Anda di halaman 1dari 15

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA

DISUSUN

Amar Maulana (212018008)

Rika Nopi (212018004)

Dosen Pembimbing:

Yulia Susantri, M.H

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH

KABUPATEN ACEH BARAT


TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya
juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada saya
sehingga saya dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari
beberapa sumber. Saya telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan
berbagai macam bahan tentang Lembaga-Lembaga Negara.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna,
karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu saya
mohon bantuan dari para pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya agar
karya Ilmiah kami bisa jauh lebih baik daripada ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

2
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR..................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................5
A. Trias Politika/Teori Tiga Kekuasaan..............................................5
B. Definisi Lembaga Negara.................................................................7
C. Tugas-Tugas Lembaga Negara........................................................7
D. Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan..........................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................14
A. Kesimpulan......................................................................................14
B. Saran................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak reformasi terjadi tahun 1998 yang berakibat berakhirnya masa
pemerintahan orde baru, mulailah terjadi perubahan (Amandemen) konstitusi
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebanyak
empat kali. Perubahan tersebut berimplikasi terhadap perubahan
ketatanegaraan sekaligus susunan kelembagaan Negara Indonesia. salah satu
dampak langsung perubahannya adalah perubahan supremasi MPR menjadi
supermasi Konstitusi. Susunan kelembagaan Negara Indonesia tidak lagi
mengenal istilah “lembaga tertinggi Negara” untuk kedudukan MPR sehingga
terjadi kesejajaran kedudukan dengan lembaga sejenis demi menciptakan
system check and balances. Telah dikenal adanya 3 fungsi kekuasaan klasik
yaitu fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif oleh Baron de Montesquieu
(1689-1785). Teori tersebut disebut juga teori Trias Politica yang
menghendaki adanya pemisahan kekuasaan antara satu lembaga dengan
lembaga Negara yang lain. Satu lembaga Negara tidak boleh mencampuri
kekuasaan lembaga Negara yang lain. Konsepsi Trias Politica tersebut
dewasa ini sudah tidak relevan lagi karena tidak mungkin ketiga lembaga
tersebut hanya melaksanakan satu fungsi tanpa boleh mencampuri fungsi
lembaga lain.

B. Rumusan Masalah
1. Trias Politika/Teori Tiga Kekuasaan?
2. Apakah pengertian lembaga Negara?
3. Apa saja tugas-tugas lembaga Negara?
4. Bagaimana Lembaga Negara dalam sistem ketatanegaraan?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Trias Politika/Teori Tiga Kekuasaan


Pada awalnya, negara-negara yang berkuasa mengumpilkan
kekuasaan melekat pada seorang raja. Kekuasaan raja adalah absolut(mutlak)
untuk membuat undang-undang, melaksanakan undang-undang dan mengadili
setiap sengkata. Kekuasaan mutlak ini telah menyebabkan suatu negara
melekat pada diri sang raja. Raja adalah penguasa tunggal yang berwenang
membuat undang-undang, melaksanakan undang-undang dan mengadili
setiap sengketa.
Dalam praktik politik Barat dan praktik politik umat Islam,
raja/khalifah adalah sosok manusia yang menguasai tiga cabang kekuasaan,
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif. Dizaman
kekaisaran Bizantium dan Romawi, raja adalah sosok yang berkuasa absolute.
Dalam praktik politik umat islam pun, kekuasaan belum terbagi-bagi secara
permanen. Khalifah disamping seorang pelaksana kekuasaan eksekutif, juga
bisa mengadili perkara dan membuat peraturan perundang-undangan. Di
dalam sejarah islam khalifah adalah pemimpin negara sekaligus juga sebagai
pemimpin agama. Kekuasaan khalifah yang mencakup kekuasaan legislatif,
kekuasaan eksekutif dan yudikatif tidak berjalan bersamaan. Di setiap periode
kekuasaan, khalifah ada yang berkuasa absolut, ada juga yang mulai
membagi-bagi kekuasaan, meskipun pucuk pimpinannya masih dipegang oleh
khalifah.
Kondisi ini mengakibatkan muncul pandangan yang mengendaki
pembatasan kekuasaan raja. Dengan kata lain, harus ada lembaga-lembaga
yang secara terpisah memiliki kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Intelektual yang awal mula memperdebatkan kekuasaan negara ini adalah
John Locke Dan Montesquieu. John Lock dalam bukunya berjudul Two
Treatises On Civil Government (1960) memisahkan kekuasaan negara dalam
keadaan legislative, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan federatif (kekuasaan

5
yang mengadakan perserikatan dan aliransi serta segala tindakan dengan
semua orang dan badan-badan dikuar negeri). Menurut John Lock, ketiga
kekuasaan ini harus dipisahkan satu dari yang lainnya agar pemerintah tidak
sewenang-wenang dalam mengelola negara.
Setengah abad kemudian dengan diilhami oleh pemisahan kekuasaan
dari John Locke, Montesquieu (1989-1755), seorang ahli politik dan filsuf
Prancis menulis sebuah buku yang berjudul L’Esprit de Lois (Jiwa Undang-
Undang) yang diterbitkan di jenewa pada tahun 1748 (2 jilid). Dalam hasil
karya ini, Montesquieu menulis tentang konstitusi Inggris, yang antara lain
mengatakan, bahwa ketika kekuasaan legislative dan eksekutif disatukan pada
orang atau badan yang sama, maka tidak ada lagi kebebasan, sebab terdapat
bahaya bahwa raja atau badan legislative yang sama akan memberlakukan
Undang-Undang Tiran. Hampir 20 tahun kemudian, dalam karyanya yang
berjudul Commentaries on the laws of England (1765), Blackstone
mengatakan, “apabila hak untuk membuat dan melaksanakan undsng-undang
diberikan pada orang atau badan yang sama, maka tidak ada lagi kebebasan
public.
Menurut Montesquieu dalam system pemerintahan negara, ketiga
jenis kekuasaan (kekuasaan legislative, eksekutif dan yudikatif) harus
terpisah, baik mengenai fungsi (tugas) maupun mengenai alat perlengkapan
atau organ yang melaksanakan. Kekuasaan Legislatif dilaksanakan oleh suatu
bidang perwakilan rakyat (parlemen), kekuasaan Eksekutif dilaksanakan oleh
pemerintahan (presiden dengan bantuan menteri-menteri atau kabinet).
Kekuasaan yudikatif dilaksanakan oleh badan peradilan (Mahkamah Agung
dan pengadilan dibawahnya). Gagasan pemisahan kekuasaan Mostesquieu
dipengaruhi oleh kondisi social dan politik di negaranya, Prancis dalam
semboyan raja Louis XIV L’Etat cest moi,hingga pemulaan abad XVII.
Setelah pecah revolusi Prancis pada tahun 1789, barulah paham tentang
kekuasaan yang tertumpuk ditangan raja menjadi lenyap. Ketika itu pula
timbul gagasan baru mengenai pemisahan kekuasaan yang dipelopori oleh
Mostesquieu.

6
Isi ajaran Mostequieu mengenai pemisahan negara (the speration of
power) dikenal dengan istilah “Trias Politika”. Trias Politika berasal dari
Bahasa Yunani yang artinya “Politik tiga serangkai”.
B. Pengertian Lembaga Negara
Lembaga Negara adalah lembaga pemerintahan atau "Civilizated
Organization" dimana lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan
untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri. Adapun
artinya adalah lembaga yang anggotanya terdiri dari beberapa negara dan
mempunyai fungsi menjaga kestabilan anggota-anggotanya dan menciptakan
suatu kerja sama regional antar negara anggota baik bilateral dan multiteral
sehingga tercipta hubungan simbiosis mutualisme antar negara anggota.
Adapun juga Pengertian dan Jenis-jenis Lembaga Negara, misalkan Negara
Indonesia, Negara Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dengan sistem
pemerintahan demokrasi. Negara Indonesia bukan negara kekuasaan
(machstaat) di bawah satu tangan seorang penguasa. Karena itu dalam sistem
pemerintahan, segala macam kekuasaan negara diatur dalam ketentuan-
ketentuan hukum (undang-undang). Kekuasaan negara juga dijalankan oleh
lembaga-lembaga dengan tata aturan tertentu.

C. Tugas Lembaga Negara


Tugas umum lembaga negara antara lain:
1. Menjaga kestabilan atau stabilitas keamanan, politik, hukum, HAM, dan
budaya.
2. Menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, aman, dan harmonis.
3. Menjadi badan penghubung antara negara dan rakyatnya.
4. Menjadi sumber insipirator dan aspirator rakyat.
5. Memberantas tindak pidana korupsi, kolusi, maupun nepotisme.
6. Membantu menjalankan roda pemerintahan negara.
Tugas lembaga Negara dalam negeri yaitu:

7
1. DPR atau dewan perwakilan rakyat bertugas membentuk undang-undang
untuk menampung segala usulan dari rakyat.
2. MPR Majelis permusyawaratan rakyat yang bertugas mengatur susunan
amandemen / UUD 1945.
3. TNI (Tentara Nasional Indonesia) bertugas untuk mengatur keamanan
dan stabilitas negara.
4. PN (Pengadilan Negeri) bertugas untuk menghukum atau mengadili
masalah masalah yang berkaitan dengan hukum perdata maupun hukum
pidana.
5. KPK (Komisi pemberantasan korupsi) bertugas untuk memberantas para
pelaku yang melakukan tindak pidana korupsi.
6. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) bertugas untuk memeriksa uang
Negara.

D. Lembaga Negara Dalam Sistem ketatanegaraan


Lembaga negara merupakan lembaga pemerintahan negara yang
berkedudukan di pusat yang fungsi, tugas, dan kewenangannya diatur secara
tegas dalam UUD. Secara keseluruhan UUD 1945 sebelum perubahan
mengenal enam lembaga tinggi/tertinggi negara, yaitu MPR sebagai lembaga
tertinggi negara; DPR, Presiden, MA, BPK, dan DPA sebagai lembaga tinggi
negara. Namun setelah perubahan, lembaga negara berdasarkan ketentuan
UUD adalah MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, MK, dan KY tanpa
mengenal istilah lembaga tinggi atau tertinggi negara.
UUD 1945 mengejawantahkan prinisip kedaulatan yang tercermin
dalam pengaturan penyelenggaraan negara. UUD 1945 memuat pengaturan
kedaulatan hukum, rakyat, dan negara karena didalamnya mengatur tentang
pembagian kekuasaan yang berdasarkan pada hukum, proses
penyelenggaraan kedaulatan rakyat, dan hubungan antar Negara RI dengan
negara luar dalam konteks hubungan internasional.
Perubahan prinsip yang mendasari bangunan pemisahan kekuasaan
antar lembaga negara adalah adanya pergeseran kedudukan lembaga

8
pemegang kedaulatan rakyat yang semula ditangan MPR dirubah menjadi
dilaksanakan menurut UUD.
Dengan perubahan tersebut, jelas bahwa UUD yang menjadi
pemegang kedaulatan rakyat dalam prakteknya dibagikan pada lembaga-
lembaga dengan pemisahan kekuasaan yang jelas dan tegas. Di bidang
Legislatif terdapat DPR dan DPD; di bidang Eksekutif terdapat Presiden dan
Wakil Presiden yang dipilih oleh rakyat; di bidang Yudikatif terdapat
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial; di bidang
pengawasan keuangan ada BPK. Namun demikian, dalam pembagian
kekuasaan antar lembaga negara terdapat kedudukan dan hubungan tata kerja
antar lembaga negara yang mencerminkan adanya kesamaan tujuan dalam
penyelenggaraan negara.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sebelum Perubahan UUD 1945, kedaulatan berada di tangan
rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat. MPR memiliki tugas dan wewenang yang sangat besar
dalam praktek penyelenggaraan negara, dengan kewenangan dan
posisi yang demikian penting, MPR disebut sebagai “lembaga
tertinggi negara”, yang juga berwenang mengeluarkan ketetapan-
ketetapan yang hierarki hukumnya berada di bawah Undang-Undang
Dasar dan di atas undang-undang.
Setelah Perubahan UUD 1945, kedaulatan rakyat tidak lagi
dilaksanakan oleh MPR, tetapi dilaksanakan “menurut undang-undang
dasar”.
MPR tidak lagi menetapkan garis-garis besar haluan negara,
baik yang berbentuk GBHN maupun berupa peraturan perundang-
undangan, serta tidak lagi memilih dan mengangkat Presiden dan
Wakil Presiden. Hal ini berkaitan dengan perubahan UUD 1945 yang
menganut sistem pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara
langsung oleh rakyat yang memiliki program yang ditawarkan
langsung kepada rakyat. Jika calon Presiden dan Wakil Presiden itu

9
menang maka program itu menjadi program pemerintah selama lima
tahun. Berkaitan dengan hal itu, wewenang MPR adalah melantik
Presiden atau Wakil Presiden yang dipilih secara langsung oleh
rakyat. Dalam hal ini MPR tidak boleh tidak melantik Presiden dan
Wakil Presiden yang sudah terpilih.
b. Dewan Perwakilan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga negara
yang memegang kekuasaan legislatif sebagaimana tercantum pada
Pasal 20 ayat (1) UUD 1945. Dalam UUD 1945 secara eksplisit
dirumuskan tugas, fungsi, hak, dan wewenang DPR yang menjadi
pedoman dalam pola penyelenggaraan negara.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, untuk
optimalisasi lembaga perwakilan serta memperkukuh pelaksanaan
saling mengawasi dan saling mengimbangi oleh DPR, DPR
memiliki fungsi yang diatur secara eksplisit  dalam UUD.
Pada Pasal 20A dipertegas fungsi DPR, yaitu fungsi
legislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi legislasi mempertegas
kedudukan DPR sebagai lembaga legislatif yang menjalankan
kekuasaan membentuk undang-undang.
Fungsi pengawasan adalah fungsi DPR dalam melakukan
pengawasan terhadap kebijakan dan pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan oleh Presiden (pemerintah).
Penegasan fungsi DPR dalam UUD 1945 itu akan sangat
mendukung pelaksanaan tugas DPR sehingga DPR makin
berfungsi sesuai dengan harapan dan tuntutan rakyat Selanjutnya,
dalam kerangka checks and balances system dan penerapan negara
hukum, dalam pelaksanaan tugas DPR, setiap anggota DPR dapat
diberhentikan dari jabatannya. Adanya pengaturan pemberhentian
anggota DPR dalam masa jabatannya dalam undang-undang akan
menghindarkan adanya pertimbangan lain yang tidak berdasarkan
undang-undang.  Ketentuan itu juga sekaligus menunjukkan

10
konsistensi dalam menerapkan paham supremasi hukum, yaitu
bahwa setiap orang sama di depan hukum, sehingga setiap warga
negara harus tunduk pada hukum. Namun, dalam menegakkan
hukum itu harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan
hukum.
c. Dewan Perwakilan Daerah
Perubahan UUD 1945 melahirkan sebuah lembaga baru
dalam struktur ketatanegaraan Indonesia, yakni Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). Dengan kehadiran DPD dalam sistem
perwakilan Indonesia, DPR didukung dan diperkuat oleh DPD.
DPR merupakan Lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi dan
paham politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan, sedangkan
DPD merupakan lembaga perwakilan penyalur keanekaragaman
aspirasi daerah. Keberadaan lembaga DPD merupakan upaya
menampung prinsip perwakilan daerah.
Ketentuan UUD 1945 yang mengatur keberadaan DPD
dalam struktur ketatanegaraan Indonesia itu antara lain
dimaksudkan untuk memperkuat ikatan daerah-daerah dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memperteguh
persatuan kebangsaan seluruh daerah;
meningkatkan agregasi dan akomodasi aspirasi dan
kepentingan daerah-daerah dalam perumusan kebijakan nasional
berkaitan dengan negara dan daerah;
mendorong percepatan demokrasi, pembangunan dan
kemajuan daerah secara serasi dan seimbang.
Dengan demikian, keberadaan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dan otonomi daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5) berjalan sesuai
dengan keberagaman daerah dalam rangka kemajuan bangsa dan
negara. DPD memiliki fungsi yang terbatas di bidang legislasi 
anggaran, pengawasan, dan pertimbangan. Fungsi DPD berkaitan

11
erat dengan sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Kewenangan legislatif
yang dimiliki DPD adalah dapat mengajukan kepada DPR dan ikut
membahas rancangan undang-undang yang terkait dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah pembentukan,
pemekaran, dan pengabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Selain itu, DPD
memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN, RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
Dalam bidang pengawasan, DPD mengawasi pelaksanaan
berbagai undang-undang yang ikut dibahas dan diberikan
pertimbangan oleh DPD. Namun, kewenangan pengawasan
menjadi sangat terbatas karena hasil pengawasan itu hanya untuk
disampaikan kepada DPR guna bahan pertimbangan dan
ditindaklanjuti. Akan tetapi, pada sisi lain anggota DPD ini
memiliki kedudukan dan kewenangan yang sama dengan DPR
ketika bersidang dalam kedudukan sebagai anggota MPR, baik
dalam perubahan UUD, pemberhentian Presiden, maupun Wakil
Presiden.
UUD NRI Tahun 1945 menentukan jumlah anggota DPD
dari setiap provinsi adalah sama dan jumlah seluruh anggotanya
tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. Penetapan jumlah
wakil daerah yang sama dari setiap provinsi pada keanggotaan
DPD menunjukan kesamaan status provinsi- provinsi itu sebagai
bagian integral dari negara Indonesia.  Tidak membedakan provinsi
yang banyak atau sedikit penduduknya maupun yang besar atau
yang kecil wilayahnya.
d. Presiden
Presiden merupakan lembaga negara yang memegang
kekuasaan dibidang eksekutif. Seiring dengan Perubahan UUD

12
1945, saat ini kewenangan Presiden diteguhkan hanya sebatas pada
bidang kekuasaan dibidang pelaksanaan pemerintahan negara.
Namun demikian, dalam UUD 1945 juga diatur mengenai
ketentuan bahwa Presiden juga menjalankan fungsi yang berkaitan
dengan bidang legislatif maupun bidang yudikatif.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar, Presiden
haruslah warga negara Indonesia yang sejak kelahirannya dan tidak
pernah menerima kewarganegaraan lain.. Perubahan ketentuan
mengenai persyaratan calon Presiden dan calon Wakil Presiden
dimaksudkan untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan
bangsa dan tuntutan zaman serta agar sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang makin demokratis, egaliter, dan berdasarkan rule
of law yang salah satu cirinya adalah pengakuan kesederajatan di
depan hukum bagi setiap warga negara. Ketentuan tersebut
menunjukan bahwa jabatan Presiden dapat dikontrol oleh lembaga
negara lainnya, dengan demikian akan terhindar dari kesewenang-
wenangan dalam penyelenggaraan tugas kenegaraan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara sederhana lembaga negara adalah badan-badan yang
membentuk sistem dan menjalankan pemerintahan negara. Kita tahu,
dalam suatu negara modern terdapat pembuat peraturan-peraturan
(undang-undang). Dalam negara modern juga ada kepala negara yang
menjalankan pemerintahan. Tentu dalam negara modern ada pula yang
mengadili ketika terjadi berbagai macam bentuk pelanggaran negara. Nah,
yang membuat peraturan-peraturan yang menjalankan pemerintahan, dan
yang mengadili pelanggaran-pelanggaran tersebut biasanya dijalankan
lembaga-lembaga Negara.
Dalam negara yang bersistem demokrasi paling tidak ada tiga
macam lembaga kekuasaan. Masing-masing adalah
a. Kekuasaan legislatif (pembuat undang-undang),
b. Kekuasaan eksekutif (yang menjalankan undang-
undang/pemerintahan),
c. Kekuasaan yudikatif (yang mengadili atas terjadinya
pelanggaran-pelanggaran undang-undang).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, makalah ini mempunyai banyak
kekurangan dan jauhnya dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik
dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan terutama
dari Ibu Dosen pembimbing mata kuliah ini dan rekan-rekan sekalian
demi kesempurnaan makalah ini di masa mendatang, semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua dan menambah wawasan kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2016. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Edisi revisi: Cetakan


ketigabelas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fatwa. 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai