah bahwa negara
dan pemerintahan sesungguhnya merupakan sarana agar manusia lebih berkesempatan
mendekatkaan diri kepada Allah SWT . 

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Pengertian Negara
2. Bentuk Negara Dalam Islam
3. Sistem Pemerintahan Dalam Islam
4. Pengertian Umat
5. Pengertian Ulil Amri
6. Siapakah Ulil Amri
7. Ketaatan Kepada Ulil Amri

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. MenjelasakanPengertian Negara
2. Sebutkan dan Jelaskan Bentuk Negara Dalam Islam
3. Sebutkan dan Jelaskan Sistem Pemerintahan Dalam Islam
4. MejelasakanPengertian Umat
5. Menjelaskan Pengertian Ulil Amri
6. MenjelaskanSiapakah Ulil Amri
7. MenjelaskanKetaatan Kepada Ulil Amri

2
BAB II
NEGARA, UMAT DAN ULIL AMRI

2.1 Negara

Negara merupakan konsep yang paling penting dalam ilmu politik. Negara
selalu menjadi wilayah kajian karena di sana terdapat pergulatan politik dan
kekuasaan yang paling mudah untuk dilihat dan dikenali. Negara merupakan
integrasi dari kekuasaan politik.

Negara adalah suatu badan atau organisasi tertinggi yang mempunyai wewenang
untuk mengatur hal-hal yang berkaitan untuk kepentingan orang banyak serta
mempunyai kewajiban-kewajiban untuk melindungi, menyejahterakan
masyarakat yang dinaunginya. Sedangkan menurut istilah negara atau "state"
berasal dari bahasa Latin status (stato dalam bahasa Itali, estat dalam bahasa
Perancis dan state dalam bahasa Inggris).

Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas kekuasaan dapat digunakan dalam


kehidupan bersama baik yang dilakukan oleh individu maupun golongan atau
asosiasi, maupun oleh negara itu sendiri.Negara dapat menyatukan dan
membimbing kegiatan-kegiatan social dari penduduknya kearah tujuan bersama.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa sebuah negara mempunyai dua tugas :

1. mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang a-sosial, yakni yang


bertentangan satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonisme yang
membahayakan, dan
2. mengorganisasi dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan
kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya.

Negara menentukan bagaimana kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan


disesuaikan satu sama lain dan diarahkan kepada tujuan nasional.

3
2.2 Bentuk Negara Dalam Islam

1. NEGARA KESATUAN

Negara kesatuan adalah bentuk Negara dimana wewenang kekuasaan tertinggi


dipusatkan dipusat. Kekeuasaan terletak pada pemerintahan pusat dan tidak pada
pemerintahan daerah.Pemerintahan pusat mempunyai wewenang  untuk menyerahkan
sebagaiankekuasaanya kepada daerah berdasarkan hak otonomi (Negara kesatuan
dengan system desentralisasi), tetapi pada tahap terakhir kekuasaan tertinggi tetap
berda pada pemerintahan pusat.

Dalam praktik sejarah politik ummatislam,sejak zaman Rasullah SAW hingga al-
khulafa al-Rasyidun jelas tampak bahwa islam dipraktekkandidalam ketatanegaraan
sebagai Negara kesatuan,dimana kekuasaan terletak pada pemerintahan
pusat ,gubernur-gubernur dan panglima-panglima diangkat serta diberhentikan oleh
khalifah. Hal ini berlangsung sampai jatuhnya DaulahUmaiyah di
Damaskus.Kemudian timbul tiga kerajaan Islam yang tampaknya terpisah satu sama
lain yaitu DaulahAbbasiyah di Baghdad, DaulahUmaiyah di Mesir dan
DaulahUmaiyah di Andalusia. Meskipun ketiga pemerintahan itu terpisah, tetapi kaum
muslimin sebagai ummat dimana saja ia berada, bahasa apa saja yang ia pakai dan
kedalam kebangsaan apapun dia termasuk,dia tetap mempunyai hak-hak yang sama
sebagai kaum muslimin yang lain.Oleh karena itu walaupun dunia islam pada waktu
itu terpercah menjadi tiga pemerintahan akan tetapi kaum muslimin menganggap atau
seharusnya menganggap ketiga-tiganya ada diwililayah darul Islam.

Zainal Abidin Ahmad menegasklan bahwa sejak berpuluh-puluh abad yang lalu, islam
telah menentukan pendirianya  bahwa bentuk Negara islam adalah republic.Khilafah
adalah seorang presiden yang dipilih oleh rakyat. Dengan mengutip pendapat Ibnu
Rusyd, pemerintah Arab klasik dizaman Islam yang pertama adalah seperti system
republic dari Plato, tetapi Muawiyah meruntuhkan susunan yang baik itu,
menghapuskan segala keindahan dengan mencabut seluruh urat akarnya. Kemudian
didirikan suatu emerintahan Otokrasi. Akibatnya adalah runtuhnya seluruh sendi asas
pemerintahan islam dan berjangkitlah anarki dan kekacauan diseluruh negeri
Andalusia.

4
Negara kesatuan Islam yang berbentuk republik dalam sejarah Islam awal kemudian
dirubah oleh Muawiyyah menjadi Negara kesatuan islam yang
berbentuk Monarki  (kerajaan) dimana kepala Negara tidak lagi dipilih oleh rakyat
melainkan berdasarkan keturunan.

Dalam kehidupan kenegaraan sekarang, dua model ketatanegaraan ini oleh ummat
Islam dipraktekkandibeberapa negara. Bentuk Negara kesatuan Islam yang berbentuk
republik telah dipraktekkan oleh Republik Islam Iran yang beraliran Syah dan
Republik Islam Pakiistan yang beraliran Sunni.Kedua Negara ini telah menjadi contoh
dari Negara kesatuan islam yang berbentuk republik .Sedangkan bentuk Negara
kesatuan Islam yang berbentuk Monarki dipraktekan oleh Arab Saudi, Jordania, Uni
Emirat Arab, dan lain-lain dimana pergantian kekuasaan tidak ditentukan oleh suara
rakyat melainkan oleh keturunan penguasa.  

2. NEGARA FEDERAL

Negara Federasi ditandai adanya pemisahan kekuasaan negara antara pemerintahan


nasional dengan unsur-unsur kesatuannya (negara bagian, provinsi, republik, kawasan,
atau wilayah). Pembagian kekuasaan ini dicantumkan ke dalam konstitusi (undang-
undang dasar). Sistem pemerintahan Federasi sangat cocok untuk negara-negara yang
memiliki kawasan geografis luas, keragaman budaya daerah tinggi, dan ketimpangan
ekonomi cukup tajam.
Bentuk Negara serikat (federal) adalah Negara diberikan hak untuk mengelola
mengatur dirinya sendiri sesuai dengan karakteristik dan budaya yang dimiliki. Bentuk
Negara ini baru diberlakukan pasca renaissanse (peralihan dari zaman pertengahan ke
zaman moderen), Negara serikat (federal) merupakan pemikiran yang berasal dari
Barat yang pertama kali diperkenalkan C.F. Strong dan K.C. Wheare.
Sekalipun terdapat banyak perbedaan antara negara federal satu sama lain, akan tetapi
ada satu prinsip yang sama, yaitu soal-soal yang menyangkut negara dalam
keseluruhannya diserahkan kepada kekuasaan federal. Dalam hal-hal tertentu misalnya
mengadakan perjanjian internasional atau mencetak uang, pemerintah federal bebas
dari bagian-bagian dan dalam bidang itu pemerintah federal mempunyai kekuasaan
yang tertinggi. Tetapi untuk soal-soal yang menyangkut negara bagian belaka dan
tidak termasuk kepentingan nasional, diserahkan kepada kekuasaan negara bagian.

5
Menurut C. F Strong salah satu ciri negara federal ialah bahwa ia mencoba
menyesuaikan dua konsep yang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan negara
federal dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Penyelenggaraan
kedaulatan ke luar dari negara-negara bagian diserahkan sama sekali kepada
pemerintah federal, sedangkan kedaulatan ke dalam dibatasi.

Sifat dasar negara federal adalah adanya pembagian kekuasaan antara pemerintah
federal dengan unit federal. Ada tiga hal yang membedakan negara federal satu sama
lainnya. Pertama, pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dengan pemerintah
negara bagian. Kedua, bentuk otoritas untuk melindungi supremasi konstitusi di atas
otoritas federal dan otoritas negara bagian jika muncul konflik di antara
keduanya. Ketiga, menurut cara perubahan konstitusi jika dikehendaki adanya
perubahan semacam itu.
Negara serikat (federal) menjadi sebuah alternatif bagi pemerintaan kehidupan demi
terciptanya kesejahteraan hakiki. Inti dari negara yang memakai sistem federal adalah
pemberian kebebasan dan wewenang pada negara-negara bagian untuk mengelola
daerahnya sendiri sesuai dengan karakteristik yang berada di masing-masing
federal disesuikan dengan kemampuan sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang dimilikinya. Tujuannya adalah tercapainya ekonomi dan kesejahteraan

Adapun ciri khas dari negara serikat (federal) adalah:


1.       Adanya supremasi dari konstitusi di mana federasi itu terwujud.
2.       Adanya pembagian kekuasaan negara-negara serikat (federal) dan negara-negara
bagian.
3.       Adanya suatu lembaga yang diberi wewenang untuk menyelesaikan satu
perselisihan antara pemerintah federal dan pemerintahan negara bagian.[20]
Bentuk negara serikat (federal) ini diharapkan dapat meminimalisir tindakan-tindakan
kesewenang-wenangan seperti pengerukan sumber daya alam yang ada  di
daerah  untuk kepentingan pusat, kesenjangan antara pusat dan daerah, ketidak adilan
dalam masalah ekonomi dan pembangunan serta terjadinya sentralisasi dalam berbagai
bidang sehingga mengancam eksistensi dalam berbagai bidang yang ada di daerah
seperti budaya, ekonomi, sosial, politik dan hukum

6
Dalam praktis sejarah politik umat Islam, sejak mulai lahir di zaman nabi sampai
zaman al-Khulafa’ al-Rasyidun,Dinasti Umayah dan permulaan Abbasiyah, negara
Islam masih berbentuk negara kesatuan. Baik di masa pemerintahan daerah masih
imarah kashah si zaman nabi dan khalifah abu bakar, maupun sesudah menjadi imarah
‘ammah yang dimulai oleh khalifah umar, negara Islam masih tetap merupakan negara
kesatuan. Baru di zaman Khalifah Harun al-Rasyid (170-193 H/789-809 M), dimulai
rencana pembentukan negara federasi. Dia menghadapi persoalan serupa dengan
kakeknya, Mansur, yakni berdirinya negara Idrisiyah (Adarisah) di Maroko pada 177
H. Pada awalnya peristiwa itu disambut dengan kemarahan. Tetapi, kemudian
pemerintahan sendiri mengadakan rencana pembentukan negara-negara bagian,
dengan menyetujui berdirinya negara aglabiyah (Agalibah) di Tunis pada 184 H, yang
didirikan oleh Ibrahim bin Aglab. Negara ini berdiri selama satu abad lebih, dari 184
H/ 800 M – 296 H/ 908 M.
Rencana ini dilanjutkan oleh khalifah Ma’mun (198-218 H/ 813-833 M).
Diperintahkan kepada wazir yang tercakap, Tahir bin Husen, untuk mendirikan suatu
negara bagian sebagai percobaan (model) di Khurasan dengan nama Thahiriyah.
Negara ini dapat berjalan setengah abad, dari 205 H/ 820 M – 259 H/ 872 M.
Percobaan ini penting sekali, bukan saja karena kepala negaranya orang pilihan yang
ditunjuk dari pusat, tapi lebih lagi karena daerah percobaan itu dilakukan di Khurasan
tempat tumbuh dan berdirinya organisasi Abbasiyah yang pertama.

2.3 Sistem Pemerintahan Dalam Islam

1. SISTEM PEMERINTAHAN KHILAFAH


Khilafah adalah pemerintahan islam yang tidak dibatasi oleh wilayah
teritorial,sehingga kekhalifahan islam meliputi berbagai suku dan bangsa. Ikatan yang
mmempersatukan kekhalifahan adalah islam sebagai agama. Pada intinya,
kekhalifahan adalah kepeminpinan umum yang mengurusi agama dan kenegaraan
sebagai wakil dari Nabi SAW.Dalam bahasa Ibnu Khaldun, kekhalifahan adalah
kepeminpinan umum bagi kaum muslimin diseluruh penjuru dunia untuk menegakkan
hukum-hukum syari’at Islam dan memikul da’wah Islam keseluruhdunia.Menegakkan
khalifah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin diseluruh penjuru dunia dan
menjalankan kewajiban yang demikian, itu sama dengan menjalankan kewajiban yang
diwajibkan Allah bagi setiap kaum muslimin.

7
2. KHILAFAH BERDASARKAN SYURA
Sistem pemerintahan islam berdasarka syura pernah dipraktekkan pada masa al-
Khulafa al-Rasyidun ketika mereka memerintah islam dibeberapa kawasan yang
didasarkan pada system musyawarah sebagai paradigm dasar kekuasaan.Abu Bakar
Al-Shiddiq, umar bin al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib telah
menjalankan system pemerintahan yang dilandasi oleh semnagat musyawarah.

Ciri yang menonjol dari system pemerintahan yang mereka jalankan terletak pada
mekanisme musyawarah, bukan dengan system keturunan.Tidak ada satupun dari
empat khalifah tersebut yang menurunkan kekuasaanya kepada sanak kerabatnya.
Musyawarah menjadi jalan yang ditempuh dalam menjalankan kekuasaan sesuai
dengan apa yang dijalankan Rasulullah SAW.

3. KHILAFAH  MONARKI
Sistem khilafah monarki disebut oleh Antony Black dengan Khilafah
Patrimonial.Patrimonialisme yang dimaksud disini adalah sistem pemerintahan yang
memberikan hak kepada pemimpin untuk menganggap Negara sebagai miliknya dan
biasanya diwariskan kepada keluarganya (turun-temurun) sementara rakyat dipandang
sebagai bawahan yang berada dibawah perlindungan dan dukungannya.
Sistem monarki adalah sistem warisan (putra mahkota) dimana singsana kerajaan akan
diwarisi oleh seorang putra mahkota dari orang tuanya. Sistem monarki juga
merupakan sistem pemerintahan yang menjadikan raja sebagai sentral kekuasan,
seorang raja berhak menetapkan aturan bagi rakyatnya.Perkataan raja adalah undang-
undang tertinggi yang harus ditaati.Raja memiliki hak khusus yang tidak dimiliki oleh
rakyat,raja memiliki kekebalan terhadap hukum, dan kekuasaan kenegaraanya tak
terbatas.

4. IMAMAH
Imamah adalah Institusi yang dilantik secara ilahiyah,hanya Allah yang paling tahu
kualitas-kualitas yang diperlukan untuk memenuhi tugas ini,oleh karena itu hanya Dia-
lah yang mampu menunjukan mereka. Syiah menganggap bahwa Imamah seperti
kenabian, menjadi keperccayaan yang pundamental, dan ketaatan kepada otoritas
imam adalah sebuah kewajiban agama. Meski para Imam tidak menerima wahyu ilahi,
namun para imam mempunyai kulitas,tugas, dan otoritas dari Nabi. Bimbingan politik
dan agama dari mereka dan mereka adalah wali bagi pengikut mereka. Para Imam

8
dianggap sebagai penerus nabi dan pewaris yang sah dari otoritasnya.Hal ini bukan
dikarenakan mereka dari keluarganya,tetapi karena mereka merupakan orang-orang
yang shaleh taat kepada Allah dan mempunyai karakteristik yang menjadi prasyarat
untuk mengemban tingkat kepemimpinan politik agama.

5. DEMOKARASI
Imamah adalah Institusi yang dilantik secara ilahiyah,hanya Allah yang paling tahu
kualitas-kualitas yang diperlukan untuk memenuhi tugas ini,oleh karena itu hanya Dia-
lah yang mampu menunjukan mereka. Syiah menganggap bahwa Imamah seperti
kenabian, menjadi keperccayaan yang pundamental, dan ketaatan kepada otoritas
imam adalah sebuah kewajiban agama. Meski para Imam tidak menerima wahyu ilahi,
namun para imam mempunyai kulitas,tugas, dan otoritas dari Nabi. Bimbingan politik
dan agama dari mereka dan mereka adalah wali bagi pengikut mereka. Para Imam
dianggap sebagai penerus nabi dan pewaris yang sah dari otoritasnya.Hal ini bukan
dikarenakan mereka dari keluarganya,tetapi karena mereka merupakan orang-orang
yang shaleh taat kepada Allah dan mempunyai karakteristik yang menjadi prasyarat
untuk mengemban tingkat kepemimpinan politik agama.

Mengenai relasi agama dan negara, Islam sejak awal tidak memberikan ketentuan
yang pasti tentang bagaimana konsep dan bentuk negara yang dikehendaki. Dalam
konsep Islam, dengan mengacu pada al-Quran dan al-Hadits, tidak ditemukan
rumusan tentang negara secara eksplisit, hanya di dalam kedua sumber hukum
Islam itu terdapat prinsip-prinsip dasar dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, di antaranya adalah:

1. Keadilan (QS. 5:8)


“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa.dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al-Maidah :8).

9
2. Musyawarah (QS. 42:38)
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.” (Q.S. As-Syura‟: 38)

3. Menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran (QS. 3:110)


“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah.Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (Q.S. Ali- Imron : 110)

4. Perdamaian dan persaudaraan (QS. 49:10)


“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara.sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujarat: 10

5. Keamanan (QS. 2:126)


“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini,
negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan
sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-
buruk tempat kembali". (Q.S. Al- Baqarah: 126)

6. Persamaan (QS. 16: 97 dan 40:40)


“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
35
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.”(Q.S. An- Nahl: 97)

“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak akan dibalasi


melainkan sebanding dengan kejahatan itu.dan Barangsiapa mengerjakan amal

10
yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan
beriman, Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya
tanpa hisab.” (Q.S. Al- Mu‟min: 40)

2.4 Umat

Ummah (bahasa Arab: ‫أمة‬, bahasa Indonesia: umat) adalah sebuah kata dan frasa
dari bahasa Arab yang berarti: "masyarakat" atau "bangsa". Kata tersebut berasal
dari kata amma-yaummu, yang dapat berarti: "menuju", "menumpu", atau
"meneladani".

Dalam konteks agama Islam, kata ummah bermakna seluruh persebaran umat Islam
atau "komunitas dari orang-orang yang beriman" (ummatulmu'minin), dan dengan
demikian bermakna seluruh Dunia Islam.Ungkapan "kesatuan umat"
(ummatulwahidah) dalam Al-Qur'an merujuk kepada seluruh kesatuan Dunia Islam.
Al-Qur'an menyatakan: "Sesungguhnya umatmu ini (agama tauhid) adalah umat
(agama) yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku (QS Al-
Anbiya' [21]: 92).

Umat Islam, umat terbaik karena menganut agama Allah yang suci, lengkap,
mengamalkan ajaran Rasul-Nya, dan agama terbaik dari segi akidah, ibadah,
akhlak, kemasyarakatan, kenegaraan, kehidupan sosial, kesehatan, kebudayaan,
terbaik hubungan sesama manusia dan alam sekeliling. Umat Islam terbaik karena
dilahirkan untuk menyeru kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran.Allah Swt
berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman
kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).

Simbol umat Islam tampak karena senantiasa menyeru berbuat baik, mencegah


yang mungkar, tidak melakukan kerusakan, tidak ada perbuatan keji dan
tercela. Islam agama tinggi, diakui dan diridhai di sisi Allah Swt, lebih sempurna,
cukup lengkap, mahasuci, tiada cacat dan celanya. Islam statusnya tinggi,
diturunkan untuk mengembalikan fitrah manusia yang suci, bersih, tidak ada dosa,
sesuai dengan tujuan manusia dijadikan untuk beribadah kepadaNya.Allah Swt
berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
(QS. Ali Imran: 19).

11
2.5 Pengertian Ulil Amri

Kata amr, artinya urusan, perintah, perkara atau bisa juga


berarti agama. Kata amir sering diartikan sebagai pemimpin. Pemimpin negara Islam
juga sering disebut Amir, oleh karena itu khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar,
Utsman dan Ali) disebut juga sebagai Amirul-Mukminin, artinya pemimpin orang-
orang mukmin.Organisasi Islam atau jamaah kaum Muslimin juga banyak yang
memakai istilah amir bagi pemimpinya.

Istilah Ulil Amri, yang artinya orang yang memegang kekuasaan, mempunyai arti


yang luas. Perkara apa saja yang bertalian dengan kehidupan manusia mempunyai ulil
amri-nya sendiri-sendiri, baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang
kehidupan bermasyarakat.

Ulil amri dalam bidang keagamaan adalah orang yang diangap memiliki otoritas
dalam bidang keagamaan, setingkat atau beberapa tingkat di bawah Nabi Suci
Muhammad Saw, seperti misalnya para Mujaddid.Sedangkan dalam bidang duniawi
adalah mereka yang diberi kewenangan secara sah untuk mengatur persoalan-
persoalan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Jadi dalam hal ini, pimpinan suatu urusan, betapapun kecilnya, bisa dianggap
sebagai ulil amri.

2.6 Siapakah Ulil Amri

Allah ta’ala berfirman,
‫يَاَأيُّهَاالَّ ِذينَآ َمنُواَأ ِطيعُوااللَّهَ َوَأ ِطيعُواال َّرسُولَ َوُأولِياَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan ulil
amri diantara kalian.” (QS. an-Nisaa’: 59)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama mengatakan: Yang dimaksud


dengan ulil amri adalah orang-orang yang Allah wajibkan untuk ditaati yaitu penguasa
dan pemerintah. Inilah pendapat yang dipegang oleh mayoritas ulama salaf/terdahulu
dan kholaf/belakangan dari kalangan ahli tafsir maupun ahli fikih dan selainnya.

Ada yang berpendapat bahwa ulil amri itu adalah para ulama.Ada yang mengatakan
bahwa mereka itu adalah umara’/pemerintah dan ulama.Adapun orang yang
berpendapat bahwa ulil amri itu hanya para Sahabat maka dia telah keliru.
12
Adapun pendapat yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa
kandungan ayat ini mencakup kedua kelompok tersebut; yaitu ulama maupun
umara/pemerintah.Dikarenakan kedua penafsiran ini sama-sama terbukti sahih dari
para Sahabat.Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, “Mereka (ulil amri) adalah
para pemimpin/pemerintah.” Penafsiran serupa juga diriwayatkan dari Maimun bin
Mihran dan yang lainnya.Sedangkan Jabir bin Abdullah berkata bahwa mereka itu
adalah para ulama dan pemuka kebaikan.Mujahid, Atha’, al-Hasan, dan
AbulAliyah mengatakan bahwa maksudnya adalah para ulama.Mujahid menafsirkan
bahwa yang dimaksud adalah para Sahabat.Pendapat yang dikuatkan oleh Imam asy-
Syafi’i adalah pendapat pertama, yaitu ulil amri adalah para pemimpin/pemerintah

2.7 Ketaatan kepada ulil amri

Allah berfirman sebagai berikut:


“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada utusan,
dan kepada yang  memegang kekuasaan di antara kamu; lalu jika kamu berselisih
mengenai suatu hal, kembalikanlah itu kepada Allah dan Utusan, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhir. Ini adalah yang paling baik dan paling tepat untuk
(mencapai) penyelesaian.” (QS 4:59).

Nabi Muhammad saw. memberikan petunjuk sebagai berikut:


“Mendengar dan taat adalah wajib.Selama orang tak disuruh mendurhaka kepada
Allah, ia tak boleh tak mendengar dan taat (kepada pihak yang berkuasa).” (HR
Bukhari 56:108).

Dalam ayat di atas, ketaatan kepada ulil Amri disejajarkan dengan ketaatan kepada


Allah dan Utusan-Nya. Artinya ketaatan kepada ulil amri sama pentingnya dengan
ketaatan kepada Allah dan Utusan-Nya.

Tetapi ayat di atas juga mengisyaratkan adanya  kemungkinan perselisihan terhadap


suatu hal dengan ulil amri (baik ulil amri di bidang keagamaan maupun duniawi). Jika
terjadi hal yang demikian, maka kedua belah pihak harus menempatkan Qur’an dan
Hadits sebagai hakim untuk memutus perkara itu.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Islam adalah agama dan sekaligus sistem negara yang menjamin tegaknya keadilan dan
mewujudkan kesejahteraan umat manusia.Jika dilihat dari kenyataan sejarah,umat islam
telah mempraktekan Negara kesatuan dan federal.Kedua bentuk Negara tersebut hidup
dalam konteks sejarah yang berbeda sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Adapun
sistem pemerintahan yang pernah diperaktekan dalam Islam,sangat terkait dengan kondisi
kontekstual yang dialami oleh masing-masing umat.Dalam rentang waktu yang sangat
panjang sejak abad ke-7 Masehi hingga sekarang, umat Islam pernah mempraktekkan
beberapa sistem pemerintahan yang meliputi sistem pemerintahan khilafah (Khalifah
berdasarkan syurra dan khalifah berdasarkan Monarrki), imamah, monarki dan
demokrasi.Khilafah adalah pemerintahan islam yang tidak dibatasi oleh wilayah
teritorial,sehingga kekhalifahan islam meliputi berbagai suku dan bangsa. Ikatan yang
mmempersatukan kekhalifahan adalah islam sebagai agama.Syura adalah salah satu
prinsip penting tentang pemerintahan yang dijelaskan dalam al Qur’an.Pada
dasarnya ahlul halli wal aqdi adalah wakil rakyat yang menjalankan tugasnya mengontrol
dan mengevaluasi kekuasaan.

3.2 SARAN

Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan mahasiswa pada khususnya dan umat Islam
pada umumnya dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal Allah SWT serta
dapat mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan yang patut disembah, kita
akan terhindar dari perbuatan syirik. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang
dilindungi Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka
jahanam.Amin.

14

Anda mungkin juga menyukai